Anda di halaman 1dari 69

OPTIMALISASI DAN

HARMONISASI
KELEMBAGAAN TPPS
DALAM PENURUNAN
STUNTING
Pada acara Rakernas Bangga Kencana BKKBN
Tahun 2022
Disampaikan Oleh:
SUGENG HARIYONO
Plt DIREKTUR JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
1
OUTLINE

1. Latar Belakang;
2. Tantangan Percepatan Penurunan Stunting;
3. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 Tentang Percepatan Penurunan
Stunting;
4. Dukungan Kemendagri Dalam Percepatan Penurunan Stunting;
5. Mandat Pembentukan Kelembagaan Tim Percepatan Penurunan Stunting
(TP2S) Sesuai Dengan Perpres 72/2021;
6. Progres Pembentukan Kelembagaan Dan Optimalisasi Untuk Percepatan
Penurunan Stunting;
7. Rekomendasi;

Data Pendukung
8. Progres Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting;
9. Indikator Esensial Dan Indikator Supply Dalam Analisis Situasi;
10. Data Pendukung Tentang Standar Pelayanan Minimal;
2
01
LATAR BELAKANG

3
APA ITU STUNTING? APA PENYEBABNYA?
Stunting atau sering disebut Pengasuhan Yang Kurang Kurangnya akses terhadap air bersih
kerdil atau pendek adalah kondisi Baik dan sanitasi
gagal tumbuh pada anak berusia • 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia masih
• Kurangnya pengetahuan ibu
di bawah lima tahun (balita) buang air besar di ruang terbuka.
mengenai kesehatan dan gizi
akibat kekurangan gizi kronis • 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses
sebelum dan pada masa
dan infeksi berulang terutama terhadap air bersih.
kehamilan,serta melahirkan.
pada periode 1.000 Hari
• 60% anak usia 0-6 bulan tidak
Pertama Kehidupan (HPK),
mendapatkan ASI Eksklusif.
yaitu dari janin hingga anak
• Terbatasnya Layanan kesehatan
berusia 23 bulan. Anak tergolong
untuk ibu selama masa kehamilan.
stunting apabila panjang atau
tinggi badannya berada di bawah
minus dua standar deviasi
panjang atau tinggi anak Kurangnya akses rumah tangga/keluarga terhadap makanan
seumurnya. bergizi
(sumber: Stranas)
• Makanan bergizi di Indonesia masih tergolong mahal.
• Komoditas makanan di Jakarta 94% lebih mahal dibandingkan dengan di
New Delhi, India (RISKESDAS 2013, SDKI 2012, SUSENAS).

4
STUNTING MENGANCAM
BONUS DEMOGRAFI TAHUN 2045
Bonus demografi merupakan suatu keadaan di mana
penduduk yang masuk ke dalam usia produktif jumlahnya
lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia tidak
produktif. Usia produktif yang dimaksud adalah berkisar antara
15 hingga 64 tahun.

Puncak bonus demografi di Indonesia pada 2045 terancam


terbuang sia-sia karena stunting.

Menurut World Health Organization (WHO), masalah kesehatan


masyarakat dapat dianggap buruk jika prevalensi stunting lebih
dari 20 persen. Artinya, secara nasional masalah stunting di
Indonesia tergolong kronis.

Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Stunting Ancam Bonus Demografi " ,
https://katadata.co.id/ariemega/infografik/5e9a55d49af04/stunting-ancam-bonus-demografi
Penulis: Widya Nandini
Editor: Arie Mega Prastiwi

5
DAMPAK STUNTING TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI
Bonus Demografi atau Beban Negara

Indonesia diproyeksikan mengalami pertumbuhan Stunting menimbulkan kerugian ekonomi negara


penduduk produktif (bonus demografi) pada tahun 2045. sebesar 2-3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Data
Namun bonus demografi ini tidak berguna bahkan akan World Bank, PDB Negara kita Rp.15.434 Triliun (2020),
menjadi beban negara jika tingginya prevalensi balita mąką kerugian akibat stunting diperkirakan
stunting tidak diperbaiki saat ini. sebesar Rp.308-463 Triliun.
(Sumber Bappenas.go.id) (Sumber Kemenkeu.go.id) 6
02
TANTANGAN PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING

7
TARGET PENURUNAN STUNTING DALAM RPJMN 2020-2024

TARGET
24,4% Balita di Indonesia
2019 2020 2021 2022 2023 2024
mengalami Stunting (SSGI, 2021)
27,7% 24,1% 21,1% 18,4% 16% 14%

37.2
Tren Stunting Balita 2013-2019 dan Target 2024
30.8
Rata-rata
Penurunan
25.84
1,3 % /tahun Target 2024:
27.67
Penurunan 2X lipat dari Tren
19.00 1,7 % /tahun
24,4 Saat Ini
14 3,0 % /tahun Perlu Kerja Keras

Benchmark Tren % Penurunan Stunting di Negara Lain*


2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
2%/tahun (2005-2015) 0,8%/tahun (2000-2015)
Capaian Series3 Bussiness as Usual
Skenario Kebijakan Target 14% (2024) Peru Vietnam *World Bank (2017)
8
PREVALENSI STUNTING NASIONAL
RISKESDAS 2018 Prediksi 2020 SSGI 2021
50.00%

43.70%
43.82%
40.37%
45.00%

39.30%
37.85%
36.80%
35.10%
40.00%

34.89%
30.80%

34.18%

37.80%
33.60%
27.40% 32.30%
32.00%

31.70%
30.00%31.74%
29.80%31.45%

31.44%
29.70%31.25%
31.00%

31.00%
30.90%

30.80%

30.70%
27.67%
30.59%

28.70%30.38%
30.10%
30.00%

33.80%
25.80% 30.11%
35.00%

33.20%
26.20% 29.36%

27.50%29.07%
24.80% 28.98%
28.60%

28.40%
28.30%
22.80% 28.08%

27.60%

31.40%
27.67%

23.30% 27.46%
27.20%

26.80%
22.10% 26.86%

23.50% 26.85%
26.40%

30.20%
26.10%

26.24%
26.25%

24.50%26.21%
25.70%

25.70%

29.50%
25.30%

29.00%
30.00%

24.58%
24.10%

24.10%
22.30%23.95%

27.50%
27.40%
23.40%
21.60%
21.10%

21.18%
20.80%
21.03%
17.30% 21.03%

24.50%
24.41%
19.90%

19.90%

25.00%
16.80% 19.95%

19.93%

22.40%
21.60%
20.90%
16.81%
16.30%

18.60%

20.00%
18.50%
14.30%
10.90% 14.41%

17.60%

15.00%

10.00%

5.00%

0.00%
li ta Y u g g h a u u i r t r a n t n a t h n a a u o a h t n a t h t r
Ba kar DI Ria pun itun nga tar kul Ria amb imu ara imu esi nte ara lata tar ara nga lata tar tar luk ntal apu nga ara lata gar ara Ace ara imu
n
IJ
a
u
l
an Lam Be a Te esi Ben
U g J T B
n era wa Indo
T Ba a B Se ra U ua B Te i Se an U ku U Ma oro P Te n b Se
i a e ng ra B B
si ra T
a w a n t n e
D K
ul
a a
gk Jaw ulaw
t
a n ma
t Ja Ja ter ate Pap nta wes ant alu G
wes an nta si T gga l aw g g
a
p n a m a a im M a m a e n u n
Ke Ba S
al
im Su um Su
l
lim Su Kal
l i
Su Kal alim ula a T
w e S Te
p. K S a S s sa
K K
Ke Nu Nu
Keterangan :
Klaster Klaster Klaster
Batas maksimal toleransi angka stunting WHO yaitu 20% atau Terendah Menengah Tertinggi
seperlima dari jumlah total anak balita yang sedang tumbuh 9
LOKASI FOKUS INTERVENSI PENURUNAN STUNTING TERINTEGRASI

100 Kabupaten/Kota 260 Kabupaten/Kota 514 Kabupaten/Kota


Lokasi Fokus Lokasi Fokus Lokasi Fokus

2018 2019 2020 2021 2022

160 Kabupaten/Kota 360 Kabupaten/Kota


Lokasi Fokus Lokasi Fokus
10
TANTANGAN DALAM PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING DI DAERAH

Dari 360 Kabupaten/Kota Lokus intervensi tahun 2021 yang telah menetapkan tim
percepatan penurunan stunting sebanyak 329. Sedangkan 31 berproses dan 34 Provinsi
telah terbentuk tim P2S dan belum mengacu pada Perpres 72 Tahun 2021
Perilaku masyarakat belum sejalan dengan upaya penurunan stunting dan rendahnya
dukungan sosial, seperti cakupan anak usia 2-6 tahun terdaftar di PAUD (40,8%), cakupan
PENGUATAN keluarga bina balita (41%) dan cakupan orang tua mengikuti parenting (37%);
DAN
PENINGKATAN Kapasitas pelaksana program, Kualitas, pengelolaan dan penggunaan data di daerah
KAPASITAS masih terbatas. Hal ini tercermin dari progres capaian pelaksanaan setiap aksi
konvergensi yang belum mencapai 100%;

Koordinasi dalam implementasi Gizi Spesifik dan Gizi Sensitif guna mencapai
target yang ditetapkan pada Perpres 72/21,masih lemah dan belum terbangun.

PROVINS AKSI 1 AKSI 2 AKSI 3 AKSI 4 AKSI 5 AKSI 6 AKSI 7 AKSI 8


Capaian setiap aksi I
konvergensi yang
belum mencapai NTT 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 95%
100%, diantaranya: Maluku 100% 82% 64% 73% 73% 64% 73% 0%
Papua 55% 31% 48% 69% 59% 24% 31% 7%
Sumber data: https://aksi.bangda.kemendagri.go.id, Februari tahun 2022 11
03
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 72
TAHUN 2021 TENTANG PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING

12
ARAHAN PRESIDEN PADA RATAS PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING 11 JANUARI TAHUN 2022

Pertama, pastikan di tahun 2022 penurunan stunting lebih


dari 3% atau paling sedikit 3%. Oleh karena intervensi
spesifik dan intevensi sensitif harus benar-benar dijalankan
dengan baik.
Kedua, jangan hanya terbentuknya Tim sampai tingkat
desa, tetapi jadikan upaya pengentasan stunting menjadi
sebuah gerakan bersama yang melibatkan Pemberdayaan
dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Tokoh Agama, Ibu-Ibu
di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan lainnya.
Ketiga, pastikan percepatan penurunan stunting di tahun
2022 sudah dianggarkan di Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD), dan jangan terkena kebijakan
realokasi.

Sumber : Kompas.com tanggal 11 Januari 2022. 13


STRATEGI PENURUNAN STUNTING

Tujuan Stranas Kelompok Sasaran


1. Menurunkan prevalensi Stunting; Calon
2. Meningkatkan kualitas penyiapan Remaja
kehidupan berkeluarga;
pengantin
3. Menjamin pemenuhan asupan
gizi;
4. Memperbaiki pola asuh; Ibu hamil Ibu
5. Meningkatkan akses dan mutu menyusui
pelayanan kesehatan; dan
6. Meningkatkan akses air minum
dan sanitasi. Anak berusia 0 - 59 bulan

Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting Dilaksanakan Dengan 5 (Lima) Pilar


Untuk Mencapai Target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada tahun 2O3O. 14
PENYELENGGARAAN PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
DALAM PERPRES 72/2021

Penyelenggara
1. Penguatan
1. Kementerian/ perencanaan dan
Penganggaran
Lembaga 2. Peningkatan kualitas
2. Pemerintah pelaksanaan
Daerah Provinsi Program & Kegiatan 3. Peningkatan Kualitas
3. Pemerintah Pemantauan,
Daerah Evaluasi dan
Kabupaten/Kota pelaporan; serta
4. Peningkatan sumber
4. Pemerintah Desa daya manusia

15
INTERVENSI INDIKATOR CAKUPAN LAYANAN (LAMPIRAN A. PERPRES 72/2021)
INTERVENSI SPESIFIK INTERVENSI SENSITIF
Persentase ibu hamil Persentase anak usia 6-23 Persentase pelayanan Cakupan Bantuan Jaminan

01
Kurang Energi Kronik
(KEK) yang mendapatkan 05
bulan yang mendapat
Makanan Pendamping Air
01 Keluarga Berencana (KB)
pasca persalinan
06 Nasional. Penerima Iuran
(PBI) Kesehatan
tambahan asupan gizi Susu Ibu (MP-ASI)
Persentase ibu hamil yang
Cakupan keluarga berisiko
Persentase ibu hamil yang mengonsumsi Tablet Tambah
Stunting yang memperoleh
mengonsumsi Tablet Tambah
Persentase anak berusia
dibawah lima tahun (balita)
02 Darah (TTD) minimal 90 tablet
selama masa kehamilan
07 pendampingan
02 Darah (TTD) minimal 90
tablet selama masa 06 gizi buruk yang mendapat
pelayanan tata laksana gizi Cakupan calon Pasangan Usia
kehamilan Jumlah keluarga miskin dan
buruk Subur (PUS) yang memperoleh
03 pemeriksaan kesehatan sebagai 08 rentan yang memperoleh
bantuan tunai bersyarat
bagian dari pelayanan nikah
Persentase anak berusia di
Persentase remaja putri
bawah lima tahun (balita)
03 yang mengkonsumsi 07 yang dipantau pertumbuhan
Persentase rumah tangga yang
mendapatkan akses air minum
Persentase target sasaran yang
memiliki pemahaman yang baik
TabletTambah Darah (TTD) dan perkembangannya 04 layak di kabupaten/kota lokasi 09 tentang Stunting di lokasi
prioritas prioritas
Persentase bayi usia Persentase anak berusia di Persentase rumah tangga yang
kurang dari 6 bulan bawah lima tahun (balita) Jumlah keluarga miskin dan
04 08
mendapatkan akses sanitasi (air
mendapat Air Susu Ibu gizi kurang yang mendapat 05 limbah domestik) layak di 10 rentan yang menerima
bantuan sosial pangan
(ASI) eksklusif tambahan asupan gizi kabupaten/kota lokasi prioritas

Persentase desa/kelurahan stop


Persentase anak berusia di Buang Air Besar Sembarangan
bawah lima tahun (balita) 11 (BABS) atau Open Defecation Free

09 yang memperoleh
(ODF)

imunisasi dasar lengkap

Sumber : Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting Terbit tanggal 5 Agustus 2021 16
04
DUKUNGAN KEMENDAGRI
DALAM PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING

17
STRATEGI NASIONAL PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
RPJMD
Komitmen RKPD
Peningkatan Komitmen dan visi APBD
kepemimpinan di k/l, pemprov, PERAN
pemda kab/kota, dan pemdes. KEMENDAGRI

Peningkatan komunikasi 5 PILAR


perubahan perilaku dan STRATEGI NASIONAL DAN
pemberdayaan masyarakat. UPAYA MANAJERIAL PEMDA
DALAM PERCEPATAN
PENURUNAN PREVALENSI
Peningkatan konvergensi, STUNTING MELALUI 8 AKSI
intervensi spesifik dan KONVERGENSI
sensitive di k/l, pemprov, 8 Aksi
pemda kab/kota, dan pemdes. Konvergensi
Peningkatan ketahanan pangan
dan gizi pada tingkat individu, Pilar Pilar Pilar Pilar Pilar
keluarga, dan masyarakat. 1 2 3 4 5

Penguatan dan pengembangan


sistem, data, informasi riset,
dan inovasi

18
PERAN KEMENDAGRI DALAM PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
(Sesuai Perpres 72 Tahun 2021, tercantum dalam Pilar 1, Pilar 3 dan Pilar 5)
Mendorong Pemerintah Provinsi menetapkan dan memperkuat Tim Koordinasi Percepatan
01
Penurunan Stunting Tk Provinsi melalui Surat Keputusan Gubernur, dengan melibatkan
Perangkat Daerah, para pemangku kepentingan termasuk TP-PKK;

Mendorong Pemerintah Provinsi menyusun program dan kegiatan di 34 Provinsi dan 514
02 Kabupaten/Kota untuk mengintegrasikan program dan kegiatan percepatan penurunan stunting
dalam dokumen perencanaan daerah (RPJPD, RJMPD, RAD Pangan dan Gizi) ;

03 Mendorong Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota menyediakan dan meningkatkan


alokasi APBD untuk mendukung program/kegiatan intervesi gizi spesifik dan gizi sensitif;

04 Memfasilitasi Pemerintah Provinsi untuk melakukan Penilaian kinerja (PK) kepada


Pemerintah Kabupaten/Kota;

05 Memberikan penghargaan bagi Pemerintah Provinsi Terbaik dan Pemerintah


Kabupaten/Kota terbaik dalam Penurunan Stunting;
19
DUKUNGAN KEBIJAKAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DALAM PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING

1 Permendagri 59 Tahun 2021 Tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM);

Permendagri 90 Tahun 2019 Tentang Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur


2 Perencanaan dan Pembangunan dan Keuangan Daerah;
Kepmendagri 050-5889 Tahun 2021 Tentang Hasil Verifikasi, Validasi dan Inventarisasi
Pemutakhiran Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan
Dan Keuangan Daerah;
Permendagri 17 Tahun 2021 Tentang Rencana Pembangunan Tahunan Daerah Tahun
3 2022;

4 Permendagri 27 Tahun 2021 Tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun 2022;

20
KOMITMEN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENURUNAN STUNTING
2018 2019 2020 2021 2022 Jumlah
Kepala
100 60 100 100 154 514 Daerah yang
sudah
berkomitmen

Pemerintah Provinsi menindak lanjuti dan memantau komitmen pemerintah kabupaten/kota


melalui mekanisme bimbingan dan pengawasan UU 23/2014 pasal 373
Sumber : Setwapres https://dashboard.stunting.go.id/komitmen-kepala-daerah/ 21
IRISAN SIKLUS PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH &
PELAKSANAAN 8 AKSI KONVERGENSI TINGKAT KABUPATEN/KOTA
1. Pagu
1. Musrenbang anggaran
desa/kel indikatif 1. Rancang 1. Rancang 1. Rancang 1. Pembaha 1. Pembaha
2. Musrenbang 2. Rancangan an RKPD an akhir an 1. Perbup/ 1. Penyusu san KUA- 1. Penyusu 1. Penyusu san
Kecamatan renja OPD 2. Musrenba RKPD perbup/p perwali 1. Penetapa
nan KUA- PPAS nan RKA nan APBD
3. Rancangan 3. Forum ng Kabupate erwali RKPD n APBD
PPAS dengan OPD APBD dengan
awal RKPD OPD/Lintas Kab/Kota n/Kota RKPD DPRD DPRD
PD

JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER

AKSI 1 AKSI 3 AKSI 4 AKSI 5 AKSI 7 AKSI 8


ANALISIS REMBUK PERBUP/ PEMBINAAN PENGUKURAN REVIU KINERJA
AKSI 2
SITUASI STUNTING PERWALI KPM & PUBLIKASI TAHUNAN
RENCANA
KEGIATAN TENTANG
KEWENANGAN
DESA
AKSI 6 MANAJEMEN DATA

TAHAP PERENCANAAN &


PENGANGGARAN

Untuk mempersiapkan perencanaan tahun 2023, maka pendampingan kepada daerah harus dilakukan
lebih awal, karena proses perencanaan dilakukan sejak bulan januari.
Jika pendampingan tidak dilakukan segera, maka kita akan kehilangan 1 (satu) pelaksanaan.
22
05
01
MANDAT PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN
TIM PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING (TP2S)
SESUAI DENGAN PERPRES 72/2021

23
KOORDINASI PENYELENGGARAAN PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
(PERPRES 72/2021 PASAL 20, 21 DAN 22)

Tim Percepatan Penurunan Stunting Tim Percepatan Penurunan Stunting Tim Percepatan Penurunan Stunting
Tingkat Provinsi Tingkat Kabupaten/Kota Tingkat Desa/Kelurahan

1. Kepala desa/lurah menetapkan tim


1. Gubernur menetapkan tim 1. Bupati/walikota Percepatan Penurunan Stunting
Percepatan Penurunan menetapkan tim tingkat Desa/Kelurahan.
Stunting tingkat Provinsi. 2. Tugas : koordinasi, sinergi, dan
Percepatan Penurunan evaluasi.
2. Tugas : koordinasi, sinergi,
dan evaluasi.
Stunting tingkat 3. Tim melibatkan : bidan, tenaga gizi,
dan tenaga kesehatan lingkungan;
3. Tim terdiri atas perangkat Kabupaten/Kota. 4. Penyuluh Keluarga Berencana
daerah dan Pemangku 2. Tugas : koordinasi, dan/atau Petugas Lapangan
sinergi, dan evaluasi. Keluarga Berencana;
Kepentingan, termasuk Tim 5. TP-PKK;
Penggerak Pemberdayaan 3. TP-PKK 6. Pembantu Pembina Keluarga
Kesejahteraan Keluarga (TP- 4. Susunan tim disesuaikan Berencana Desa (PPKBD) dan/atau
PKK). Sub-PPKBD/ Kader Pembangunan
dengan kebutuhan Manusia (KPM), kader, dan/atau
4. Susunan tim disesuaikan Pemerintah Daerah unsur masyarakat lainnya.
dengan kebutuhan 7. Susunan tim disesuaikan dengan
kabupaten/kota.
Pemerintah Daerah provinsi. kebutuhan pemerintah
desa/kelurahan.
24
KEDUDUKAN MENDAGRI DALAM TIM PENGARAH PERPRES 72/2021 (PASAL 18)

25
KEDUDUKAN KEMENDAGRI DALAM TIM PELAKSANA PERPRES 72/2021 (PASAL 18)

Pasal 18.B point 2 huruf d

Pejabat Pimpinan Tinggi


Madya Kementerian Dalam
Negeri menjabat sebagai Wakil
Ketua Bidang Koordinasi
Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah:

26
06
PROGRES PEMBENTUKAN
KELEMBAGAAN DAN OPTIMALISASI
UNTUK PERCEPATAN PENURUNAN
STUNTING
27
STATUS KELEMBAGAAN LOKUS TAHUN 2021 YANG PERLU DISESUAIKAN
DENGAN PERPRES 72 TAHUN 2021

329

1. Dari 34 Provinsi, semua Provinsi telah


menetapkan tim koordinasi percepatan
penurunan stunting.
34
2. Dari 360 Kab/Kota lokus intervensi tahun
2021 yang telah menetapkan Kelembagaan
Stunting sebanyak 329 Kab/Kota Lokus dan
SK KELEMBAGAAN/POKJA 31 Kab/Kota dalam proses pembentukan tim
koordinasi percepatan penurunan stunting.

PROVINSI KAB/KOTA

Sumber data: https://aksi.bangda.kemendagri.go.id, status Februari 2022 28


STATUS KELEMBAGAAN TP2S TINGKAT PROVINSI
SUDAH DISESUAIKAN DENGAN PERPRES 72/2021 DAN PERBAN 12/21

NO PROVINSI NO. SK HASIL ANALISIS


1 Jambi Surat Keputusan Gubernur nomor Sudah mengadopsi amanat Perpres
799/2021 tentang Tim Percepatan 72/2021 pada pasal 20 dan sesuai
Penurunan Stunting. Disahkan pada dengan struktur tugas dan fungsi.
tanggal 21 Oktober 2021
2 Kep. Bangka Belitung Surat Keputusan Gubernur nomor
188.44/51/Bappeda/2022 tentang
Tim Percepatan Penurunan Stunting.
Disahkan pada tanggal 07 Februari
2022
3 Jawa Barat Keputusan Gubernur Jawa Barat
nomor 441.05/Kep-829-BAPP/2021
tentang Tim Percepatan Penurunan
Stunting. Disahkan tanggal 22
Desember 2021

Sumber data: https://aksi.bangda.kemendagri.go.id, status Februari 2022 29


STATUS KELEMBAGAAN TP2S TINGKAT KABUPATEN/KOTA
DAN SUDAH SESUAI DENGAN PERPRES 72/2021 DAN PERBAN 12/21
NO KAB/KOTA NO. SK HASILANALISIS

1 Kab. Tapanuli Selatan Surat Keputusan Bupati nomor 188.45/822/KPTS/2021 tentang Pembentukan Sudah mengadopsi amanat Perpres
Tim Percepatan Penurunan Stunting. Disahkan pada tanggal 31 Desember 2021. 72/2021 pada pasal 21 dan sesuai
dengan struktur tugas dan fungsi
2 Kab. Batanghari Surat Keputusan Bupati nomor 503 Tahun 2021 Tentang Pembentukan Tim
Percepatan Penurunan Stunting. Disahkan pada bulan desember 2021.
3 Kab. Anambas Surat Keputusan Bupati nomor 1553 tahun 2021 Tentang Pembentukan Tim
Percepatan Penurunan Stunting. Disahkan pada tanggal 21 Desember tahun
2021.
4 Kota Batam Surat Keputusan Bupati nomor 357/HK/X/2021 Tentang Pembentukan Tim
Percepatan Penurunan Stunting. Disahkan pada tanggal 29 Oktober 2021
5 Kab. Pasaman Barat Surat Keputusan Bupati nomor 188.45 tahun 2022 tentang Pembentukan Tim Sudah dianalisa, dan sudah sesuai
Percepatan Penurunan Stunting. Disahkan pada bulan Januari 2022 dengan amanat Perpres 72/2021 dan
Perban 12 /2021
6 Kab. Tasikmalaya Surat Keputusan Bupati nomor 445/Kep.28.Dinas Sosial, PPKB, P3A/2022
Tentang Pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting. Disahkan pada
bulan Januari 2022.
7 Kab. Konawe Selatan Surat Keputusan Bupati nomor 474/67 Tahun 2022 Tentang Pembentukan Tim
Percepatan Penurunan Stunting. Disahkan pada tanggal 28 Januari 2022.
8 Kab. Kolaka Utara Surat Keputusan Bupati nomor 050/25 Tahun 2022 Tentang Pembentukan Tim
Percepatan Penurunan Stunting. Disahkan pada tanggal 02 Februari 2022.

Sumber data: https://aksi.bangda.kemendagri.go.id, status Februari 2022 30


OPTIMALISASI KELEMBAGAAN TP2S SESUAI PERPRES 72/21
NO INDIKATOR OUTPUT
(a) (b) (c)
1 Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota memiliki dukungan kelembagan Tim Percepatan Penurunan Adanya dukungan kelembagaan Tim Koordinasi tingkat
Stunting (P2S) sesuai Perpres 72/21 dan Perban 12/2021, yang mencakup: provinsi maupun kabupaten/kota yang sudah memiliki
legalitas berupa Surat Keputusan Kepala Daerah,
1. Sudah memiliki SK Tim Koordinasi
2. SK disahkan oleh Kepala Daerah memiliki struktur (tim pengarah, tim pelaksana,
3. Struktur terdiri (Tim Pengarah, Tim Pelaksana dan Sekretariat) skretariat), memiliki uraian tugas dan fungsi bersifat
4. Menguraikan tugas dan fungsi khusus untuk mengawal pelaksanaan 8 aksi konvergensi
5. Tim Koordinasi bersifat khusus atau tim gabungan penurunan stunting, SK dilakukan peninjauan kembali,
6. Komposisi tim telah melibatkan unsur lintas sektor termasuk pihak non pemerintah melibatkan seluruh OPD yang terkait intervensi
7. SK mengatur masa berlaku spesifik/sensitif dan termasuk melibatkan pihak non-
pemerintah.

2 Tim Koordinasi memiliki rencana kerja yang terukur, komprehensif dan didukung anggaran daerah Adanya pengawalan implementasi rencana kerja dan
target capaian yang terukur meliputi sosialisasi, rapat
koordinasi, bimtek, dan monev serta adanya dukungan
anggaran daerah
3 Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Tim Koordinasi menyusun laporan secara periodik yang Adanya laporan secara periodik yang memuat kemajuan
memuat kemajuan penanganan stunting di daerah dan pelaksanaan 8 aksi konvergensi serta penanganan stunting di daerah dan pelaksanaan 8 aksi
dipublikasikan konvergensi (berbasis web monitoring) serta
dipublikasikan sekurangnya dua kali dalam setahun
4 Adanya regulasi yang terkait langsung dengan percepatan penurunan stunting dan dikawal oleh tim Peran aktif tim koordinasi dalam mengawal regulasi
koordinasi daerah yang terkait langsung dengan percepatan
penurunan stunting dari proses penyusunan,
sosialisasi, implementasi dan reviunya
31
07

REKOMENDASI

32
REKOMENDASI
• TINDAK LANJUT
Menetapkan dan memperkuat kelembagaan
01 daerah dalam upaya penurunan stunting yaitu
Pemerintah Daerah perlu dengan menetapkan kebijakan kepala daerah dan
tim koordinasi lintas sektor sesuai Perpres 72/21
mengambil langkah-
02 Memastikan komitmen Pemerintah Daerah terkait
langkah aksi percepatan penurunan stunting (RPJMD, RKPD,
dan APBD);
konvergensi dalam
rangka percepatan 03 Capacity Buliding untuk Sumber Daya Aparatur
Pemda dalam percepatan penurunan stunting
penurunan stunting di baik knowledge maupun skill;

masa Pandemi COVID-


04 Memastikan tersedianya data dan
19, untuk mencapai pemanfaatannya untuk pengambilan keputusan
dalam program percepatan penurunan stunting;
target nasional 14% Stunting merupakan permasalahan multi
pada tahun 2024 05 dimensional. Pemda perlu berkolaborasi dengan
berbagai pemangku kepentingan untuk
menanganinya;
33
TERIMA KASIH
34
DATA PENDUKUNG

35
01
DATA PENDUKUNG
PROGRES PELAKSANAAN 8 AKSI KONVERGENSI
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING

36
STATUS 20 CAKUPAN LAYANAN INTERVENSI SPESIFIK DAN INTERVENSI SENSITIF
TAHUN 2021
REALISASI TARGET GAP

8.81% 7.32% 4.44%


13.14% 18.42% 16.62% 13.37% 21.18%
22.13% 23.68% 28.24% 22.37%
40.54% 36.60% 73.30%
44.63% 48.46% 52.68% 49.18% 46.40%

90.00% 90.00%
90.00%
90.00% 90.00% 90.00%
90.00% 90.00% 90.00% 90.00%
90.00%
90.00%
90.00% 90.00%
90.00% 90.00% 90.00%
90.00% 90.00%
100.00%

81.19% 82.68% 85.56%


76.86% 71.58% 73.38% 76.63% 68.82%
67.87% 66.32% 61.76% 67.63%
45.37% 49.46% 53.40%
41.54% 37.32% 40.82% 43.60%
26.70%

Sumber data: https://aksi.bangda.kemendagri.go.id, status Februari 2022 37


MONITORING PELAKSANAAN KONVERGENSI INTERVENSI PENURUNAN PREVALENSI STUNTING
TERINTEGRASI MELALUI WEB MONITORING BANGDA SECARA NASIONAL TAHUN 2021

AKSI 1 AKSI 2 AKSI 3 AKSI 4 AKSI 5 AKSI 6 AKSI 7 AKSI 8

97% 76% 79% 74% 74% 59% 26% 38%

3% PADA TAHUN 2021 DARI 360


Melaksanakan KABUPATEN/KOTA INTERVENSI 353
Proses
PRESENTASE KAB/KOTA YANG KAB/KOTA DI 34 PROVINSI (97%) TELAH
TELAH MELAKSANAKAN
KONVERGENSI INTERVENSI MELAKSANAKAN 8 AKSI KONVERGENSI
PENURUNAN STUNTING INTERVENSI PENURUNAN STUNTING
TERINTEGRASI TAHUN 2021 97%
TERINTEGRASI.

Sumber data: https://aksi.bangda.kemendagri.go.id, status Februari 2022 38


DESA LOKUS INTERVENSI STUNTING TERINTEGRASI TAHUN 2021 YANG DITETAPKAN
PEMERINTAH DAERAH

Aceh (463)

Sumut (581) Kaltara (42)

Riau (149) Sulut (84) Malut (127)


Gorontalo (104)
Sumbar (179) Kepri (68) Kalbar (194)
Kaltim (100)
Jambi (122) Sulteng (133) Pabar (118)
Kalteng (190)
Bengkulu (117) Sulbar (121) Maluku (113) Papua (350)
Sumsel (382)
Babel (82) Kalsel (296) Sultra (266)
Lampung (257)
Jakarta (63) Sulsel (465)
Jateng (525)
Banten (75) Jatim (552)
NTB (205)
Jabar (590)
DIY (67) Bali (71)
NTT (1091)

Total keseluruhan desa/kelurahan dari tahun 2021 = 8.342 desa/kelurahan lokus terintegrasi
di 360 Kabupaten/Kota
Sumber data: https://aksi.bangda.kemendagri.go.id, Februari tahun 2022 39
STATUS KELEMBAGAAN LOKUS TAHUN 2021 YANG PERLU DISESUAIKAN
DENGAN PERPRES 72 TAHUN 2021

329

1. Dari 34 Provinsi, semua Provinsi telah


menetapkan tim koordinasi percepatan
penurunan stunting.
34
2. Dari 360 Kab/Kota lokus intervensi tahun
2021 yang telah menetapkan Kelembagaan
Stunting sebanyak 329 Kab/Kota Lokus dan
SK KELEMBAGAAN/POKJA 31 Kab/Kota dalam proses pembentukan tim
koordinasi percepatan penurunan stunting.

PROVINSI KAB/KOTA

Sumber data: https://aksi.bangda.kemendagri.go.id, status Februari 2022 40


Rp453,951,572,120
Rp1,069,881,696,700
Rp21,576,594,530
Rp180,312,000
Rp79,519,993,193
Rp7,872,454,374
Rp8,001,718,600
Rp184,224,407,663
Rp30,995,416,322
Rp23,989,358,990
Rp64,403,812,935
Rp30,227,950,000
Rp1,175,000,000
Rp3,920,600,000
TAHUN 2021

Rp12,046,310,000
Rp8,795,419,900
Rp13,675,289,660
Rp26,800,328,454
Rp3,505,295,000
Rp26,832,706,935
Rp3,209,013,880
Rp302,636,264,305
Rp10,331,451,563
Rp1,176,119,710
Rp365,048,810,000
Rp256,370,028,000
Rp47,728,567,000

Sumber data: https://aksi.bangda.kemendagri.go.id, status Februari 2022


Rp85,666,960,000
Rp642,072,559,510
Rp428,575,630,906
Rp106,030,715,850
Rp227,258,771,000
APBD Spesifik

Rp3,499,454,580
Rp54,579,935,966
Rp30,624,616,942
Rp191,710,817,424
Rp71,299,478,115
Rp685,407,641,260
Rp17,339,591,900
Rp4,682,663,200
Rp15,522,495,075
Rp8,039,515,620
Rp19,671,984,457
APBD Sensitif

Rp66,224,063,827
Rp61,602,381,063
Rp88,705,690,000
Rp663,000,000
Rp7,496,695,485
Rp17,371,337,149
Rp24,698,913,762
Rp6,074,191,000
Rp58,213,902,451
Rp27,148,339,027
Rp46,305,243,554
Rp15,989,881,000
Rp70,982,272,000
Rp6,847,326,000
Rp37,036,565,750
Rp14,073,093,900
Rp13,348,485,299
IDENTIFIKASI ANGGARAN INTERVENSI SPESIFIK DAN INTERVENSI SENSITIF

Rp15,261,980,000
Rp3,319,065,000
Rp5,902,088,329
Rp5,267,219,000
Rp64,323,120,390
Rp35,767,383,148
Rp19,175,022,400
Rp47,657,501,000
41
Rp453,951,572,120
Rp21,576,594,530
Rp79,519,993,193
Rp8,001,718,600
Rp30,995,416,322
Rp64,403,812,935
Rp1,175,000,000
Rp12,046,310,000
Rp13,675,289,660
Rp3,505,295,000
Rp3,209,013,880
Rp10,331,451,563
Rp365,048,810,000

Sumber data: https://aksi.bangda.kemendagri.go.id, status Februari 2022


Rp47,728,567,000
Rp642,072,559,510
Rp106,030,715,850
Rp3,499,454,580
PROVINSI - INTERVENSI SPESIFIK

Rp30,624,616,942
Rp71,299,478,115
Rp17,339,591,900
Rp15,522,495,075
Rp19,671,984,457
Rp61,602,381,063
Rp663,000,000
Rp17,371,337,149
Rp6,074,191,000
Rp27,148,339,027
Rp15,989,881,000
Rp6,847,326,000
Rp14,073,093,900
Rp15,261,980,000
Rp5,902,088,329
Rp64,323,120,390
Rp19,175,022,400
42
R p1 8 0 ,3 1 2 ,0 0 0 R p1 ,0 6 9 ,8 8 1 ,6 9 6 ,7 0 0

R p7 ,8 7 2 ,4 5 4 ,3 7 4
R p1 8 4 ,2 2 4 ,4 0 7 ,6 6 3
R p2 3 ,9 8 9 ,3 5 8 ,9 9 0
R p3 0 ,2 2 7 ,9 5 0 ,0 0 0
R p3 ,9 2 0 ,6 0 0 ,0 0 0
R p8 ,7 9 5 ,4 1 9 ,9 0 0
R p2 6 ,8 0 0 ,3 2 8 ,4 5 4
R p2 6 ,8 3 2 ,7 0 6 ,9 3 5
R p3 0 2 ,6 3 6 ,2 6 4 ,3 0 5

R p1 ,1 7 6 ,1 1 9 ,7 1 0
R p2 5 6 ,3 7 0 ,0 2 8 ,0 0 0

Sumber data: https://aksi.bangda.kemendagri.go.id, status Februari 2022


R p8 5 ,6 6 6 ,9 6 0 ,0 0 0

R p4 2 8 ,5 7 5 ,6 3 0 ,9 0 6
R p2 2 7 ,2 5 8 ,7 7 1 ,0 0 0
R p5 4 ,5 7 9 ,9 3 5 ,9 6 6
PROVINSI - INTERVENSI SENSITIF

R p1 9 1 ,7 1 0 ,8 1 7 ,4 2 4

R p6 8 5 ,4 0 7 ,6 4 1 ,2 6 0
R p4 ,6 8 2 ,6 6 3 ,2 0 0
R p8 ,0 3 9 ,5 1 5 ,6 2 0
R p6 6 ,2 2 4 ,0 6 3 ,8 2 7
R p8 8 ,7 0 5 ,6 9 0 ,0 0 0
R p7 ,4 9 6 ,6 9 5 ,4 8 5
R p2 4 ,6 9 8 ,9 1 3 ,7 6 2
R p5 8 ,2 1 3 ,9 0 2 ,4 5 1
R p4 6 ,3 0 5 ,2 4 3 ,5 5 4
R p7 0 ,9 8 2 ,2 7 2 ,0 0 0
R p3 7 ,0 3 6 ,5 6 5 ,7 5 0
R p1 3 ,3 4 8 ,4 8 5 ,2 9 9
R p3 ,3 1 9 ,0 6 5 ,0 0 0
R p5 ,2 6 7 ,2 1 9 ,0 0 0
R p3 5 ,7 6 7 ,3 8 3 ,1 4 8
R p4 7 ,6 5 7 ,5 0 1 ,0 0 0
43
02
DATA PENDUKUNG
INDIKATOR ESENSIAL DAN INDIKATOR SUPPLY
DALAM ANALISIS SITUASI

44
INDIKATOR CAKUPAN ESENSIAL (1)

NO SASARAN INDIKATOR TARGET Definisi Operasional NUMERATOR DENOMINATOR BASIS URUSAN


DATA
Remaja putri yang Persentase remaja putri Remaja putri Jumlah Remaja Desa/Kel - Kesehatan
mengonsumsi Tablet Tambah (penduduk perempuan konsumsi Putri
Darah (TTD) usia 10-24 tahun yang Tablet Tambah
belum menikah) yang Darah (TTD)
mengkonsumsi tablet
1 58 tambah darah terhadap
seluruh remaja putri

Remaja

Remaja putri yang menerima Persentase remaja putri Jumlah remaja Jumlah remaja Desa/Kel - Kesehatan
layanan pemeriksaan status yang menerima layanan putri yang putri
anemia (hemoglobin) pemeriksaan status menerima
anemia (hemoglobin) layanan
2 90 terhadap seluruh remaja pemeriksaan
putri status anemia
(hemogobiln)

45
INDIKATOR CAKUPAN ESENSIAL (2)

NO SASARAN INDIKATOR TARGET Definisi Operasional NUMERATOR DENOMINATOR BASIS URUSAN


DATA
Calon pengantin /calon ibu yang Jumlah calon Calon Calon Pasangan Desa/Kel - Agama
menerima Tablet Tambah Darah pengantin/calon ibu yang pengantin/calon Usia Subur (PUS)
(TTD) menerima Tablet Tambah ibu yang menerima - Kesehatan
3 90 Darah (TTD) terhadap Tablet Tambah
seluruh calon PUS Darah

Calon pasangan usia subur (PUS) yang Cakupan calon Pasangan Jumlah Calon PUS Jumlah Calon Desa/Kel - Agama
memperoleh pemeriksaan kesehatan Usia Subur (PUS) yang memperoleh PUS
sebagai bagian dari pelayanan nikah memperoleh pemeriksaan pemeriksaan
kesehatan sebagai bagian kesehatan - Pengendalian
Calon dari pelayanan nikah pelayanan nikah Penduduk dan
Pengantin/Pasangan terhadap seluruh Calon KB
Usia Subur (PUS) Pasangan Usia Subur.

