PENELITIAN
FAKTOR RESIKO KEJADIAN STROKE DI RUMAH SAKIT
Di Indonesia insiden stroke diperkirakan 800-1000 penderita setiap tahunnya dan merupakan Negara
penyumbang insiden stroke terbesar di Negara Asia. Berdasarkan data riskesdas 2013, Lampung di tahun
2013 prevalensi stroke 2,6 % , terdiagnosis oleh tenaga kesehatan 3,7 % sedangkan yang terdiagnosis
hanya berdasarkan gejala ada 5,4 %. Stroke merupakan menyebabkan kematian ketiga terbesar di
Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor resiko kejaidan stroke. Penelitian menggunakan
desain kuantitatif analitik, dengan populasi seluruh penderita stroke dan sempel berjumlah 96 responden.
Analisis data dengan chi-square α 95 % dan uji regresi logistik dengan bantuan software computer.
Hasil penelitian pada faktor resiko kejadian stroke, dari 5 (lima) faktor yang merupakan faktor resiko
ialah faktor resiko kejadian stroke adalah jenis kelamin (p=0,03) dengan OR = 0,4 dan Faktor makanan
(p=0,00) dengan OR = 1,03, sedangkan yang bukan merupakan faktor resiko adalah trigliserida (p=0,2),
umur (p=0,4) dan tempat tinggal (p=0,4). Kesimpulan ada pergeseran faktor resiko stroke karena faktor
gaya hidup (life style) karena Negara Indonesia saat ini berada pada masa transisi dari agraris menuju
negara industri sehingga terjadi pemerataan pembangunan diseluruh wilayah Indonesia. disarankan agar
institusi memberikan tugas pada dosen untuk melaksanakan pengabdian masyarakat sesuai dengan hasil
penelitiannya.
[41]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357
[42]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357
[43]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357
yang kadar trigliseridnya normal stroke, karena mur yang tua pembuluh
(OR=2,80) darah menipis, mengalami kerapuhan
sehingga mudah terjadi trauma yang terjadi
Jenis Kelamin bersamaan dengan arterosklerosis sehingga
Laki-laki lebih banyak dari pada daerah stroke akan semakin bertambah
wanita yaitu 51 orang (53 %) , sedangkan luas (Morgan, 2003 ; Gofar, 2009).
wanita 45 orang (47 %). Ada faktor
kebiasaan yang umumnya dilakukan oleh Makanan
laki-laki yaitu merokok dan ini juga Hasil penelitian mendapatkan data
dialami oleh 76 % penderita yang bahwa makanan yang dikonsumsi adalah
mengakibatkan lebih beresiko terhadap makanan beresiko sejumlah 52 orang (54
stroke. Rokok dapat mengakibatkan %) dan tidak beresiko 44 orang (46 %).
penumpukan plaq sehingga terjadi Jenis makanan yang dikonsumsi
arteriosklerosis (Rudianto, 2010), selain itu berdasarkan hasil wawancara tidak
laki-laki merupakan sosok individu yang terstruktur berasal dari jenis daging, santan
berperan sebagai kepala keluarga (KK) dan gorengan serta ada pengaruh
yang bertanggungjawab menghidupi anak pengolahan makanan sehari-hari
dan istrinya, terbanyak dari penderita menggunakan minyak goreng dengan
bekerja menggunakan fisik yaitu sebagai frekwensi ≥ 3 (tiga) kali pemakaian baru
buruh, petani dan supir, sedangkan wanita kemudian dibuang yang terpola pada
adalah ibu rumah tangga yang berperan kebiasaan memasak pada 67 keluarga.
sebagai ibu yang mengasuh dan Jenis makanan seperti ini adalah
membesarkan anak, sehingga sebagai makanan yang mengandung kadar
kepala keluarga yang menyandang beban kolesterol, dapat meningkatkan lemak
berat kerapkali dilanda stress memikirkan darah seperti trigliserida. Trigliserida yang
kebutuhan rumah tangga dan ini tinggi merupakan bahan untuk terjadinya
merupakan salah satu faktor resiko yang VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
mendukung terjadinya stroke. akan beresiko terjadinya stroke. Hal ini
Keadaan ini sesuai dengan pendapat dapat memicu timbulnya plaq dalam
yang dikemukakan oleh Junaidi (2011) pembuluh arteri, dapat mengakibatkan
yang menyatakan bahwa stress dapat penyumbatan dan menghambat aliran
memicu pengeluaran hormon yang bila darah keseluruh organ tubuh dan otak
tidak terkendali dapat mengakibatkan (Yastroki, 2010), sedangkan minyak
hipertensi, Hipertensi mengakibatkan goreng yang dipergunakan 3 kali akan
kentalnya darah yang akan mengalir ke mengubah lemak tak jenuh menjadi lemak
sistem pembuluh darah otak dan dapat jenuh yang mengandung tinggi kolesterol
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah. (Nurhidayat & Rosjidi, 2014).
Tilong (2014) menyatakan bahwa laki-laki
2 (dua) kali beresiko terkena stroke jika Tempat Tinggal
dibandingkan wanita. Tempat tinggal yang terdata dari
hasil penelitian adalah mayoritas (53 orang
Umur = 55 %) adalah bertempat tinggal didesa.
Penderita stroke yang menjadi Saat ini Indonesia merupakan negara
responden penelitian umumnya berumur ≥ transisi yang akan berubah dari negara
55 tahun (59 %). Umur ini adalah umur agraris menjadi negara industri, dengan
dimana seluruh organ-organ tubuh konsekwensi pembangunan terjadi secara
mengalami penurunan fungsinya, seperti merata diseluruh wilayah, tidak terkecuali
sistem pembuluh darah. Pembuluh darah di desa ; contohnya adalah pembangunan
menipis dan akan menjadi rapuh. mall yang sudah merambah desa belum
Semakain tua umur semakin beresiko lagi teknologi yang juga sudah dinikmati
terkena stroke. Umur ≥ 55 tahun oleh warga desa. Hal ini mengakibatkan
kecenderungan 2 (dua) kali menderita perubahan gaya hidup bagi masyarakat,
[44]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357
makanan cepat saji tersedia dimana saja, Hal ini mendukung pernyataan
kapan saja bisa dinikmati, akibatnya Soeharto (2007) bahwa kadar trigliserid
masyarakat malas untuk bergerak. yang tinggi akan disimpan di bawah kulit
Keadaan ini sesuai dengan sebagai bahan pembentukan VLDL (Very-
pernyataan dari Rudianto (2010), Yastroki Low-Density-Lipoprotein) dihati akan
(2010) dan Nurhidayat & Rosjidi (2014) masuk ke dalam cairan darah, sehingga
yang menyatakan bahwa faktor gaya hidup terjadi Thrombosis yaitu sumbatan
merupakan salah satu resiko terhadap pembuluh darah otak karena
kejadian stroke. Hasil penelitian tidak gumpalan/plaq yang terbentuk dari
mendukung pernyataan dari satu majalah arterosklerosis. Keadaan ini biasanya
kesehatan yaitu Kompas/AHD (2014) yang menyerang pembuluh otak yang besar,
memuat pernyataan bahwa stroke banyak prosentase kejadian hingga mencapai 40 %
terjadi di daerah kota, ini terjadi karena dari seluruh insiden stroke dan
sudah ada pergeseran pola prilaku (gaya mengakibatkan stroke non haemorhagis
hidup). (Rudianto, 2010). Kadar Trigliserid yang
tinggi (berlebihan) dapat berakibat buruk
Faktor Resiko Trigliserid terhadap pada pembuluh darah arteri dan
Stroke merupakan faktor resiko stroke (Sutanto.
61 orang yang mempunyai nilai 2010).
trigliserid ≥ 200 mg/dl, 32 orang (53 %) Penelitian ini mendukung dan sejalan
menderita stroke haemorhagic dan 29 dengan penelitian Sitorus tahun 2008 yang
orang (47 %) menderita stroke non menyimpulkan bahwa kadar trigliserida
haemorhagic. 35 orang dengan nilai tidak mempengaruhi kejadian stroke, tidak
trigliserid 150-< 200 mg/dl diantaranya 23 terdapat hubungan antara trigliserida
0rang (66 %) menderita stroke non dengan stroke, trigliserida merupakan
haemorhagic dan 12 orang (34 %) salah satu factor resiko stroke yang dapat
menderita stroke non haemorhagic. Hasil dikendalikan, sedangkan Pinzon (2010)
uji statistic dengan uji chi-square dengan α dalam penelitian yang dilakukannya pada
95 % mendapatkan hasil tidak ada salah satu rumah sakit di Yogyakarta
hubungan antara trigliserid dengan menyimpulkan bahwa peningkatan atau
kejadian stroke, p value 0,2 > 0,05 dengan penurunan kolesterol bukan merupakan
α 95 %. salah satu factor resiko penyebab kejadian
Trigliserida dengan hasil stroke.
laboratorium ≥ 200 mg/dl adalah hasil Hasil penelitian ini juga tidak
terbanyak dari responden, bahwa lemak mendukung penelitian dari Arifnaldi
yang diperoleh dari konsumsi makanan (2014) yang dalam penelitiannya
responden dan dibutuhkan oleh tubuh memperoleh hasil bahwa kadar trigliserida
sebagai sumber energi sudah yang tinggi beresiko tiga kali lebih besar
membahayakan kesehatan dan untuk terkena penyakit stroke
menyebabkan arteriosklerosis. Trigliserida haemorrgagic jika dibandingkan dengan
> 200 mg/dl sangat beresiko tinggi yang kadar trigliseridnya normal
menyebabkan pembentukan plaq sebagai (OR=2,80). Keadaan ini dikarena
akibat dari arteriosklerosis yaitu perbedaan sosial budaya dan karakter serta
pengerasan pembuluh darah arteri yang kebiasaan individu (life style).
mengakibatkan terjadi penyempitan
pembuluh darah hingga terjadi Faktor Resiko Jenis Kelamin terhadap
penyumbatan aliran pembuluh darah ke Stroke
otak. Otak yang tersumbat kekurangan Sampel berjumlah 96 orang responden,
oksigen dan energi, sehingga laki-laki berjumlah 51 orang, diantaranya
mengakibatkan kematian sel-sel otak dan 24 orang (47 %), sedangkan wanita dari 45
gangguan fungsi otak. orang yang menderita stroke haemorhagic
ada 31 orang (69 %), Secara statistik
[45]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357
dengan uji chi-square diperoleh p value = Faktor Resiko Umur terhadap Stroke
0,03 (0,03<0,05), sehingga dikatakan Umur ≥ 55 tahun menderita stroke
bahwa jenis kelamin mempunyai hubungan haemorhagic 59 % dari jumlah 61 orang,
yang bermakna sebagai faktor resiko sedangkan umur < 55 tahun menderita
terjadinya stroke, dengan OR = 0,4 artinya stroke 54 %. Umur bukan merupakan
bahwa laki-laki mempunyai faktor resiko kejadian stroke sesuai dengan
kecenderungan untuk menderita stroke 0,4 uji statistik dengan derajad kepercayaan 95
kali terutama stroke haemorhagic, % dan rumus chi-square diperoleh nilai p
dibandingkan wanita. value 0,4 (0,4 > 0,05).
Banyak faktor yang mempengaruhi Hampir tidak terdapat perbedaan
bahwa laki-laki lebih banyak menderita kejadian stroke pada kelompok umur ini,
stroke jika dibandingkan dengan wanita, perbedaan hanya 5 (lima) % saja, hal ini
diantaranya adalah kebiasaan merokok, disebabkan bahwa makanan yang
sebagai kepala keluarga dalam masa dikonsumsi adalah relatif sama yaitu
transisi peralihan negara agraris menjadi makanan yang mengandung kolesterol
negara industri ada ketidak mampuan seperti bakso, sate, santan dan gorengan
mencukupi kebutuhan keluarga sehingga dan ada pengaruh pengolahan makanan
mengalami stres dan kebiasaan olahraga sehari-hari menggunakan minyak goreng
yang kurang. Laki-laki lebih beresiko dengan frekwensi ≥ 3 kali pemakaian baru
terhadap stroke karena mempunyai kemudian dibuang yang terpola pada
kebiasaan merokok, rokok dapat keebiasaan memasak pada 67 keluarga
mengakibatkan penumpukan plaq sehingga responden.
terjadi arteriosklerosis (Rudianto, 2010) Konsumsi makanan yang
dan laki-laki mempunyai resiko menderita mengandung kolesterol ini berpengaruh
stroke 2 (dua) kali lipat jika dibandingkan sebagai zat pembentuk plak yang akan
dengan wanita (Junaidi, 2011). tertimbun dan beredar pada sistem
Hasil penelitian ini juga mendukung pembuluh darah, sedangkan pada lansia
hasil dari Riskesdas tahun 2013 yang pembuluh darah sudah menipis dan
memperoleh hasil bahwa stroke pada laki- mengalami kerapuhan sehingga dengan
laki lebih utama disebabkan oleh gaya sumbatan plak akan mengakibatkan
hidup diantaranya adalah kebiasaan semakin mudah pecahnya pembuluh darah
merokok, walaupun stroke saat ini tidak dan terjadilah penyumbatan pada sistem
lagi dapat membedakan laki-laki dan pembuluh darah dan sistem syaraf otak ,
wanita (Kemenkes RI, 2013). yang disebut dengan stroke.
Saat ini wanita juga mempunyai Hasil penelitian ini mendukung
kecenderungan menderita stroke, hasil pernyataan yang menyatakan semakin tua
penelitian sesuai dengan tulisan (Junaidi, umur akan semakin terjadi kecenderungan
2011) bahwa wanita berkecenderungan 20 menipisnya struktur pembuluh darah yang
% menderita stroke haemorhagik yaitu mengakibatkan pembuluh darah mudah
PIS suatu perdarahan subarachnoid. Pada rapuh dan terjadi kematian struktur
penelitian secara objektif terdapat sedikit jaringan otak seperti yang dikemukakan
perbedaan jumlah antara laki-laki dan oleh Wiwit (2010).
wanita. Wanita menderita stroke karena Hasil penelitian ini tidak sejalan
pengaruh hormonal KB karena rata-rata dengan penelitian Sitorus (2008) yang
wanita berusia ≤ 40 tahun ada 62,5 % memperoleh hasil bahwa stroke tidak lagi
sesuai dengan penelitian Sitorus (2008) didominasi oleh usia tua, stroke pada usia
yang menyatakan bahwa stroke yang dibawah 40 tahun disebabkan oleh
diderita oleh wanita usia 40 tahun kebawah perubahan gaya hidup, salah satunya faktor
umumnya dikarenakan faktor hormonal cepat, siap saji. Perbedaan hasil penelitian
KB yaitu KB suntik dan ini merupakan ini adalah pada penelitian Sitorus (2008)
faktor resiko yang dapat dikendalikan. dilakukan pada daerah dalam wilayah
Propinsi sedangkan penelitian ini ada pada
[46]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357
[47]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357
[48]