Anda di halaman 1dari 54

Pengawasan Intern

Program Lintas Sektoral

Peraturan Kepala BPKP


Nomor 9 Tahun 2017
Pedoman Umum
Pengawasan Intern
Program Lintas Sektoral
Latar Belakang

Upaya Pemerintah untuk menangani dampak pandemi Covid-19 melalui Program Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN) dilaksanakan melalui banyak bidang, seperti: penanganan kesehatan, perlindungan sosial,
dan dukungan kepada UMKM.

Konsep perencanaan pembangunan disusun dengan memadukan program/kegiatan antar-K/L/PD secara


Tematik, Holistik, Integratif dan Spasial.

BPKP melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu
yang meliputi:
a. kegiatan yang bersifat lintas sektoral;
b. kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara; dan
c. kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.
Konsepsi Dasar dalam Rerangka Waslinsek

Konsep Pengawasan Intern

Konsep GRC

Konsep IPO-OBI

Konsep Strategic Alignment


Pengawasan Intern dan Audit Intern

Pengawasan
intern dan audit
intern mempunyai
persamaan
pengertian
dimana keduanya
terdiri dari dua
kegiatan utama
yaitu assurance
dan consulting
Pengawasan Intern dan Audit Intern

simpulan
1. Kegiatan audit, reviu, evaluasi dan pemantauan mempunyai kesamaan dengan kegiatan assurance
2. Kegiatan pengawasan lain mempunyai kesamaan pengertian dengan kegiatan consulting
3. Pengawasan intern menurut PP 60/2008 mempunyai esensi yang sama dengan internal audit menurut IIA
STANDAR AIPI DAN SKPI (HIERARKI)
GOVERNANCE, RISK, DAN CONTROL (GRC)

• Tata Kelola adalah kombinasi proses dan struktur yang dilaksanakan


oleh manajemen untuk menginformasikan, mengarahkan, mengelola,
dan memantau kegiatan organisasi menuju pencapaian tujuannya.
(Standar Audit AAIPI)
• Tata kelola melingkupi seluruh aktivitas dalam organisasi. Struktur tata
kelola haruslah sejalan dengan peraturan dan regulasi dimana
organisasi tersebut beroperasi. Tata kelola juga harus dapat
memastikan bahwa kebutuhan stakeholder terpenuhi.
• Manajemen risiko adalah lapisan berikutnya dalam struktur tata kelola.
Manajemen risiko dimaksudkan untuk: mengidentifikasi dan
memitigasi risiko yang dapat mempengaruhi keberhasilan organisasi,
dan memanfaatkan peluang yang memungkinkan tercapainya
keberhasilan organisasi.
• Pengendalian internal digambarkan sebagai pusat karena sistem
pengendalian internal merupakan sebuah bagian (subset), namun
bagian yang tidak terpisahkan, dari kegiatan manajemen risiko yang
lebih luas. Respon risiko, dimana di dalamnya termasuk pengendalian,
didesain untuk mengeksekusi srategi manajemen risiko.
INPUT-PROSES-OUTPUT – OUTCOME, BENEFIT, IMPACT (IPO – OBI)
• Konsep IPO-OBI intinya berbicara masalah proses manajemen
• Input berbicara masalah sumber daya sebagai masukan suatu program atau kegiatan, yang secara garis
besar terdiri dari 5 M, antara lain Man, Money, Material, Machine, dan Method.
• Proses adalah semua kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi
• Output adalah hasil atau keluaran atas proses yang telah dilakukan organisasi.
• Hasil (outcome) adalah suatu keluaran yang dapat langsung digunakan atau hasil nyata dari suatu keluaran,
segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran (output) dari kegiatan-kegiatan dalam satu
program.
• Manfaat (Benefit) adalah nilai tambah dari suatu hasil yang manfaatnya akan nampak setelah beberapa
waktu kemudian. Indikator manfaat menunjukkan hal-hal yang diharapkan dicapai bila keluaran dapat
diselesaikan dan berfungsi secara optimal.
• Dampak (impact) adalah pengaruh atau akibat yang ditimbulkan oleh manfaat dari suatu kegiatan. Indikator
dampak merupakan akumulasi dari beberapa manfaat yang terjadi yang baru terlihat setelah beberapa waktu
kemudian.

