Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No.

1, April 2018 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
FAKTOR RESIKO KEJADIAN STROKE DI RUMAH SAKIT

Fepi Susilawati*, Nurhayati. HK*


*Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang
E-mail: Fepi05susilawati@gmail.com

Di Indonesia insiden stroke diperkirakan 800-1000 penderita setiap tahunnya dan merupakan Negara
penyumbang insiden stroke terbesar di Negara Asia. Berdasarkan data riskesdas 2013, Lampung di tahun
2013 prevalensi stroke 2,6 % , terdiagnosis oleh tenaga kesehatan 3,7 % sedangkan yang terdiagnosis
hanya berdasarkan gejala ada 5,4 %. Stroke merupakan menyebabkan kematian ketiga terbesar di
Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor resiko kejaidan stroke. Penelitian menggunakan
desain kuantitatif analitik, dengan populasi seluruh penderita stroke dan sempel berjumlah 96 responden.
Analisis data dengan chi-square α 95 % dan uji regresi logistik dengan bantuan software computer.
Hasil penelitian pada faktor resiko kejadian stroke, dari 5 (lima) faktor yang merupakan faktor resiko
ialah faktor resiko kejadian stroke adalah jenis kelamin (p=0,03) dengan OR = 0,4 dan Faktor makanan
(p=0,00) dengan OR = 1,03, sedangkan yang bukan merupakan faktor resiko adalah trigliserida (p=0,2),
umur (p=0,4) dan tempat tinggal (p=0,4). Kesimpulan ada pergeseran faktor resiko stroke karena faktor
gaya hidup (life style) karena Negara Indonesia saat ini berada pada masa transisi dari agraris menuju
negara industri sehingga terjadi pemerataan pembangunan diseluruh wilayah Indonesia. disarankan agar
institusi memberikan tugas pada dosen untuk melaksanakan pengabdian masyarakat sesuai dengan hasil
penelitiannya.

Kata Kunci: Faktor Resiko Stroke, Kejadian Stroke

LATAR BELAKANG berdasarkan gejala ada 5,4 % (Riskesdas


.2013; Iskandar, 2011; Rudianto, 2010;
Stroke merupakan salah penyakit Muljadi, 2011)
yang berbahaya, dapat menyebabkan cacad Menurut Batticaca (2008) Sumber
pada penderita, yang tentu saja akan penyakit stroke yang diduga turut
menghambat produktifitas. Stroke dapat meningkatkan jumlah penderitan adalah
menyebabkan kematian dan menempati faktor makanan, stress dan gaya hidup,
urutan ketiga di Indonesia setelah penyakit yang akan terdeteksi pada pemeriksaan
kanker dan jantung (Batticaca. 2008, lemak darah penderita. Pinzon (2010)
Adibhatla et al. 2008, Muljadi.2011) dalam penelitian yang dilakukannya pada
Stroke menjadi perhatian dunia, salah satu rumah sakit di Yogyakarta
menjadikan beban bagi keluarga dan menyimpulkan bahwa peningkatan atau
Negara. Kejadian stroke selalu meningkat penurunan kolesterol bukan merupakan
dari tahun ketahun, di Negara eropa yaitu salah satu factor resiko penyebab kejadian
tercatat 650.000 penderita dan setiap 4 stroke, sedangkan Arifnaldi (2014) dalam
detik terjadi kasus kematian akibat stroke. penelitiannya memperoleh hasil bahwa
Negara berkembang kejadian stroke kadar trigliserida yang tinggi beresiko tiga
berkisar antara 30 %-70 % dengan stroke kali lebih besar untuk terkena penyakit
haemorrhagis dan non haemorhagic. stroke haemorrgagic jika dibandingkan
Indonesia insiden stroke diperkirakan 800- dengan yang kadar trigliseridnya normal
1000 penderita setiap tahunnya dan (OR=2,80)
merupakan Negara penyumbang insiden Riskesdas (2013) prevalensi stroke di
stroke terbesar di Negara Asia. Lampung Propinsi Lampung 5,4 % , Kabupaten/Kota
di tahun 2013 prevalensi stroke 2,6 % , kisaran antara 2,2-10,5 0/00 termasuk di
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan 3,7 % antaranya Lampung Utara insiden stroke
sedangkan yang terdiagnosis hanya setiap tahun selalu meningkat, merupakan

