OLEH :
KELOMPOK 2
2021
PENYUSUN
Kelompok-2
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENULISAN KASUS
Ada apa dengan Pak Slamet?
Tn Slamet berusia 64 tahun pendidikan Sarjana, suku Jawa, pekerjaan pegawai
negeri, menikah, agama Islam. 1) Oksigenasi: tekanan darah 200/100 mmHg,
MAP klien adalah 133.3, nadi 116x/menit, suhu 37.4°C. GCS 324, batuk(-),
Ronkhi +/+, Wheezing -/-, nadi 120 x/menit, frekuensi nafas 26 x/mt, bunyi
jantung S1 dan S2 tunggal. Analisa gas darah menunjukkan hasil pH 7,323.
pCO2 33.5, pO2 78,0 mmHg, HCO3 21.4 mmol/liter, BE -2/-2 mmol/liter dan
O2 saturasi 96%. 2) Nutrisi: Terpasang NGT, bising usus 12 x/menit, perkusi
timpani, palpasi supel. Tinggi badan 160 cm, LILA 29 cm, perkiraan BB 56,8
kg. 3) Eliminasi: inkontinensia uri, terpasang kateter menetap 4) Aktifitas
dan istirahat: Penilaian Bartel Index bernilai 5, skor NIHSS 22. Selama
dirawat di Rumah Sakit, keluarga pak Slamet belum pernah menuntun pak
Slamet untuk berdoa. 5) Proteksi: skor Braden Scale 11 6) Sensori: belum
dikaji 7) Cairan dan elektrolit: Mukosa bibir kering, 8) Neurologis: Tanda
rangsang meningeal belum dikaji. Kelemahan nervus IX, X, XII ; Nervus IV
pupil bulat isokor Ø 3 mm/3 mm, reflek cahaya langsung dan tidak langsung
pada mata kanan dan kiri +/+, Hemiparesis sinistra. 9) Endokrin: tidak ada
masalah. ADL dibantu total. Terpasang infus di lengan sebelah kanan dan
terdapat kemerahan dan bengkak di daerah tempat pemasangan.
Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan Laboratorium: Hemoglobin 15,6 g/dL (13,2 – 17,3 mg/dL),
Leukosit 15 (4-10), Eritrosit 4,5 ( 3,8-5,4), Hematokrit 37,4 (37-47),
Trombosit 354 (150-400), Limfosit 1,8 ( 1,8-4,5), Monosit 0,4 ( 0,4-3,1),
Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu : 117 (70-110), Pemeriksaan Ureum :
25 (10-50), Creatinin : 0,58 ( 0,45-0,75), SGOT: 30 (0-35), SGPT: 21 ( 0-35),
Asam Urat: 22 (2-7), Cholestrol : 182 (< 245 ), HDL Cholestrol: 37 (37-83),
LDL-Cholestrol: 137, Trigliserid : 38.
Hasil Ct-scan kepala:
Hasil CT Scan menunjukkan adanya perdarahan intraparenkimal di ruang
temporo-parietal dekstra ukuran 4.3x2x3 cm= 25,8cc.
Terapi:
Perdipine 2 mcq/kgBB/menit; Inj. Vit k 3x1 ampul; Asam transamin 3x1
ampul; Inj. Cefotaxime 2x1 gr; terapi manitol; Infus RL 20tpm
B. DAFTAR KATA SULIT
1. MAP
2. Hemiparesis sinistra
3. Palpasi supel
4. Skor braden
5. Skor NIHSS
6. Terapi manitol
7. Intraparenkimal
8. SGOT
9. SGPT
10. Ruang temporo-parietal dextra
11. BE
12. PCO2
13. Kelemahan nervus IX, X, XII
14. Rangsang meningeal
C. DAFTAR PERTANYAAN
1. Pengertian stroke
2. Jenis stroke dan dari kasus termasuk dalam stroke apa
3. Penyebab dari masing-masing jenis stroke
4. Faktor risiko
5. Pencegahan stroke
6. Manifes stroke
7. Patofisiologi stroke
8. Komplikasi stroke
9. Dampak stroke
10. Askep (diagnosa kep.)
11. Pemeriksaan penunjang
12. Pengobatan non farmako
13. Pengobatan farmako
14. Peran perawat
BAB II
HASIL
b. Nurislamiati (023)
Kelumpuhan N IX dan X dapat menyebabkan disfagia.
nervus IX dan X : Sering dijumpai pada hemiparesis dupleks,
yang disebut juga sebagai kelumpuhan pseudo-bulber.
Persarafan N. IX dan x adalah bilateral, karenanya
kelumpuhan supranuklear baru terjadi bila ada lesi
bilateral.
Nervus XI : Mengendalikan pergerakan lidah, pasien mampu
menggerakkan lidah dari kiri ke kanan dan sebaliknya
dr. Ashari Bahar, M.Kes, Sp.S, FINS, dr. Devi Wuysang,
M.Si, Sp.S. 2015. PEMERIKSAAN FUNGSI SARAF
KRANIAL BAGIAN II
14. Apa yang dimaksud rangsang maningeal?
a. Vita Amilia Rifa’i (020)
Menurut (Tursinawati et al., 2015) pemeriksaan rangsangan
meningeal pada penderita dengan meningitis biasanya
ditemukan hasil positif. Pemeriksaan tersebut adalah sebagai
berikut ;
1) Pemeriksaan Kaku Kuduk Pasien berbaring dengan posisi
telentang kemudian dilakukan gerakan pasif berupa fleksi dan
rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan
kekakuan dan tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai
rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat disentuhkan ke
dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi
kepala.
2) Pemeriksaan Kernig Pasien berbaring denan posisi
terlentang kemudian dilakukan fleksi pada sendi panggul
kemudian dilakukan ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut
sejauh mungkin tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila
ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135º (kaki tidak dapat
di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya
diikuti rasa nyeri.
3) Pemeriksaan Tanda Brudzinski I Pasien berbaring
terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah
kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan
fleksi 19 kepala dengan ke arah dada sejauh mungkin. Tanda
Brudzkinski I positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi
kedua tungkai/kedua lutut.
4) Pemeriksaan Tanda Brudzkinski II Pasien berbaring
terlentang, salah satu tungkainya diangkat dalam sikap lurus di
sendi lutut dan ditekukkan di sendi panggul. Tanda Brudzkinski
II positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi reflektorik
pada sendi panggul dan lutut kontralateral.
SUMBER : Turssinawati et all. 2015. BUKU AJAR Sistem
Syaraf. Semarang: Unimus Press
b. Rini Endah Purwani (016)
Apabila kedua tungkai bawah akan (terangkat) fleksi pada sendi
panggul.
(sumber: A. Aziz Alimun Hidayat. 2016. Praktik Kebutuhan
Dasar Manusia. Surabaya: Heath Books Publishing)
JAWABAN PERTANYAAN
Stroke hemoragik
Penyebabnya adalah karena pecahnya pembulu darah di otak
- hemoragik intraserebral : pendarahan yang terjadi didalam otak
- hemoragik subaraknoid : pendarahan yang terjadi di ruang subraknoid
( ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi
otak )
Sumber : Keperawatan gawat darurat dan bencana sheehy, 2018
b. Muhammad Iqbal Reza Fauqi (026)
Cc Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi
akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi
serebrum. Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan waktunya terdiri atas:
1. Transient Ischaemic Attack (TIA): defisit neurologis membaik dalam
waktu kurang dari 30 menit,
2. Reversible Ischaemic Neurological Deficit (RIND): defisit neurologis
membaik kurang dari 1 minggu,
3. Stroke In Evolution (SIE)/Progressing Stroke,
4. Completed Stroke.
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua
stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur
sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke
dalam jaringan otak. Beberapa penyebab perdarahan intraserebrum:
perdarahan intraserebrum hipertensif; perdarahan subarakhnoid (PSA)
pada ruptura aneurisma sakular (Berry), ruptura malformasi arteriovena
(Gambaran Drug Related Problems (DRP’s) pada Penatalaksanaan
Pasien Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik di RSUD Dr M
Yunus Bengkulu, 2017)
4. Apa faktor risiko stroke?
a. Zah Dewi Masithah Mayasari (016)
Faktor Risiko Stroke adalah hal-hal yang bisa mempercepat terjadinya
serangan Stroke, yaitu faktor risiko yang tidak bisa diubah & faktor risiko
yang bisa diubah :
1. Faktor Risiko Tidak bisa diubah : umur, jenis kelamin, ras, dan genetik
(Riwayat Keluarga).
2. Faktor Risiko Stroke yang Bisa diubah
- Hipertensi
- Diabetes Melitus
- Merokok
- Atrial Fibrilasi
- Penyakit Jantung lainnya
- Pasca Stroke
- Dislipidemia
- Konsumsi alkohol
- Penyalahgunaan obat
- Stenosis arteri karotis
- Hiperfibrinogenemia
- Hiperhomosisteinemia
- Obesitas
- Pemakaian kontrasepsi hormonal
- Stres mental fisik
- Migrain
- Kurang aktivitas fisik
- Sickle cell anemia
Sumber : P2PTM Kemenkes RI 2018.
b. Yuli (030)
1. Umur. Sebagai telah dibuktikan diatas, semakin tua umur semakin
mudah kita- dapat serangan stroke.
2 Faktor Keturunan. Menurut hemat saya bukan sifat untuk mendapatkan
stroke yang diturunkan, melainkan faktor-faktor risikonya untuk mendapat
stroke yang diturunkarr oleh orang tua ke anak-anaknya. Faktor risiko
yang sukar diatasi:
3. Rasa kesal, stres. Bukan banyak pikiran, melainkan pikiran yang men-
jengkelkan risiko. Faktor-faktor risiko yang dapat diatasi
4. Hipertensi: tekanan darah tinggi. Ini merupakan faktor risiko yang kuat,
baik tekanan sistolik, maupun diastolik. Tekanan sistolik tinggi banyak
ditemukan pada usia lanjut. Orang yang mengalami tekanan sistolik yang
meningkat kemungkinan kemungkinan 2 sampai 4 kali lebih besar untuk
mendapat stroke pada orang normal 75% penderita Telkanen derah
berapakah yang + sebut hipertensl Dapet dikatalcan tekanan darah d
lndwew apons 140/90 ke bawah: normolenal. 140/90 - 160/95: garis
batas.
5. Diabetes Mellitus. Frekuensi DM pada stroke cukup tinggi (70%). DM
memper- mudah- kan aterosklerosi (ader- verkalking). Dampak buruk dari
DM terhadap kejadian stroke lebih besar pada wanita dari pada pria.
6. Kolesterol. Pada kelebihan kadar yang dibutuhkan oleh tubuh, maka
kelebihan tersebut akan diukur dalam darah dengan kadar yang lebih
tinggi yang seharusnya (80-200 mg / desiliter).
b. Stroke hemoragik
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak
yang terkena.
1) Lobus parietal, fungsinya yaitu untuk sensasi somatik, kesadaran
menempatkan posisi.
2) Lobus temporal, fungsinya yaitu untuk mempengaruhi indra dan
memori
3) Lobus oksipital, fungsinya yaitu untuk penglihatan
4) Lobus frontal, fungsinya untuk mempengaruhi mental, emosi, fungsi
fisik, intelektual.
a) DO: Kelemahan nervus IX, X, XII, Hemiparesis sinistra, ADL dibantu dan
terpasang infuse di lengan sebelah kanan dan terdapat kemerahan dan bengkak
didaerah pemasangan.
Intervensi:
B. Pencegahan jatuh
a) Identifikasi faktor resiko jatuh
b) Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh
c) Hitung resiko jatuh menggunakan skala
d) Pasang handrall pada tempat tidur
e) Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
b) DO: Tekanan darah 200/100 mmHg, MAP 133,3, nadi 116x/menit GCS 324,
frekuensi nafas 26x/menit, pendarahan intraparenkimal diruang temporo-parietal
dextra
DX: Risiko perfusi serebral tidak efektif terkait dengan stroke
Luaran:
1. Luaran utama: Perfusi cerebral
a) Tekanan intracranial: 4
b) Sakit kepala: 5
c) Tekanan darah sistolik: 4
d) Tekanan darah diastolic: 4
Intervensi:
a) Pemantauan Tekanan Intrakranial:
1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Monitor TD
3. Monitor pelebaran tekanan nadi
4. Monitor tekanan perfusi cerebral
5. Dokumentasi hasil pemantauan
6.Informasikan hasil pemantauan
INTERVENSI :
LUARAN :
INTERVENSI :
Dukungan mobilisasi
LUARAN :
INTERVENSI :
Pencegahan aspirasi
Pemeriksaan laboratorium
Scanning : CT Scan , MRI , SPECT , carotid ultrasound dan
celebral angiography
ECG
(sumber All About Stroke oleh lany lingga tahun 2013)
Istirahat cukup (6-8 jam hari) dianjurkan bagi penderita stroke dan
mengelola stres dengan baik. Menurut WHO, stres kronis dapat
meningkatkan tekanan darah. Berpikir positif. bersikap ramah dan
mendekatkan diri pada Tuhan YME dapat menghasilkan respon relaksasi
yang menurunkan tekanan darah dan denyut jantung.
b. Nurislamiati (023)
1. Obat analgesik, antipiretik, AINS, anti pirai
Dengan pilihan obat paracetamol yang paling banyak digunakan.
Penggunaan paracetamol ini disebabkan karena pasien stroke juga
disertai demam (hipertemi) yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh
mencapai 37,5oC setelah 48 jam onset stroke.
2. Anti alergi dan obat untuk anafilaksis
Dengan pilihan obat dexamethasone yang digunakan untuk menghambat
pembentukan edema akibat cedera kepala pada perdarahan serebral yang
diantaranya subdural, epidural, intraserebral, dan batang otak.
3. Anti infeksi
Anti infeksi diberikan untuk mencegah atau mengobati kejadian infeksi
saluran kemih, pneumonia dan infeksi nosokomial dari pasien rawat inap,
yang memiliki resiko sangat besar untuk terinfeksi.
4. Obat yang mempengaruhi darah
Dengan pilihan obat asam traneksamat yang digunakan untuk mencegah
terjadinya perdarahan ulang pasca serangan stroke perdarahan.
Perdarahan ulang ini berdampak buruk karena dapat mengakibatkan
penurunan kesadaran bahkan kematian.
5. Diuretik
dengan pilihan obat manitol yang paling banyak digunakan untuk
menurunkan tekanan intrakranial pada otak.
6. Larutan elektrolit, nutrisi, dan lainlain
Dengan pilihan larutan elektrolit NaCL yang paling banyak digunakan
sebagai penanganan pertama pada pasien stroke hemoragik untuk
menghindari terjadinya dehidrasi yang akan meningkatkan viskositas
darah.