Anda di halaman 1dari 2

Resume Filsafat Ilmu – Pertemuan 7 Aksiologis Ilmu

S2 Epidemiologi Minat MSEIK 2022


Rizma Dwi Nastiti - 294221022

Ketika kita membahas rumah, maka kita menempatkan nilai atau value sebuah rumah. Karena
banyak aliran, kita berfokus pada bagaimana penilaian secara aksiologis itu. Aksiologis itu,
ketika kita menempatkan nilai dari sesuatu, dari sebuah ilmu, kita menekankan pada etik dan
estetika. Secara aksiologi, kesehatan masyarakat dilihat dari definisinya, program-program,
diatur secara etik, no victim blaming, misalnya ada ibu tidak membawa anaknya ke posyandu,
kita tidak langsung menyalahkan ibunya, tapi harus dianalisis dari sisi etik dan estetika.
Intervensi tidak hanya pada satu hal tapi berbagai hal, ke lingkungan, ke pelayanan kesehatan
dan lain-lain. Program harus disesuaikan dan dipertimbangkan dengan target. Kesmas secara
aksiologis membawa manfaat yang dibawa dengan etika dan estetika yang sesuai dengan
keselarasan.

Contoh kajian epistemologi dan aksiologis dalam isu “Minuman soft-drink sebagai salah
satu risiko Diabetes Melitus Tipe 2 pada remaja”
a. Source / Sumber
Hipotesis tersebut muncul dikarenakan konsumsi gula dalam jumlah banyak
merupakan faktor risiko kejadian Diabetes Melitus Tipe 2. DMT2 sendiri merupakan
suatu kondisi kronis yang mempengaruhi cara tubuh memproses gula darah (glukosa).
Pada diabetes tipe 2, tubuh tidak memproduksi cukup insulin, atau menolak insulin.
Diet adalah salah satu faktor risiko utama untuk perkembangan diabetes, dan minuman
manis adalah salah satu komponen makanan yang paling berkontribusi dengan total
asupan energi.
b. Nature / sifat
Fakta mengenai isu ini bersifat empiris yang artinya memperoleh pengetahuan melalui
pengalamannya (inderawi/sense of experience) yang disempurnakan secara rasionalis.
Jadi fungsi panca indera hanyalah untuk memperoleh data-data dari alam nyata dan
akalnya menghubungkan data-data itu satu dengan yang lain. Dalam penyusunan ini
akal menggunaka konsep–konsep rasional atau ide-ide universal.
Hal yang sama terjadi ketika kita melihat seseorang yang mengkonsumsi gula secara
terus menerus, maka lama kelamaan ia akan sakit, secara diagnosis mungkin saja ia bisa
menderita Diabetes Melitus Tipe 2. Maka dari itu, akal secara otomatis akan
menghubungkan logika konsumsi gula yang merupakan faktor risiko DMT2, dengan
kondisi yang diderita orang tersebut di kemudian hari. Perilaku diet yang kurang baik
dan tidak terkontrol dari orang tersebut lama kelamaan menjadi suatu manifestasi
penyakit yang membuatnya tidak sehat.
c. Pengujian
Untuk membuktikan hal tersebut benar, maka dilakukan uji teori koresponden atau Uji
Persamaan dengan Fakta. Perlu dilakukan pengujian pada para remaja yang
mengkonsumsi soft-drink dengan indikator tertentu yang dipantau dan diikuti
perkembangannya dalam beberapa waktu untuk melihat insiden DMT2 yang terjadi.
Apabila waktu pengujian dan data-data yang dibutuhkan sudah terpenuhi, maka
dilakukan analisis ilmiah untuk membuktikan hipotesis tersebut. Beberapa penelitian
sebelumnya telah membuktikan apabila konsumsi gula berlebih, dalam hal ini soft-
drink merupakan salah satu faktor risiko terjadinya DMT2 pada remaja.

d. Etik
Secara etika, penelitian mengenai minuman soft-drink sebagai penyebab Diabetes
Melitus Tipe 2 tidak salah dan layak dengan untuk diangkat. Hal ini dikarenakan tidak
ada suatu paksaan atau hal yang dipaksakan kepada calon partisipan. Peneliti hanya
ingin melihat pola konsumsi minuman yang dilakukan oleh partisipan, dan mengikuti
kondisi kesehatan dari waktu ke waktu tanpa memberi intervensi atau paparan lainnya
pada populasi sampel. Di samping itu, dalam penelitian kohort, apabila terjadi
gangguan kesehatan selama penelitian, peneliti memiliki kewajiban untuk membantu
subjek mendapatkan pertolongan kesehatan secepat mungkin. Hal ini sangat sesuai
dengan etika, terlebih dalam menjalankan sebuah penelitian.

e. Estetika
Dalam melakukan penelitian dan menerapkan keselarasan pada penelitian terkait
dampak minuman soft-drink terhadap kejadian Diabetes Melitus Tipe 2, peneliti
menganalisis pola konsumsi minuman pada remaja, baik yang mengkonsumsi soft-
drink dan no soft-drink dan setelah itu memantau kondisi kesehatan dari partisipan. Hal
ini diamati secara sekuen waktu, tanpa memberikan justifikasi dan vonis terhadap
subjek, karena sifat penelitian adalah ingin membuktikan hipotesis yang ada, yang
belum tentu selalu terbukti benar. Alur dan penempatan momen dalam penelitian sudah
dibuat sebaik mungkin, disesuaikan, agar selaras dan tidak mengganggu kepentingan
partisipan, contohnya dalam hal pengambilan data, peneliti menyesuaikan jadwal dan
kondisi subjek, sehingga subjek tidak akan merasa penelitian tersebut menjadi suatu
gangguan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai