Oleh :
I’IN EBTANASARI
NIM : 201402022
Oleh :
I’IN EBTANASARI
NIM : 201402022
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunianya
2. Alm. Bapak (Muchlasin) dan Almh ibu (Siti Zaenab) tercinta yang
4. Sahabatku Nindia Ilma fitri, Linda Kusuma Dewi, Dan juga Teman-Teman
Reni Windarti, Shielda Novita, Andika tri Anita, Vriska Anjarsari yang
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : I’in Ebtanasari
Tempat/tgl lahir : Ngawi, 17 Mei 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Dsn.Kedungwaru, Ds.Katikan, Kec.Kedunggalar,
Kab.Ngawi
Email : iinebtanasari@gmail.com
No. Hp : 081326915496
vii
Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018
ABSTRAK
I’in Ebtanasari
Stunting merupakan suatu keadaan dimana tinggi badan anak yang terlalu
rendah. Stunting atau terlalu pendek berdasarkan umur adalah tinggi badan yang
diibawah minus dua standar deviasi (<-2SD) dari tabel status gizi WHO child
growth standard (WHO, 2012). Tujuan ini untuk mengetahui adanya Hubungan
berat badan lahir rendah (BBLR) dengan kejadian stunting di Desa Ketandan
Dagangan Madiun.
Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan case
control study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita di Desa
Ketandan sebanyak 287 balita. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan
simple random samling, dengan jumlah sampel sebanyak 74 balita, dengan 38
balita kasus dan 38 balita kontrol. Pengumpulan data dengan menggunakan
lembar observasi. Analisa data menggunakan uji Chi square dengan ɑ=0,05.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai berat badan lahir rendah
(BBLR) kasus 22 (57,9%) dan yang tidak menderita BBLR adalah 16 (42,1%).
Sedangkan nilai berat badan lahir rendah (BBLR) kontrol adalah 6 (15,8%) yang
BBLR dan yang tidak BBLR sejumlah 32 responden (84,2%).
Analisis uji statistik dengan menggunakan chi-square didapatkan nilai p
value 0,00 < = 0,05 dan OR 7,333 yang menunjukan bahwa adanya hubungan
berat badan lahir rendah (BBLR) dengan kejadian stunting pada anak usia 1-5
tahun di Desa Ketandan Dagangan Madiun.
Kesimpulan Balita yang menderita berat badan lahir rendah (BBLR)
memiliki resiko 7,333 lebih besar untuk mengalami stunting dibandingkan balita
yang mengalami BBLR. Disarankan kepada ibu untuk memberikan asupan nutrisi
yang bergizi kepada balita.
viii
Nursing Study Program STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018
ABSTRACT
I’in Ebtanasari
Stunting is a condition where the child's height is too low. Stunting or too
short by age is the height underdeveloped minus two standard deviations (<-2SD)
from the WHO child growth standard nutritional status table (WHO, 2012). This
goal is to know the existence of low birth weight relationship (BBLR) with the
incidence of stunting in Ketandan Dagangan Village Madiun.
The research design used was analytical with case control study approach.
Population in this research is all toddler in Ketandan Village as many as 287
balita. The sampling technique used is simple random samling, with 74 sapel
sibling number, 38 cases and 38 infant control. Data collection using observation
sheets. Data analysis using Chi square test with ɑ = 0,05.
The results of this study indicate that the value of low birth weight (BBLR)
case 22 (57.9%) and who did not suffer from low birth weight was 16 (42.1%).
While the low birth weight (LBW) control score was 6 (15.8%) of LBW and not
BBLR of 32 respondents (84.2%).
Analysis of statistical tests using chi-square obtained p value of 0.00 <=
0.05 and OR 7.333 which showed that there was a low birth weight relationship
(LBW) with the incidence of stunting in children aged 1-5 years in Ketandan
Dagangan Madiun Village .