[41]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357

hal yang menakutkan karena dapat Tabel di atas menunjukkan bahwa


menyebabkan cacad atau kematian distribusi frekwensi terbanyak ialah
(mendadak) karena masyarakat variabel dependent adalah stroke
mendapatkan imformasi yang simpang siur haemorhagic ada 55 responden (57 %),
mengenai stroke dan didukung data untuk variable independent mayoritas
penelusuran pada tiga rumah sakit di terbesar adalah kadar pemeriksaan
kabupaten Lampung Utara bahwa RSD laboratorium trigliserida ≥ 200 mg/dl
Mayjend H.M. Ryacudu menempati sejumlah 61 responden (63 %), jenis
jumlah terbesar untuk penderita stroke dan kelamin laki-laki ada 51 % (53 responden),
selalu meningkat dari tahun ketahun tahun Umur ≥ 55 tahun sejumlah 61 responden
2014 tercatat 167 penderita dan tahun 2015 (63 %), makanan yang beresiko
ada 221 penderita (RSD Ryacudu dikonsumsi oleh 52 responden (54 %) dan
Kotabumi, 2015). tempat tinggal di daerah desa berjumlah 53
responden (55 %).

METODE Analisis Bivariat

Penelitian dirancang dengan Tabel 2: Hubungan Faktor Resiko Penyebab


pendekatan desain kuantitatif analitik, Stroke
dengan populasi adalah seluruh penderita
Jenis Stroke Total
stroke Rumah Sakit Ryacudu Kotabumi. Non
Dengan teknik purposive sampling Hasil Hemoragi
Variabel Hemoragi
Ukur k
diperoleh jumlah sampel sebanyak 96 k n %
responden. Data-data varebel dependen n % n %
dan variabel independen dikumpulkan ≥ 200 32 52,5 29 47,5 61
100
150-< 200 23 65,7 12 34,3 35
dengan menggunakan kuesioner. Trigliserida
p value 0,2
Selanjutnya an dianalisis secara univariat, OR -
bivariat dan mulitivariat dengan uji chi- Laki-laki 24 47,1 27 52,9 51 100
square dan uji regresi logistik dengan Jenis Wanita 31 68,9 14 31,1 45
bantuan software computer. Kelamin p value 0,03
OR 0,4
≥ 55 th 36 59,0 25 41,0 61
100
<55 th 19 54,3 16 45,7 35
HASIL Umur
p value 0,4
OR -
Analisis Univariat Beresiko 30 57,7 22 42,3 52
100
T beresiko 25 56,8 19 43,2 44
Makanan
Tabel 1: Distribusi Faktor Resiko p value 0,00
Penyebab Stroke OR 1,03
D. Kota 23 53,5 20 46,5 43
100
Tempat D. Desa 32 60,4 21 39,6 53
Faktor Resiko Hasil Ukur f % Tinggal p value 0,4
Jenis Stroke Stroke Haemorhagic 55 57,34 OR -
Stroke Non Haemorhagic 41 2,7
Trigliserida Tinggi (≥ 200 mg/dl) 61 63,53
Normal (150-< 200 35 6,5 Analisis bivariat yang terlihat dan
mg/dl) dapat dibaca pada tabel di atas
Jenis Laki-laki 51 53,14 memperoleh hasil pada 5 (lima) faktor
Kelamin Wanita 45 6,9 yang diteliti, didapatkan hasil hanya 2
Umur ≥ 55 tahun 61 63,53 (dua) faktor saja yang beresiko terhadap
< 55 tahun 35 6,5
stroke yaitu faktor makanan (p value 0,00
Makanan Beresiko 52 54,24
Tidak Beresiko 44 5,8 dimana p<0,05) dan faktor jenis kelamin
Tempat Daerah Kota 43 44,85 yaitu p value = 0,03 (0,03<0,05),
Tinggal Daerah Desa 53 5,2 sedangkan tiga faktor lainnya tidak

[42]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357

beresiko yaitu trigliserida, umur dan individu yang berumur ≥ 55 tahun


tempat tinggal. pembuluh darahnya menipis dan
mengalami kerapuhan, sedangkan Gofar
(2009) menyatakan bahwa pada lansia
PEMBAHASAN stroke akan semakin bertambah meluas,
sehingga resiko terkena stroke menjadi 2
Stroke (dua) kali lipat.
Stroke yang terbanyak diderita oleh
responden penelitian ini adalah stroke Trigliserida
haemorhagic yang diderita oleh 55 orang Trigliserida yang terdata pada
(57 %), sedangkan stroke non haemorhagic penelitian adalah tinggi ≥ 200 mg/dl
41 orang (43 %). Kejadian stroke ini berjumlah 61 0rang (63,5 %). Tingginya
disebabkan karena tingginya kadar kadar trigliserida sebagian besar
trigliserida yang umumnya diderita dikarenakan oleh faktor makanan dan gaya
responden ≥ 200 mg/dl (52 %), juga hidup (life style) yang umumnya
disebabkan oleh faktor resiko yaitu faktor dikonsumsi, 67 keluarga mengatakan
makanan yang beresiko seperti mengkonsumsi makanan yang
mengandung lemak: bakso, sate, santan, mengandung lemak. Masukan lemak yang
gorengan dan umumnya menggunakan berlebihan akan mengakibatkan terjadinya
minyak goreng dalam rumah tangga timbunan kolesterol yang abnormal di
dengan frekwensi penggunaan ≥ 3 (tiga dalam darah yang melapisi hingga dinding
kali). Trigliserida adalah kumpulan pembuluh darah menyebabkan
(timbunan) lemak yang bilamana tinggi aterosklerosis, dan stroke.
merupakan bahan pembentukan VLDL Trigliserida adalah kumpulan lemak,
(verylow density_lipoprotein). VLDL akan salah satu faktor resiko kejadian stroke
disimpan dibawah kulit kemudian dan yang dapat diubah oleh individu itu sendiri
dihati akan memproduksi hormon tertentu yang menginginkan nikmat hidup sehat
kemudian akan beredar jaringan ferifer, untuk diri dan bermanfaat bagi keluarga.
melekat pada pembuluh darah dan Trigliserida yang tinggi membahayakan
mengakibatkan penyempitan. Penyempitan kesehatan terutama beresiko terhadap
pembuluh darah dapat pula mengakibatkan stroke karena merupakan bahan mentah
pecahnya pembuluh darah yang terjadinya lemak jahat yaitu VLDL
menghambat sirkulasi darah ke otak (Verylow density_Lipoprotein).
sehingga organ-organ tubuh tidak Menurut Almatsier (2001), factor
berfungsi dan terjadilah iskhemik resiko yang paling penting adalah kadar
(haemorhagic), demikian pernyataan dari kolesterol karena merupakan komponen
Soeharto (2007) dan Rudianto (2010). essensial membrane structural sel dan
Umur yang terdata adalah umur merupakan komponen utama sel otak san
dengan katagori ≥ 55 tahun (59 %), saraf, yang sangat berperan adalah LDL.
umur ini merupakan umur lansia, pada Kadar trigliserid yang tinggi akan
lansia terjadi penurunan seluruh fungsi- disimpan di bawah kulit sebagai bahan
fungsi organ tubuh termasuk diantaranya pembentukan VLDL (Very-Low-Density-
adalah pembuluh darah. Pembuluh darah Lipoprotein) dihati akan masuk ke dalam
pada kansia menjadi menipis dan cairan darah (Soeharto, 2007), akan
berkecenderungan merapuh sehingga bila menyumbat sistem pembuluh darah otak
terjadi sumbatan oleh lemak pada dan sistem saraf otak sehingga terjadilah
pembuluh darah akan mengakibatkan stroke (Junaidi, 2006).
pecahnya pembuluh darah dalam hal ini Arifnaldi (2014) dalam penelitiannya
adalah pembuluh darah otak tang memperoleh hasil bahwa kadar trigliserida
mengakibatkan stroke haemorhragic. Hal yang tinggi beresiko tiga kali lebih besar
ini sesuai dengan pernyataan Morgan untuk terkena penyakit stroke
(2003) yang menyatakan bahwa pada haemorrgagic jika dibandingkan dengan

[43]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357

yang kadar trigliseridnya normal stroke, karena mur yang tua pembuluh
(OR=2,80) darah menipis, mengalami kerapuhan
sehingga mudah terjadi trauma yang terjadi
Jenis Kelamin bersamaan dengan arterosklerosis sehingga
Laki-laki lebih banyak dari pada daerah stroke akan semakin bertambah
wanita yaitu 51 orang (53 %) , sedangkan luas (Morgan, 2003 ; Gofar, 2009).
wanita 45 orang (47 %). Ada faktor
kebiasaan yang umumnya dilakukan oleh Makanan
laki-laki yaitu merokok dan ini juga Hasil penelitian mendapatkan data
dialami oleh 76 % penderita yang bahwa makanan yang dikonsumsi adalah
mengakibatkan lebih beresiko terhadap makanan beresiko sejumlah 52 orang (54
stroke. Rokok dapat mengakibatkan %) dan tidak beresiko 44 orang (46 %).
penumpukan plaq sehingga terjadi Jenis makanan yang dikonsumsi
arteriosklerosis (Rudianto, 2010), selain itu berdasarkan hasil wawancara tidak
laki-laki merupakan sosok individu yang terstruktur berasal dari jenis daging, santan
berperan sebagai kepala keluarga (KK) dan gorengan serta ada pengaruh
yang bertanggungjawab menghidupi anak pengolahan makanan sehari-hari
dan istrinya, terbanyak dari penderita menggunakan minyak goreng dengan
bekerja menggunakan fisik yaitu sebagai frekwensi ≥ 3 (tiga) kali pemakaian baru
buruh, petani dan supir, sedangkan wanita kemudian dibuang yang terpola pada
adalah ibu rumah tangga yang berperan kebiasaan memasak pada 67 keluarga.
sebagai ibu yang mengasuh dan Jenis makanan seperti ini adalah
membesarkan anak, sehingga sebagai makanan yang mengandung kadar
kepala keluarga yang menyandang beban kolesterol, dapat meningkatkan lemak
berat kerapkali dilanda stress memikirkan darah seperti trigliserida. Trigliserida yang
kebutuhan rumah tangga dan ini tinggi merupakan bahan untuk terjadinya
merupakan salah satu faktor resiko yang VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
mendukung terjadinya stroke. akan beresiko terjadinya stroke. Hal ini
Keadaan ini sesuai dengan pendapat dapat memicu timbulnya plaq dalam
yang dikemukakan oleh Junaidi (2011) pembuluh arteri, dapat mengakibatkan
yang menyatakan bahwa stress dapat penyumbatan dan menghambat aliran
memicu pengeluaran hormon yang bila darah keseluruh organ tubuh dan otak
tidak terkendali dapat mengakibatkan (Yastroki, 2010), sedangkan minyak
hipertensi, Hipertensi mengakibatkan goreng yang dipergunakan 3 kali akan
kentalnya darah yang akan mengalir ke mengubah lemak tak jenuh menjadi lemak
sistem pembuluh darah otak dan dapat jenuh yang mengandung tinggi kolesterol
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah. (Nurhidayat & Rosjidi, 2014).
Tilong (2014) menyatakan bahwa laki-laki
2 (dua) kali beresiko terkena stroke jika Tempat Tinggal
dibandingkan wanita. Tempat tinggal yang terdata dari
hasil penelitian adalah mayoritas (53 orang
Umur = 55 %) adalah bertempat tinggal didesa.
Penderita stroke yang menjadi Saat ini Indonesia merupakan negara
responden penelitian umumnya berumur ≥ transisi yang akan berubah dari negara
55 tahun (59 %). Umur ini adalah umur agraris menjadi negara industri, dengan
dimana seluruh organ-organ tubuh konsekwensi pembangunan terjadi secara
mengalami penurunan fungsinya, seperti merata diseluruh wilayah, tidak terkecuali
sistem pembuluh darah. Pembuluh darah di desa ; contohnya adalah pembangunan
menipis dan akan menjadi rapuh. mall yang sudah merambah desa belum
Semakain tua umur semakin beresiko lagi teknologi yang juga sudah dinikmati
terkena stroke. Umur ≥ 55 tahun oleh warga desa. Hal ini mengakibatkan
kecenderungan 2 (dua) kali menderita perubahan gaya hidup bagi masyarakat,

[44]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357

makanan cepat saji tersedia dimana saja, Hal ini mendukung pernyataan
kapan saja bisa dinikmati, akibatnya Soeharto (2007) bahwa kadar trigliserid
masyarakat malas untuk bergerak. yang tinggi akan disimpan di bawah kulit
Keadaan ini sesuai dengan sebagai bahan pembentukan VLDL (Very-
pernyataan dari Rudianto (2010), Yastroki Low-Density-Lipoprotein) dihati akan
(2010) dan Nurhidayat & Rosjidi (2014) masuk ke dalam cairan darah, sehingga
yang menyatakan bahwa faktor gaya hidup terjadi Thrombosis yaitu sumbatan
merupakan salah satu resiko terhadap pembuluh darah otak karena
kejadian stroke. Hasil penelitian tidak gumpalan/plaq yang terbentuk dari
mendukung pernyataan dari satu majalah arterosklerosis. Keadaan ini biasanya
kesehatan yaitu Kompas/AHD (2014) yang menyerang pembuluh otak yang besar,
memuat pernyataan bahwa stroke banyak prosentase kejadian hingga mencapai 40 %
terjadi di daerah kota, ini terjadi karena dari seluruh insiden stroke dan
sudah ada pergeseran pola prilaku (gaya mengakibatkan stroke non haemorhagis
hidup). (Rudianto, 2010). Kadar Trigliserid yang
tinggi (berlebihan) dapat berakibat buruk
Faktor Resiko Trigliserid terhadap pada pembuluh darah arteri dan
Stroke merupakan faktor resiko stroke (Sutanto.
61 orang yang mempunyai nilai 2010).
trigliserid ≥ 200 mg/dl, 32 orang (53 %) Penelitian ini mendukung dan sejalan
menderita stroke haemorhagic dan 29 dengan penelitian Sitorus tahun 2008 yang
orang (47 %) menderita stroke non menyimpulkan bahwa kadar trigliserida
haemorhagic. 35 orang dengan nilai tidak mempengaruhi kejadian stroke, tidak
trigliserid 150-< 200 mg/dl diantaranya 23 terdapat hubungan antara trigliserida
0rang (66 %) menderita stroke non dengan stroke, trigliserida merupakan
haemorhagic dan 12 orang (34 %) salah satu factor resiko stroke yang dapat
menderita stroke non haemorhagic. Hasil dikendalikan, sedangkan Pinzon (2010)
uji statistic dengan uji chi-square dengan α dalam penelitian yang dilakukannya pada
95 % mendapatkan hasil tidak ada salah satu rumah sakit di Yogyakarta
hubungan antara trigliserid dengan menyimpulkan bahwa peningkatan atau
kejadian stroke, p value 0,2 > 0,05 dengan penurunan kolesterol bukan merupakan
α 95 %. salah satu factor resiko penyebab kejadian
Trigliserida dengan hasil stroke.
laboratorium ≥ 200 mg/dl adalah hasil Hasil penelitian ini juga tidak
terbanyak dari responden, bahwa lemak mendukung penelitian dari Arifnaldi
yang diperoleh dari konsumsi makanan (2014) yang dalam penelitiannya
responden dan dibutuhkan oleh tubuh memperoleh hasil bahwa kadar trigliserida
sebagai sumber energi sudah yang tinggi beresiko tiga kali lebih besar
membahayakan kesehatan dan untuk terkena penyakit stroke
menyebabkan arteriosklerosis. Trigliserida haemorrgagic jika dibandingkan dengan
> 200 mg/dl sangat beresiko tinggi yang kadar trigliseridnya normal
menyebabkan pembentukan plaq sebagai (OR=2,80). Keadaan ini dikarena
akibat dari arteriosklerosis yaitu perbedaan sosial budaya dan karakter serta
pengerasan pembuluh darah arteri yang kebiasaan individu (life style).
mengakibatkan terjadi penyempitan
pembuluh darah hingga terjadi Faktor Resiko Jenis Kelamin terhadap
penyumbatan aliran pembuluh darah ke Stroke
otak. Otak yang tersumbat kekurangan Sampel berjumlah 96 orang responden,
oksigen dan energi, sehingga laki-laki berjumlah 51 orang, diantaranya
mengakibatkan kematian sel-sel otak dan 24 orang (47 %), sedangkan wanita dari 45
gangguan fungsi otak. orang yang menderita stroke haemorhagic
ada 31 orang (69 %), Secara statistik

[45]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357

dengan uji chi-square diperoleh p value = Faktor Resiko Umur terhadap Stroke
0,03 (0,03<0,05), sehingga dikatakan Umur ≥ 55 tahun menderita stroke
bahwa jenis kelamin mempunyai hubungan haemorhagic 59 % dari jumlah 61 orang,
yang bermakna sebagai faktor resiko sedangkan umur < 55 tahun menderita
terjadinya stroke, dengan OR = 0,4 artinya stroke 54 %. Umur bukan merupakan
bahwa laki-laki mempunyai faktor resiko kejadian stroke sesuai dengan
kecenderungan untuk menderita stroke 0,4 uji statistik dengan derajad kepercayaan 95
kali terutama stroke haemorhagic, % dan rumus chi-square diperoleh nilai p
dibandingkan wanita. value 0,4 (0,4 > 0,05).
Banyak faktor yang mempengaruhi Hampir tidak terdapat perbedaan
bahwa laki-laki lebih banyak menderita kejadian stroke pada kelompok umur ini,
stroke jika dibandingkan dengan wanita, perbedaan hanya 5 (lima) % saja, hal ini
diantaranya adalah kebiasaan merokok, disebabkan bahwa makanan yang
sebagai kepala keluarga dalam masa dikonsumsi adalah relatif sama yaitu
transisi peralihan negara agraris menjadi makanan yang mengandung kolesterol
negara industri ada ketidak mampuan seperti bakso, sate, santan dan gorengan
mencukupi kebutuhan keluarga sehingga dan ada pengaruh pengolahan makanan
mengalami stres dan kebiasaan olahraga sehari-hari menggunakan minyak goreng
yang kurang. Laki-laki lebih beresiko dengan frekwensi ≥ 3 kali pemakaian baru
terhadap stroke karena mempunyai kemudian dibuang yang terpola pada
kebiasaan merokok, rokok dapat keebiasaan memasak pada 67 keluarga
mengakibatkan penumpukan plaq sehingga responden.
terjadi arteriosklerosis (Rudianto, 2010) Konsumsi makanan yang
dan laki-laki mempunyai resiko menderita mengandung kolesterol ini berpengaruh
stroke 2 (dua) kali lipat jika dibandingkan sebagai zat pembentuk plak yang akan
dengan wanita (Junaidi, 2011). tertimbun dan beredar pada sistem
Hasil penelitian ini juga mendukung pembuluh darah, sedangkan pada lansia
hasil dari Riskesdas tahun 2013 yang pembuluh darah sudah menipis dan
memperoleh hasil bahwa stroke pada laki- mengalami kerapuhan sehingga dengan
laki lebih utama disebabkan oleh gaya sumbatan plak akan mengakibatkan
hidup diantaranya adalah kebiasaan semakin mudah pecahnya pembuluh darah
merokok, walaupun stroke saat ini tidak dan terjadilah penyumbatan pada sistem
lagi dapat membedakan laki-laki dan pembuluh darah dan sistem syaraf otak ,
wanita (Kemenkes RI, 2013). yang disebut dengan stroke.
Saat ini wanita juga mempunyai Hasil penelitian ini mendukung
kecenderungan menderita stroke, hasil pernyataan yang menyatakan semakin tua
penelitian sesuai dengan tulisan (Junaidi, umur akan semakin terjadi kecenderungan
2011) bahwa wanita berkecenderungan 20 menipisnya struktur pembuluh darah yang
% menderita stroke haemorhagik yaitu mengakibatkan pembuluh darah mudah
PIS suatu perdarahan subarachnoid. Pada rapuh dan terjadi kematian struktur
penelitian secara objektif terdapat sedikit jaringan otak seperti yang dikemukakan
perbedaan jumlah antara laki-laki dan oleh Wiwit (2010).
wanita. Wanita menderita stroke karena Hasil penelitian ini tidak sejalan
pengaruh hormonal KB karena rata-rata dengan penelitian Sitorus (2008) yang
wanita berusia ≤ 40 tahun ada 62,5 % memperoleh hasil bahwa stroke tidak lagi
sesuai dengan penelitian Sitorus (2008) didominasi oleh usia tua, stroke pada usia
yang menyatakan bahwa stroke yang dibawah 40 tahun disebabkan oleh
diderita oleh wanita usia 40 tahun kebawah perubahan gaya hidup, salah satunya faktor
umumnya dikarenakan faktor hormonal cepat, siap saji. Perbedaan hasil penelitian
KB yaitu KB suntik dan ini merupakan ini adalah pada penelitian Sitorus (2008)
faktor resiko yang dapat dikendalikan. dilakukan pada daerah dalam wilayah
Propinsi sedangkan penelitian ini ada pada

