Upaya Pemerintah untuk menangani dampak pandemi Covid-19 melalui Program Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN) dilaksanakan melalui banyak bidang, seperti: penanganan kesehatan, perlindungan sosial,
dan dukungan kepada UMKM.
BPKP melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu
yang meliputi:
a. kegiatan yang bersifat lintas sektoral;
b. kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara; dan
c. kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.
Konsepsi Dasar dalam Rerangka Waslinsek
Konsep GRC
Konsep IPO-OBI
Pengawasan
intern dan audit
intern mempunyai
persamaan
pengertian
dimana keduanya
terdiri dari dua
kegiatan utama
yaitu assurance
dan consulting
Pengawasan Intern dan Audit Intern
simpulan
1. Kegiatan audit, reviu, evaluasi dan pemantauan mempunyai kesamaan dengan kegiatan assurance
2. Kegiatan pengawasan lain mempunyai kesamaan pengertian dengan kegiatan consulting
3. Pengawasan intern menurut PP 60/2008 mempunyai esensi yang sama dengan internal audit menurut IIA
STANDAR AIPI DAN SKPI (HIERARKI)
GOVERNANCE, RISK, DAN CONTROL (GRC)
KL B
KL A
KL C
KL B
KL C
KL B
KL A
KL D
Pemda
Pemda
Memahami Konsep Perencanaan Pembangunan
Gambaran Umum
Hasil kajian Puslitbangwas BPKP menyebutkan bahwa merujuk pada UU 25 Tahun 2004, PP 20 Tahun 2015, dan PP
60 Tahun 2008:
program-program yang berada di suatu Kementerian/Lembaga yang dapat diaudit oleh APIP kementerian/lembaga
yang bersangkutan, tidak dapat dikategorikan sebagai program lintas sektoral, namun program tersebut akan
menjadi bagian dari program lintas sektoral apabila berkaitan dengan program yang ada di kementerian/lembaga
lain untuk mencapai tujuan bersama.
Pengertian Pengawasan Lintas Sektoral
Tujuan Umum
• Mendorong keberhasilan pencapaian program/kegiatan melalui:
• pemberian rekomendasi berupa mekanisme pengendalian (control)
yang paling tepat atas risiko yang telah diidentifikasi dalam
pengawasan,
• berkontribusi dalam perbaikan tata kelola (governance), serta
• menjamin pencapaian tujuan dari program linsek
Tujuan Khusus
• Sesuai dengan arahan pimpinan dan permintaan stakeholders.
• Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis dan evaluasi bukti yang dilakukan secara
independen, objektif dan professional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi
instansi pemerintah.
• Reviu adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk memberikan keyakinan bahwa
kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang
telah ditetapkan.
• Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil/prestasi suatu kegiatan dengan standar,
rencana atau norma yang telah ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan.
• Pemantauan adalah proses penilaian kemajuan suatu program/kegiatan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Bentuk Pengawasan (Assurance)
Ex-Post, Completion
Usually at completion
but also at mid-term,
ex-post and ongoing
Ongoing
Output Hasil Pengawasan
Waslinsek dapat dilakukan sejak awal program ditetapkan sampai dengan program
memberikan dampak sesuai target maupun setelah RPJMN berakhir
Ruang Lingkup Pengawasan
3 Kemajuan (progress)
1 Kebijakan Capaian 5 Dampak Kebijakan
• Keselarasan lintas sektoral • Informasi target dan capaian • perubahan atau capaian yang
• Efektivitas implementasi program/kegiatan linsek terjadi sebagai akibat suatu
kebijakan program
Waslinsek harus dapat melihat bagaimana integrasi dan interaksi dari pengelolaan
program/kegiatan tersebut dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Metode Waslinsek – Langkah Kerja
Acuan metode
• Berdasarkan Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (
http://aaipi.or.id/produk/)
• Mengutamakan metodologi yang sesuai dengan bentuk
pengawasannya (PerBPKP 1/2019 SKPI BPKP)
Input 5 Aspek
Target
Proses
Root Cause Force Field
Gap Analysis Simpulan
Analysis Analysis
Output
Realisasi
5 Why’s
Outcome,
Benefit,
Impact
Fishbone
Diagram
Contoh Penggunaan Metode
Kebijakan Kelembagaan
Implementasi Kebijakan
Contoh Penggunaan Metode
Tujuan
Faktor Program Linsek Faktor
Pendorong Penghambat
FD
4
2 TEO
5 5
FD
5 2 TEO
3 6
Simpulan
Pelaksanaan
Organisasi Pengawasan
2 Kedeputian Koordinator
• Menyusun pedoman tematik pelaksanaan waslinsek
• Melakukan penyusunan dan penyelarasan rencana walinsek
• Melakukan koordinasi antar-Kedeputian, Perwakilan BPKP dan/atau APIP K/L/PD,
serta Prime Mover dalam rangka meyakinkan tercapainya tujuan waslinsek
• Menganalisis hasil pengawasan dari kedeputian pendukung (rendal)
• Menyusun pelaporan dan rekomendasi strategis
Organisasi Pengawasan
4 Pelaksana Teknis/Lapangan
• Pelaksana Teknis/Lapangan terdiri dari Perwakilan BPKP, Direktorat, dan APIP
• Pelaksana Teknis/Lapangan melaksanakan pengawasan mengacu kepada Pedoman Tematik Waslinsek
5 Prime Mover
• Menyiapkan dukungan sistem informasi terkait perencanaan pengawasan dan pengelolaan hasil pengawasan, pemenuhan
kompetensi SDM, saran prasarana fisik, Pendidikan dan pelatihan, untuk melaksanakan waslinsek
Hubungan Pedoman Umum dengan Pedoman Tematik
Perencanaan Waslinsek
Pelaksanaan Waslinsek
Pelaporan Waslinsek
• Penyusunan Pedoman Tematik dilakukan pada tahun sebelum (T-1) atau pada Tahun (T-0) akan dilaksanakannya
• Pedoman Tematik perlu mengacu pada konsep Governance, Risk, dan Control (GRC)
• Terdiri dari Pendahuluan, Gambaran Umum Program, Kerangka Acuan Pengawasan, Program Kerja Pengawasan, serta Pelaporan
dan Pemantauan Hasil Pengawasan.
• Pedoman Tematik ini juga memuat pembentukan tim, pembagian tugas serta koordinasi pengawasan, baik antar-Kedeputian
Teknis, Pusat dengan Perwakilan BPKP serta dengan APIP K/L/PD terkait jika perlu.
• Gambaran Umum Program (sebagai big picture program) memuat bisnis proses program linsek beserta strategic alignment,
termasuk identifikasi K/L sebagai koordinator program dan pihak yang terlibat (K/L/PD) beserta perannya, tujuan program,
penerima dampak/manfaat dan indikator kinerja.
• Berdasarkan bisnis proses tersebut, diidentifikasi titik kritis-titik kritis atau risiko dalam pelaksanaannya dalam bentuk Tentative
Assignment/Evaluation Objective (TAO/TEO). Identifikasi TAO/TEO dapat juga mengacu pada hasil survei pendahuluan dan kajian
referensi terkait.
• Program Kerja Pengawasan memuat desain langkah-langkah kerja beserta anggaran waktu yang diperlukan dalam tahapan proses
pengawasan dan dimaksudkan untuk memperoleh bukti yang relevan, cukup, kompeten untuk mendukung simpulan hasil
pengawasan yang dilaksanakan.
• Penyimpulan hasil pengawasan berdasarkan kriteria yang telah disusun, dengan terlebih dahulu menetapkan ukuran/kriteria
efisiensi, dan/atau efektivitas pencapaian tujuan program
Jika belum terdapat indikator kinerja program, maka diselenggarakan Focus Group Discussion
(FGD) untuk menyepakati indikator tersebut dengan pengelola program.
Template Pedoman Tematik – Lampiran 7
Pelaksanaan Waslinsek
Pelaksanaan penjaminan kualitas/pengendalian mutu pengawasan berpedoman pada Perka BPKP Nomor
14 Tahun 2013 tentang Pedoman Penjaminan Kualitas Pengawasan dan Pembinaan
Pelaporan Waslinsek
• Pelaporan waslinsek bertujuan untuk menyampaikan hasil pengawasan serta rekomendasi strategis yang
diharapkan mampu memberikan kontribusi signifikan dalam mewujudkan keberhasilan program linsek
• Pelaporan waslinsek merupakan hasil pengawasan BPKP sebagai satu kesatuan informasi hasil pengawasan atas
program linsek yang dikoordinir oleh Kedeputian Koordinator
• Pelaporan waslinsek terdiri dari laporan konsolidasi tingkat nasional, laporan kedeputian pendukung/rendal serta
laporan masing-masing Perwakilan BPKP/APIP yang dilibatkan
• Laporan hasil konsolidasi tingkat nasional ditujukan kepada K/L selaku leading sector dan kepada K/L pendukung
program linsek
• Secara periodik, informasi hasil waslinsek disampaikan kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam bentuk atensi
atau rekomendasi strategis
• Laporan dari masing-masing Perwakilan BPKP yang dilibatkan merupakan laporan dukungan untuk selanjutnya
di kompilasi di tingkat nasional oleh Tim Rendal.
• Laporan masing-masing Perwakilan BPKP dikirimkan kepada Kepala Daerah (penanggung jawab program) dan
ditembuskan kepada rendal serta leading program di daerah
PP404 Pelaporan Waslinsek
• Rekomendasi strategis merupakan rekomendasi yang memenuhi kriteria: signifikan dalam mendukung pencapaian tujuan,
mencakup lebih dari satu pihak (stakeholders), berorientasi jangka panjang, penting untuk segera ditangani dan diperuntukkan
bagi top manajemen pemerintahan
• Perumusan rekomendasi strategis perlu mempertimbangkan konsep GRC sebagai fokus pengawasan intern, dimana
rekomendasi strategis diharapkan mampu memberikan masukan berupa mekanisme pengendalian (control) yang paling tepat
atas risiko yang telah diidentifikasi dalam pengawasann, berkontribusi dalam perbaikan tata kelola serta menjamin pencapaian
tujuan dari program linsek
• Dalam hal ditemukan permasalahan hambatan kelancaran pembangunan atau indikasi tindak pidana korupsi, tindak perdata,
dan atau penyimpangan/penyalahgunaan keuangan, agar disampaikan kepada Kedeputian Investigasi untuk diproses sesuai
ketentuan yang berlaku
• Temuan dan rekomendasi hasil waslinsek dapat dilakukan quality assurance oleh Tim Pusat sebagai penanggung jawab
koordinator sesuai Perka Nomor 14 Tahun 2013.
• Selanjutnya dilakukan pembahasan bersama dalam bentuk Focus Group Discussion/Expose dengan beberapa pimpinan
institusi yang terlibat untuk memperoleh tanggapan dan kemungkinannnya untuk ditindaklanjuti, atau dalam bentuk renaksi,
yang dikoordinasikan oleh Kedeputian Koordinator.
• Setelah institusi terkait sepakat dengan hasil temuan serta rekomendasi tim pengawasan, maka laporan hasil pengawasan dapat
segera difinalkan dan dikirimkan kepada masing-masing pihak yang terkait untuk ditindaklanjuti.
Penyusunan laporan berpedoman pada Peraturan Kepala BPKP Nomor 1511/IP/2011 tentang Standar Format, Substansi,
dan Prosedur Penyusunan Laporan Hasil Pengawasan BPKP Kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah dan
Presiden
Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan
• Atas hasil pengawasan dan rekomendasi yang diberikan selanjutnya dimasukkan dalam Sistem Informasi
Manajemen – Hasil Pengawasan (SIMA-HP) sebagai alat pengendalian hasil pengawasan
• Pemantauan tindaklanjut hasil pengawasan bertujuan untuk melakukan monitoring sejauh mana rekomendasi
pengawasan telah dilaksanakan oleh instansi terkait
• Pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan oleh Perwakilan BPKP atas rekomendasi yang diberikan
kepada institusi pemerintah daerah dan Tim Rendal memantau tindak lanjut institusi pemerintah pusat
Studi Kasus
Rerangka Pikir Waslinsek
MELALUI K/L
IDENTIFIKASI A
KEBUTUHAN PD
STAKEHOLDER K/L
B
FGD/Wawancara
CONTROL
MENDORONG
RISIKO
KEBERHASILAN CAPAIAN IDENTIFIKASI RISK ASPEK WASLINSEK:
PERBAIKAN TATA
KELOLA 1. KEBIJAKAN
INDIKATOR Analisis 2. KELEMBAGAAN
MEMINIMALKAN PP/KP/ProP 3. IMPLEMENTASI:
RISIKO ASSURANCE
• Perencanaan
CRITICAL/HIGH RISK
• Penganggaran
Memastikan • Penatausahaan
akurasi output AREP • Pelaporan
• Monev
PROGRAM KERJA 4. KEMAJUAN
ASSURANCE 5. DAMPAK
REKOMENDASI
Contoh: Big Picture – Rerangka Berpikir - Bisnis Proses
Isu Strategis:
EoDB, OSS
Contoh: Big Picture – Rerangka Berpikir - Bisnis Proses
Proses bisnis Diklat Teknis OSS dapat diringkas sebagai berikut:
• Analisis Kebutuhan
Menentukan jenis pelatihan berdasarkan identifikasi kompetensi yang dibutuhkan pegawai sesuai dengan tugas
kerja dan tujuan instansi
• Perencanaan
Menentukan metode pelatihan, peserta, narasumber, tempat pelaksanaan, anggaran, kebutuhan pendukung lainnya
• Penyelenggaraan
Pada tahap ini dilakukan beberapa hal, yaitu:
1. Pembukaan pendaftaran: membuka pendaftaran pelatihan dan mengirimkan surat pemberitahuan kegiatan
pelatihan kepada seluruh instansi di daerah.
2. Seleksi: melakukan seleksi peserta sesuai dengan persyaratan.
3. Pelaksanaan: melaksanakan kegiatan yang diikuti peserta yang telah lulus seleksi.
4. Evaluasi: Evaluasi dilakukan terhadap peserta, narasumber dan penyelenggara.
• Selain Diklat OSS, terdapat penyelenggaraan Diklat Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Substansi OSS dan
Workshop Pelayanan Perizinan Berusaha yang merupakan kegiatan non proyek prioritas namun terkait dengan
pencapaian indikator KP.
Contoh: Big Picture – Rerangka Berpikir - Bisnis Proses
No Indikator KP (Objective) Estimated IDENTIFIKASI RISK CRITICAL RISK
outcome
1 Jumlah perangkat ASN/Perangkat 1. Tidak ada Quality Procedure atas pelaksanaan diklat Kurikulum diklat tidak
DPMPTSP yang mengikuti mampu 2. Penentuan peserta diklat tidak tepat sesuai kebutuhan
diklat teknis OSS menggunakan 3. Kurikulum diklat tidak sesuai kebutuhan sehingga sehingga efektifitas
OSS dengan efektifitas pelatihan rendah pelatihan rendah
optimal 4. Biaya pelatihan tidak tersedia
5. Kualitas widyaiswara rendah
2 Jumlah implementasi OSS menjadi 1. Perumusan tata kelola sistem tidak/belum memenuhi Pelaksanaan Perizinan
Perizinan Berusaha sarana percepatan kualiifikasi Berusaha melalui OSS
Terintegrasi Secara proses penerbitan 2. Kurang efektif dan lemahnya eksistensi kontrol yang terhambat dengan
Elektronik perizinan diterapkan proses integrasi sistem
3. Fasilitas/media pendukung belum memadai perizinan elektronik
4. Tidak ada quality control and assurance yang cukup yang ada di DPMPTSP
terhadap fasilitas/media pendukung
5. Perumusan protokol/back-up keamanan atas sistem
kurang memadai
6. SICANTIK belum siap
7. Perumusan kebijakan integrasi tidak/belum memenuhi
kualifikasi
8. Fasilitas/media pendukung belum memadai
Objective Risiko Ranking Analisis Atas Existing Control
Indikator KP Jumlah perangkat DPMPTSP yang mengikuti diklat teknis OSS 1.000 peserta
Estimated Outcome ASN/Perangkat mampu menggunakan OSS dengan optimal
Identifikasi Risiko
1 Tidak ada Quality 3 Prosedur evaluasi pasca diklat telah diatur, namun sering terkendala
Procedure atas kuesioner peserta tidak kembali atau tidak ada analisis yang memadai atas
pelaksanaan diklat hasil kuesioner
2 Penentuan peserta diklat 2 Prosedur penentuan kriteria telah dimiliki namun sering terjadi peserta
tidak tepat yang dikirim bukan yang terkait
3 Kurikulum diklat tidak 1 • Analisis kebutuhan tidak dilakukan
sesuai kebutuhan • Tidak ada prosedur untuk meminta masukan dari DPMPTSP
sehingga efektifitas
pelatihan rendah
4 Biaya Pelatihan tidak 4 Anggaran pelatihan disediakan oleh BKPM
tersedia
5 Kualitas widyaiswara 5 Widyaiswara telah terlatih dan berpengalaman
rendah
Critical Risk Aspek Program Kerja
Kurikulum diklat tidak sesuai kebutuhan Kebijakan BKPM (Dilakukan oleh Rendal)
sehingga efektifitas pelatihan rendah
Belum ada kebijakan yang mengatur pelaksanaan analisis
kebutuhan dan permintaan masukan kurikulum dari DPMPSP
BKPM
Kurikulum diklat tidak sesuai kebutuhan Kelembagaan BKPM (Dilakukan oleh Rendal)
sehingga efektifitas pelatihan rendah
Memastikan bahwa telah ada kelembagaan yang menangani
penyusunan kurikulum diklat.
BKPM
DPMPTSP
Critical Risk Aspek Program Kerja
Kurikulum diklat tidak sesuai kebutuhan Implementasi BKPM (Dilakukan oleh Rendal)
sehingga efektifitas pelatihan rendah
Memastikan bahwa kurikulum menjabarkan tujuan, metode
dan durasi pembelajaran dengan jelas dan sesuai dengan
BKPM
topik yang dibutuhkan.
Memastikan adanya evaluasi penyelenggaraan diklat.