Conclusion Toddlers who suffer from low birth weight (LBW) have a risk of
7.333 greater for experiencing stunting than infants who experience LBW. It is
recommended to mothers to provide nutritious nutrition to toddlers.
ix
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stunting
2.1.1 Pengertian Stunting ....................................................... 8
2.1.2 Faktor-faktor Penyebab Stunting ................................... 8
2.1.3 Dampak Stunting ........................................................... 18
2.1.4 Metode Pengukuran ....................................................... 19
2.1.5 Pencegahan .................................................................... 23
2.2 Konsep Dasar Balita
2.2.1 Pengertian Balita ........................................................... 23
2.2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Balita ............... 24
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Balita ............................................................................. 24
2.2.4 Ciri-ciri Tumbuh Kembang Pada Balita........................ 27
2.2.5 Tahap Tumbuh Kembang Balita ................................... 28
2.3 Konsep Dasar BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
2.3.1 Pengertian BBLR .......................................................... 37
2.3.2 Manifestasi Klinis BBLR .............................................. 38
2.3.3 Tanda-tanda BBLR ....................................................... 40
2.3.4 Klasifikasi BBLR .......................................................... 41
2.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi terjadinya BBLR ... 42
2.3.6 Penatalaksanaan BBLR ................................................. 45
x
2.4 Hubungan BBLR dengan Kejadian Stunting ............................ 47
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep ...................................................................... 48
3.2 Hipotesis Penelitian................................................................... 49
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ....................................................................... 50
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi Penelitian ....................................................... 50
4.2.2 Sampel .......................................................................... 51
4.2.3 Kriteria Kasus dan Kontrol .......................................... 52
4.3 Teknik Pengambilan Sampling ................................................. 52
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................ 53
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.5.1 Indentifikasi Variabel .................................................... 54
4.5.2 Definisi Operasional ...................................................... 55
4.6 Instrumen Penelitian.................................................................. 56
4.7 Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................... 56
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ..................................................... 56
4.9 Analisa Data .............................................................................. 57
4.10 Etika Penelitian ......................................................................... 59
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum ...................................................................... 60
5.2 Hasil Penelitian ......................................................................... 60
5.2.1 Data Umum ...................................................................... 60
5.2.2 Data Khusus ..................................................................... 63
5.3 Pembahasan
5.3.1 Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Desa Ketandan
Dagangan Madiun ......................................................... 65
5.3.2 Kejadian Stunting Pada Anak Usia 1-5 Tahun di Desa
Ketandan Dagangan Madiun ........................................ 67
5.3.3 Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dengan
Kejadian Stunting Pada Anak Usia 1-5 Tahun di Desa
Ketandan Dagangan Madiun ......................................... 69
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................... 71
6.2 Saran .......................................................................................... 71
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR ISTILAH
xv
DAFTAR SINGKATAN
xvi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karuninya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan Kejadian Sunting Pada
Anak Usia 1-5 Tahun di Desa Ketandan Kecamatan Dagangan Kabupaten
Madiun” skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam penyelesaian
Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada
Mulia Madiun.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam rangka kegiatan
penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan,
arahan dan motivasi kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Kusairi selaku Kepala Desa Ketandan yang telah memberikan izin unruk
melakukan penelitian di posyandu di Desa Ketandan Kecamatan
Dagangan Kabupaten Madiun.
2. Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes selaku ketua STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun yang telah memberikan izin.
3. Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku ketua program studi S1
keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan.
4. Dian Anisia Widyaningrum, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku pembimbing 1
yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk
memberikan kerjasamnya selaku menyusun skripsi ini.
5. Eulis Liawati, S.Kp., Ns., M.Kes. Selaku pembimbing 2 yang dengan
kesabaran dan ketelitiannya dalam membimbing, sehingga Skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
xvii
6. Alm. Bapak dan Almarhumah Ibu yang sebelumnya telah memberikan
cinta, kasih sayang, dan pengorbanannya. Semoga dapat menjadi ahli
surganya Allah SWT. Amin
7. Mbak tutik, Mas agus, Dek helga, Dek ninda yang telah memberikan
semangat, dukungan serta motivasinya.
8. Teman-teman Program Studi S1 Keperawatan angkatan 2014 atas
kerjasama dan motivasinya.
Semoga Allah SWT memberikan imbalan atas budi baik serta ketulusan
yang telah mereka berikan selama ini kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian Skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan peneliti ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca
dan kita semua.
I’in Ebtanasari
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
yang berada dalam rentan usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan
menjadi tiga golongan yaitu golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan
batita (2-3 tahun), dan golongan pra sekolah (>3-5 tahun). Adapun
menurut WHO, kelompok usia balita adalah 0-60 bulan (Andriani dan
Wirjadmadi, 2012).
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi
yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang
dan faktor manusia (host) yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat
yang memiliki kasus tertinggi untuk kategori sangat pendek dari pada
1
2
sebelumnya 338 kasus menjadi 342 kasus (Dinkes Kab Madiun, 2016).
berlanjut dalam setiap siklus hidup manusia. Wanita usia subur (WUS) dan
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Ini akan
berlanjut menjadi balita gizi kurang (stunting) dan ke usia anak sekolah
otak anak di masa golden period (0 – 3 tahun), akan menyebabkan sel otak
tidak tumbuh sempurna. Hal ini disebabkan karena 90% jumlah sel otak
gangguan tersebut terus berlangsung maka akan terjadi penurunan skor tes
untuk memenuhi kebutuhan pangan yang cukup baik segi kuantitas dan
oleh beberapa faktor, antara lain pekerjaan orang tua, tingkat pendidikan
orang tua dan jumlah anggota keluarga. Status ekonomi keluarga akan
anak balita adalah riwayat berat badan lahir rendah (BBLR). Menurut
Proverawati dan Isnawati (2010) Bayi BBLR (berat badan lahir rendah)
adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa
berkembang lebih lambat karena pada bayi dengan BBLR sejak dalam
seharusnya dia capai pada usianya setelah lahir. Bayi BBLR juga
Gizi kurang yang terjadi pada anak-anak remaja dan saat kehamilan
mempunyai dampak buruk terhadap berat badan lahir bayi. Berat badan
lahir rendah (BBLR) (<2.500 gram) dengan kehamilan genap bulan (intra
dibandingkan bayi dengan berat badan lahir normal (> atau = 2.500 gram)
pada masa neonatal maupun pada masa bayi selanjutya (Kemenkes R1,
2010).
yaitu yang pertama ada faktor ibu antara lain umur ibu yang <20 tahun
yang kedua adalah Faktor sosial ekonomi antara lain pendapatan rendah,
stunting pada anak usia 1-5 tahun di Desa Ketandan Kecamatan Dagangan
Kabupaten Madiun.
ini adalah adakah hubungan berat badan lahir rendah (BBLR) dengan
kejadian stunting pada anak usia 1-5 tahun di Desa Ketandan Kecamatan
dengan kejadian stunting pada anak usia 1-5 tahun di Desa Ketandan
pengembangan program.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stunting
terlalu rendah. Stunting atau terlalu pendek berdasarkan umur adalah tinggi
badan yang diibawah minus dua standar deviasi (<-2SD) dari tabel status
anak. Faktor-faktor dapat berhasil dari diri anak itu sendiri maupun dari
luar diri anak tersebut. Faktor penyebab stunting ini dapat disebabkan oleh
8
9
1. Faktor langsung
bulan
b. Penyakit infeksi
2013).
a. Ketersediaan pangan
2011).
R.I, 2011). Oleh karena itu penanganan masalah gizi ini tidak
yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram,
dikelompokkan menjadi 3 yaitu <48 cm, 48-52 cm, dan >52 cm,
e. ASI Eklusif
nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian air susu ibu Eklusif dan
pada bayi sejak baru lahir selama 6 bulan (Kemenkes R.I, 2012).
16
karena pada usia ini, makanan selain ASI belum mampu dicerna
tidak Eksklusif. Hal serupa dinyatakan pula oleh arifin pada tahun
f. MP-ASI
Jenis MP-ASI ada dua yaitu MP-ASI yang dibuat secara khusus
ASI yang tepat diberikan secara bertahap sesuai dengan usia anak
MP-ASI yaitu :
seperti diare hal ini terjadi karena MP-ASI yang diberikan tidak
sebersih dan mudah dicerna seperti ASI. Zat gizi seperti zink dan
tembaga serta air yang hilang selama diare jika tidak diganti akan
dua yang terdiri dari jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka
stunting pada usia 2 tahun memberikan dampak yang buruk berupa nilai
sekolah yang lebih rendah, berhenti sekolah, akan memiliki tinggi badan
22%. Stunting pada usia 2 tahun juga memberikan dampak ketika dewasa
ekonomi seseorang.