[46]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357

wilayah Kabupaten, tinggal terbanyak pada statistik menggunakan rumus chi-square


wilayah desa ( 55 %) dengan responden adalah 0,4 (0,4>0,05).
yang berumur ≥ 55 tahun adalah terbanyak hasil penelitian menunjukkan bahwa
(61 orang dari 96 orang). saat ini faktor resiko stroke sudah terjadi
pergeseran : berbanding terbalik dengan
Faktor Resiko Makanan terhadap teori yang diuraikan pada tinjauan pustaka.
Stroke Hasil penelitian menyatakan bahwa saat ini
52 orang yang makan makanan faktor resiko yang utama adalah gaya
beresiko stroke menderita stroke hidup (life style), hal ini disebabkan oleh
haemorhagic 58 % sedangkan yang perubahan Negara Indonesia dari Negara
menderita stroke non haemorhagic 42 %. agraris ke masa transisi menuju Negara
Hasil uju statistik menyatakan bahwa industri, dimana telah terjadi
makanan merupakan faktor resiko yang perkembangan pembangunan, terjadi
sangat bermakna terhadap kejadian stroke pemerataan pembangunan dengan system
dengan nilai p value 0,00 (0,00<0,005) dan otonomi daearah, dimana pembangunan
OR = 1 artinya bahwa faktor makan tidak hanya di fokuskan dikota tetapi juga
makanan yang beresiko terhadap stroke didesa. Perubahan ini dapat terlihat dengan
mengakibatkan individu menderita adanya wifi desa, dan hampir disetiap
kejadian stroke 1 (satu) kali lebih besar pinggiran kota tersedia berbagai fasilitas
dibandingkan dengan individu yang tidak yang menjanjikan berbagai kemudahan,
makan makanan beresiko stroke. wifi gratis, supermarket dan mall banyak,
Makanan beresiko tersebut adalah ini semua kan merubah pola hidup
jenis makanan yang mengandung masyarakat, adanya perubahan gaya hidup.
kolesterol seperti yang dikonsumsi oleh Masyarakat menjadi malas dan tidak mau
responden pada penelitian ini yaitu bakso, bergerak karena semua mudah dan cepat
sate, santan dan gorengan dan penggunaan didapat ; instan siap saji juga tersedia.
minyak goreng dalam rumah tangga Keadaan ini sesuai dengan
dengan frekwensi ≥ 3 (tiga) kali baru pernyataan dari Rudianto (2010), Yastroki
dibuang. (2010) dan Nurhidayat & Rosjidi (2014)
Makanan mengandung kadar yang menyatakan bahwa factor gaya hidup
kolesterol tinggi dapat meningkatkan merupakan salah satu resiko terhadap
lemak darah seperti LDL yang dapat akan kejadian stroke, penelitian mendukung
beresiko terjadinya stroke, hal ini dapat dan sesuai dengan hasil Riskesdas (2013)
memicu timbulnya plaq dalam pembuluh yang menyatakan bahwa tempat tinggal
arteri dan dapat mengakibatkan tidak lagi menjadi faktor penyebab stroke,
penyumbatan serta menghambat aliran namun bertentangan dengan ulasan dan
darah keseluruh organ tubuh dan otak pernyataan dalam majalah kesehatan yaitu
(Yastroki, 2010), sedangkan minyak Kompas/AHD (2014) yang memuat
goreng yang dipergunakan 3 kali akan pernyataan bahwa stroke banyak terjadi di
mengubah lemak tak jenuh menjadi lemak daerah kota.
jenuh yang mengandung tinggi kolesterol .
(Nurhidayat & Rosjidi, 2014).
KESIMPULAN
Faktor Resiko Tempat Tinggal terhadap
Stroke Beberapa faktor resiko sudah
Hasil penelitian menyatakan bahwa mengalami pergeseran dan berbanding
tinggal di daerah desa mengakibatkan terbalik dengan teori. Dari analisis
resiko kejadian stroke haemohragic 60 %, terhadap 5 (lima) faktor yang muncul
sedangkan tinggal dikota 53 %, namun sebagai faktor resiko terhadap stroke hanya
tidak ada hubungan resiko antara tempat 2 (dua) faktor yaitu faktor jenis kelamin
tinggal dengan kejadian stroke karena nilai dan faktor makanan, sedangkan 3 (tiga)
p value yang diperoleh dari hasil uji faktor lainnya bukan lagi merupakan faktor

[47]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357

resiko yaitu trigliserid, umur dan tempat _______________ (2011). Stroke


tinggal. Hal ini disebabkan karena faktor Waspadai Ancamannya. Yogyakarta:
gaya hidup ( life Style ). PT. Andi
Menyikapi adanya pergeseran pada Muljadi (2011). Buku Ajar Perawatan
berbagai faktor resiko penyakit umumnya Cedera Kepala dan Stroke.
dan stroke khususnya, hendaklah perawat Jogjakarta: Ardana Media
dapat melakukan upaya promotif dan Nurhidayat & Rosjidi (2014). Buku Ajar
preventif terutama tentang gaya hidup peningkatan Tekanan Intracranial
dengan melakukan kegiatan nyata yang Dan gangguan Peredaran darah
dapat merubah gaya hidup masyarakat Otak. Yogyakarta: Gosyen
yang dilakukan berkelanjutan, misalnya Fublishing
kunjungan keluarga untuk mendukung Pinzon, R. (2010). Awas Stroke,
program Indonesia Sehat pendekatan Pengertian, Gejala Tindakan,
keluarga (PIS-PK), deteksi dini penyakit, Perawatan dan pencegahan.
demontrasi, dll. Yogyakarta : Ardana Media
Riskesdas (2013). Laporan Riset
Kesehatan Dasar Kemenkes. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Diakses pada www.depkes.go.id/
Resource/down/oad/general.
Adibhatla et al. (2006). Diphosphocoline Rudianto, S. (2010). Stroke Dan
(CDP-Choline) in Stroke and other Rehabilitasi Stroke. Jakarta: Buana
CNS Disorder. Journal Ilmu Populer.
Neurochemistry Res, 133-139. Sitorus (2008). Faktor Resiko yang
Arifnaldi. (2014). Stroke, Petunjuk Praktis Mempengaruhi Stroke Usia Muda ≤
Bagi Pengasuh dan Keluarga Klien 40 tahun (Studi Kasus di RS Kota
Pasca Stroke. Jakarta : FKUI Semarang). Di akses pada E. Journal
Batticaca B.F. (2008). Asuhan undip (unpublished)
Keperawatan Pada Klien Dengan Soeharto (2007). Buku Ajar Perawatan
Gangguan Sistem Metabolisme. Cedera Kepala Dan Stroke.
Jakarta : Salemba Medica Yogyakarta: Ardana Media.
Fikri (2009). Bahaya Kolesterol. Sutanto. (2010). Stroke Bencana
Jogjakarta : Kelompok Penerbit Ar- Peredaran Darah Di Otak. Jakarta:
Ruzz Media. Dapat diakses pada : FKUI 2006.
http://www.Lipidmaps.org//full/lipid Wiwit, S. (2010). Stroke Dan
mas.2009.3.html Penangananya. Yogyakarta: Kata
Junaidi, I. (2006). Stroke A-Z. Jakarta: hati.
Buana Ilmu Populer Yastroki (2010) Jurnal Stroke. www.
Yastroki.or.id/berita.php.

[48]

Anda mungkin juga menyukai