Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 1 DK 2

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

OLEH :

KELOMPOK 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021
PENYUSUN

Kelompok-2

1. Elsa Risma Hidayah 201810420311013

2. Zah Dewi Masithah Mayasari 201810420311014


3. Rini Endah Purwani 201810420311016
4. Zumratul Aqidah 201810420311018 /Ketua
5. Vita Amilia Rifai 201810420311020 /Sekertaris
6. Lailatul Azizah 201810420311022 /Sekertaris
7. Nur Islamiati 201810420311023
8. Aprillia Triandini 201810420311024
9. Sekar Mayang Kusuma P 201810420311025
10. Muhammad Iqbal Reza Fauqi 201810420311026
11. Devi Liviya Hasnawiyah 201810420311028
12. Adinda Evazumay Ricixa 201810420311029
13. Yuli 201810420311030
14. Reyan Agil Wijaya 201810420311031

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENULISAN KASUS
Ada apa dengan Pak Slamet?
Tn Slamet berusia 64 tahun pendidikan Sarjana, suku Jawa, pekerjaan pegawai
negeri, menikah, agama Islam. 1) Oksigenasi: tekanan darah 200/100 mmHg,
MAP klien adalah 133.3, nadi 116x/menit, suhu 37.4°C. GCS 324, batuk(-),
Ronkhi +/+, Wheezing -/-, nadi 120 x/menit, frekuensi nafas 26 x/mt, bunyi
jantung S1 dan S2 tunggal. Analisa gas darah menunjukkan hasil pH 7,323.
pCO2 33.5, pO2 78,0 mmHg, HCO3 21.4 mmol/liter, BE -2/-2 mmol/liter dan
O2 saturasi 96%. 2) Nutrisi: Terpasang NGT, bising usus 12 x/menit, perkusi
timpani, palpasi supel. Tinggi badan 160 cm, LILA 29 cm, perkiraan BB 56,8
kg. 3) Eliminasi: inkontinensia uri, terpasang kateter menetap 4) Aktifitas
dan istirahat: Penilaian Bartel Index bernilai 5, skor NIHSS 22. Selama
dirawat di Rumah Sakit, keluarga pak Slamet belum pernah menuntun pak
Slamet untuk berdoa. 5) Proteksi: skor Braden Scale 11 6) Sensori: belum
dikaji 7) Cairan dan elektrolit: Mukosa bibir kering, 8) Neurologis: Tanda
rangsang meningeal belum dikaji. Kelemahan nervus IX, X, XII ; Nervus IV
pupil bulat isokor Ø 3 mm/3 mm, reflek cahaya langsung dan tidak langsung
pada mata kanan dan kiri +/+, Hemiparesis sinistra. 9) Endokrin: tidak ada
masalah. ADL dibantu total. Terpasang infus di lengan sebelah kanan dan
terdapat kemerahan dan bengkak di daerah tempat pemasangan.
Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan Laboratorium: Hemoglobin 15,6 g/dL (13,2 – 17,3 mg/dL),
Leukosit 15 (4-10), Eritrosit 4,5 ( 3,8-5,4), Hematokrit 37,4 (37-47),
Trombosit 354 (150-400), Limfosit 1,8 ( 1,8-4,5), Monosit 0,4 ( 0,4-3,1),
Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu : 117 (70-110), Pemeriksaan Ureum :
25 (10-50), Creatinin : 0,58 ( 0,45-0,75), SGOT: 30 (0-35), SGPT: 21 ( 0-35),
Asam Urat: 22 (2-7), Cholestrol : 182 (< 245 ), HDL Cholestrol: 37 (37-83),
LDL-Cholestrol: 137, Trigliserid : 38.
Hasil Ct-scan kepala:
Hasil CT Scan menunjukkan adanya perdarahan intraparenkimal di ruang
temporo-parietal dekstra ukuran 4.3x2x3 cm= 25,8cc.
Terapi:
Perdipine 2 mcq/kgBB/menit; Inj. Vit k 3x1 ampul; Asam transamin 3x1
ampul; Inj. Cefotaxime 2x1 gr; terapi manitol; Infus RL 20tpm
B. DAFTAR KATA SULIT
1. MAP
2. Hemiparesis sinistra
3. Palpasi supel
4. Skor braden
5. Skor NIHSS
6. Terapi manitol
7. Intraparenkimal
8. SGOT
9. SGPT
10. Ruang temporo-parietal dextra
11. BE
12. PCO2
13. Kelemahan nervus IX, X, XII
14. Rangsang meningeal
C. DAFTAR PERTANYAAN
1. Pengertian stroke
2. Jenis stroke dan dari kasus termasuk dalam stroke apa
3. Penyebab dari masing-masing jenis stroke
4. Faktor risiko
5. Pencegahan stroke
6. Manifes stroke
7. Patofisiologi stroke
8. Komplikasi stroke
9. Dampak stroke
10. Askep (diagnosa kep.)
11. Pemeriksaan penunjang
12. Pengobatan non farmako
13. Pengobatan farmako
14. Peran perawat

BAB II
HASIL

JAWABAN KATA SULIT

1. Apa yang dimaksud MAP?


a. Aprilia Triandini (024)
Mean Arterial Pressure (MAP) adalah rata-rata nilai tekanan
arterial dinilai dari pengukuran diastole dan sistol, kemudian
ditentukan nilai rata-rata atrerin. MAP dikatakan positif jika hasil >
90 mmHg, dan negatif jika hasilnya <90. (Suprihatin, E. and
Norontoko, D. A. (2016). Prediction of Preeclampsia by a
Combination of Body Mass Index ( BMI ), Mean Arterial Pressure
( MAP ), and Roll Over Test ( ROT ).
(Jurnal Ners Unair 2016)
b. Vita Amilia Rifa’i (020)
MAP: Mean Arterial Pressure adalah tekanan darah rata-rata pada
seseorang selama siklus jantung atau satu siklus denyutan jantung
yang didapatkan dari ukuran tekanan darah systole dan tekanan
darah diastole. Sementara MAP hanya dapat diukur secara
langsung dengan pemantauan infasif dengan normal dari Mean
Arterial Pressure yaitu bernilai 60 sampai dengan 70 mmHg
(Magder, 2016). Sedangkan Mean Arterial Pressure didapatkan
dari rumus sebagai berikut :
MAP = DP+1/3 (SP-DP)
Keterangan: MAP = Mean Arterial Pressure DP = Diastolic
Pressure SP = Sistolic Pressure
SUMBER : Magder, S. (2016) ‘Volume and its relationship to
cardiac output and venous return’, Critical Care. Critical
Care, 20(1), pp. 1–11. doi: 10.1186/s13054- 016-1438-7.
2. Apa yang dimaksud Hemiparesis Sinistra?
a. Sekar Mayang Kusuma P (025)
Hemiparesis Sinistra atau Kelumpuhan sebelah Kiri
Hemiparesis adalah sindrom klinis yang awal timbulnya
mendadak, progesif cepat, berupa defisit neurologis fokal yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan
kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak non-traumatic.
Disfungsi motorik yang paling umum adalah hemiparesis karena
lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan
pada satu sisi tubuh merupakan gejala lain dari disfungsi motorik.
Hemiparesis merupakan komplikasi yang sering terjadi setelah
serangan stroke. Ditemukan 70-80% pasien yang terkena serangan
stroke mengalami hemiparesis. Sekitar 20% pasien stroke akan
mengalami peningkatan fungsi motorik, tetapi pemulihan pasien
yang mengalami hemiparesis bervariasi dan lebih dari 50%
mengalami gejala sisa fungsi motorik.
Apabila stroke merusak belahan otak sebelah kanan (hemisfer
serebri dextra) maka sisi tubuh yang sebelah kiri yang terkena
pengaruhnya. Penderita dengan kelumpuhan sebelah kiri sering
memperlihatkan ketidakmampuan persepsi visuomotor, yaitu tidak
mampu menggambar atau membuat copy gambar dan tidak mampu
mengenakan pakaian (apraxia).
(Sumber: Halim, R., Gesal, J., & Sengkey, L. S. (2016).
Gambaran pemberian terapi pada pasien stroke dengan
hemiparesis dekstra atau sinistra di Instalasi Rehabilitasi
Medik RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado periode Januari-
Maret tahun 2016. e-CliniC, 4(2).)
b. Adinda Evazumay Ricixa (029)
Hemiparesis adalah kondisi ketika salah satu sisi tubuh , dari
kepala hingga kaki , mengalami kelemahan sehingga sulit
digerakkan jika hemiparesisi sinistra berarti mengalami kelemahan
di bagian kiri. Kondisi ini umumnya dialami oleh penderita stroke
dan harus segera ditangani karena bisa menyebabkan kelemahan
permanen dan kelumpuhan. Jadi pasien lebih mungkin mengalami
hemiparesis yang disebabkan oleh lesi pada sisi otak kontralateral
dibandingkan diagnosis lainnya.
(sumber lecture notes neurologi oleh erik hansen tahun 2016 )

3. Apa yang dimaksud palpasi supel?


a. Zumratul Aqidah (018)
Palpasi adalah tindakan meraba dengan satu atau kedua tangan.
palpasi menegaskan apa yang kita lihat dan mengungkapkan hal-
hal yang tidak terlihat.
Sumber: BURNSIDE, Jehn W.
Diagnosis fisik / John W Burnside, Thomas J. MeGlynn, alih
bahasa, Henny Lukmanto - Ed 17.- Jakarta EGC, 2011.
b. Elsa Risma Hidayah (013)
Palpasi sendiri pengertiannya adalah teknik pemeriksaan dengan
menggunakan peraba dengan meletakkan tangan pada bagian tubuh
yang dapat dijangkau tangan
Sedangkan arti dari supel sendiri adalah hasil dari pemeriksaan
tersebut
Sumber : Buku ajar dasar ilmu gizi kesehatan masyarakat,
2018
4. Apa yang dimaksud skor braden?
a. Devi Liviya Hasnawiyah (028)
Pengkajian skala Braden adalah alat ukur untuk memprediksi
resiko cedera luka tekan. Skor maksimum pada skala Braden
adalah 23. Risiko Sangat Tinggi 9 atau kurang, Resiko Tinggi 10-
12, Risiko Sedang 13-14, Resiko Ringan 15-18, dan Tanpa Resiko
23
sumber; Magdalena, Yunita dan Astrid Maria. 2019.
Perbedaan skor skala braden sebelum dan sesudah
penggunaan hydrocolloid dressing dan transparent film
dressing pada pasien di rumah sakit x Jakarta. Carolus journal
of Nursing 2 (1), 37-51, 2019
b. Muhammad Iqbal Reza Fauqi (026)
1. Luka tekan adalah suatu lesi iskemik pada kulit dan
jaringan di bawahnya, Luka tekan ini bisa terjadi pada
pasien yang berada dalam suatu posisi dalam jangka waktu
lama baik posisi duduk maupun berbaring
2. Untuk itu penting bagi perawat melakukan berbagai upaya
pencegahan terjadinya luka tekan pada pasien dengan cara
mendeteksi secara dini faktor-faktor risiko terjadinya luka
tekan. Untuk memfasilitasi pengkajian terhadap risiko
terjadinya luka tekan pada pasien, maka Braden dan
Bergstrom (1984) dalam Bergstrom, Demuth, dan Braden
(1988) telah mengembang-kan suatu alat yang disebut
Braden scale (skala Braden).
(Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 17, No. 3, November 2014,
hal 95-100 pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203 PENGGUNAAN
SKALA BRADEN TERBUKTI EFEKTIF DALAM
MEMPREDIKSI KEJADIAN LUKA TEKAN Era Dorihi Kale1*,
Elly Nurachmah2, Hening Pujasari2)

5. Apa yang dimaksud skor NIHSS?


a. Rini Endah Purwani (016)
National Institute of Health Stroke Scale adalah alat penilaian
sistematik yang mengukur kuantitatif stroke yang terkait dengan
defisit neurologik, terdiri dari 15 item pemeriksaan.
(Sumber: Habir Jojang. Theresia Runtuwene. J. Maja. P.S.
2016. Perbandingan NIHSS pada pasien stroke hemoragik dan
non-hemoragik yang rawat inap di Bagian Neurologi RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado).
b. Zah Dewi Masithah Mayasari (014)
National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) adalah alat
penilaian sistematis yang mengukur kuantitatif stroke yang terkait
dengan defisit neurologik. NIHSS tidak hanya digunakan untuk
menilai derajat defisit neurologik saja, tetapi juga untuk
memfasilitasi komunikasi antara pasien dengan tenaga medik,
mengevaluasi, menentukan perawatan yang tepat dan memrediksi
hasil dari pasien stroke, menentukan prognosis awal dan
komplikasi serta intervensi yang diperlukan. NIHSS juga banyak
digunakan untuk menilai tingkat keparahan pada pasien yang
mengalami stroke iskemik akut. Pada saat ini NIHSS banyak
digunakan secara rutin untuk menilai keparahan stroke pada pusat-
pusat pelayanan stroke.
Terdapat 11 item dalam penilaian NIHSS meliputi: level of
consciousness, best gaze, visual field testing, facial paresis, arm
and leg motor function, limb ataxia, sensory, language, dysarthria,
extinction, and inattention. NIHSS memiliki skor maksimum 42
dan skor minimum 0. Interpretasi dari NIHSS yaitu: skor >25
sangat berat, 14-25 berat, 5-14 sedang, dan < 5 ringan.

Sumber : Jurnal e-Clinic (eCl), Perbandingan NIHSS pada


pasien stroke hemoragik dan non-hemoragik yang rawat inap
di Bagian Neurologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado,
Habir Jojang, dkk, Januari-Juni 2016.
6. Apa yang dimaksud terapi monitol?
a. Yuli (030)
Manitol adalah obat diuretik yang digunakan untuk
mengurangi tekanan dalam kepala (intrakranial) akibat
pembengkakan otak
Manitol Penggunaan manitol bertujuan menurunkan TIK
karena manitol yang bekerja pada sawar darah otak relatif
dapat mengurangi volume intrakranial. Efek yang
ditimbulkan oleh manitol sehubungan dengan penurunan TIK
adalah: (1) efek dehidrasi otak, dengan mengurangi
penumpukan cairan ruang interstisiel sehingga volume
jaringan otak relatif berkurang, (2) efek reologi, efek ini akan
meningkatkan sirkulasi mikro sehingga memperbaiki
kemampuan sel darah merah yang datang akan menjamin
oksigenasi jaringan minyak pompa.
Satyanegara. 2014. Ilmu Bedah Saraf V. Jakarta:
Gramedia
b. Reyan Agil (031)
Mannitol adalah obat golongan diuretik osmotik yang
digunakan untuk menurunkan tekanan intrakranial dan
intraokular. Manitol adalah zat alami yang ditemukan dalam
ganggang laut, jamur segar, dan dalam eksudat dari pohon.
Manitol bersifat asam (pH 6.3) dan dapat mengkristal jika
disimpan pada suhu kamar, tetapi dapat dibuat larut lagi
dengan pemanasan (Shawkat, Westwood & Mortimer, 2017).
SUMBER : Shawkatt, Hany., Westwood, Mei-mei &
Mortimer, Andrew. (2017). Mannitol: a review of its
clinical uses. The British Journal of Anaesthesia. Vol. 12
(2).

7. Apa yang dimaksud intraparenkimal?


a. Nurislamiati (023)
Perdarahan intraparenkim adalah akumulasi darah di
parenkim otak. Perdarahan dengan diameter 5mm dapat
dideteksi pada pemeriksaan CT Scan kepala. Perdarahan
intraparenkim dapat diikuti dengan terjadinya edema yang
akhirnya menyebabkan terkompresinya jaringan otak di
sekitarnya.
(Liebeskind, D.S. (2013). Intracerebral Haemorrhage.
Retrieved 10 2, 204)
b. Aprilia Triandini (024)
Perdarahan intraparenkimal adalah salah satu dari jenis
perdarahan intrakranial. Perdarahan intraparenkimal adalah
pendarahan tepat ke dalam parenkim otak. Perdarahan
intraparenkimal ini menyumbang 10% sampai 20% dari
semua stroke. Perdarahan intraparenkim non-traumatis paling
sering terjadi akibat kerusakan pada pembuluh darah otak
yang akhirnya pecah dan berdarah ke otak.
(Steven Tenny; William Thorell. 2020. Intracranial
Hemorrhage)
8. Apa yang dimaksud SGOT?
a. Muhammad Iqbal Reza Fauqi (026)
Aspartate aminotransferase or serum glutamic oxaloacetate
transaminase (SGOT) adalah enzim hepar yang membantu
produksi protein. Enzim ini mengkatalisa transfer suatu gugus
amino dari aspartat ke α-ketoglutarat menghasilkan oksaloasetat
dan glutamat. Selain di hepar, enzim ini juga ditemukan pada organ
lain seperti jantung, otot rangka, otak, dan ginjal. Kerusakan pada
salah satu dari beberapa organ tersebut bisa menyebabkab
peningkatan kadar pada enzim dalam darah. Enzim ini juga
membantu dalam mendeteksi nekrosis sel hepar, tapi dianggap
petanda yang kurang spesifik untuk kerusakan sel hepar sebab
enzim ini juga bisa menggambarkan kelainan pada jantung, otot
rangka, otak, dan ginjal. Alanine aminotransferase (ALT) atau
Serum Glutamic Pyruvic transaminase (SGPT) dan Aspartate
aminotransferase (AST) atau Serum Glutamic Oxsaloasetic
transaminase (SGOT), merupakan enzim yang keberadaan dan
kadarnya dalam darah dijadikan penanda terjadinya gangguan
fungsi hati. Enzim tersebut normalnya berada pada sel-sel hati.
Kerusakan pada hati akan menyebabkan enzim-enzim hati tersebut
lepas ke dalam aliran darah sehingga kadarnya dalam darah
meningkat dan menandakan adanya gangguan fungsi hati.
Sumber: ANALISIS KADAR SERUM GLUTAMIC
PYRUVIC TRANSAMINASE (SGPT) DAN SERUM
GLUTAMIC OXALOACETIC TRANSAMINASE (SGOT)
PADA PETANI YANG MENGGUNAKAN PESTISIDA (2019)
b. Sekar Mayang Kusuma P (025)
SGOT merupakan singkatan dari serum glutamic oxaloacetic
transaminase. Beberapa laboratorium sering juga memakai istilah
AST (aspartate aminotransferase). SGOT merupakan enzim yang
tidak hanya terdapat di hati, melainkan juga terdapat di otot
jantung, itak, ginjal, dan otot-otot rangka.
Adanya kerusakan pada hati, otot jantung, otak, ginjal dan rangka
bisa dideteksi dengan mengukur kadar SGOT. Pada kasus seperti
alkoholik, radang pankreas, malaria, infeksi lever stadium akhir,
adanya penyumbatan pada saluran empedu, kerusakan otot jantung,
orang-orang yang selalu mengonsumsi obat-obatan Hasil seperti
antibiotik dan obat TBC, kadar SGOT bisa meninggi, bahkan bisa
menyamai kadar SGOT pada penderita hepatitis.
Kadar SGOT dianggap abnormal jika nilai yang didapat 2-3 kali
lebih besar dari nilai normalnya.
(Sumber: Eko Bastiansyah. 2018. Buku Panduan Lengkap
Membaca Hasil Tes Kesehatan. Jakarta : Penebar Plus)
9. Apa yang dimaksud SGPT?
a. Zah Dewi Masithah Mayasari (014)
Serum Glutamic Pyruvic Transaminase atau SGPT merupakan
salah satu enzim di dalam tubuh manusia. Enzim ini paling
banyak ditemukan di dalam organ hati. Namun, SGPT juga
terdapat di beberapa organ lain, meksi dalam jumlah yang kecil.
Enzim memiliki tugas yang cukup penting, yaitu membantu
mencerna protein dalam tubuh. Ketika dokter mencurigai
adanya masalah pada fungsi hati, biasanya tes darah SGPT
merupakan pemeriksaan lanjutan yang akan dilakukan.

Pemeriksaan SGPT dilakukan dengan cara mengambil sampel


darah. Utuk tubuh yang normal atau sehat, enzin SGPT tentu
akan terlihat normal.  Adapun batas normal SGPT yang
seharusnya dimiliki adalah:
- SGOT: 5-40 µ/L (mikro per liter).
- SGPT: 7-56 µ/L (mikro per liter).

Terdapat beberapa kondisi atau faktor yang bisa menyebabkan


tingginya kadar SGPT dala tubuh. Contohnya:
1. Sedang mengonsumsi obat-obat tertentu, seperti statin yang
berfungsi untuk mengendalikan kolesterol.
2. Mengonsumsi alkohol.
3. Mengalami hepatitis B.
4. Mengalami hepatitis C.
5. Sirosis.

Selain hal-hal di atas, naiknya kadar SGPT dalam tubuh juga


bisa disebabkan oleh gangguan kesehatan seperti:
1. Hepatitis yang disebabkan autoimun.
2. Penyakit celiac.
3. Kelebihan zat besi dalam tubuh.
4. Irritable bowel syndrome.
5. Gangguan fungsi tiroid.

Komplikasi Tekanan darah yang tinggi juga dapat menyebabkan


gangguan pada organ-organ lainnya, termasuk hati. Hal inilah
yang mungkin dapat menyebabkan sedikit peningkatan pada
SGPT dan SGOT. Komplikasi berahaya yang sering terjadi pada
tekanan darah tinggi adalah:
1. Stroke / pembuluh darah otak pecah
2. Serangan jantung
3. Gagal ginjal Ginjal

Sumber : Healthline. Liver Function Tests. Indus Health


Plus. Diakses pada 2019. SGPT Blood Test.
b. Lailatul Azizah (022)
SGPT: screening test yang dinilai cost effective untuk
mengidentifikasi metabolic atau drug-induced liver injury. Jika
SGPT pada pasien meningkat secara persisten, maka perlu
dilakukan pemeriksaan serologi viral hepatitis.
(Buku Potensi Terapi Sel Punca Untuk Sirosis Hati, 2018)

10. Apa yang dimaksud ruang temporol-parietal dextra?


a. Adinda Evazumay Ricixa (029)
Ruang temporo adalah suatu persendian yang komplek pada
kepala manusia. Sendi atau ruang ini disebut juga sebagai
temporo-mandibular joint (TMJ). Jika dalam kasus parietal
dextra berarti terjadi pergerakan bagian kanan , gerakan pada
temporo dibagi menjadi dua yaitu hinging (engsel) dan
meluncur.
(sumber buku anatomi gigi dan mulut oleh fidya 2018)
b. Yuli (30)
Temporo Mandibulair Joint (TMJ) adalah sendi yang paling
mobile dan sering digunakan dalam aktifitas sehari-hari seperti
membuka dan menutup mulut, mengunyah, berbicara, menelan,
berkumur dan lain-lain.
Sumber: Haekal Ilmi, Dwi Rochmayanti. 2018. Pengukuran
Laju Paparan Radiasi Dan Efektivitas Dinding Serta Perisai
Radiasi Ruang Panoramik. Jurnal Radiografer Indonesia,
Issn 2620 9950
11. Apa yang dimaksud BE?
a. Reyan Agil (031)
Base excess didefinisikan sebagai sejumlah asam yang
diperlukan untuk mempertahankan pH satu liter darah tetap
normal pada tekanan PaCO 40 mmHg. Base excess meningkat
pada alkalosis metabolik dan menjadi negatif pada asidosis
metabolik, namun kegunaannya dalam menginterpretasi hasil
gas darah masih kontroversi. Walaupun BE dapat memberikan
informasi mengenai pengaruh metabolik pada suatu gangguan
asam basa, namun BE juga dapat mengaburkan interpretasi.
Alkalemia dan asidemia dapat terjadi secara primer maupun
sekunder terhadap asidosis atau alkalosis respiratorik. Base
exscess tidak memperhitungkan kesesuaian dari respon
metabolik terhadap gangguan yang ada, hal ini membatasi
fungsinya dalam menginterpretasikan hasil analisa asam basa.
SUMBER : BUKU. Australian Prescriber. The
interpretation of arterial blood gases. Austprescr.2011:1-8

b. Zumratul Aqidah (018)


BE adalah jumlah asam atau basa yang ditambahkan kadar 1
liter darah atau cairan ekstraseluler, BE merupakan cara praktis
untuk mengetahui berapa besar kelainan asam basa metabolik,
yaitu dengan cara melakukan titrasi invitra pada sediaan darah
dengan asam atau basa kuat untuk mengembalikan ph menjadi
normal
Sumber: Schraga ED, et al. 2013. Metabolic Acidosis in
Emergency Medicine. Tersedia dari :
www.emedicine.medscape.com
12. Apa yang dimaksud PCO2?
a. Elsa Risma Hidayah (13)
PCO2 adalah Tekanan parsial karbon dioksida dimana
interpretasi kadar pco2 kurang rumit karena terutama
dipengaruhi oleh ventilasi. Konsentrasi pco2 yang normal
mendekati 40 tor dan nilai lbh tinggi yang menunjukkan adanya
ventilasi tak adekuat.
Sumber : asuhan kebidanan kehamilan, 2020
b. Devi Liviya Hasnawiyah (028)
PCO2 adalah tekanan parsial gas CO dalam air, tekanan
parsial karbondioksida arteri (PCO2) yaitu tekanan yang
dikeluarkan oleh karbondioksida yang terlarut di dalam plasma
darah arteri. Nilai normal PCO2 adalah 35-45 mmHg, nilai
PCO2 > 45 mmHg disebut hipoventilasi, nilai PCO2 < 35
mmHg disebut hiperventilasi.
Sumber: Dwi Pratama, Aji,. Tjahyo Nugroho Adji., Dicky
Satria Dwiputra. 2019. Variasi Temporal Hidrogeokimia
Sungai Bawah Tanah (SBT) Anjani, Karst Jonggrangan,
Java Island, Indonesia.
13. Apa yang dimaksud kelemahan nervus IX, X, XII?
a. Lailatul Azizah (022)
a) Nervus IX: kelemahan pada glossofaringeal (Gangguan
menelan)
b) Nervus X: kelemahan pada vagus (gangguan menelan)
c) Nervus XII: kelemahan pada hipoglossus (pergerakan
lidah)
(Buku Sheehy's Emergency and Disaster Nursing - 1st
Indonesian Edition, 2017)

b. Nurislamiati (023)
Kelumpuhan N IX dan X dapat menyebabkan disfagia.
nervus IX dan X : Sering dijumpai pada hemiparesis dupleks,
yang disebut juga sebagai kelumpuhan pseudo-bulber.
Persarafan N. IX dan x adalah bilateral, karenanya
kelumpuhan supranuklear baru terjadi bila ada lesi
bilateral.
Nervus XI : Mengendalikan pergerakan lidah, pasien mampu
menggerakkan lidah dari kiri ke kanan dan sebaliknya
dr. Ashari Bahar, M.Kes, Sp.S, FINS, dr. Devi Wuysang,
M.Si, Sp.S. 2015. PEMERIKSAAN FUNGSI SARAF
KRANIAL BAGIAN II
14. Apa yang dimaksud rangsang maningeal?
a. Vita Amilia Rifa’i (020)
Menurut (Tursinawati et al., 2015) pemeriksaan rangsangan
meningeal pada penderita dengan meningitis biasanya
ditemukan hasil positif. Pemeriksaan tersebut adalah sebagai
berikut ;
1) Pemeriksaan Kaku Kuduk Pasien berbaring dengan posisi
telentang kemudian dilakukan gerakan pasif berupa fleksi dan
rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan
kekakuan dan tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai
rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat disentuhkan ke
dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi
kepala.
2) Pemeriksaan Kernig Pasien berbaring denan posisi
terlentang kemudian dilakukan fleksi pada sendi panggul
kemudian dilakukan ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut
sejauh mungkin tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila
ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135º (kaki tidak dapat
di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya
diikuti rasa nyeri.
3) Pemeriksaan Tanda Brudzinski I Pasien berbaring
terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah
kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan
fleksi 19 kepala dengan ke arah dada sejauh mungkin. Tanda
Brudzkinski I positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi
kedua tungkai/kedua lutut.
4) Pemeriksaan Tanda Brudzkinski II Pasien berbaring
terlentang, salah satu tungkainya diangkat dalam sikap lurus di
sendi lutut dan ditekukkan di sendi panggul. Tanda Brudzkinski
II positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi reflektorik
pada sendi panggul dan lutut kontralateral.
SUMBER : Turssinawati et all. 2015. BUKU AJAR Sistem
Syaraf. Semarang: Unimus Press
b. Rini Endah Purwani (016)
Apabila kedua tungkai bawah akan (terangkat) fleksi pada sendi
panggul.
(sumber: A. Aziz Alimun Hidayat. 2016. Praktik Kebutuhan
Dasar Manusia. Surabaya: Heath Books Publishing)
JAWABAN PERTANYAAN

1. Apa yang dimaksud dengan stroke?


a. Rini Endah Purwani (016)
Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala atau tanda klinis
yang berkembang cepat berupa gangguan fungsional otak fokal maupun
global yang berlangsung lebih dari 24 jam.
(Sumber: Habir Jojang. Theresia Runtuwene. J. Maja. P.S. 2016.
Perbandingan NIHSS pada pasien stroke hemoragik dan non-
hemoragik yang rawat inap di Bagian Neurologi RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado).
b. Aprilia Triandini (024)
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf
otak. Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan
infark serebrum
(Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan
Keperawatan Profesional. Yogyakarta: Mediaction Jogja)
2. Apa saja jenis stroke dan dari kasus termasuk dalam stroke apa?
a. Nurislamiati (023)
1) Stroke Iskemik Sekitar 80% - 85% stroke adalah stroke iskemik, yang
terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada
sirkulasi serebrum. Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan waktunya
terdiri atas:
a) Transient Ischaemic Attack (TIA): defisit neurologis membaik dalam
waktu kurang dari 30 menit
b) Reversible Ischaemic Neurological Deficit (RIND): defisit neurologis
membaik kurang dari 1 minggu
c) Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke
2) Stroke Hemoragik Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% -
20% dari semua stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum
mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang
subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Beberapa penyebab
perdarahan intraserebrum: perdarahan intraserebrum hipertensif;
perdarahan subarakhnoid (PSA) pada ruptura aneurisma sakular (Berry),
ruptura malformasi arteriovena 11 (MAV), trauma, penyalahgunaan
kokain, amfetamin, perdarahan akibat tumor otak, infark hemoragik,
penyakit perdarahan sistemik termasuk terapi antikoagulan.
(Deny Wiria Nugraha, A.Y. Erwin Dodu , Novilia Chandra. 2017.
KLASIFIKASI PENYAKIT STROKE MENGGUNAKAN METODE
NAIVE BAYES CLASSIFIER (STUDI KASUS PADA RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU)

b. Zumratul Aqidah (018)


a. Stroke Iskemik adalah tipe yang paling umum (87 %) hasil dari
penelitian Center fo Disease Control and Prevention (2017). Hal ini sesuai
dengan gangguan sementara atau persisten atau penurunan aliran darah
diarea fokal otak, biasanya secara parsial atau total dari arteri serebral.
Penyebab biasanya merupakan sumbatan oleh bekuan darah
b. Stroke hemoragik adalah tipe yang kurang dialami oleh masyarakat
berbanding dengan stroke iskemik. Ini karena pembuluh darah yang
melemah yang pecah dan berdarah di otak disekitarnya sehingga terjadinya
akumulasi darah dan menyebabkan desakan pada jaringan otak
disekitarnya.
Sumber: Centre for Disease Control and Prevention. 2017. Strokes
Facts. National Center for Chronic Disease Prevention. accesed 6
September 2017.
Diunduh dari: < https://www.cdc.gov/stroke/facts.htm >
3. Apa penyebab dari masing-masing jenis stroke?
a. Elsa Risma Hidayah (013)
Stroke iskemik
Penyebabnya adalah penyempitan atau penyumbatan pada pembulu darah
yang terjadi akibat penimbunan lemak pada arteri yang menyebabkan luka
pada dinding arteri.
- stroke trombotik : penyebabnya terbentuknya trombus yang membuat
gumpalan
- stroke embolik : penyebabnya adalah tertutupnya pembulu arteri oleh
bekuan darah
- hipoperfusion sistemik penyebabnya adalah berkurangnya aliran darah ke
seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung

Stroke hemoragik
Penyebabnya adalah karena pecahnya pembulu darah di otak
- hemoragik intraserebral : pendarahan yang terjadi didalam otak
- hemoragik subaraknoid : pendarahan yang terjadi di ruang subraknoid
( ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi
otak )
Sumber : Keperawatan gawat darurat dan bencana sheehy, 2018
b. Muhammad Iqbal Reza Fauqi (026)
Cc Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi
akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi
serebrum. Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan waktunya terdiri atas:
1. Transient Ischaemic Attack (TIA): defisit neurologis membaik dalam
waktu kurang dari 30 menit,
2. Reversible Ischaemic Neurological Deficit (RIND): defisit neurologis
membaik kurang dari 1 minggu,
3. Stroke In Evolution (SIE)/Progressing Stroke,
4. Completed Stroke.
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua
stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur
sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke
dalam jaringan otak. Beberapa penyebab perdarahan intraserebrum:
perdarahan intraserebrum hipertensif; perdarahan subarakhnoid (PSA)
pada ruptura aneurisma sakular (Berry), ruptura malformasi arteriovena
(Gambaran Drug Related Problems (DRP’s) pada Penatalaksanaan
Pasien Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik di RSUD Dr M
Yunus Bengkulu, 2017)
4. Apa faktor risiko stroke?
a. Zah Dewi Masithah Mayasari (016)
Faktor Risiko Stroke adalah hal-hal yang bisa mempercepat terjadinya
serangan Stroke, yaitu faktor risiko yang tidak bisa diubah & faktor risiko
yang bisa diubah :
1. Faktor Risiko Tidak bisa diubah : umur, jenis kelamin, ras, dan genetik
(Riwayat Keluarga).
2. Faktor Risiko Stroke yang Bisa diubah
- Hipertensi
- Diabetes Melitus
- Merokok
- Atrial Fibrilasi
- Penyakit Jantung lainnya
- Pasca Stroke
- Dislipidemia
- Konsumsi alkohol
- Penyalahgunaan obat
- Stenosis arteri karotis
- Hiperfibrinogenemia
- Hiperhomosisteinemia
- Obesitas
- Pemakaian kontrasepsi hormonal
- Stres mental fisik
- Migrain
- Kurang aktivitas fisik
- Sickle cell anemia
Sumber : P2PTM Kemenkes RI 2018.
b. Yuli (030)
1. Umur. Sebagai telah dibuktikan diatas, semakin tua umur semakin
mudah kita- dapat serangan stroke.
2 Faktor Keturunan. Menurut hemat saya bukan sifat untuk mendapatkan
stroke yang diturunkan, melainkan faktor-faktor risikonya untuk mendapat
stroke yang diturunkarr oleh orang tua ke anak-anaknya. Faktor risiko
yang sukar diatasi:
3. Rasa kesal, stres. Bukan banyak pikiran, melainkan pikiran yang men-
jengkelkan risiko. Faktor-faktor risiko yang dapat diatasi
4. Hipertensi: tekanan darah tinggi. Ini merupakan faktor risiko yang kuat,
baik tekanan sistolik, maupun diastolik. Tekanan sistolik tinggi banyak
ditemukan pada usia lanjut. Orang yang mengalami tekanan sistolik yang
meningkat kemungkinan kemungkinan 2 sampai 4 kali lebih besar untuk
mendapat stroke pada orang normal 75% penderita Telkanen derah
berapakah yang + sebut hipertensl Dapet dikatalcan tekanan darah d
lndwew apons 140/90 ke bawah: normolenal. 140/90 - 160/95: garis
batas.
5. Diabetes Mellitus. Frekuensi DM pada stroke cukup tinggi (70%). DM
memper- mudah- kan aterosklerosi (ader- verkalking). Dampak buruk dari
DM terhadap kejadian stroke lebih besar pada wanita dari pada pria.
6. Kolesterol. Pada kelebihan kadar yang dibutuhkan oleh tubuh, maka
kelebihan tersebut akan diukur dalam darah dengan kadar yang lebih
tinggi yang seharusnya (80-200 mg / desiliter).

Khairatunnisa Khairatunnisa . Faktor Risiko Yang Berhubungan


Dengan Kejadian Stroke Pada Pasien Di Rsu H. Sahudin Kutacane
Kabupaten Aceh Tenggara. Jurnal ilmiah penelitian kesehatan Vol 2,
No 1 (2017)
5. Bagaimana pencegahan stroke?
a. Vita Amilia Rifa’i (020)
Menurut Stroke Engine [6], 80% stroke dapat dicegah dengan cara
pengobatan dan pengendalian faktor risiko melalui modifikasi gaya hidup.
Modifikasi gaya hidup merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya
stroke berulang (sekunder). Ginsberg, mengatakan bahwa rekurensi dapat
dicegah dengan pengendalian faktor risiko melalui pengobatan dan
modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup yang berisiko stroke
merupakan promosi yang efektif untuk stroke sekunder. Gaya hidup yang
dimaksud meliputi : dan diit tidak sehat, obesitas, rokok, alkohol dan kurang
aktifitas fisik (Lawrence, 2010). Untuk itu perlu dilakukan upaya mengurangi
terjadinya stroke dengan mengkonsumsi gizi yang seimbang seperti:
perbanyak makan sayur, buah-buahan segar, protein rendah lemak dan kaya
serat yang sangat bermanfaat untuk pembuluh darah. Selsain itu lakukan
olahraga teratur, dengan berolahraga teratur dapat mengontrol berat badan
serta mengurangi resiko terjadinya stroke. Menurut Pinzon rutin melakukan
kontrol, melakukan diet seimbang, melakukan gerakan fisik yang teratur dan
berhenti merokok dapat mencegah terjadinya serangan berulang pada pasien
stroke.
SUMBER : Amila, A., Sinaga, J., & Sembiring, E. (2019). Pencegahan
Stroke Berulang Melalui Pemberdayaan Keluarga Dan Modifikasi Gaya
Hidup. Jurnal Abdimas, 22(2), 143-150.

b. Devi Liviya (028)


Pencegahan terhadap kejadian stroke pada dapat dikelompokan dalam 2
golongan besar yaitu pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
Pencegahan bersifat primer, jika penyakit stroke belum terjadi pada
pencegahan sekunder dilakukan perawatan atau pengobatan terhadap
penyakit yang diketahui.
a. Pencegahan Primer: Langkah pertama dalam mencegah stroke adalah
dengan gaya hidup dalam segala hal, yang mempertimbangkan faktor
risiko, dan kemudian bila suatu keadaan perlu dilakukan terapi dengan
obat untuk mengatasi penyakit. Menjalani gaya hidup sehat dengan pola
makan sehat, istirahat cukup, stres, kebiasaan yang dapat merugikan tubuh
seperti merokok, makan berlebihan, makanan banyak mengandung lemak
jenuh, kurang aktif berolahraga.
b. Pencegahan Sekunder: Penderita stroke blasanya banyak memiliki
faktor risiko. Oleh karena itu stroke sering kali berulang. Faktor-faktor
risiko yang harus diobati, seperti: tekanan darah tinggi, kencing manis,
penyakit jantung koroner, kadar kolesterol LDL darah yang tinggi, kadar
asam urat darah tinggi, kegemukan, perokok, peminum alkohol, stres, dan
lain-lain. Malah penderita harus berhenti merokok, berhenti minum
alkohol, menghindari stres, rajin berolah raga, dan lain-lain.
sumber: Juaidi, Iskandar. 2011. STROKE, waspadai ancamannya.
Yogyakarta: ANDI
6. Apa saja manifestasi klinis penyakit stroke?
a. Zumratul Aqidah (018)
Manifestasi klinis stroke yang terjadi antara lain mengalami kelemahan
pada satu sisi tubuh, ketidakmampuan untuk berbicara, kehilangan
penglihatan, vertigo, dan sakit kepala mungkin terjadi.
Sumber: Kusumastuti, R., & Sutarni, S. (2018). SINDROMA
VERTIGO SENTRAL SEBAGAI MANIFESTASI KLINIS STROKE
VERTEBROBASILAR PADA PASIEN PEMFIGUS VULGARIS.
Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, 3(1), 61.
b. Reyan Agil (031)
Menurut Oktavianus (2014) manifestasi klinis stroke sebagai berikut :
a. Stroke iskemik
Tanda dan gejala yang sering muncul yaitu:
1. Transient ischemic attack (TIA) Timbul hanya sebentar selama
beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau
tanpa pengobatan. Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama,
memperberat atau malah menetap.
2. Reversible Ischemic Neurogic Difisit (RIND) Gejala timbul lebih
dari 24 jam.
3. Progressing stroke atau stroke inevolution Gejala makin lama makin
berat (progresif) disebabkan gangguan aliran darah makin lama
makin berat
4. Sudah menetap atau permanen

b. Stroke hemoragik
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak
yang terkena.
1) Lobus parietal, fungsinya yaitu untuk sensasi somatik, kesadaran
menempatkan posisi.
2) Lobus temporal, fungsinya yaitu untuk mempengaruhi indra dan
memori
3) Lobus oksipital, fungsinya yaitu untuk penglihatan
4) Lobus frontal, fungsinya untuk mempengaruhi mental, emosi, fungsi
fisik, intelektual.

Stroke dapat mempengaruhi fungsi tubuh. Adapun beberapa


gangguanyang dialami pasien yaitu :
1) Pengaruh teradap status mental: tidak sadar, confuse
2) Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguansentuhan dan
sensasi, gangguan penglihatan, hemiplegi (lumpuh tubuh sebelah).
3) Pengaruh terhadap komunikasi: afasia (kehilangan bahasa), disartria
(bicara tidak jelas).
4) Pasien stroke hemoragik dapat mengalami trias TIK yang
mengindikasikan adanya peningkatan volume di dalam kepala.Trias
TIK yaitu muntah proyektil, pusing dan pupil edem.
SUMBER : Oktavianus & Sari, F,S. (2014). Asuhan Keperawatan Pada
Sistem Kardio. Vaskuler Dewasa.Graha Ilmu : Yogyakarta

7. Bagaimana Patofisiologi stroke?


a. Muhammad Iqbal Reza F (026)
Terdapat faktor resiko penyebab terjadinya stroke meliputi: kadar kolestrol
dan trigliserida tinggi, zat beracun dalam rokok, kadar glukosa darah
tinggi, dan hipertensi. Faktor tsb akan memicu rusaknya endotelium
sehingga lemak, kolestrol trombosit, sisa metabolisme, dan kalsium
menumpuk pada dinding pembuluh darah dan akan menyebabkan
sumbatan. Jika sumbatan di arteri maka timbul plak arteriosklerosis yang
akan menebalkan dinding endotelium dan diameter dalam arteri akan
menyempit menyebabkan aliran darah ke otak menurun sehgg timbul
difisit neurologis dan timbul stroke.
(Korelasi Antara Migrain Dengan Kejadian Stroke, 2017)

b. Zah Dewi Masithah Mayasari (014)


Patofisiologi Stroke berdasarkan klasifikasi :
A. Stroke Iskemik.
Emboli pembuluh serebral atau oklusi trombotik dapat mengakibatkan
terjadinya stroke iskemik. Oklusi arteri besar karena terjadinya iskemia
fokal menyebabkan defisit neurologis ke area otak yang disuplai oleh
pembuluh darah yang terkena dan menghasilkan sindrom klinis yang dapat
dikenali. Setiap pasien memiliki tanda berbeda-beda karena tingkat defisit
bergantung pada adanya aliran darah kolateral, karena adanya variasi
dalam anatomi vaskular, tekanan darah, dan lokasi oklusi yang tepat.
Trombosis biasanya melibatkan arteri karotis interna, serebral tengah atau
basilar. Gejala khas berkembang selama beberapa menit akan terjadi
episode pendek defisit fokal reversibel yang dikenal dengan serangan
iskemik transien.
Emboli dari jantung, arkus aorta atau arteri karotis biasanya menutup arteri
serebral tengah karena membawa aliran darah sebanyak >80% ke belahan
otak. Emboli yang berjalan di arteri vertebralis dan basilar biasanya
menempel di puncak arteri basilar atau disalah satu atau kedua arteri
serebral posterior. Stroke iskemik yang melibatkan oklusion arteri kecil
terjadi di lokasi tertentu, dimana perfusion tergantung pada pembuluh
darah kecil di ujung arteri. Secara patologis sebagian besar hasil berupa
celah degeneratif di pembuluh darah, disebut sebagai lipohyalinosis,
kondisi ini disebabkan karena hipertensi kronis dan merupakan
predisposisi oklusi. Pembuluh darah yang mudah berinvolusi adalah arteri
lentikulostriat dimana muncul dari arteri serebral tengah proksimal dan
mengalir ke ganglia basalis dan kapsula interna yang juga sering terkena
adalah cabang kecil dari basilar dan arteri serebral posterior yang
menyerang batang otak dan talamus.
Oklusi yang terjadi dalam pembuluh darah akan menyebabkan kerusakan
pada jaringan dalam area kecil yang dikenal sebagai infark lakunar. Ini
biasanya terjadi di puntamen, kaudatus, talamus, pons dan kapsula internal
dan kurangn umum di mayeri putih subkortikal dan otak kecil. Infark
lakunar menghasilkan beberapa sindrom klinis. Sindrom klinis yang paling
umum ada 2, diantaranya adalah stroke sensorik murni dan stroke motorik
murni. Dalam stroke motorik murni, infark biasanya berada di dalam
kapsula internal atau pons kontralateral ke sisi lemah. Sedangkan, dalam
stroke sensorik murni, infark biasanya terdapat di talamus kontralateral.
B. Stroke Hemoragik.
Hematoma epidural dan subdural biasanya terjadi sebagai sequealea
cedera kepala. Hematoma epidural timbul dari kerusakan arteri, biasanya
arteri meningeal tengah, yang dapat pecah dengan pukulan ke tulang
temporal, darah membelah dura dari tengkorak dan menutupinya.
Kehilangan kesadaran awal akibat cedera akibat gegar otak dan mungkin
bersifat sementara. Gejala neurologis kembali beberapa jam kemudian
karena hematoma memberikan efek massa yang dapat menyebabkan
herniasi otak.
Hematoma subdural biasanya timbul dari darah vena yang bocor dari vena
torn kortikal yang menjembatani ruang subdural. Pembuluh darah ini
pecah karena trauma yang relatif kecil, terutama di bagian yang besar.
Darah berada di bawah tekanan rendah dan gejala akibat efek massa tidak
akan muncul selama beberapa hari. Perdarahan subarachnoid dapat terjadi
dari trauma kepala, perpanjangan darah dari kompartemen lain ke dalam
ruang subarachnoid, atau pecahnya aneurisme arteri. Peningkatan tekanan
intrakranial dari efek toksik yang kurang dipahami dari darah
subarachnoid pada pembuluh serebral dan jaringan pada otak
mengakibatkan disfungsi serebral.
Perdarahan subarachnoid spontan (non traumatic) disebabkan paling
umum karena aneurisma yang pecah, diduga muncul dari dinding
pembuluh besar di otak yang mengalami kelemahan bawahan. Aneurisme
menjadi simtomatik di masa dewasa, biasanya setelah dekade ketiga.
Aneurisme menjadi gejala di masa dewasa. aneurisme yang tiba-tiba pecah
akan meningkatkan tekanan intrakranial, dimana bisa mengganggu aliran
darah otak dan menyebabkan cedera pada otak atau gegar otak umum.
Peningkatan tekanan intrakranial mengakibatkan hilangnya kesadaran
pada sekitar setengah dari tubuh pasien. Kerusakan otak yang parah dan
koma yang berkepanjangan adalah dampak dari sedikit perdarahan yang
sangat besar. Iskemia fokal bisa terjadi karena adanya vasospasme arteri.

Sumber : D.Hammer, G., & McPhee, S. J. (2019). Pathophysiology of


Disease | An Introduction to Clinical Medicine. In Veterinary
Toxicology: Basic and Clinical Principles: Third Edition (8th ed.).
McGraw-Hill Education.
8. Apa saja Komplikasi stroke ?
a. Devi Liviya (028)
1.Dekubitus: tidur yang terlalu lama karena lumpuh dapat mengakibatkan
luka/lecet pada bagian tubuh yang menjadi tumpuan saat berbaring,
seperti: pinggul, pantat, sendi kaki, dan tumit. Luka (dekibitus) ini bila
dibiarkan akan terkena infeksi.
2.Bekuan darah: bekuan darah mudah terjadi pada kaki yang lumpuh,
penumpukan cairan dan pembengkakan, embolis- me paru-paru.
3.Pneumonia: terjadi karena pasien biasanya tidak dapat batuk atau
menelan dengan baik sehingga menyebabkan cairan terkumpul di paru-
paru dan selanjutnya terinfeksi.
4.Kekakuan otot dan sendi: terbaring lama akan menimbulkan kekakuan
pada otot dan atau sendi, untuk itulah fisioterapi dilakukan sehingga
kekakuan tidak terjadi atau minimal dikurangi.
5.Stres/depresi: terjadi karena Anda akan merasa tidak berdaya dan
ketakutan akan masa depan.
6.Nyeri pundak dan subluxation/dislokasi: keadaan pangkal bahu yang
lepas dari sendinya. Ini dapat terjadi karena otot di sekitar pundak yang
mengontrol sendi dapat rusak akibat gerakan saat ganti pakaian atau saat
ditopang orang lain.
7.Pembengkakan otak.
8. Infeksi: saluran kemih, paru (pneumonia aspirasi).
9.Kardiovaskuler: gagal jantung, serangan jantung, emboli paru.
10.Gangguan proses berpikir dan ingatan: pikun (demensia).
sumber: Juaidi, Iskandar. 2011. STROKE, waspadai ancamannya.
Yogyakarta: ANDI
b. Lailatul Azizah (022)
1. Komplikasi Stroke:
a. Deep vein thrombosis: sebagian orang akan mengalami
penggumpalan darah ditungkai yang mengalami kelumpuhan.
Kondisi ini terjadi akibat terhentinya gerakan otot tungkai,
sehingga aliran di dalam pembuluh darah vena tungkai terganggu.
Kasus ini dapat diobati dengan obat antikoagulan.
b. Sebagian pengidap stroke hemoragik dapat mengalami hidrosefalus
yaitu menumpuknya cairan otak di dalam rongga jauh di dalam
otak (ventrikel)
c. Disfagia atau masalah dalam menelan. Disfagia ini dapat
menyebabkan pneumonia aspirasi

(Buku Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Mellitus dan Asuhan


Keperawatan Pada Pasien Stroke, Insana Maria, Penerbit DEEPUBLISH,
2021)

9. Apa saja Dampak stroke?


a. Reyan Agil (031)
Dampak yang umum terjadi setelah seseorang terkena stroke yaitu masalah
pada bagian fisiknya seperti kelemahan, mati rasa, dan kaku. Masalah fisik
lainnya yang dapat terjadi karena stroke yaitu dysphagia, fatigue
(kekurangan energi atau keletihan), foot drop (ketidakmampuan untuk
mengangkat bagian depan kaki), hemiparesis, inkontinensia, nyeri,
kelumpuhan atau paralisis, kejang dan epilepsi, masalah tidur, spasme otot
pada tangan dan kaki, dan masalah pada penglihatan. Stroke juga
menimbulkan dampak pada emosional seperti terjadinya depresi dan
pseudobulbar affect (PBA), dan dampak pada proses berpikir dan rasa
ingin 16 tahu pasien yaitu aphasia, kehilangan memory, dan vascular
dementia (National Stroke Association, 2016).
Stroke akan menimbulkan kecacatan pada seseorang setelah terkena
stroke. Kecacatan yang ditimbulkan tergantung dari otak bagian mana
yang terserang dan seberapa parah kerusakan yang dialami. Seseorang
yang terkena stroke juga akan menimbulkan dampak seperti paralisis dan
sukar mengontrol pergerakan, gangguan sensoris dan nyeri, aphasia
(masalah dengan berbahasa), masalah dengan perhatian dan ingatan, dan
gangguan emosi.
SUMBER : National Stroke Association. (2016). Post-Stroke Conditions.
Diakses tanggal 13 Maret 2021 dari http://www.stroke.org/we-can-
help/survivors/strokerecovery/post-stroke-conditions

b. Adinda Evazumay Ricixa (029)


Dampak stroke
Kelumpuhan
Skala 1 : pasien dapat melakukan skala ringan yang sebelumnya
mampu dilakukan
Skala 2: Pasien tidak mampu melakukan semua pekerjaan
seperti semula, namun tanpa bantuan orang lain yang masih bisa
berusaha melakukannya sendiri
Skala 3 : Pasien meminta bantuan orang lain untuk melakukan
pekerjaan tertentu, namun masih dapat berjalan tanpa dibantu
orang meskipun harus menggunakan tongkat.
Skala 4: Pasien tidak dapat lagi berjalan tanpa dipapah oleh
orang lain. mereka juga memerlukan bantuan orang lain untuk
melakukan pekerjaan yang sebelumnya melakukannya sendiri,
misalnya mandi, ke toilet, menyisir rambut
Skala 5: Pasien tidak lagi dapat melakukan aktivitas fisik apa
pun. Semua aktivitas dan kebutuhan hidup bantuan orang lain
serta memerlukan perhatian seseorang yang merawatnya.
(sumber All About Stroke oleh lany lingga tahun 2013)

10.Apa saja Askep (diagnosa kep.) pada kasus tersebut?


a. Lailatul Azizah (022)
ASKEP pada Kasus

a) DO: Kelemahan nervus IX, X, XII, Hemiparesis sinistra, ADL dibantu dan
terpasang infuse di lengan sebelah kanan dan terdapat kemerahan dan bengkak
didaerah pemasangan.

DX: Risiko jatuh b/d penyakit cerebrovaskuler


Luaran:
A. Tingkat jatuh:
1. Jatuh dari tempat tidur: 4
2. Jatuh saat berdiri: 4
3. Jatuh saat duduk: 4
4. Jatuh saat berjalan: 4

Intervensi:
B. Pencegahan jatuh
a) Identifikasi faktor resiko jatuh
b) Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh
c) Hitung resiko jatuh menggunakan skala
d) Pasang handrall pada tempat tidur
e) Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin

b) DO: Tekanan darah 200/100 mmHg, MAP 133,3, nadi 116x/menit GCS 324,
frekuensi nafas 26x/menit, pendarahan intraparenkimal diruang temporo-parietal
dextra
DX: Risiko perfusi serebral tidak efektif terkait dengan stroke

Luaran:
1. Luaran utama: Perfusi cerebral
a) Tekanan intracranial: 4
b) Sakit kepala: 5
c) Tekanan darah sistolik: 4
d) Tekanan darah diastolic: 4

Intervensi:
a) Pemantauan Tekanan Intrakranial:
1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
2. Monitor TD
3. Monitor pelebaran tekanan nadi
4. Monitor tekanan perfusi cerebral
5. Dokumentasi hasil pemantauan
6.Informasikan hasil pemantauan

(Buku, SDKI, SIKI SLKI tahun 2018)

b. Vita Amilia Rifa’i (020)


DO : tekanan darah 200/100 mmHg; MAP klien adalah 133.3; nadi 120
x/menit; Kelemahan nervus IX, X, XII ; Nervus IV pupil bulat isokor Ø 3
mm/3 mm, reflek cahaya langsung dan tidak langsung pada mata kanan dan
kiri +/+, Hemiparesis sinistra.
DX : Penurunan kapasitas adaptif intracranial b.d stroke
LUARAN :
Kapasitas adaptif intracranial
a. Tekanan darah (5)
b. Nadi (5)
c. Respon pupil (5)
d. Reflek neurologis (5)

INTERVENSI :

Pemantauan tekanan intrakranial

a. Identifikasi penyebab peningkatan TIK


b. Monitor peningkatan TD
c. Monitor nadi
d. Monitor penurunan frekuensi jantung
e. Monitor perlambatan / ketidakseimbangan respon pupil
f. Pertyahankan posisi kepala dan leher netral

DO : ADL dibantu total; Terpasang infus di lengan sebelah kanan dan


terdapat kemerahan dan bengkak di daerah tempat pemasangan.; Penilaian
Bartel Index bernilai 5; skor NIHSS 22; skor Braden Scale 11.

DX : Gangguan mobilitas fisik b.d stroke

LUARAN :

a. Pergerakan ekstremitas (5)


b. Kekuatan otot (5)
c. ROM (5)
d. Gerakan terbatas (1)

INTERVENSI :
Dukungan mobilisasi

a. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan


b. Monitor frekuensi jantung dan TD sebelum melakukan mobilisasi
c. Monitor kondisi umum selama mobilisasi
d. Fasilitasi aktifitas fisik dengan alat bantu
e. Fasilitasi melakukan pergerakan
f. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
g. Ajarkan mobilisasi sederhana

DO : Peningkatan TIK (tekanan darah 200/100 mmHg, MAP klien adalah


133.3, nadi 116x/menit); frekuensi nafas 26 x/mt ; ADL dibantu total;
terpasang NGT

DX : Risiko Aspirasi b.d stroke

LUARAN :

a. Kemampuan menelan (5)


b. Kelemahan otot (1)
c. Frekuensi napas (5)

INTERVENSI :

Pencegahan aspirasi

a. Moknitor status pernafasan


b. Monbitor bunyi nafas nsetelah makan dan minum
c. Periksa kepatenan selang ngt sebelum pemberian asupan oral
d. Pertahankan kepatenan jalan nafas
e. Beikan makanan lunak
f. Berikan obat dalam bentuk cair
g. Ajarkan strategi mencegah aspirasi

11.Apa saja Pemeriksaan penunjang pada penyakit stroke?


a. Adinda Evazumay Ricixa (029)

 Pemeriksaan laboratorium
 Scanning : CT Scan , MRI , SPECT , carotid ultrasound dan
celebral angiography
 ECG
(sumber All About Stroke oleh lany lingga tahun 2013)

b. Rini Endah Purwani (016)


 Pemeriksaan jantung
 Pemeriksaan kardiovaskuler klinis dan pemeriksaan 12-lead ECG
harus dikerjakan pada semua penderita stroke. Biasanya dilakukan
selama 48 jam sejak kejadian stroke. Kelainan jantung penderita
stroke pada penderita stroke dan penderita gangguan jantung akut
harus segera ditanggulangi. Sebagai contoh penderita infark
miokard akut dapat menyebabkan stroke, sebaliknya stroke dapat
pula menyebabkan infark miokard akut. Sebagai tambahan, aritmia
kordis dapat terjadi pada penderita-penderita stroke iskemik akut.
Fibrilasi atrial, sangat potensial untuk terjadi stro Monitor jantung
sering dilakukan setelah terjadi stroke untuk menapis aritmia
jantung serius. dapat terdeteksi awal. Monitor jantung sering
dilakukan setelah terjadi stroke untuk menapis aritmia jantung
serius.
 Pemeriksaan tekanan darah:
Pemeriksaan tekanan darah wajib dilakukan rutin setiap hari, karena
hipertensi adalah faktor risiko utama yang terjadi pada stroke.
 Pemeriksaan paru: Pemeriksaan klinis dan foto rontgen
toraks adalah pemeriksaan rutin yang harus dikerjakan
 Pemeriksaan laboratorium darah:
Beberapa pemeriksaan rutin darah yang dikerjakan untuk
mengidentifikasi kelainan sistemik yang dapat menyebabkan stroke atau
untuk melakukan pengobatan spesifik pada stroke. Pemeriksaan tersebut
adalah kadar gula darah, elektrolit, hemoglobin, angka eritosit, angka
leukosit, KED, angka trombosit, waktu protrombin, waktu trombopistin
parsial teraktivasi, fungsi hepar dan fungsi ginjal. Pemeriksaan analisis
gas dilakukan dengan cermat dicurigai ada hipoksia.Pemeriksaan cairan
yang dilakukan berdasarkan dicurigai stroke perdarahan subarakhnoid dan
pada pemeriksaan CT-Scan tidak terlihat ada perdarahan subarakhnoid.
Pada pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan tambahan, sebagai berikut;
protein C, antibodi kardiolipin, homosistein dan vaskulitis- skrining
(ANA, lupus AC).
 Pemeriksaan EEG:
Pemeriksaan EEG dilakukan apabila terjadi kejang, dan kejang
pada penderita stroke adalah kontraindikasi pemberian rtPA
 Vascular imaging
dipakai untuk memantau efek pengobatan thrombolitik dan dapat
menentukan prognosis. Jika memungkinkan dapat juga dilakukan
pemeriksaan magnetic resonance angiography dan CT angiography untuk
memeriksa oklusi atau stenosis arteria.

(sumber: insane maria, 2021. Asuhan keperawatan diabetes


miletus dan asuhan keperawatan strok. Penerbit depublish,
Grub penerbitan CV BUDI UTAMA).

12.Apa saja Pengobatan non farmakologi pada penyakit stroke?


a. Sekar Mayang Kusuma P (025)
Tindakan bedah dekompresi merupakan alternatif pertama untuk
menurunkan tekanan intrakranial penyebab iskemik. Alternatif lain yaitu
karotid endarterektomi dan stenting. Pencegahan primer dilakukan
dengan menerapkan pola hidup sehat rendah lemak dan kolestrol.
Makanan yang dapat membantu menurunkan kadar kolestrol diantaranya
serat, oat (beta glucan). kacang kedelai dan kacang - kacangan. Konsumsi
vitamin B12, B6, riboflavin, asam folat. susu, ikan tuna, ikan salmon, teh
hitam dan teh hijau dapat membantu menurunkan risiko stroke. Selain itu
mengurangi asupan natrium (<6 gram/hari) dan menambah asupan
kalium (>4.7 gram hari).

Istirahat cukup (6-8 jam hari) dianjurkan bagi penderita stroke dan
mengelola stres dengan baik. Menurut WHO, stres kronis dapat
meningkatkan tekanan darah. Berpikir positif. bersikap ramah dan
mendekatkan diri pada Tuhan YME dapat menghasilkan respon relaksasi
yang menurunkan tekanan darah dan denyut jantung.

(Sumber: PERDOSSI., 2011.Pedoman Penatalaksanaan Stroke. Himpunan


Dokter Spesialis Saraf Indonesia.)

b. Elsa Risma Hidayah (013)


Terapi non farmakologis yang bisa digunakan adalah dengan terapi tali
menali yaitu bentuk latihan untuk meningkatkan pergerakan otot dan
kelenturan sendi dan jaringan yang ada di sekitar sendi karena dengan
menggerakkan sendi dapat melancarkan peredaran darah. Terapi ini bisa
dikatakan aman karena tidak menimbulkan efek samping. Tali temali ini
adalah latihan dasar untuk mempertahankan, memperbaiki, dan
meningkatkan kemampuan untuk menggerakkan persendian scr normal
untuk meningkatkan masa otot dan tonus otot sehingga akan terjadi
peningkatan fleksibilisat sendi pada pasien stroke
Sumber : Jurnal peningkatan fleksibilitas sendi pada pasien stroke
dengan terapi tali temali, 2020
13. Apa saja Pengobatan farmakologo pada penyakit stroke?
a. Yuli (030)
Penyuntikkan rtPA
- Penyuntikan rtPA (recombinant tissue plasminogen activator)
melalui infus dilakukan untuk mengembalikan kondisi aliran darah.
Namun, tidak semua pasien dapat menerima pengobatan ini. Suntikan
rtPA hanya diberikan untuk pasien yang segera dibawa ke rumah sakit
dalam waktu 3–4,5 jam setelah gejala pertama muncul.
- Obat antiplatelet
Pemberian obat antiplatelet, seperti aspirin, bertujuan untuk mencegah
terjadinya pembekuan darah.
- Obat antikoagulan
Obat antikoagulan, seperti heparin, biasanya diberikan kepada penderita
stroke dengan gangguan irama jantung. Sama seperti obat antiplatelet,
antikoagulan juga berfungsi untuk mencegah pembekuan darah.
- Obat antihipertensi
Obat antihipertensi digunakan untuk mengendalikan tekanan darah. Obat
ini juga berfungsi untuk mencegah stroke kembali kambuh.

Sefi Megawati, Reni Rahmawati, Nuriyatul Fhatonah . Evaluasi


Penggunaan Obat Antiplatelet Pada Pasien Stroke Iskemik Di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Tahun 2019. Vol 8, No 1 (2021)

b. Nurislamiati (023)
1. Obat analgesik, antipiretik, AINS, anti pirai
Dengan pilihan obat paracetamol yang paling banyak digunakan.
Penggunaan paracetamol ini disebabkan karena pasien stroke juga
disertai demam (hipertemi) yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh
mencapai 37,5oC setelah 48 jam onset stroke.
2. Anti alergi dan obat untuk anafilaksis
Dengan pilihan obat dexamethasone yang digunakan untuk menghambat
pembentukan edema akibat cedera kepala pada perdarahan serebral yang
diantaranya subdural, epidural, intraserebral, dan batang otak.
3. Anti infeksi
Anti infeksi diberikan untuk mencegah atau mengobati kejadian infeksi
saluran kemih, pneumonia dan infeksi nosokomial dari pasien rawat inap,
yang memiliki resiko sangat besar untuk terinfeksi.
4. Obat yang mempengaruhi darah
Dengan pilihan obat asam traneksamat yang digunakan untuk mencegah
terjadinya perdarahan ulang pasca serangan stroke perdarahan.
Perdarahan ulang ini berdampak buruk karena dapat mengakibatkan
penurunan kesadaran bahkan kematian.
5. Diuretik
dengan pilihan obat manitol yang paling banyak digunakan untuk
menurunkan tekanan intrakranial pada otak.
6. Larutan elektrolit, nutrisi, dan lainlain
Dengan pilihan larutan elektrolit NaCL yang paling banyak digunakan
sebagai penanganan pertama pada pasien stroke hemoragik untuk
menghindari terjadinya dehidrasi yang akan meningkatkan viskositas
darah.

(Nony L. Poana, Weny I. Wiyono, Deby A. Mpila. 2020. POLA


PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK DI RSUP
PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARIDESEMBER
2018)

14. Apa saja Peran perawat pada penyakit stroke?


a. Aprilia Triandini (024)
1. Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan pelayanan
kesehatan. Salah satu peran penting seorang perawat adalah sebagai
Educator, dimana pembelajaran merupakan dasar dari Health Education
yang berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan tingkat pencegahan.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan, perawat dapat menekankan pada
tindakan keperawatan yang berorientasi pada upaya promotif dan
preventif. Maka dari itu, peranan perawat yaitu perawat dapat memberikan
pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga dalam hal pencegahan
penyakit, pemulihan dari penyakit, memberikan informasi yang tepat
tentang kesehatan stroke. (Nusatrin. 2018. Asuhan Keperawatan Tn. H
Dengan Stroke Non Hemoragik Di Ruang Bougenvil Rumah Sakit Tk.
Ii Dr. Soedjono Magelang)

b. Sekar Mayang Kusuma P (025)


 Perawat memiliki peran penting dalam membantu activities of daily living
(ADL) pasien stroke. Tindakan perawat tersebut adalah mengkaji
kebutuhan pasien yang bertujuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
Pengkajian menjadi hal penting untuk menentukan intervensi dan
implementasi keperawatan secara tepat.5,10 Selain itu perawat memiliki
peran membantu pasien dalam beraktivitas sehari-hari dan membantu
mengatur aktivitas sehari-hari pasien. Peran yang ketiga adalah
memberikan dukungan dan edukasi kepada pasien maupun orang lain yang
membantu merawat pasien. Apabila perawat tidak melakukan asuhan
keperawatan terkait ADL kepada pasien stroke, maka dapat menghambat
pemenuhan kebutuhan pasien
 Perawat juga berperan penting dalam pencegahan dan penanggulangan
stroke, baik dari upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif.
Untuk upaya rehabilitatif pada klien stroke, terutama pada klien pasca
stroke. Hal ini untuk mencegah stroke berulang, yang dapat memperburuk
kondisi klien pasca stroke dan meminimalkan kecacatan. Pasca stroke
biasanya klien memerlukan rehabilitasi seperti terapi fisik, terapi wicara,
terapi okupasi. Rehabilitasi psikologis juga diperlukan, seperti berbagi
rasa, motivasi, terapi wisata, dan sebagainya. Karena pasien pasca stroke
biasanya, merasa kondisi tubuh yang cacat membuat penderita merasa
tidak berguna dan merasa membebani keluarga.
(Sumber: Rini Debora Silalahi. (2019). Peran Perawat Dalam Tindakan
Rehabilitatif Pasien Pasca Stroke Di Rumah Sakit. e-CliniC, 4(2).)

Anda mungkin juga menyukai