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan
Indeks
Kategori Ambang Batas
Indeks
Status Gizi (Z-Score)
Panjang Badan menurut Umur Sangat Pendek <-3 SD
(PB/U) atau Pendek -3 SD sampai dengan <-2 SD
Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U) Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Anak Umur (0-60 Bulan) Tinggi
Sumber : Kementrian Kesehatan RI, 2011
20
2.1.5 Pencegahan
diketahui untuk pemberian tindakan lebih awal agar dicapai hasil yang
lebih baik. Pengukuran tinggi badan, berat badan harus diukur dan
(Amin, 2013).
yang berada dalam rentan usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan
menjadi tiga golongan yaitu golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan
batita (2-3 tahun), dan golongan pra sekolah (>3-5 tahun). Adapun
menurut WHO, kelompok usia balita adalah 0-60 bulan (Andriani dan
Wirjadmadi, 2012).
24
fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tingkat kematangan dan
belajar. Perkembangan pada anak bisa terjadi pada perubahan bentuk dan
1. Faktor genetik
genetik yang terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi, dapat
2. Faktor lingkungan
panggul,tortikalis kongenitaldll
3) Toksin/zat kimia
mirip insulin)
26
5) Radiasi
6) Infeksi
7) Stress
8) Kelainan imunitas
9) Anoreksia embrio
b. Lingkungan postnatal
3) Faktor psikososial
2016).
27
tidak sama.
berikut:
sendirinya sesuai potensin yang ada pada anak. Sementara itu, belajar
kekurangan zat gizi nutrisi lainnya, seperti kekurangan zat besi, kalsium,
Ada beberapa hal yang harus dicermati oleh orang tua dalam
berikut:
1. Tinggi badan
melingkupinya.
a. 0-3 tahun
panjang lahir.
tahun.
c. 12-18 bulan
berhenti.
dengan perempuan.
per tahun.
2. Lingkar kepala
bulan. Pada usia 6-12 bulan, pertumbuhan ukuran kepala berkisar 0,5
mulai menetap dan tidak membesar lagi setelah anak berusia 12 tahun.
a. Keturunan
3. Organ penglihatan
anak atau dokter mata), para orang tua jiga memiliki peran peting
tanda-tandanya.
32
persepsi kedalamannya).
e. Usia 1-3 tahun (koordinasi tangan dan mata anak meningkat dan
4. Organ pendengaran
(Mahayu, 2016).
(Mahayu, 2016).
5. Perkembangan motorik
sistem susunan saraf pusat atau otak, sistem susunan saraf pusat yang
uraian berikut:
a. Motorik halus
usianya:
c) Memegang pensil
d) Belajar menggunting
a) Menggambar manusia
b) Melipat amplop
b. Motorik kasar
pertumbuhan usianya:
a) Meraangkak
c) Berjalan cepat
e) Merangkak ditangga
tangga terakhir
e) Melompati rintangan
6. Perkembangan perilaku
1) Tersenyum
tersenyum
3) Mudah frustasi
2) Menatakan keinginan
2) Menyuapi boneka
f. Masa prasekolah
Bayi BBLR (berat badan lahir rendah) adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan.
kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500
badan ini sangat mudah tetapi tidak memuaskan. Sehingga lambat laun
hanya bergantung pada berat badan saja, tetapi juga pada tingkat maturitas
Secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut :
dengan sempurna
punggung
belum turun
g. Rajah telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk
(Proverawati, 2010).
a. Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya
minora
3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46cm lingkar kepala
sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau
kurang dari 30 cm
bayi laki-laki)
41
lemah
10. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
11. Verniks kaseosamtidak ada atau sedikit bila ada (Proverawati, 2010).
gram
b. Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000-
1500 gram
c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari
1000gram.
berat atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan (NKB-SMK).
1. Faktor ibu
a. Penyakit
b. Ibu
tahun)
rendah.
d. Sebab lain
1) Ibu perokok
2. Faktor janin
c. Disauntonomia familial
d. Radiasi
f. Aplasea pancreas
44
3. Faktor plasenta
(hidramnion)
d. Infark
e. Tumor
4. Faktor lingkungan
b. Terkena radiasi
a. Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja,
kehamilan kembar.
homorrhage).
1. Pengaturan suhu
mungkin.
46
2. Pengaturan makanan/nutrisi
makanan ibi berupa glukosa, ASI atau PASI atau mengurangi resiko
hipoglikemia, dehidrasi. Bayi yang daya isapnya baik dan tanpa sakit
kurang dari 1500 gram memerlukan minum pertama kurang dari 1500
5% yang steril untuk bayi dengan berat kurang dari 1000 gram, 2-4
gram untuk bayi dengan berat antara 1000-1500 gram dan 5-10 ml
3. Mencegah infeksi
tumbuh dan berkembang lebih lambat karena pada bayi dengan BBLR
uterin dan akan berlanjut sampai usia selanjutnya setelah dilahirkan yaitu
yang seharusnya dia capai pada usianya setelah lahir. Bayi BBLR juga
konsep. Kerangka konsep adalah abstaksi dari suatu realitas agar dapat
FaktorLangsung
1. Asupan Gizi
2. Penyakit Infeksi
1. Ketersediaan pangan
2. Status gizi ibu saa thamil
3. Berat badan lahir rendah
4. Panjang badan lahir
5. ASI eklusif
6. MP-ASI
Keterangan:
Pengaruh
Hubungan
Faktor yang tidak diteliti
48
49
terjadinya stunting pada anak usia 1-5 tahun yaitu faktor langsung dan
faktor tidak langsung. Faktor langsung terdiri dari asupan gizi dan
pangan, status gizi ibu, berat badan lahir rendah, Panjang badan lahir, ASI
kejadian stunting pada anak balita adalah riwayat berat badan lahir rendah
(BBLR). Bayi dengan BBLR akan tumbuh dan berkembang lebih lambat
karena pada bayi dengan BBLR sejak dalam kandungan telah mengalami
ingin meneliti apakah ada hubungan berat badan lahir rendah (BBLR)
dengan kejadian stunting pada anak usia 1-5 tahun di Desa Ketandan
adalah:
METODOLOGI PENELITIAN
dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang
balita apa ada riwayat BBLR atau tidak. Dengan skema studi kasus kontrol
di bawah ini:
Balita
Riwayat BBLR (+)
Kontrol:
Riwayat BBLR (-) Stunting (-)
50
51
4.2.2 Sampel
𝑁
n=
1+𝑁(𝑑)²
42
n=
1+42(0,05)2
42
n=
1,1
n= 38
Keterangan :
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
(Nursalam, 2013).
untuk penilitian ini adalah 38 sampel. Jadi, jumlah sampel kasus dalam
penelitian ini adalah 38 balita. Rasio kasus dan kontrol adalah 1:1. Jadi,
kontrol.
52
1. Kriteria kasus
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria ekslusi
2. Kriteria kontrol
a. Kriteria inklusi
Responden adalah balita yang memiliki status gizi yang norml yang
Madiun.
b. Kriteria eksklusi
peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur populasi untuk
sampling.
53
Populasi
Seluruh balita stunting di Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun
sebanyak 42 anak
Sampling
Simple random sampling
Sampel
Sebagian balita pada kelompok kasus sebanyak 38 balita, dan kelompok kontrol
sebanyak 38 balita di Desa Ketandan Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun
sebanyak 76 anak
Desain Penelitian
analitik dengan pendekatan Case control
study
Pengumpulan Data
Buku KIA untuk berat badan lahir rendah dan stunting menggunakan alat
ukur tinggi badan
Pengolahan Data
Uji Chi-Square dengan SPSS for windows vers 16
Kesimpulan
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian “Hubungan berat badan lahir rendah
(BBLR) dengan kejadian stunting pada anak usia 1-5 tahun di
Desa Ketandan Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun.”
54
Rendah
balita,
55
Tabel 4.3 Definisi Operasional Hubungan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan kejadian stunting pada anak usia 1-5
tahun di Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun.
Alat
Variabel Definisi Operasional Parameter Skala Hasil Ukur
Ukur
Berat Badan Bayi yang lahir 1. Berat badan lahir rendah yaitu Buku Nominal 0=BBLR jika BB
Lahir Rendah dengan berat badan bayi lahir dengan berat 1500-2500 KIA <2500gr
kurang dari 2500 gram. 1= Normal ≥ 2500gr
gram tanpa 2. Berat badan lahir sangat rendah
Memandang status yaitu <1500 gram.
kehamilan 3. Berat badan ekstrem rendah <
dikecamatan 1000 gram (Saifudin, 2009).
dagangan
Kejadian Tinggi balita menurut Retardasi pertumbuhan linier dengan Alat ukur Nominal 0= Stunting ( ≤ -2 SD)
Stunting umur (TB/U) ≤ -2 SD defisit pada tinggi badan sebesar < -2 z tinggi 1= Tidak stunting (≥-
sehingga lebih pendek score (WHO, 2012). badan 2SD)
dari pada tinggi yang
seharusnya.
56
2. Pengukuran stunting
tinggi badan.
4.7.1 Waktu
Madiun.
4.7.2 Lokasi
Kabupaten Madiun.
Kesehatan Madiun.
Nguren
kriteria eksklusi.
atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
dengan Variabel terikat (Y) dan data berbentuk nominal dan ordinal.
a. Jika Sig > 0,05 maka H0 diterima, tidak ada hubungan berat
Madiun.
59
b. Jika Sig < 0,05 maka H0 ditolak, ada hubungan berat badan lahir
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada
(Hidayat, 2011).
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Pada bab ini penulis menyajikan hasil dan pembahasan penelitian tentang
hubungan BBLR dengan kejadian stunting pada anak usia 1-5 tahun di Desa
Ketandan Dagangan Madiun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juni
2018 penelitian ini dilakukan di desa ketandan yang terdiri dari 5 posyandu yaitu
ketandan, nguren, njeles, kenet dan sidodadi dengan jumlah responden sebanyak
Kenet dan Sidodadi. Populasi balita di desa ketandan sebanyak 287 balita
60
61
dapat diketahui bahwa dari kelompok kasus usia anak terbanyak yang
sebanyak 12 balita (31,6%) dan sebagian kecil terjadi pada umur 49-
usia anak terbanyak dalam penelitian ini yaitu umur 25-36 Bulan
sebanyak 12 balita (31,6%) dan usia anak terkecil pada umur 49-60
Ketandan Dagangan Madiun dapat di lihat pada tabel 5.2 dibawah ini :
penelitian ini, maka berikut ini ditampilkan data hasil penelitian yang
terkait dengan data khusus yang meliputi Berat bayi lahir, kejadian
stunting pada balita dan hubungan BBLR dengan kejadian stunting pada
balita dalam bentuk tabel distribusi frekuensi serta tabulasi silang tentang
(15,8%).
64
kejadian stunting akan disajikan dalam tabel 5.6 yang ada di bawah
ini:
kejadian stunting pada anak usia 1-5 tahun adalah menggunakan Uji
Chi Square. Uji ini digunakan untuk membuktikan hipotisis yaitu ada
< α= 0,05, maka dapat dikatan ada hubungan BBLR dengan kejadian
Madiun. Sesuai hasil tabel diatas, hasil nilai OR sebesar 7.333 maka
BBLR.
5.3 Pembahasan
mendapatkan hasil yang sama dengan ini yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Sirajudin tahun 2011 menyatakan bahwa anak pendek 3 kali lebih
berat badan lahir rendah dengan kejadian stunting. Berat badan lahir yang
rendah memiliki risiko stunting 4,47 kali lebih besar dari pada balita
tubuh di kemudian hari. Hal ini karena pada umumnya bayi yang
(Barker, 2008).
dapat berupa gagal tumbuh (grouth faltering). Seseorang bayi yang lahir
dan kesehatan anak maka perlu adanya pola asuhan nutrisi yang baik bagi
ibu sejak masa hamil, masa bayi, masa balita, dan anak-anak agar
5.3.2 Kejadian Stunting Pada Anak Usia 1-5 Tahun di Desa Ketandan
Dagangan Madiun
yang menunjukkan bahwa risiko stunting lebih tinggi dialami oleh balita
dengan panjang lahir rendah (< 48 cm). Risiko untuk terjadi gangguan
tumbuh (growth faltering) lebih besar pada bayi yang telah mengalami
kurangnya status gizi dan kesehatan ibu pada saat hamil sehingga
dunia sekitar 30% anak dibawah lima tahun yang mengalami stunted
68
anak stunting dan kurus banyak terjadi pada tahun ke-2 dan ke-3 dalam
ketika melakukan evaluasi tinggi badan terhadap usia (Alina Hizni, 2010)..
adekuat. Makanan yang kurang baik secara kualitas maupun kuantitas akan
berlanjut saat setelah lahir hingga usia 2 atau 3 tahun, periode tercepat usia
merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang
kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi. Maka dari itu ibu dianjurkan memberikan
makanan yang bergizi kepada balita agar balita mendapatkan status gizi
5.3.3 Hubungan BBLR dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 1-5
Tahun di Desa Ketandan Dagangan Madiun
didapatkan nilai p = 0,00 < α=0,05. Jika sig < 0,05 maka H0 ditolak H1 di
terima, maka ada hubungan BBLR dengan kejadian stunting pada anak
Empat kelompok rawan masalah gizi adalah bayi, anak usia bawah
lima tahun, ibu hamil dan para usia lanjut. Ibu hamil yang merupakan
yang baik dan berkualitas agar ibu tersebut dapat menjalani kehamilannya
Kondisi kesehatan dan status gizi ibu saat hamil dapat mempengaruhi
energi kronis atau anemia selama kehamilan akan melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR lahir rendah banyak dihubungkan
dengan tinggi badan yang kurang atau stunting. Oleh karena itu
kebijakan untuk meningkatkan intervensi gizi ibu dan kesehatan mulai dari
makanan nasi 50 gram dengan frekuensi 3 kali sehari, ikan goreng 50 gram
dengan frekuensi 3 kali sehari, dan sayur kangkung cah 10-20 gram sehari
sekali. Asupan tersebut belum terpenuhi jika tidak minum susu, seperti
asupan energi pada anak tersebut dikarenakan kurangnya asupan nasi dan
70
2010).
Asupan energi kurang yang terjadi pada anak-anak usia 13-36 bulan di
gizi dari orangtua tersebut (Almatsier, 2011). Asupan energi kurang lebih
banyak terjadi pada usia 13-24 bulan, hal itu disebabkan oleh perilaku
dimulut dan meminta makanan yang sama setiap makan (Soetardjo, 2011).
yang bisa memicu pertumbuhan fisik anak terutama tinggi badan seperti
hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayati dkk (2010) dengan judul
Stunted pada Anak Usia 1-3 tahun yang Tinggal di Wilayah Kumuh
rendah memiliki risiko terhadap kejadian anak stunting 2,52 kali lebih
sig > 0,05 maka H0 ditolak H1 di terima, maka ada hubungan BBLR
dengan kejadian stunting pada anak usia 1-5 tahun di Desa Ketandan
Dagangan Madiun.
BAB 6
6.1 Kesimpulan
berikut:
7,333.
6.2 Saran
keluarga memiliki status gizi yang baik termasuk anak, agar supaya
status gizi stunting yang terjadi pada anak usia 12-60 bulan bisa
71
72
Arifin, Dedi zaenal, Indasari, Sri yusnita, Sukandar, Hadyana. 2013. Analisis
Sebaran dan Faktor Resiko Stunting Pada Balita di Kabupaten Purwakarta.
Epidemologi Komunitas FKUP. Diakses dari http://pustaka.unpad.uc.id/wp
contenc/uploads/2013/07/pustaka_unpad_analisis_sebaran_dan_faktor
_resiko_stunting. PDF.
Almatsier, S.2011. Prinsip Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Anugraheni, HS. 2011. Faktor Resiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-36
Bulan di Kecamatan Pati. Artikel Penelitian Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Amin, A.M. 2013. Hubungan Pola Asuh dan Asupan Gizi terhadap Status Gizi
Anak Usia 6-12 Bulan Pada Daerah Pesisir Pantai di Kelurahan
Mangempang Kecamatan Barru Kabupaten Barru, Tesis. UGM:
Yogyakarta.
Bappenas RI. (2013). Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi dalam Rangka
1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). BAPPENAS.
Depkes RI. 2009. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Dasar.
Direktorat Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2012. Keputusan Menteri
Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI: 2011.
73
74
Hoddinot, John, Alderman, Harold, Jere R, Hadded laurence, and Horton, Susan.
2013. The Economic Renonale for Investing in Stunting Reduction. Grand
Chailenges Canada Economic. Returns to Mitigating. Early Life Risks
Project.8. diakses dari http://repository.upenn.edv/gcc.economic_returns/8.
Hizni, A. 2010. Status Tunted dan Hubungan dengan Perkembangan Anak Balita
di Wilayah Pesisir Pantai Utara Kecamatan Lemah Wungkuk Kota Cirebon.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 6 (3). 131-137.
Meilyasari F, dan Isnawati M. 2014. Faktor Resiko Kejadian Stunting Pada Balita
Usia 12 Bulan di Desa Purwokerto, Kecamatan Katebon Kabupaten
Kendal. Tesis. Semarang: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro. Journal of Nutrition College, 3 (2): 16-25.
Proverawati dan Isnawati. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Nuha
medika. Yogyakarta.
Paudel R, Pradan B, Wagle R, Pahari. 2012. Risk Rektors for Stunting Among
Children a Comunity Based Case Control Study in Nepal. Kitamandu
University Medical Journal, 10 (3) 18-24.
Ramli, Agho KE, Inder Kj, Bowe SJ, Jacobs j, Dibley MJ. 2009. Prevalance and
Risk Factors for Stunting and Savere Stunting Among Underfives in Nort
Maluku Provice of Indonesia. Research Article BMC Pediatrics, 9: 64
Sihadi, Djaiman SP. 2011. Faktor Resiko untuk Mencegah Stunted Berdasarkan
Perubahan Status Panjang/ Tinggi Badan untuk Usia 6-11 Bulan ke Usia 3-
4 Tahun. Buletin Penelitian Kesehatan.
LAMPIRAN 1
77
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
Oleh:
IIN EBTANASARI
Partisipasi anda dalam penulisan ini bersifat bebas, anda bebas untuk ikut
atau tidak tanpa adanya sanksi apapun. Jika anda bersedia menjadi responden
peneliti ini, silahkan anda menandatangani kolom yang tersedia.
I’in Ebtanasari
Nim. 201402022
80
LAMPIRAN 5
(Informed Consent)
Bersedia/Tidak bersedia
Dengan Hormat,
NIM : 201402022
Lahir Rendah (BBLR) dengan Kejadian stunting Pada Anak Usia 1-5 Tahun di
dengan hal tersebut, apabila Ibu setuju ikut serta dalam penelitian ini dimohon
Iin Ebtanasari ( )
Nim. 201402022
81
LAMPIRAN 6
B. Langkah-langkah
1. Cara mengukur dengan posisi berbaring
a. sebaiknya dilakukan untuk dua orang
b. bayi dibaringkan telentang pada alas yang
datar
c. kepala bayi menempel pada pembatas angka
0 (nol)
d. petugas 1 : kedua tangan memegang kepala
bayi agar tetap menempel pada pembatas
angka 0 (pembatas kepala)
e. petugas 2: tangan kiri menekan lutut bayi
agar lurus, tangan kanan menekan batas kaki
ketelapak kaki.
f. Petugas 2: membaca angka ditepi luar
pengukur
82
LAMPIRAN 7
LEMBAR OBSERVASI
A. Identitas Responden
1. No. Responden :
2. Nama Responden :
3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
4. Umur :
5. Riwayat kelahiran : Normal Caesar
B. Observasi BBLR
Jenis
Nama BB BBLR
No Kelamin Umur
Responden Lahir
LK PR YA TIDAK
1.
2.
3.
dst
C. Observasi Stunting
Jenis
Stunting
No Nama Responden Kelamin Umur TB
LK PR Ya Tidak
1.
2.
3.
dst
84
LAMPIRAN 8
LAMPIRAN 9
LAMPIRAN 10
Jenis_kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 20 52.6 52.6 52.6
Perempuan 18 47.4 47.4 100.0
Total 38 100.0 100.0
Umur balita
Umur * Stunting Crosstabulation
Stunting
Total Count 38 38 76
LAMPIRAN 11
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
BBLR * Stunting 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%
Stunting
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 14.476a 1 .000
Continuity Correctionb 12.723 1 .000
Likelihood Ratio 15.157 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 14.286 1 .000
N of Valid Casesb 76
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Risk Estimate
Symmetric Measures
LAMPIRAN 12
DOKUMENTASI PENELITIAN
90
LAMPIRAN 13
Bulan
No Kegiatan
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1. Pengajuan dan konsul judul
2. Penyusunan proposal
3. Bimbingan Proposal
4. Ujian proposal
5. Revisi proposal
6. Pengambilan data (Penelitian)
7. Penyusunan dan bimbingan skipsi
8. Ujian skripsi
91
LAMPIRAN 14