Program Outcome, Benefit,


Input Proses Output
Linsek Impact
Strategic Alignment
• Konsep Strategic Alignment membantu mengurai suatu program yang kompleks ke dalam bentuk analisis
yang logis
• Konsep Strategic Alignment membantu mem-breakdown sasaran suatu program ke dalam beberapa
sasaran pokok, Indikator Kinerja Utama (IKU) serta instansi yang terlibat dalam sebuah responsibility matrix
yang utuh dan terintegrasi.
Konsep Perencanaan Pembangunan
PP 17/2017: Sinkronisasi Proses Perencanaan & Penganggaran Pembangunan Nasional
Mengganti pendekatan money follows function (MFF) menjadi money follows program (MFP)
• Pendanaan langsung mengarah pada kegiatan, sasaran hingga lokus tertentu
• Pendanaan meliputi tidak hanya belanja K/L, namun juga Non K/L, Transfer Daerah dan Dana Desa,
Pembiayaan BUMN, KPBU, dan PINA
Konsep perencanaan pembangunan disusun dengan memadukan program/kegiatan antar-K/L/PD secara
Tematik, Holistik, Integratif dan Spasial (THIS):
• Tematik: tema-tema yang menjadi prioritas dalam suatu jangka waktu tertentu.
• Holistik: penjabaran tematik dari program Presiden ke dalam perencanaan dan penganggaran yang
komprehensif mulai dari hulu sampai ke hilir dalam suatu rangkaian kegiatan;
• Tematik-Holistik: Penanganan secara menyeluruh dan terfokus pada kegiatan yang relevan dengan
pencapaian tujuan program prioritas
• Integratif: upaya keterpaduan pelaksanaan perencanaan program Presiden yang dilihat dari peran
kementerian/lembaga (K/L), daerah dan pemangku kepentingan lainnya dan upaya keterpaduan dari
berbagai sumber pembiayaan; dan
• Spasial, yaitu kegiatan pembangunan yang direncanakan secara fungsional lokasinya harus berkaitan satu
dengan lain dalam satu kesatuan wilayah dan keterkaitan antarwilayah.

Breakdown/Cascading: Prioritas Nasional – Program Prioritas – Kegiatan Prioritas – Proyek Prioritas


Contoh Konsep Perencanaan Pembangunan

KL B
KL A
KL C
KL B

KL C

KL B
KL A
KL D
Pemda
Pemda
Memahami Konsep Perencanaan Pembangunan
Gambaran Umum

Pengertian Program Lintas Sektoral

Pengertian Pengawasan Lintas Sektoral

Struktur Pengelolaan Program Lintas Sektoral


Pengertian Program Lintas Sektoral

PP 60/2008: Penjelasan Pasal 49 ayat (2) huruf a

kegiatan yang bersifat lintas sektoral merupakan kegiatan


yang dalam pelaksanaannya melibatkan dua atau lebih
Kementerian Negara/Lembaga atau Pemerintah Daerah yang
tidak dapat dilakukan pengawasan oleh Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah Kementerian Negara/Lembaga, Provinsi
atau Kabupaten/Kota karena keterbatasan kewenangan.
Karakteristik Ideal Program Lintas Sektoral

 Berupa kegiatan atau program


 Melibatkan lebih dari satu instansi
 Mencakup lebih dari satu bidang usaha/lingkungan proses bisnis
 Harus jelas penanggung jawab kegiatan/program lintas sektor
 Terdapat indikator utama yang sama dan terdistribusi kepada sub penanggung jawab dan diikuti
dengan alokasi dana.
 Terdapat mekanisme mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan, dan monev.
 Terdapat struktur kelembagaan dan pembagian tugas yang jelas antar pelaksana kegiatan yang
mendukung sebuah program

Hasil kajian Puslitbangwas BPKP menyebutkan bahwa merujuk pada UU 25 Tahun 2004, PP 20 Tahun 2015, dan PP
60 Tahun 2008:
program-program yang berada di suatu Kementerian/Lembaga yang dapat diaudit oleh APIP kementerian/lembaga
yang bersangkutan, tidak dapat dikategorikan sebagai program lintas sektoral, namun program tersebut akan
menjadi bagian dari program lintas sektoral apabila berkaitan dengan program yang ada di kementerian/lembaga
lain untuk mencapai tujuan bersama.
Pengertian Pengawasan Lintas Sektoral

Pengawasan intern lintas sektoral (selanjutnya


disebut dengan waslinsek) adalah pengawasan intern terhadap
kegiatan atau program yang dalam pelaksanaan kegiatan atau
program tersebut melibatkan dua atau lebih K/L/PD yang tidak
dapat dilakukan pengawasan oleh APIP K/L/PD karena
keterbatasan kewenangan

Pengawasan intern terhadap kegiatan atau program meliputi


pengawasan terhadap kebijakan, pelaksana dan pelaksanaan
kebijakan, beserta capaiannya.
Kerangka Acuan Kerja

Tujuan Waslinsek Metode Waslinsek

Bentuk Waslinsek Organisasi Pengawasan

Output Hasil Waslinsek Hubungan pedoman umum-tematik

Ruang Lingkup Waslinsek


Tujuan Waslinsek

Tujuan Umum
• Mendorong keberhasilan pencapaian program/kegiatan melalui:
• pemberian rekomendasi berupa mekanisme pengendalian (control)
yang paling tepat atas risiko yang telah diidentifikasi dalam
pengawasan,
• berkontribusi dalam perbaikan tata kelola (governance), serta
• menjamin pencapaian tujuan dari program linsek

• Meminimalkan risiko pencapaian tujuan dari program/kegiatan


yang menjadi objek waslinsek

Tujuan Khusus
• Sesuai dengan arahan pimpinan dan permintaan stakeholders.

Memengaruhi bentuk pengawasan yang dipilih


Bentuk Waslinsek – Pengertian Pengawasan Intern

PP 60/2008 (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah) Pasal 1 angka 3


• Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan
kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka
memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok
ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam
mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.

Per BPKP 1/2019 (Standar Kerja Pengawasan Intern) Pasal 1 angka 3


• Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan yang independent dan objektif untuk
menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi yang mencakup kegiatan pemberian
keyakinan (assurance) dan kegiatan konsultansi (consulting)

PerKa BPKP 9/2017 (Pedoman Umum Waslinsek) merujuk PP 60/2008 Pasal 1


angka 3
Bentuk Pengawasan (Assurance)

• Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis dan evaluasi bukti yang dilakukan secara
independen, objektif dan professional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi
instansi pemerintah.
• Reviu adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk memberikan keyakinan bahwa
kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang
telah ditetapkan.
• Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil/prestasi suatu kegiatan dengan standar,
rencana atau norma yang telah ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan.
• Pemantauan adalah proses penilaian kemajuan suatu program/kegiatan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Bentuk Pengawasan (Assurance)

Ex-Post, Completion

Ongoing, Ex-Post, Completion

Usually at completion
but also at mid-term,
ex-post and ongoing

Ongoing
Output Hasil Pengawasan

Laporan hasil pengawasan


• yang secara umum akan dibuat pada tingkat Perwakilan,
Kedeputian, dan BPKP

Rekomendasi strategis atau atensi


• Kepada pemerintah (Presiden, Menteri, Pimpinan Lembaga, dan
Kepala Daerah)
• sebagai bahan masukan, informasi, dan saran perbaikan termasuk
sebagai peringatan dini (early warning system) atas pelaksanaan
program strategik periode berjalan dan atau periode berikutnya.
Bentuk Pengawasan Lintas Sektoral – Tinjauan Indikator

Program Outcome, Benefit,


Input Proses Output
Linsek Impact

Tujuan Menilai apakah input • Memantau • Membandingkan Membandingkan


Pengawasan telah diperoleh secara progress/capaian rencana dengan rencana dengan
ekonomis program output yang outcome, benefit, dan
dihasilkan impact yang dihasilkan
• Early warning (efektivitas) (efektivitas)
ketika ditemukan
masalah yang • Membandingkan
berpotensi input dengan
menghambat output (efisiensi)
pencapaian tujuan

Bentuk Audit Reviu Reviu Pemantauan Audit Reviu Evaluasi


Pengawasan
Evaluasi

Waslinsek dapat dilakukan sejak awal program ditetapkan sampai dengan program
memberikan dampak sesuai target maupun setelah RPJMN berakhir
Ruang Lingkup Pengawasan

3 Kemajuan (progress)
1 Kebijakan Capaian 5 Dampak Kebijakan
• Keselarasan lintas sektoral • Informasi target dan capaian • perubahan atau capaian yang
• Efektivitas implementasi program/kegiatan linsek terjadi sebagai akibat suatu
kebijakan program

dampak memberikan gambaran efek


langsung atau tidak langsung dari
tercapainya tujuan program kepada
2 Kelembagaan 4 Implementasi Kebijakan penerima dampak/manfaat

• Keberadaan struktur organisasi • perencanaan dampak merupakan outcome pada


tingkat lebih tinggi, yang lebih makro,
• Pembagian peran beserta aturan • penganggaran dan melibatkan pihak lain diluar
mainnya • pelaksanaan organisasi
• Efektivitas kelembagaan • penatausahaan
pengelola program/kegiatan • pelaporan
linsek
• monitoring dan evaluasi
Pemikiran Dasar Waslinsek

Waslinsek harus dapat melihat bagaimana integrasi dan interaksi dari pengelolaan
program/kegiatan tersebut dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Metode Waslinsek – Langkah Kerja

1 Tim melakukan analisis 3 merumuskan simpulan


dan pengolahan secara yang relevan dengan
memadai atas data dan tujuan dan sasaran
pengawasan dan saran
informasi yang relevan perbaikan yang strategik
mengenai isu dan
permasalahan strategis
terkait program linsek

2 hasil analisis dan 4 merumuskan


pengolahan data, keluaran/output berupa
rekomendasi/atensi yang
selanjutnya ditelaah lebih bernilai tambah (value
lanjut untuk memperoleh added recommendation)
pola permasalahan dan atau rekomendasi/atensi
penyebab hakiki strategis berkaitan
dengan pengelolaan
program/kegiatan linsek
Metode Waslinsek

Acuan metode
• Berdasarkan Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (
http://aaipi.or.id/produk/)
• Mengutamakan metodologi yang sesuai dengan bentuk
pengawasannya (PerBPKP 1/2019 SKPI BPKP)

Metode yang dapat digunakan (tidak terbatas pada)


• Gap Analysis
• Force Field Analysis
• Root Cause Analysis (RCA): Fishbone Diagram, 5 Why’s
• Focus Group Discussion
• Metode lain yang relevan
Contoh Penggunaan Metode
Program Linsek

Input 5 Aspek

Target
Proses
Root Cause Force Field
Gap Analysis Simpulan
Analysis Analysis
Output
Realisasi
5 Why’s
Outcome,
Benefit,
Impact
Fishbone
Diagram
Contoh Penggunaan Metode

Kebijakan Kelembagaan

Risk TEO Why Risk TEO Why

Risk TEO Why Risk TEO Why


Kemajuan (progress) Capaian

Dampak Kebijakan RCA: Fishbone Diagram + Why


Gap
Analysis Perencanaan Penganggaran Pelaksanaan Penatausahaan Pelaporan Monev

Implementasi Kebijakan
Contoh Penggunaan Metode

RCA Force Field Analysis

Tujuan
Faktor Program Linsek Faktor
Pendorong Penghambat

FD
4
2 TEO
5 5
FD
5 2 TEO
3 6

Simpulan

Pelaksanaan
Organisasi Pengawasan

1 Penanggung jawab (Kepala BPKP)


• Menetapkan kebijakan pengawasan nasional ( jakwasnas) program
linsek
• Menetapkan tema waslinsek dan menetapkan Kedeputian Teknis selaku
Kedeputian Koordinator
• Memberikan garis besar dan arahan penyelenggaraan waslinsek
• Melakukan pemantauan, dan memberikan pertimbangan dan pendapat
dalam penyelenggaraan kegiatan waslinsek

2 Kedeputian Koordinator
• Menyusun pedoman tematik pelaksanaan waslinsek
• Melakukan penyusunan dan penyelarasan rencana walinsek
• Melakukan koordinasi antar-Kedeputian, Perwakilan BPKP dan/atau APIP K/L/PD,
serta Prime Mover dalam rangka meyakinkan tercapainya tujuan waslinsek
• Menganalisis hasil pengawasan dari kedeputian pendukung (rendal)
• Menyusun pelaporan dan rekomendasi strategis
Organisasi Pengawasan

3 Kedeputian Pendukung (Rendal)


• Melaksanakan waslinsek dan/atau mengkooedinasikan pelaksanaan pengawasan kepada Perwakilan BPKP
dan/atau APIP K/L/PD sesuai dengan ruang lingkup yang disepakati
• Mengkonsolidasikan dan menganalisis laporan hasil pengawasan dari Perwakilan BPKP dan/atau APIP K/L/PD

Kedeputian Koordinator dapat berperan sekaligus sebagai rendal

4 Pelaksana Teknis/Lapangan
• Pelaksana Teknis/Lapangan terdiri dari Perwakilan BPKP, Direktorat, dan APIP
• Pelaksana Teknis/Lapangan melaksanakan pengawasan mengacu kepada Pedoman Tematik Waslinsek

5 Prime Mover
• Menyiapkan dukungan sistem informasi terkait perencanaan pengawasan dan pengelolaan hasil pengawasan, pemenuhan
kompetensi SDM, saran prasarana fisik, Pendidikan dan pelatihan, untuk melaksanakan waslinsek
Hubungan Pedoman Umum dengan Pedoman Tematik

Pedoman umum merupakan acuan umum bagi unit kerja di


lingkungan BPKP dalam menyusun pedoman tematik waslinsek

Pedoman tematik dikoordinasikan penyusunannya oleh


kedeputian koordinator

Tema dalam pedoman tematik waslinsek dipilih berdasarkan


prioritas yang telah digariskan oleh Pemerintah (dalam RPJMN)

Pedoman tematik waslinsek menjadi acuan dalam


penyelenggaraan waslinsek oleh Kedeputian, Perwakilan BPKP,
unit kerja lain di lingkungan BPKP (misal: Pusat-Pusat), dan APIP
Tahapan Pengawasan Lintas Sektoral

Perencanaan Waslinsek

Pelaksanaan Waslinsek

Pelaporan Waslinsek

Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan


Perencanaan Waslinsek

1 Pemilihan tema waslinsek


• Ditetapkan oleh Kepala BPKP
• Mengawal program nasional dalam RPJMN, Visi Misi Presiden, Rencana Strategis serta Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
• Mempertimbangkan signifikansi, risiko potensial, daya ungkit program, dan auditabilitasnya

2 Pembahasan/koordinasi lintas kedeputian terkait


• Menyepakati tema dukungan (tematik) yang telah dipilih
• Menetapkan kedeputian pendukung yang akan berperan sebagai rendal
• Mengkoordinasikan waktu pelaksanaan pengawasan

3 Penyusunan Program Kerja Pengawasan dan Pembinaan Tahunan (PKP2T)


• Kedeputian Koordinator dan Pendukung memasukkan tema pengawasan yang menjadi tugas kerendalannya
• Pengusulan dan penetapan PKP2T mengikuti Prosedur Kegiatan Baku Perencanaan yang berlaku di BPKP
• Dalam hal terdapat koordinasi dan sinkronisasi pengawasan dengan APIP, Kedeputian Koordinator atau Kedeputian Rendal
mengkoordinasikan perihal kegiatan kepada APIP terkait, sebagai bagian dari rencana pengawasan APIP tersebut.

4 Penyusunan Pedoman Tematik


• Sesuai dengan konteks dan tema penugasan yang dipilih dengan tetap mengacu pada Pedoman Umum Walinsek.
• Berdasarkan bisnis proses program, Kedeputian Koordinator dan Kedeputian Pendukung menyepakati pembagian peran dalam
penyusunan Pedoman Tematik tersebut.
Perencanaan Waslinsek – Pedoman Tematik

• Penyusunan Pedoman Tematik dilakukan pada tahun sebelum (T-1) atau pada Tahun (T-0) akan dilaksanakannya
• Pedoman Tematik perlu mengacu pada konsep Governance, Risk, dan Control (GRC)
• Terdiri dari Pendahuluan, Gambaran Umum Program, Kerangka Acuan Pengawasan, Program Kerja Pengawasan, serta Pelaporan
dan Pemantauan Hasil Pengawasan.
• Pedoman Tematik ini juga memuat pembentukan tim, pembagian tugas serta koordinasi pengawasan, baik antar-Kedeputian
Teknis, Pusat dengan Perwakilan BPKP serta dengan APIP K/L/PD terkait jika perlu.
• Gambaran Umum Program (sebagai big picture program) memuat bisnis proses program linsek beserta strategic alignment,
termasuk identifikasi K/L sebagai koordinator program dan pihak yang terlibat (K/L/PD) beserta perannya, tujuan program,
penerima dampak/manfaat dan indikator kinerja.
• Berdasarkan bisnis proses tersebut, diidentifikasi titik kritis-titik kritis atau risiko dalam pelaksanaannya dalam bentuk Tentative
Assignment/Evaluation Objective (TAO/TEO). Identifikasi TAO/TEO dapat juga mengacu pada hasil survei pendahuluan dan kajian
referensi terkait.
• Program Kerja Pengawasan memuat desain langkah-langkah kerja beserta anggaran waktu yang diperlukan dalam tahapan proses
pengawasan dan dimaksudkan untuk memperoleh bukti yang relevan, cukup, kompeten untuk mendukung simpulan hasil
pengawasan yang dilaksanakan.
• Penyimpulan hasil pengawasan berdasarkan kriteria yang telah disusun, dengan terlebih dahulu menetapkan ukuran/kriteria
efisiensi, dan/atau efektivitas pencapaian tujuan program

Jika belum terdapat indikator kinerja program, maka diselenggarakan Focus Group Discussion
(FGD) untuk menyepakati indikator tersebut dengan pengelola program.
Template Pedoman Tematik – Lampiran 7
Pelaksanaan Waslinsek

1 Kegiatan Survei Pendahuluan dan Penilaian Pengendalian Intern


• Dilakukan dalam kerangka pemahaman proses bisnis suatu program,
• Identifikasi titik kritis dan risiko pelaksanaan program
• Identifikasi kegiatan pengendalian yang telah dan yang perlu dilakukan.
• Penilaian pengendalian intern dapat menggunakan hasil penilaian maturitas SPIP pada instansi pemerintah yang terkait serta
database SIMA-HP yang telah dimiliki BPKP.
• Hasil pengujian pengendalian menjadi pertimbangan luasan pengawasan yang dilakukan

2 Pelaksanaan Pengawasan di lapangan (field assurance)


• Dilakukan oleh Tim Pusat dari Kedeputian Teknis sebagai rendal, dan Tim Perwakilan BPKP sebagai pelaksana pengawasan di
lapangan, namun dimungkinkan dalam waslinsek ini untuk melibatkan APIP K/L/PD terkait.
• Selain berperan sebagai rendal, Tim Pusat juga dapat melaksanakan pengawasan lapangan (field assurance) atas instansi yang
berkedudukan di Pusat, misalnya K/L terkait dengan program
• Pelaksanaan pengawasan:
• Dilakukan oleh tim yang profesional,
• Pelaksanaan entry meeting dan/atau exit meeting dilakukan Tim didampingi oleh pejabat struktural minimal selevel
dengan pejabat yang hadir mewakili instansi yang menjadi obyek pengawasan
• Seluruh tahapan pemeriksaan terdokumentasi secara lengkap,
• Pembahasan hasil pengawasan dengan pihak terkait yang disertai dengan berita acara hasil pembahasan
• Dapat dilakukan penjaminan kualitas (quality assurance) atas pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh Tim Pusat
sebagai penanggungjawab
Pelaksanaan Waslinsek - Quality Assurance

3 Pengendalian mutu pengawasan (quality assurance)


• Personil yang ditugaskan telah melakukan identifikasi, analisis, evaluasi, dan dokumentasi informasi secara memadai untuk
mencapai tujuan penugasan
• Entry meeting dan/atau exit meeting telah dilakukan oleh Tim didampingi oleh pejabat struktural minimal selevel dengan
pejabat yang hadir mewakili instansi yang menjadi obyek pengawasan
• Penanggungjawab telah menerima informasi yang lengkap tentang perkembangan penugasan dan segera memberikan
perhatian/arahan terhadap permasalahan yang timbul dalam penugasan
• Penugasan telah disupervisi secara memadai untuk menjamin bahwa tujuan penugasan dapat dicapai dan kualitas hasil
pengawasan telah terpenuhi
• Penugasan pengawasan telah dilaksanakan sesuai Pedoman Tematik
• Jejak reviu dan kelengkapan dokumentasi penjaminan kualitas telah dilakukan oleh Tim Pengawasan
• Reviu Kertas Kerja Penugasan telah dilakukan secara berjenjang dari Ketua Tim sampai dengan Pembantu Penanggung Jawab
dengan menyertakan hasil reviu secara tertulis pada kerta kerja yang direviu
• Berita Acara/Notulen Hasil Pembahasan atas temuan hasil pelaksanaan penugasan pengawasan telah dibuat dan
ditandatangani bersama oleh pihak Tim dengan pihak obyek pengawasan
• Apabila terdapat permasalahan yang cukup strategis atau berisiko tinggi, maka permasalahan tersebut telah dibahas dengan
penanggung jawab penjaminan kualitas pengawasann dan pembinaan dan/atau Kepala Perwakilan dan Deputi Teknis

Pelaksanaan penjaminan kualitas/pengendalian mutu pengawasan berpedoman pada Perka BPKP Nomor
14 Tahun 2013 tentang Pedoman Penjaminan Kualitas Pengawasan dan Pembinaan
Pelaporan Waslinsek

• Pelaporan waslinsek bertujuan untuk menyampaikan hasil pengawasan serta rekomendasi strategis yang
diharapkan mampu memberikan kontribusi signifikan dalam mewujudkan keberhasilan program linsek
• Pelaporan waslinsek merupakan hasil pengawasan BPKP sebagai satu kesatuan informasi hasil pengawasan atas
program linsek yang dikoordinir oleh Kedeputian Koordinator
• Pelaporan waslinsek terdiri dari laporan konsolidasi tingkat nasional, laporan kedeputian pendukung/rendal serta
laporan masing-masing Perwakilan BPKP/APIP yang dilibatkan
• Laporan hasil konsolidasi tingkat nasional ditujukan kepada K/L selaku leading sector dan kepada K/L pendukung
program linsek
• Secara periodik, informasi hasil waslinsek disampaikan kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam bentuk atensi
atau rekomendasi strategis
• Laporan dari masing-masing Perwakilan BPKP yang dilibatkan merupakan laporan dukungan untuk selanjutnya
di kompilasi di tingkat nasional oleh Tim Rendal.
• Laporan masing-masing Perwakilan BPKP dikirimkan kepada Kepala Daerah (penanggung jawab program) dan
ditembuskan kepada rendal serta leading program di daerah
PP404 Pelaporan Waslinsek