4 90

- Kesehatan

46
INDIKATOR CAKUPAN ESENSIAL (3)

BASIS
NO SASARAN INDIKATOR TARGET Definisi Operasional NUMERATOR DENOMINATOR URUSAN
DATA
Calon Cakupan calon Pasangan Usia Cakupan calon Pasangan Jumlah calon Jumlah calon Desa/ -
Pengantin/Pasangan Subur (PUS) yang menerima Usia Subur (PUS) yang PUS menerima PUS Kel Pengendali
Usia Subur (PUS) pendampingan kesehatan menerima pendampingan pendampingan an
reproduksi dan edukasi gizi kesehatan reproduksi dan kesehatan Penduduk
sejak 3 bulan pranikah edukasi gizi sejak 3 bulan reproduksi dan dan KB
5 90
pra nikah terhadap seluruh edukasi gizi 3
calon PUS bulan pranikah
-
Kesehatan
- Agama
Pasangan calon pengantin Persentase pasangan calon Jumlah Jumlah Desa/ - Agama
yang pengantin yang catin/caPUS catin/caPUS Kel
mendapatkan bimbingan mendapatkan bimbingan yang
perkawinan dengan materi perkawinan dengan materi mendapatkan
6 pencegahan stunting 90 pencegahan stunting bimbingan
terhadap seluruh calon perkawinan
pengantin dengan materi
pencegahan
stunting

47
INDIKATOR CAKUPAN ESENSIAL (4)

BASIS
NO SASARAN INDIKATOR TARGET Definisi Operasional NUMERATOR DENOMINATOR URUSAN
DATA
Calon Pasangan Usia Subur (PUS) dengan Cakupan Pasangan Usia Jumlah PUS Jumlah PUS dengan Desa/Kel - Sosial
Pengantin/Pasangan status miskin dan penyandang Subur (PUS) dengan status dengan status status miskin
Usia Subur (PUS) masalah kesejahteraan sosial yang miskin dan penyandang miskin dan
menerima bantuan tunai bersyarat masalah kesejahteraan penyandang
7 90 sosial yang menerima masalah
bantuan tunai bersyarat kesejahteraan
terhadap jumlah PUS sosial yang
dengan status miskin menerima bantuan
tunai bersyarat
Cakupan Pasangan Usia Subur Persentase PUS miskin PUS dengan status Jumlah PUS Desa/Kel - Sosial
(PUS) dengan status miskin dan dan penyandang masalah miskin keseluruhan
penyandang masalah kesejahteraan sosial yang menerima BPNT mendapatkan
8 90
sosial yang menerima bantuan terhadap jumlah PUS miskin bantuan non tunai
pangan nontunai dan penyandang masalah bersyarat
sosial
Cakupan Pasangan Usia Subur Cakupan Pasangan Usia Jumlah PUS miskin Jumlah PUS miskin Desa/Kel - Sosial
(PUS) fakir miskin dan orang tidak Subur (PUS) fakir miskin yang memperoleh
mampu yang menjadi Penerima dan orang tidak mampu Penerima Bantuan
Bantuan Iuran (PBI) Jaminan yang menjadi Penerima Iuran (PBI)
9 90
Kesehatan Bantuan Iuran (PBI)
Jaminan Kesehatan
terhadap PUS dengan
status miskin

48
INDIKATOR CAKUPAN ESENSIAL (5)
BASIS
NO SASARAN INDIKATOR TARGET Definisi Operasional NUMERATOR DENOMINATOR URUSAN
DATA
Ibu hamil Kurang Energi Kronik Persentase Ibu Hamil KEK (yang Jumlah Ibu hamil Jumlah Ibu hamil Puskesmas - Kesehatan
(KEK) yang mendapatkan memiliki lingkar lengan atas kurang KEK mendapatkan KEK
tambahan asupan gizi dari 23,5 cm) yang mendapatkan tambahan asupan
tambahan asupan gizi terhadap gizi
10 90
seluruh Ibu Hamil KEK

Ibu hamil yang mengonsumsi Persentase Ibu hamil Jumlah Ibu Hamil Jumlah Ibu hamil Puskesmas - Kesehatan
Tablet Tambah Darah (TTD) mengkonsumsi Tablet Tambah mengkonsumsi
minimal 90 tablet selama masa Darah (TTD) minimal 90 tablet TTD 90 tablet
kehamilan selama masa kehamilan
11 80
dibandingkan terhadap seluruh Ibu
Ibu Hamil
Hamil.

Persentase Unmet Need Persentase PUS yang tidak ingin Jumlah PUS bukan Jumlah seluruh PUS   - Pengendalian
pelayanan keluarga berencana mempunyai anak lagi atau ingin peserta KB (Ingin Penduduk dan
12 7,4 menjarangkan kelahiran berikutnya, Anak Tunda dan KB
tetapi tidak memakai alat/cara KB Tidak Ingin Anak
(Statistik Rutin) Lagi)
Persentase Kehamilan yang tidak Persentase kehamilan yang tidak Jumlah Kehamilan Jumlah kehamilan   - Pengendalian
diinginkan diinginkan terhadap seluruh tidak diinginkan Penduduk dan
13 15,5 kehamilan yang terjadi. KB

49
INDIKATOR CAKUPAN ESENSIAL (6)

BASIS
NO SASARAN INDIKATOR TARGET Definisi Operasional NUMERATOR DENOMINATOR URUSAN
DATA
Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat air Persentase bayi usia dibawah 6 bulan Jumlah Bayi usia Jumlah Bayi Usia Puskesmas - Kesehatan
susu ibu (ASI) eksklusif yang mendapatkan ASI eksklusif kurang dari 6 bulan Kurang dari 6
terhadap seluruh bayi dibawah 6 bulan. dengan ASI Eksklusif Bulan
14 80

Anak usia 6-23 bulan yang mendapat Persentase Anak usia 6-23 bulan Jumlah anak usia 6-23 Jumlah Anak usia Puskesmas - Kesehatan
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP- mendapatkan Makanan Pendamping bulan mendapat MP- 6-23 bulan
15 80
ASI) ASI (MP-ASI) dibandingkan dengan ASI
Seluruh anak usia 6-23 bulan.
Anak berusia di bawah lima tahun (balita) Persentase layanan tata laksana gizi Jumlah balita gizi Jumlah balita Puskesmas - Kesehatan
gizi buruk yang mendapat pelayanan tata buruk terhadap seluruh anak balita gizi buruk mendapat dengan gizi buruk
16 90
laksana gizi buruk buruk dalam kurun waktu yang sama pelayanan tata
Anak Usia di
laksana gizi
Bawah Lima Tahun
Anak berusia di bawah lima tahun (balita) Persentase anak berusia di bawah lima Jumlah anak berusia Jumlah Balita Puskesmas - Kesehatan
(Balita)
yang dipantau pertumbuhan dan tahun (balita) yang dipantau di bawah lima tahun
17 perkembangannya 90 pertumbuhan dan perkembangannya (balita) yang dipantau
terhadap seluruh balita. pertumbuhan dan
perkembangannya
Anak berusia di bawah lima tahun (balita) Persentase layanan tambahan asupan Jumlah anak berusia Jumlah Puskesmas - Kesehatan
gizi kurang yang mendapat tambahan gizi balita terhadap seluruh anak balita di bawah lima tahun keseluruhan anak
18 asupan gizi 90 dalam kurun waktu yang sama (balita) gizi kurang balita
yang mendapat
tambahan asupan gizi
Balita yang memperoleh imunisasi dasar Persentase anak berusia di bawah lima Jumlah Balita Jumlah Balita Puskesmas - Kesehatan
lengkap tahun (balita) yang memperoleh mendapatkan IDL
19 90
Imunisasi Dasar Lengkap (IDL)
terhadap seluruh balita.

50
INDIKATOR CAKUPAN ESENSIAL (7)

BASIS
NO SASARAN INDIKATOR TARGET Definisi Operasional NUMERATOR DENOMINATOR URUSAN
DATA
Keluarga yang Stop BABS Persentase keluarga stop Jumlah Keluarga Jumlah seluruh Desa/Kel - Kesehatan
Buang Air Besar stop BABS atau keluarga
Sembarangan (BABS) atau ODF
Open Defacation Free
20 90 (ODF) terhadap seluruh
keluarga.

Keluarga yang melaksanakan Persentase keluarga yang Jumlah Keluarga Jumlah seluruh Desa/Kel - Kesehatan
PHBS melaksanakan Perilaku yang berperilaku keluarga
Keluarga Berisiko
21 70 Hidup Bersih dan Sehat hidup Bersih
(PHBS) terhadap seluruh
keluarga
Keluarga berisiko stunting yang Persentase keluarga Jumlah Keluarga Jumlah keluarga Desa/Kel - Kesehatan
mendapatkan promosi berisiko Stunting yang Berisiko Stunting beresiko stunting
peningkatan konsumsi ikan dalam mendapatkan promosi yang medapatkan -
negeri peningkatan konsumsi ikan promosi Pengendalian
22 90
dalam negeri terhadap peningkatan Penduduk
keluarga berisiko stunting konsumsi ikan dan KB
dalam negeri - Perikanan

51
INDIKATOR CAKUPAN ESENSIAL (8)

BASIS
NO SASARAN INDIKATOR TARGET Definisi Operasional NUMERATOR DENOMINATOR URUSAN
DATA

Pelayanan Keluarga Berencana (KB) pasca Persentase pelayanan Keluarga Berencana Jumlah Pelayanan KB Jumlah persalinan Desa/Kel - Pengendalian
persalinan (KB) Pasca Persalinan terhadap seluruh Pasca Persalinan Penduduk dan
23 70 Persalinan KB

Keluarga berisiko stunting yang memperoleh Cakupan Keluarga Beresiko Stunting yang Jumlah Keluarga Jumlah keluarga Desa/Kel - Pengendalian
pendampingan memperoleh pendampingan terhadap Berisiko Stunting berisiko stunting Penduduk dan
seluruh Keluarga Beresiko Stunting memperoleh KB
pendampingan
Definisi Keluarga beresiko stunting pada
RAN Pasti : Keluarga yang memiliki satu
atau lebih faktor risiko Stunting yang terdiri
24 90 dari keluarga yang memiliki anak remaja
puteri/calon pengantin/Ibu Hamil/Anak usia
Keluarga Berisiko 0 (nol)-23 (dua puluh tiga) bulan/anak usia
24 (dua puluh empat)-59 (lima puluh
sembilan) bulan berasal dari keluarga
miskin, pendidikan orang tua rendah,
sanitasi lingkungan buruk, dan air minum
tidak layak.
Keluarga berisiko stunting yang mendapatkan Persentase keluarga berisiko Stunting yang Jumlah keluarga Jumlah keluarga Desa/Kel - Pertanian
manfaat sumber daya pekarangan untuk mendapatkan manfaat sumber daya berisiko Stunting yang berisiko stunting
peningkatan asupan gizi pekarangan untuk peningkatan asupan gizi mendapatkan manfaat
terhadap keluarga berisiko stunting sumber daya
25 50 pekarangan untuk
peningkatan asupan - Pangan
gizi

52
INDIKATOR CAKUPAN ESENSIAL (9)

BASIS
NO SASARAN INDIKATOR TARGET Definisi Operasional NUMERATOR DENOMINATOR URUSAN
DATA
Rumah tangga yang mendapatkan akses Persentase rumah tangga yang Jumlah rumah tangga yang Jumlah rumah tangga Desa/Kel - Perumahan
air minum layak mendapatkan akses air minum layak mengakses air minum layak Rakyat dan dan
terhadap seluruh rumah tangga Kawasan
Permukiman
26 100

Air Minum dan


Sanitasi
Rumah tangga yang mendapatkan akses Persentase rumah tangga yang Jumlah rumah tangga Jumlah rumah tangga Desa/Kel - Perumahan
sanitasi (air limbah domestik) layak mendapatkan akses sanitasi (air limbah mendapat akses sanitasi layak Rakyat dan dan
domestik) yang layak di terhadap seluruh Kawasan
27 90 rumah tangga Permukiman

Kelompok Keluarga Penerima Manfaat Persentase Kelompok Keluarga Penerima Keluarga Penerima Manfaat Keluarga Penerima PKH Desa/Kel - Sosial
(KPM) Program Keluarga Harapan Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (KPM) Program Keluarga
(PKH) yang mengikuti Pertemuan (PKH) yang mengikuti Pertemuan Harapan (PKH) yang mengikuti
28 Peningkatan Kemampuan Keluarga 90 Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) Pertemuan Peningkatan
(P2K2) dengan modul kesehatan dan dengan modul kesehatan dan gizi terhadap Kemampuan Keluarga (P2K2)
gizi keluarga penerima PKH dengan modul kesehatan dan
gizi
Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Persentase Keluarga Penerima Manfaat Jumlah Keluarga Penerima Keluarga Penerima Desa/Kel - Sosial
Perlindungan Sosial
dengan ibu hamil, ibu menyusui, dan (KPM) dengan ibu hamil, ibu menyusui, dan Manfaat (KPM) dengan ibu Manfaat
baduta yang menerima variasi bantuan anak berusia di bawah dua tahun (baduta) hamil, ibu menyusui, dan anak
pangan selain beras dan telur yang menerima variasi bantuan pangan berusia di bawah dua tahun
29 90 selain beras dan telur (karbohidrat, protein (baduta) yang menerima variasi
hewani, protein nabati, vitamin dan mineral, bantuan pangan selain beras
dan/atau Makanan Pendamping Air Susu dan telur
Ibu/MP-ASI) terhadap keluarga penerima
manfaat

53
INDIKATOR CAKUPAN DATA SUPPLY (1)
No Indikator Target Tahun Definisi Operasional Numerator Denominator Urusan
Cakupan Bantuan Jaminan Nasional Jumlah Penerima Bantuan Sosial
Penerima Iuran (PBI) Kesehatan Jumlah Peserta PBI
1 112,9 Juta Jiwa 2024 Iuran (PBI) jaminan kesehatan  
Jamkesmas Kesehatan
Nasional
Jumlah Keluarga Miskin dan rentan Jumlah Keluarga miskin
yang memperoleh bantuan tunai Jumlah keluarga miskin dan
dan rentan yang
2 bersyarat 10 Juta Jiwa 2024 rentan yang memperoleh   Sosial
mendapat bantuan tunai
bantuan tunai bersyarat
bersyarat
Jumlah keluarga miskin dan rentan Jumlah keluarga miskin
yang menerima bantuan sosial pangan Jumlah keluarga miskin dan
dan rentan yang
3 15.600.039 Jiwa 2024 rentan yang menerima   Sosial
menerima bantuan sosial
bantuan sosial pangan
pangan
Jumlah pendampingan Program Jumlah Pendamping
Keluarga Harapan (PKH) yang terlatih Pendamping Program
Program Keluarga Jumlah Seluruh
modul kesehatan dan gizi Keluarga Harapan (PKH) yang
4 100% Pendamping 2024 Harapan (PKH) yang Pendamping Program Sosial
telah terlatih modul kesehatan
terlatih modul kesehatan Keluarga Harapan (PKH)
dan gizi
dan gizi
Terselenggaranya rembuk stunting Jumlah pelaksanaan
tingkat kabupaten/kota Pelaksanaan rembuk stunting
5 Min 1 kali Tiap Tahun rembuk stunting di    
di tingkat kabupaten/kota
tingkat kabupaten/kota
Terselenggarannya rembuk stunting Jumlah pelaksanaan
tingkat kecamatan Pelaksanaan rembuk stunting
6 Min. 2 kali Tiap Tahun rembuk stunting di    
di tingkat kecamatan
tingkat kecamatan
Tersedianya kebijakan/peraturan Tersedia
bupati/walikota tentang kewenangan Kebijakan/peraturan kebijakan/peraturan
desa/kelurahan dalam penurunan bupati/walikota tentang bupati/walikota tentang
7 stunting 100% Kab/Kota 2022    
kewenangan desa/kelurahan kewenangan
dalam penurunan stunting desa/kelurahan dalam
penurunan stunting
54
INDIKATOR CAKUPAN DATA SUPPLY (2)

No Indikator Target Tahun Definisi Operasional Numerator Denominator Urusan


Terselenggaranya pemantauan dan evaluasi Jumlah pertemuan
Pertemuan pemantauan dan
percepatan penurunan stunting di pemantauan dan evaluasi
evaluasi percepatan penurunan
8 pemerintah daerah kabupaten/kota 2 kali Tiap tahun percepatan penurunan    
stunting di pemerintah daerah
stunting di pemerintah
kabupaten/kota
daerah kabupaten/kota
Persentase desa/kelurahan yang Jumlah Desa/Kelurahan
Desa/Kelurahan yang Jumlah seluruh
melaksanakan Sanitasi Total Berbasis yang melaksanakan
9 100% desa/kelurahan 2024 melaksanakan Sanitasi Total desa/kelurahan di Kesehatan
Masyarakat (STBM) Sanitasi Total Berbasis
Berbasis Masyarakat (STBM) Kabupaten
Masyarakat (STBM)
Persentase kabupaten/kota yang Jumlah Desa/Kelurahan
mengimplementasikan sistem data Kabupaten/kota yang yang
Surveilans gizi elektronik dalam mengimplementasikan sistem mengimplementasikan
10 pemantauan intervensi gizi untuk penurunan 100% 2023 data Surveilans gizi elektronik sistem data Surveilans gizi   Kesehatan
stunting dalam pemantauan intervensi gizi elektronik dalam
untuk penurunan stunting pemantauan intervensi gizi
untuk penurunan stunting
Jumlah Desa/Kelurahan yang telah tebebas Desa/kelurahan stop Buang Air
dari buang air besar sembarangan (ODF) Besar Sembarangan (BABS) Jumlah Desa stop BABS
11 90% 2024 Jumlah Seluruh desa Kesehatan
atau Open Defacation Free atau ODF
(ODF)
Persentase target sasaran yang memiliki Target sasaran yang telah
pemahaman yang baik tentang stunting di memperoleh layanan Komunikasi Jumlah target sasaran Jumlah target sasaran di
12 70% 2024 Kesehatan
lokasi prioritas Antar Personal (KAP) terhadap yang telah menerima KAP lokasi prioritas
jumlah sasaran layanan dari KAP
Publikasi data stunting tingkat Pelaksanaan publikasi data Jumlah Pelaksanaan
13 1 kali Tiap Tahun   Kesehatan
Kabupaten/Kota stunting publikasi data stunting
Terpenuhinya standar pelayanan Penguatan kapasitas posyandu Jumlah Posyandu yang
pemantauan tumbuh kembang di posyandu dalam komunikasi perubahan telah melakukan pelayanan Jumlah seluruh posyandu
14 90% 2024 Kesehatan
perilaku untuk penurunan pemantauan tumbuh di desa/kelurahan
Stunting kembang di posyandu

55
INDIKATOR CAKUPAN DATA SUPPLY (3)
No Indikator Target Tahun Definisi Operasional Numerator Denominator Urusan
Terselenggaranya audit anak berusia dibawah Jumlah anak berusia dibawah
Audit anak berusia dibawah dua Jumlah anak baduta stunting
15 dua tahun (baduta) Stunting 50% 2024 dua tahun (baduta) stunting Kesehatan
tahun (baduta) stunting di seluruh desa
yang telah diaudit
Tersedianya bidan desa/kelurahan sesuai Jumlah bidan desa/kelurahan yanga
16 kebutuhan 100% desa/kelurahan 2024 Jumlah bidan desa/kelurahan   Kesehatan
ada di desa
Jumlah pemerintah desa yang mendapatkan Jumlah desa yang
Pemerintah desa yang mendapatkan
peningkatan kapasitas dalam penanganan mendapatkan peningkatan Pemberdayaan
peningkatan kapasitas dalam
17 percepatan penurunan stunting 100% desa/kelurahan 2022 kapasitas dalam penanganan   Masyarakat Desa
penanganan percepatan penurunan
percepatan penurunan Tata pemerintahan
stunting
stunting
Persentase desa/kelurahan yang kader Jumlah Kader pembangunan
Kader pembangunan manusia yang Jumlah seluruh Kader Pemberdayaan
pembangunan manusianya mendapatkan manusia yang mendapatkan
18 90% Kader 2024 mendapatkan pembinaan dari Pembangunan Manusia di Masyarakat Desa
pembinaan dari Pemerintah Daerah pembinaan dari Pemerintah
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Desa Tata pemerintahan
Kabupaten/Kota Daerah Kabupaten/Kota
Persentase desa/kelurahan yang Jumlah Desa/kelurahan yang
mengintegrasikan program dan kegiatan Desa/kelurahan yang mengintegrasikan program
percepatan penurunan stunting dalam dokumen mengintegrasikan program dan dan kegiatan percepatan
perencanaan dan penganggaran kegiatan percepatan penurunan penurunan stunting dalam
desa/kelurahan (Rencana Pembangunan stunting dalam dokumen dokumen perencanaan dan
Jangka menengah Desa, Rencana Kerja perencanaan dan penganggaran penganggaran desa/kelurahan Pemberdayaan
19 pemerintah desa, serta Anggaran Pendapatan 100% desa/kelurahan 2022 desa/kelurahan (Rencana (Rencana Pembangunan   Masyarakat Desa
dan Belanja Desa dan Rencana Kerja dan Pembangunan Jangka menengah Jangka menengah Desa, Tata pemerintahan
Anggaran Desa) Desa, Rencana Kerja pemerintah Rencana Kerja pemerintah
desa, serta Anggaran Pendapatan desa, serta Anggaran
dan Belanja Desa dan Rencana Pendapatan dan Belanja Desa
Kerja dan Anggaran Desa) dan Rencana Kerja dan
Anggaran Desa)
Persentase desa/kelurahan yang meningkatkan Jumlah Desa/kelurahan yang
alokasi dana desa/kelurahan yang melakukan Desa/kelurahan yang meningkatkan meningkatkan alokasi dana
Pemberdayaan
konvergensi percepatan penurunan stunting alokasi dana desa/kelurahan yang desa/kelurahan yang Jumlah Desa/kelurahan di
20 90% desa/kelurahan 2024 Masyarakat Desa
melakukan konvergensi percepatan melakukan konvergensi kabupaten
Tata pemerintahan
penurunan stunting percepatan penurunan
stunting

56
INDIKATOR CAKUPAN DATA SUPPLY (4)
No Indikator Target Tahun Definisi Operasional Numerator Denominator Urusan
Persentase desa/kelurahan yang melakukan Melaksanakan konvergensi dalam
konvergensi percepatan penurunan stunting perencanaan dan penganggaran, serta
pelaksanaan kegiatan untuk meningkatkan Jumlah desa/kelurahan yang
Pemberdayaan
80% jenis, cakupan, dan kualitas intervensi gizi di melakukan konvergensi
21 2024   Masyarakat Desa Tata
desa/kelurahan tingkat pusat dan daerah. Persentase percepatan penurunan
pemerintahan
desa/kelurahan yang melakukan stunting
konvergensi Percepatan Penurunan
Stunting
Terselenggaranya pemantauan dan evaluasi Melakukan penguatan sistem pemantauan Jumlah pemantauan dan
Pemberdayaan
percepatan penurunan stunting di dan evaluasi. Terselenggaranya evaluasi percepatan
22 2 kali Tiap tahun   Masyarakat Desa Tata
pemerintahan desa pemantauan dan evaluasi percepatan penurunan stunting di
pemerintahan
penurunan Stunting di pemerintah desa; pemerintahan desa
Jumlah Desa/kelurahan Bebas Stunting Meningkatkan komitmen percepatan Pemberdayaan
Jumlah Desa/kelurahan Bebas
23 100% 2024 penurunan Stunting. Jumlah   Masyarakat Desa Tata
Stunting
desa/kelurahan bebas Stunting pemerintahan
Persentase pemerintah desa yang memiliki Melakukan penguatan sistem pemantauan
Jumlah pemerintah desa yang
kinerja baik dalam konvergensi penurunan dan evaluasi terpadu percepatan penurunan Pemberdayaan
memiliki kinerja baik dalam
24 stunting 90% 2024 Stunting. Persentase Pemerintah Desa yang   Masyarakat Desa Tata
konvergensi penurunan
memiliki kinerja baik dalam konvergensi pemerintahan
stunting
percepatan penurunan Stunting
Terlaksanannya Kampanye nasional Melaksanakan kampanye dan komunikasi
Jumlah pelaksanaan
pencegahan Stunting perubahan perilaku yang berkelanjutan Komunikasi dan
25 3 kanal/metode Tiap Bulan kampanye nasional  
dengan indikator. Terlaksananya kampanye Informasi
pencegahan Stunting
nasional pencegahan Stunting
Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki Melakukan penguatan kapasitas institusi Kabupaten/kota yang memiliki
minimal 20 tenaga pelatih berjenjang tingkat dalam komunikasi perubahan perilaku untuk minimal 20 tenaga pelatih
dasar serta pendidikan dan pelatihan penurunan Stunting. Jumlah kabupaten/kota berjenjang tingkat dasar serta
pengasuhan stimulasi penanganan stunting yang memiliki minimal 20 tenaga pelatih pendidikan dan pelatihan
26 100% Kab/Kota 2024   Pendidikan
bagi guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berjenjang tingkat dasar serta pendidikan pengasuhan stimulasi
dan pelatihan pengasuhan stimulasi penanganan stunting bagi
penanganan Stunting bagi guru Pendidikan guru Pendidikan Anak Usia
Anak Usia Dini (PAUD) Dini (PAUD)

57
INDIKATOR CAKUPAN DATA SUPPLY (5)

No Indikator Target Tahun Definisi Operasional Numerator Denominator Urusan


Desa/kelurahan yang memiliki guru PAUD Melakukan penguatan kapasitas institusi
Jumlah Desa/kelurahan
terlatih pengasuhan stimulasi penanganan dalam komunikasi perubahan perilaku
yang memiliki guru PAUD
stunting sebagai hasil pendidikan dan untuk penurunan Stunting. Persentase
terlatih pengasuhan
pelatihan di Kabupaten/Kota desa/kelurahan yang memiliki guru
27 0,9 2024 stimulasi penanganan   Pendidikan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terlatih
stunting sebagai hasil
pengasuhan stimulasi penanganan
pendidikan dan pelatihan di
Stunting sebagai hasil pendidikan dan
Kabupaten/Kota
pelatihan di kabupaten/kota
Lembaga PAUD yang mengembangkan Melakukan penguatan kapasitas institusi
Pendidikan Anak Usia Dini Holistik dalam komunikasi perubahan perilaku Desa yang
Integratif (PAUD HI) untuk penurunan Stunting. Persentase mengembangkan Lembaga
28 0,7 2024 lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Anak Usia Dini   Pendidikan
(PAUD) yang mengembangkan Holistik Integratif (PAUD
Pendidikan Anak Usia Dini Holistik HI)
Integratif (PAUD HI);
Terlaksananya forum komunikasi Melakukan penguatan peran organisasi
perubahan perilaku dalam penurunan keagamaan dalam komunikasi perubahan Jumlah kegiatan forum
stunting lintas agama perilaku untuk penurunan Stunting. komunikasi perubahan
29 2 kali Tiap Tahun   Agama
Terlaksananya forum komunikasi perilaku dalam penurunan
perubahan perilaku dalam penurunan stunting lintas agama
Stunting lintas agama
Tersedianya data hasil surveilans keluarga Melaksanakan konvergensi dalam upaya - Pengendalian
Update data hasil
berisiko stunting penyiapan kehidupan berkeluarga. Penduduk dan KB
30 2 kali Tiap Tahun surveilans keluarga  
Tersedianya data hasil surveilans keluarga
berisiko stunting
berisiko Stunting;
Tersedianya data keluarga risiko Stunting Mengembangkan sistem data dan - Pengendalian
melalui Sistem Informasi Keluarga informasi terpadu. Tersedianya data Update data keluarga risiko Penduduk dan KB
31 2 kali Tiap Tahun keluarga risiko Stunting yang Stunting melalui Sistem  
termutakhirkan melalui Sistem Informasi Informasi Keluarga
Keluarga (SIGA);

58
INDIKATOR CAKUPAN DATA SUPPLY (6)
No Indikator Target Tahun Definisi Operasional Numerator Denominator Urusan
Persentase Kabupaten/kota yang Melakukan penguatan riset dan inovasi - BKKBN
menerima pendampingan percepatan serta pengembangan pemanfaatan Kerjasama Kabupaten/kota (Urusan Pusat)
penurunan stunting melalui Tri Dharma hasil riset dan inovasi. Persentase yang menerima pendampingan
32 Perguruan tinggi 1 kerjasama 2024 kabupaten/kota yang menerima percepatan penurunan stunting  
pendampingan Percepatan Penurunan melalui Tri Dharma Perguruan
Stunting melalui Tri Dharma perguruan tinggi
tinggi.
Pusat Informasi dan Konseling (PIK) - Pengendalian
Melakukan penguatan kapasitas
Remaja dan Bina Keluarga Remaja Penduduk dan
institusi dalam komunikasi perubahan Pusat Informasi dan Konseling
(BKR) yang melaksanakan edukasi KB
perilaku untuk penurunan Stunting. (PIK) Remaja dan Bina
kesehatan reproduksi dan gizi bagi
Persentase Pusat Informasi dan Keluarga Remaja (BKR) yang
33 remaja 90% 2024  
Konseling (PIK) Remaja dan Bina telah melaksanakan edukasi
Keluarga Remaja (BKR) yang kesehatan reproduksi dan gizi
melaksanakan edukasi kesehatan bagi remaja di desa
reproduksi dan gizi bagi remaja.
Desa/Kelurahan yang melaksanakan - Pengendalian
Melakukan penguatan kapasitas
kelas Bina Keluarga Balita (BKB) Penduduk dan
institusi dalam komunikasi perubahan
tentang pengasuhan 1000 HPK Jumlah Desa/Kelurahan yang KB
perilaku untuk penurunan Stunting.
telah melaksanakan kelas Bina
34 90% 2024 Persentase desa/kelurahan yang  
Keluarga Balita (BKB) tentang
melaksanakan kelas Bina Keluarga
pengasuhan 1000 HPK
Balita (BKB) tentang pengasuhan
1.O00 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
Pangan fortifikasi yang ditindaklanjuti pengawasan produk pangan fortifikasi
Jumlah pengawasan produk
oleh pelaku usaha yang ditindaklanjuti oleh pelaku usaha.
Pangan fortifikasi yang
35 75% 2024 Melakukan fortifikasi pangan untuk    
ditindaklanjuti oleh pelaku
memastikan ketersediaan pangan
usaha
bergizi;

59
03

DATA PENDUKUNG
TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL

60
bina_bangda Ditjen Bina
Pembangunan Daerah
Kerangka Pembagian Urusan Pemerintahan
UU 23/2014

P E M B A G I A N U R U S A N P E M E R I N TA H A N KONKUREN

Dibagi berdasarkan prinsip


Eksternalitas, Akuntabilitas
WAJIB dan Efisiensi dan Kriteria
PILIHAN
tertentu

PELAYANAN NON PELAYANAYAN


DASAR DASAR 1. Kelautan &
Perikanan
1. Pendidikan 2. Pariwisata
Tenaga Kerja, 3. Pertanian
2. Kesehatan Pemberdayaan Perempuan
3. PU & Penataan 4. Kehutanan
& Pelindungan Anak,
Ruang Pangan,
5. ESDM
4. Perumahan Pertanahan, LH, Adminduk 6. Perdagangan
Rakyat & Kawasan & Capil, PMD, pengendalian 7. Perindustrian
Permukiman pddk &KB, perhubungan, 8. Transmigrasi
Kominfo, Koperasi, Usaha
5. Tramtibum &
Kecil & Menengah,
Linmas Penanaman Modal,
6. Sosial Kepemudaan & Olahraga,
Statistik, Persandian, NSPK
Kebudayaan, Perpustakaan
dan Kearsipan
S PM NSPK
7
Ditjen Bina Ditjen Bina
Pembangunan Daerah Pembangunan Daerah
61
bina_bangda Ditjen Bina
Pembangunan Daerah
Kewajiban Pemda dalam Pelaksanaan SPM

Ditjen Bina Ditjen Bina Sumber: Permendagri 100/2018


Pembangunan Daerah Pembangunan Daerah
62
bina_bangda Ditjen Bina

Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah Pembangunan Daerah

• Penjabaran dari visi, misi, arah kebijakan, dan sasaran pokok


Paling lama 6 (enam) bulan
pembangunan daerah jangka panjang untuk 20 (dua puluh) Ditetapkan dengan
RPJPD tahun PERDA
setelah RPJPD periode
• Disusun dengan berpedoman pada RPJPN dan RTRW. sebelumnya berakhir
UU 23 2014,
Pasal 263-264 • Penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang
memuat tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan,
Paling lama 6 (enam) bulan
Rencana pembangunan Daerah dan keuangan Daerah, serta program Ditetapkan dengan
Pembangunan RPJMD Perangkat Daerah dan lintas Perangkat Daerah yang disertai PERDA
setelah Kepala Daerah terpilih
dilantik
Daerah dengan kerangka pendanaan bersifat indikatif untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun
• Disusun dengan berpedoman pada RPJPD dan RPJMN.
• Penjabaran dari RPJMD yang memuat rancangan kerangka
ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, serta
Perencanaan RKPD rencana kerja dan pendanaan untuk jangka waktu 1 (satu) Ditetapkan dengan
Paling lama 6 (enam) bulan
setelah RPJPD periode
Pembangunan tahun yang disusun dengan berpedoman pada RKP dan Perkada
sebelumnya berakhir
Daerah program strategis nasional
• Ditetapkan oleh Pemerintah Pusat

• Tujuan, sasaran, program,dan kegiatan pembangunan dalam


rangka pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib dan/atau Ditetapkan dengan
Renstra Urusan Pemerintahan Pilihan Perkada
Setelah RPJMD ditetapkan.

Rencana • Sesuai dengan tugas dan fungsi setiap Perangkat Daerah.


Perangkat
Daerah
UU 23 2014,
Pasal 272-273 • Program, kegiatan, lokasi, dan kelompok sasaran yang
Ditetapkan kepala
Renja disertai indikator kinerja dan pendanaan
daerah
Setelah RKPD ditetapkan
• Sesuai dengan tugas dan fungsi setiap Perangkat Daerah.

Ditjen Bina Ditjen Bina


Pembangunan Daerah Pembangunan Daerah
63
bina_bangda Ditjen Bina

Integrasi SPM Kesehatan dalam RPJMD dan RKPD Pembangunan Daerah

RPJMD

BAB II GAMBARAN UMUM RKPD


KONDISI DAERAH

BAB III KERANGKA PENDANAAN BAB II GAMBARAN UMUM


MUATAN SPM KESEHATAN KONDISI EKSISTING KONDISI DAERAH
PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PERMASALAHAN DAN BAB III KERANGKA EKONOMI


ISU STRATEGIS DAERAH DAN KEUANGAN DAERAH
JENIS PELAYANAN DASAR
PENGHITUNGAN DAN ANALISIS BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN BAB IV SASARAN DAN
KEBUTUHAN SASARAN PRIORITAS PEMB. DAERAH
MUTU PELAYANAN DASAR
BAB VI STRATEGI, ARAH BAB V RENCANA KERJA DAN
KEBIJAKAN, DAN PROGRAM PENDANAAN PEMBANGUNAN
PENERIMA PELAYANAN DASAR PEMB. DAERAH
TARGET PEMENUHAN BAB VII KERANGKA BAB VI KINERJA
PENDANAAN PEMB. DAN PENYELENGGARAAN
PROGRAM PD
BAB VIII KINERJA
PENYELENGGARAN PD

Ditjen Bina Ditjen Bina


Pembangunan Daerah Pembangunan Daerah
64
bina_bangda Ditjen Bina

Integrasi SPM Kesehatan dalam Renstra dan Pembangunan Daerah

Renja PD

RENSTRA PD

BAB II GAMBARAN PELAYANAN


PERANGKAT DAERAH RENJA PD
MUATAN SPM KONDISI EKSISTING BAB III PERMASALAHAN DAN ISU-ISU
KESEHATAN STRATEGIS PERANGKAT DAERAH BAB II HASIL EVALUASI RENJA PD
TAHUN LALU

JENIS PELAYANAN DASAR BAB IV TUJUAN DAN SASARAN

PENGHITUNGAN DAN ANALISIS


KEBUTUHAN BAB III TUJUAN DAN SASARAN PD
MUTU PELAYANAN DASAR BAB V STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI RENCANA PROGRAM DAN BAB IV RENCANA KERJA DAN


PENERIMA PELAYANAN DASAR
KEGIATAN PENDANAAN PD
TARGET PEMENUHAN

BAB VII KINERJA PENYELENGGARAAN


BIDANG URUSAN

Ditjen Bina Ditjen Bina


Pembangunan Daerah Pembangunan Daerah
65
bina_bangda Ditjen Bina

Provinsi Mengintegrasikan SPM Kesehatan Pembangunan Daerah

kedalam RKPD Tahun 2020


Aceh

Sumut
Riau Kepri
Gorontalo
Kalbar
Sulut
Papua Barat
Sumbar Babel Kalteng
Sumsel Kalsel Sultra
Jambi
Sulsel
Sulbar
Lampung DKI
Jateng
DIY Jatim Sulteng
Banten Bali NTB

Jabar

 Dari 34 Provinsi, terdapat 27 Provinsi yang telah mengitegrasikan/Menerapkan SPM Bidang Kesehatan ke dalam RKPD 2020.
 Terdapat 4 Provinsi (Papua, Kaltim, Kaltara, Bengkulu) yang belum mengintegrasikan SPM Kesehatan ke dalam dokumen perencanaan daerah.
 Terdapat 3 Provinsi (NTT, Maluku, Malut) dokumen RKPD 2020 tidak lengkap.

Ditjen Bina Ditjen Bina Sumber: SIPD, RKPD Provinsi 2020, diolah, Sept 2020
Pembangunan Daerah Pembangunan Daerah
66
bina_bangda Ditjen Bina

Provinsi Mengintegrasikan SPM Kesehatan Pembangunan Daerah

kedalam RKPD Tahun 2021 Provinsi yang “Telah”


Mengintegrasikan SPM
Kesehatan ke dlm RKPD 2021:
Sumut Kaltara 1. DKI Jakarta
Riau Gorontalo 2. Jawa Timur
Kaltim 3. Banten
Sulut 4. Bali
5. Sumatera Utara
Jambi Kalteng 6. Sumatera Selatan
Sumsel Kalsel Sultra 7. Jambi
8. Riau
9. Lampung
DKI 10. Kalimantan Selatan
Lampung
11. Kalimantan Timur
DIY Jatim 12. Kalimantan Tengah
Bali
13. Kalimantan Utara
Banten 14. Sulawesi Tenggara
15. Sulawesi Utara
16. Gorontalo

 Dari 34 Provinsi, masih terdapat 16 Provinsi yang Telah mengitegrasikan SPM Kesehatan ke dalam RKPD 2021, 9 Provinsi (DIY, Babel, Bengkulu,
Kalbar, Sulbar, NTT, NTB, Maluku, Malut) yang Belum mengintegrasikan SPM Kesehatan ke dalam RKPD 2021, dan 9 Provinsi dokumen RKPD 2021
tidak lengkap/belum mengupload RKPD ke SIPD ( Dokumen RKPD ini diunduh pada Februari 2021).

Ditjen Bina Ditjen Bina Sumber: SIPD, RKPD Provinsi 2021, diolah
Pembangunan Daerah Pembangunan Daerah
67
bina_bangda Ditjen Bina

Pembinaan dan Pengawasan Penerapan SPM Pembangunan Daerah

Pembinaan dan Pengawasan Umum Pembinaan dan Pengawasan Teknis

Menteri yang menyelenggarakan urusan


Menteri, terhadap penerapan SPM pemerintahan di bidang yang sesuai
Daerah provinsi dengan jenis SPM, terhadap penerapan
SPM Daerah provinsi

Gubernur sebagai wakil Pemerintah


Pusat, terhadap penerapan SPM Daerah Gubernur sebagai wakil Pemerintah
kabupaten/kota Pusat, terhadap penerapan SPM Daerah
kabupaten/kota

Gubernur dan bupati/walikota, terhadap Gubernur dan bupati/walikota, terhadap


perangkat daerah masing-masing perangkat daerah masing-masing

Ditjen Bina Ditjen Bina


Pembangunan Daerah Pembangunan Daerah
68
bina_bangda Ditjen Bina

Sanksi Administratif Pembangunan Daerah

Berdasarkan PP/12/2017 Pasal 37 (4)

Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat  (1)


terdiri atas:

a. Teguran Tertulis;
b. Tidak Dibayarkan Hak Keuangan Selama 3 (Tiga)
Kepala Daerah dan/atau wakil kepala Daerah Bulan;
yang tidak melaksanakan SPM dijatuhi c. Tidak Dibayarkan Hak Keuangan Selama 6 (Enam)
sanksi administratif. Bulan;
d. Penundaan Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah;
e. Pengambilalihan Kewenangan Perizinan;
f. Penundaan Atau Pemotongan Dana Alokasi Umum
Dan/Atau Dana Bagi Hasil;
g. Mengikuti Program Pembinaan Khusus Pendalaman
Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif Bidang Pemerintahan;
dengan Peraturan Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan dalam negeri yang ditetapkan h. Pemberhentian Sementara Selama 3 (Tiga) Bulan
setelah dikoordinasikan dengan kementerian/lembaga i. Pemberhentian
pemerintah nonkementerian terkait.

Ditjen Bina Ditjen Bina


Pembangunan Daerah Pembangunan Daerah
69

Anda mungkin juga menyukai