• Rekomendasi strategis merupakan rekomendasi yang memenuhi kriteria: signifikan dalam mendukung pencapaian tujuan,
mencakup lebih dari satu pihak (stakeholders), berorientasi jangka panjang, penting untuk segera ditangani dan diperuntukkan
bagi top manajemen pemerintahan
• Perumusan rekomendasi strategis perlu mempertimbangkan konsep GRC sebagai fokus pengawasan intern, dimana
rekomendasi strategis diharapkan mampu memberikan masukan berupa mekanisme pengendalian (control) yang paling tepat
atas risiko yang telah diidentifikasi dalam pengawasann, berkontribusi dalam perbaikan tata kelola serta menjamin pencapaian
tujuan dari program linsek
• Dalam hal ditemukan permasalahan hambatan kelancaran pembangunan atau indikasi tindak pidana korupsi, tindak perdata,
dan atau penyimpangan/penyalahgunaan keuangan, agar disampaikan kepada Kedeputian Investigasi untuk diproses sesuai
ketentuan yang berlaku
• Temuan dan rekomendasi hasil waslinsek dapat dilakukan quality assurance oleh Tim Pusat sebagai penanggung jawab
koordinator sesuai Perka Nomor 14 Tahun 2013.
• Selanjutnya dilakukan pembahasan bersama dalam bentuk Focus Group Discussion/Expose dengan beberapa pimpinan
institusi yang terlibat untuk memperoleh tanggapan dan kemungkinannnya untuk ditindaklanjuti, atau dalam bentuk renaksi,
yang dikoordinasikan oleh Kedeputian Koordinator.
• Setelah institusi terkait sepakat dengan hasil temuan serta rekomendasi tim pengawasan, maka laporan hasil pengawasan dapat
segera difinalkan dan dikirimkan kepada masing-masing pihak yang terkait untuk ditindaklanjuti.

Penyusunan laporan berpedoman pada Peraturan Kepala BPKP Nomor 1511/IP/2011 tentang Standar Format, Substansi,
dan Prosedur Penyusunan Laporan Hasil Pengawasan BPKP Kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah dan
Presiden
Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan

• Atas hasil pengawasan dan rekomendasi yang diberikan selanjutnya dimasukkan dalam Sistem Informasi
Manajemen – Hasil Pengawasan (SIMA-HP) sebagai alat pengendalian hasil pengawasan
• Pemantauan tindaklanjut hasil pengawasan bertujuan untuk melakukan monitoring sejauh mana rekomendasi
pengawasan telah dilaksanakan oleh instansi terkait
• Pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan oleh Perwakilan BPKP atas rekomendasi yang diberikan
kepada institusi pemerintah daerah dan Tim Rendal memantau tindak lanjut institusi pemerintah pusat
Studi Kasus
Rerangka Pikir Waslinsek

MELALUI K/L
IDENTIFIKASI A
KEBUTUHAN PD
STAKEHOLDER K/L
B
FGD/Wawancara
CONTROL 
MENDORONG
RISIKO
KEBERHASILAN CAPAIAN IDENTIFIKASI RISK ASPEK WASLINSEK:
PERBAIKAN TATA
KELOLA 1. KEBIJAKAN
INDIKATOR Analisis 2. KELEMBAGAAN
MEMINIMALKAN PP/KP/ProP 3. IMPLEMENTASI:
RISIKO ASSURANCE
• Perencanaan
CRITICAL/HIGH RISK
• Penganggaran
Memastikan • Penatausahaan
akurasi output AREP • Pelaporan
• Monev
PROGRAM KERJA 4. KEMAJUAN
ASSURANCE 5. DAMPAK

REKOMENDASI
Contoh: Big Picture – Rerangka Berpikir - Bisnis Proses

Isu Strategis:
EoDB, OSS
Contoh: Big Picture – Rerangka Berpikir - Bisnis Proses
Proses bisnis Diklat Teknis OSS dapat diringkas sebagai berikut:
• Analisis Kebutuhan
Menentukan jenis pelatihan berdasarkan identifikasi kompetensi yang dibutuhkan pegawai sesuai dengan tugas
kerja dan tujuan instansi
• Perencanaan
Menentukan metode pelatihan, peserta, narasumber, tempat pelaksanaan, anggaran, kebutuhan pendukung lainnya
• Penyelenggaraan
Pada tahap ini dilakukan beberapa hal, yaitu:
1. Pembukaan pendaftaran: membuka pendaftaran pelatihan dan mengirimkan surat pemberitahuan kegiatan
pelatihan kepada seluruh instansi di daerah.
2. Seleksi: melakukan seleksi peserta sesuai dengan persyaratan.
3. Pelaksanaan: melaksanakan kegiatan yang diikuti peserta yang telah lulus seleksi.
4. Evaluasi: Evaluasi dilakukan terhadap peserta, narasumber dan penyelenggara.
• Selain Diklat OSS, terdapat penyelenggaraan Diklat Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Substansi OSS dan
Workshop Pelayanan Perizinan Berusaha yang merupakan kegiatan non proyek prioritas namun terkait dengan
pencapaian indikator KP.
Contoh: Big Picture – Rerangka Berpikir - Bisnis Proses
No Indikator KP (Objective) Estimated IDENTIFIKASI RISK CRITICAL RISK
outcome
1 Jumlah perangkat ASN/Perangkat 1. Tidak ada Quality Procedure atas pelaksanaan diklat Kurikulum diklat tidak
DPMPTSP yang mengikuti mampu 2. Penentuan peserta diklat tidak tepat sesuai kebutuhan
diklat teknis OSS menggunakan 3. Kurikulum diklat tidak sesuai kebutuhan sehingga sehingga efektifitas
OSS dengan efektifitas pelatihan rendah pelatihan rendah
optimal 4. Biaya pelatihan tidak tersedia
5. Kualitas widyaiswara rendah

2 Jumlah implementasi OSS menjadi 1. Perumusan tata kelola sistem tidak/belum memenuhi Pelaksanaan Perizinan
Perizinan Berusaha sarana percepatan kualiifikasi Berusaha melalui OSS
Terintegrasi Secara proses penerbitan 2. Kurang efektif dan lemahnya eksistensi kontrol yang terhambat dengan
Elektronik perizinan diterapkan proses integrasi sistem
3. Fasilitas/media pendukung belum memadai perizinan elektronik
4. Tidak ada quality control and assurance yang cukup yang ada di DPMPTSP
terhadap fasilitas/media pendukung
5. Perumusan protokol/back-up keamanan atas sistem
kurang memadai
6. SICANTIK belum siap
7. Perumusan kebijakan integrasi tidak/belum memenuhi
kualifikasi
8. Fasilitas/media pendukung belum memadai
Objective Risiko Ranking Analisis Atas Existing Control
Indikator KP Jumlah perangkat DPMPTSP yang mengikuti diklat teknis OSS 1.000 peserta
Estimated Outcome ASN/Perangkat mampu menggunakan OSS dengan optimal

Identifikasi Risiko
1 Tidak ada Quality 3 Prosedur evaluasi pasca diklat telah diatur, namun sering terkendala
Procedure atas kuesioner peserta tidak kembali atau tidak ada analisis yang memadai atas
pelaksanaan diklat hasil kuesioner
2 Penentuan peserta diklat 2 Prosedur penentuan kriteria telah dimiliki namun sering terjadi peserta
tidak tepat yang dikirim bukan yang terkait
3 Kurikulum diklat tidak 1 • Analisis kebutuhan tidak dilakukan
sesuai kebutuhan • Tidak ada prosedur untuk meminta masukan dari DPMPTSP
sehingga efektifitas
pelatihan rendah
4 Biaya Pelatihan tidak 4 Anggaran pelatihan disediakan oleh BKPM
tersedia
5 Kualitas widyaiswara 5 Widyaiswara telah terlatih dan berpengalaman
rendah
Critical Risk Aspek Program Kerja

Kurikulum diklat tidak sesuai kebutuhan Kebijakan BKPM (Dilakukan oleh Rendal)
sehingga efektifitas pelatihan rendah
Belum ada kebijakan yang mengatur pelaksanaan analisis
kebutuhan dan permintaan masukan kurikulum dari DPMPSP
BKPM

DPMPTSP (Dilakukan oleh Perwakilan BPKP)


Tidak ada kebijakan untuk meminta masukan kurikulum
diklat dari DPMPTSP
DPMPTSP
Klarifikasi ke DPMPTSP terkait kesesuaian kurikulum diklat
dengan kebutuhan di lapangan/ DPMPTSP.
Identifikasikan masukan dari DPMPTSP
Critical Risk Aspek Program Kerja

Kurikulum diklat tidak sesuai kebutuhan Kelembagaan BKPM (Dilakukan oleh Rendal)
sehingga efektifitas pelatihan rendah
Memastikan bahwa telah ada kelembagaan yang menangani
penyusunan kurikulum diklat.
BKPM

DPMPTSP (Dilakukan oleh Perwakilan BPKP)


Tidak perlu diuji.

DPMPTSP
Critical Risk Aspek Program Kerja

Kurikulum diklat tidak sesuai kebutuhan Implementasi BKPM (Dilakukan oleh Rendal)
sehingga efektifitas pelatihan rendah
Memastikan bahwa kurikulum menjabarkan tujuan, metode
dan durasi pembelajaran dengan jelas dan sesuai dengan
BKPM
topik yang dibutuhkan.
Memastikan adanya evaluasi penyelenggaraan diklat.

DPMPTSP (Dilakukan oleh Perwakilan BPKP)

DPMPTSP Memastikan bahwa ASN/perangkat DPMPTSP yang


mengikuti diklat teknis OSS telah memenuhi kriteria yang
dipersyaratkan.
Menguji bahwa peserta diklat teknis OSS dapat
mengimplementasikan pengetahuan/keahlian hasil
diklatnya.
Identifikasikan masukan dari DPMPTSP terkait kurikulum
diklat yang diikuti.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai