Anda di halaman 1dari 12

RISIKO HIPERTENSI PADA ORANG DENGAN POLA TIDUR BURUK

(Studi di Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya)


Risk of Hypertension in People with Poor Sleep Pattern
(Study in Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya)

Shofa Roshifanni
FKM UA, shofa_rosy@yahoo.com
Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius. Prevalensi
hipertensi di Indonesia adalah 25,8%. Kejadian hipertensi di Puskesmas Tanah Kalikedinding dalam satu tahun mencapai
17%. Tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan antara pola tidur dengan kejadian hipertensi dan mengidentifikasi
faktor risiko hipertensi pada orang yang mempunyai pola tidur buruk di Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya.
Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain case control. Populasi penelitian ini adalah pasien yang
berkunjung ke Poli Umum Puskesmas Tanah Kalikedinding. Besar sampel 76 orang terdiri dari 38 sampel kasus dan 38
sampel kontrol. Variabel yang diteliti adalah pola tidur responden. Hasil penelitian dianalisis dengan uji Chi Square dan
program statcalc. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola tidur responden dengan
kejadian hipertensi p = 0,000 (p > a = 0,05), tidak ada hubungan yang signifikan antara umur (p = 0,393) dan jenis
kelamin (p = 1,000 ) responden dengan kejadian hipertensi (p > a= 0,05). Hasil analisis besar risiko menunjukkan bahwa
risiko menderita hipertensi pada orang yang mempunyai pola tidur buruk 9,02 kali lebih besar dibandingkan orang yang
mempunyai pola tidur baik (OR = 9,02 dan nilai CI 95% sebesar 2,86 < OR < 29,65). Petugas kesehatan diharapkan dapat
memberikan penyuluhan kepada masyarakat di wilayah Puskesmas Tanah Kalikedinding mengenai faktor pola tidur yang
meningkatkan risiko hipertensi seperti durasi tidur kurang dari kebutuhan dan kualitas tidur yang buruk.

Kata kunci: hipertensi, pola tidur, umur, jenis kelamin, besar risiko

ABSTRACT
Hypertension is one of the non communicable diseases that become a serious health problem. Prevalence of hypertension
in Indonesia was 25.8%. Prevalence of hypertension in Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya reached 17% during a
year. The objective of this study was analyze the relationship between sleep pattern and identification risk of hypertension in
people with poor sleep pattern in Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya. The method used in this study was analytical
observasional with case control design. The population were patients visiting to outpatient clinic at Puskesmas Tanah
Kalikedinding. There were 76 people consisting of 38 cases sample and 38 control samples. The variables studied were
sleep pattern. The correlation value calculated with Chi Square test and statcalc program. The results showed that there
was a significant relationship between sleep pattern with hypertension p = 0.000 (p < = 0.05). There was no significant
relationship between age (p = 0.393) and sex (p = 1.000) of respondents with hypertension (p > = 0.05). The results of
risk analysis showed that the risk for hypertension in people with poor sleep pattern 9.02 times greater than people with
good sleep pattern (OR = 9.02 and CI 95% as high as 2.86 < OR < 29.65). Paramedic are expected to provide counseling
to the community in the area of Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya about sleep pattern wich increasing risk of
hypertension such as lacking sleep duration and poor sleep quality.

Keywords: hypertension, sleep pattern, age, sex, risk

PENDAHULUAN pembunuh diam-diam, karena penderita hipertensi


Hipertensi merupakan salah satu penyakit sering tidak menampakkan gejala (Sudarth, 2002).
tidak menular (PTM) yang menjadi masalah Berdasarkan data dari Direktorat Pengendalian
kesehatan yang sangat serius baik di Dunia maupun Penyakit Tidak Menular tahun (2013) kematian
di Indonesia (Anggraini, 2014). Salah satu tanda akibat hipertensi setiap tahun di Dunia sekitar 8 juta,
penyakit hipertensi adalah terjadinya peningkatan di Asia Tenggara sekitar 1,5 juta. Jumlah penderita
tekanan darah. Hipertensi disebut silent killer atau hipertensi di Negara ekonomi berkembang mencapai

2016 FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC 408 BY SA license doi: 10.20473/jbe.v4i3. 2016. 408419
Received 23 March 2016, received in revised form 8 December 2016, Accepted 23 December 2016, Published online: 21 January 2017
Shofa Roshifanni, Risiko Hipertensi pada Orang dengan Pola ... 409

40%, di Negara maju seperti Amerika penderita Hipertensi disebabkan adanya perubahan
hipertensi sekitar 35%, dan posisi pertama ditempati struktur pada pembuluh darah sehingga pembuluh
oleh kawasan Afrika sebanyak 46%. Pada tahun darah menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh
2025 kasus hipertensi di negara berkembang seperti darah menjadi kaku. Kekakuan pembuluh darah
Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan disertai dengan penyempitan dan kemungkinan
sekitar 80% menjadi 1,15 miliar kasus dari jumlah terjadinya pembesaran plague dapat menghambat
total 639 juta kasus di tahun 2000. peredaran darah, akibatnya tekanan darah dalam
Pada tahun 2013 prevalensi hipertensi di sistem sirkulasi mengalami peningkatan (Kaplan,
Indonesia berdasarkan pengukuran tekanan darah 2002).
pada umur 18 tahun adalah 25,8%. Prevalensi Faktor risiko hipertensi yang umum diketahui
hipertensi di Jawa Timur pada umur 18 tahun antara lain usia, jenis kelamin, tipe kepribadian,
adalah 21,5%. Berdasarkan laporan tahunan Rumah faktor genetik, obesitas, olah raga, pola makan,
Sakit di Jawa Timur tahun 2012, kasus penyakit gaya hidup, pola tidur, dan stress (Anggraini, 2014).
terbanyak pasien rawat jalan di Rumah sakit tipe B Semakin tua umur seseorang maka semakin besar
yang berjumlah 24 Rumah Sakit, kasus terbanyak risiko terkena hipertensi. Rahajeng dan Tuminah
adalah hipertensi sebesar 112.583 kasus. Sama hal (2009), menyebutkan bahwa pada lansia umur
nya dengan Rumah Sakit tipe C, kasus terbanyak di atas 60 tahun terjadi peningkatan risiko hipertensi
adalah hipertensi sebesar 42.212 kasus (Ardiansyah, sebesar 2,18 kali dibandingkan dengan umur 5559
2012). tahun. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut arteri
Berdasarkan data 10 penyakit terbanyak Dinas besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku,
Kesehatan Kota Surabaya Prevalensi hipertensi di karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa
surabaya dari tahun ketahun selalu berada dalam untuk melalui pembuluh darah yang sempit daripada
daftar 10 penyakit terbanyak, pada tahun 2011 biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan darah.
prevalensi penderita hipertensi sebanyak 3,30%, Pola tidur yang buruk dapat menimbulkan
pada tahun 2012 sedikit menurun menjadi 3,06%, gangguan keseimbangan fisiologis dan psikologis
pada tahun 2013 meningkat pesat menjadi sebanyak seseorang yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
13,6% dan menempati urutan penyakit terbanyak hipertensi. Besarnya pengaruh pola tidur terhadap
kedua di Surabaya, dan pada tahun 2014 menurun tekanan darah tergantung kuatnya sugesti atau
menjadi 3% dan menempati urutan ke tujuh. stressor yang diarahkan pada organ yang mempunyai
Berdasarkan profil Puskesmas Tanah pengaruh besar terhadap tekanan darah (Gangwisch,
Kalikedinding Surabaya tahun 2014 data morbiditas dkk., 2006).
10 penyakit terbanyak menunjukkan bahwa Menurut Mansjoer (2009), faktor penyebab
hipertensi di Puskesmas Tanah Kalikedinding hipertensi antara lain hipertensi esensial atau
Surabaya pada tahun 2014 hipertensi menempati hipertensi primer, adalah hipertensi yang tidak
urutan kedua dengan persentase sebesar 17% diketahui penyebab nya, disebut juga hipertensi
atau sebanyak 7032 kasus. Pada bulan November idiopatik, terdapat sekitar 95% kasus, banyak faktor
2015 jumlah kasus hipertensi di Puskesmas Tanah yang memengaruhi hal tersebut seperti keturunan
Kalikedinding Surabaya adalah 119 kasus. (genetik), lingkungan, ekskresi Na, dan faktor-faktor
Hipertensi adalah suatu kondisi ketika tekanan yang meningkatkan risiko hipertensi seperti obesitas,
darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. alkohol, rokok. Selain itu ada Hipertensi sekunder
Berdasarkan Joint National Committe (JNC) VII atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah Penyebab spesifik nya diketahui seperti penggunaan
140/90 mmHg atau lebih (Yugiantoro, 2006). estrogen, penyakit ginjal, Diabetes melitus,
Menurut Mansjoer (2009), dalam bukunya kapita koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan
selekta kedokteran hipertensi adalah suatu keadaan dengan kehamilan, dan lain-lain.
tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan Tekanan darah yang terus menerus tinggi dalam
darah diastolik 90 mmHg, atau bila pasien jangka waktu lama pada penderita hipertensi dapat
memakai obat anti hipertensi. Gejala yang dirasakan menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang dapat
oleh penderita hipertensi adalah sakit kepala, ditimbulkan antara lain gangguan pada jaringan otak
pandangan mata kabur, mudah marah, sulit tidur, dan pembuluh darah yang menyebabkan terjadinya
nyeri dada, pusing, denyut jantung kuat dan cepat beberapa penyakit seperti stroke, gagal ginjal,
(Anggraini, 2014). penyakit jantung koroner, dan sampai menyebabkan
410 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 3, September 2016: 408419

kematian. Sebanyak 62% kasus stroke dan 49% untuk umur 4160 tahun kebutuhan tidur adalah
kasus serangan jantung yang terjadi tiap tahunnya 7 jam perhari, dan untuk umur 60 tahun keatas
merupakan komplikasi dari hipertensi (Susilo dan kebutuhan tidur adalah 6 jam perhari (Hidayat,
Wulandari, 2011). 2008).
Hipertensi juga dapat menimbulkan dampak Pola tidur yang baik meliputi durasi tidur
ekonomis yaitu hilangnya penghasilan rumah yang sesuai dengan kebutuhan menurut umur, tidur
tangga apabila terjadi kecacatan atau kematian. nyenyak tidak terbangun karena suatu hal di sela-
Pertumbuhan ekonomi nasional juga terancam sela waktu tidur. Sedangkan pola tidur yang buruk
apabila hipertensi menyerang usia produktif karena meliputi durasi tidur yang kurang dari kebutuhan
akan memengaruhi pembangunan nasional. menurut umur, tidur terlalu larut malam dan bangun
Tidur adalah fenomena alami yang menjadi terlalu cepat, tidur tidak nyenyak sering terbangun
kebutuhan manusia. Pada saat tidur kita memberikan karena suatu hal (Hidayat, 2008).
waktu istirahat untuk organ tubuh serta menjaga Faktor yang dapat memengaruhi kualitas
keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh. maupun kuantitas tidur seseorang, diantaranya
Tidur merupakan proses yang dibutuhkan bagi tubuh penyakit yang menyebabkan nyeri atau distress
untuk pembentukan sel-sel baru dan perbaikan sel- fisik, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress,
sel yang rusak (Natural Healing Mechanism). Waktu emosional, diet, alkohol, merokok, dan motivasi
yang digunakan untuk tidur oleh manusia rata-rata (Hidayat, 2008).
seperempat sampai sepertiga waktu dalam sehari Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan
(Asmadi, 2008). faktor risiko yang sebagian besar merupakan faktor
Menurut Potter dan Perry (2006), fisiologi perilaku berupa kebiasaan hidup salah satunya pola
tidur dimulai dari irama sirkadian yang merupakan tidur. Apabila seseorang menerapkan pola hidup
irama yang dialami individu yang terjadi selama 24 yang baik, maka hipertensi bisa dihindari (Susalit
jam. Pola fungsi biologis dan perilaku dipengaruhi dan Lubis, 2011). Kementerian Kesehatan membuat
oleh irama sirkadian. Pemeliharaan siklus sirkadian kebijakan untuk mengelola penyakit hipertensi
memengaruhi sekresi hormon, temperatur tubuh, yaitu mengembangkan dan memperkuat kegiatan
denyut nadi, ketajaman sensori, suasana hati, dan deteksi dini hipertensi secara aktif (skrinning),
tekanan darah. Irama sirkadian meliputi siklus harian meningkatkan akses untuk mendapatkan pengobatan
bangun tidur yang dipengaruhi oleh temperatur, melalui Puskesmas untuk pengendalian hipertensi
sinar, dan faktor eksternal seperti aktivitas sosial dan melalui peningkatan sumber daya kesehatan yang
pekerjaan rutin. profesional dan kompeten, peningkatan ketersediaan
Dalam The World Book Encyclopedia dikatakan sarana dan prasarana diagnostik pengobatan, maupun
bahwa tidur dapat memulihkan energi tubuh, sarana promotif dan preventif untuk mencegah
khususnya pada otak dan sistem saraf. Gangguan terjadinya hipertensi.
keseimbangan fisiologis dan psikologis dalam Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari
tubuh manusia terjadi karena tidur yang tidak hubungan antara pola tidur dengan kejadian
adekuat dan kualitas tidur yang buruk. Dalam hal hipertensi di Puskesmas Tanah Kalikedinding
fisiologis meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, Surabaya, dan mengetahui besar risiko terjadi
mudah capek, lemah, daya tahan tubuh menurun, hipertensi pada orang dengan pola tidur buruk.
dan ketidakstabilan tanda-tanda vital. Sedangkan
dampak psikologis meliputi depresi, cemas, dan METODE
tidak konsentrasi (Bukit, 2003).
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
Seorang pakar wellness mengatakan bahwa
analitik observasional yang mencoba menggali
waktu paling optimal untuk mulai tidur di malam
bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi
hari adalah jam 10 malam, selain ampuh untuk
tanpa memberikan perlakuan atau intervensi pada
mengumpulkan kembali energi dan tenaga, tidur
subyek penelitian. Design penelitian yang digunakan
mulai jam 10 malam juga sangat baik untuk
adalah case control yaitu rancangan penelitian
kecantikan kulit, vitalitas tubuh, dan meningkatkan
epidemiologi yang mempelajari hubungan antara
mood positif di pagi hari. Kebutuhan tidur seseorang
paparan (faktor penelitian) dan penyakit dengan cara
berbeda-beda menurut kelompok umur, untuk umur
membandingkan kelompok kasus dan kelompok
1840 tahun kebutuhan tidur adalah 88 jam perhari,
kontrol berdasarkan status paparannya.
Shofa Roshifanni, Risiko Hipertensi pada Orang dengan Pola ... 411

Design case control digunakan karena


perjalanan penyakit hipertensi membutuhkan n=
waktu panjang, sehingga tidak memungkinkan bagi
peneliti untuk memilih design kohort karena waktu
seseorang dari mulai terpapar faktor risiko sampai
terjadi hipertensi membutuhkan waktu yang lama.
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari
n= = 37,04 38 responden
populasi kasus dan populasi kontrol. Populasi kasus
adalah pasien yang berkunjung ke Poli Umum
Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya dengan Penentuan sampel dalam penelitian ini
diagnosis hipertensi. Sedangkan populasi kontrol dilakukan secara acak sederhana (simple random
adalah pasien yang berkunjung ke Poli Umum sampling) dengan menggunakan bantuan tabel
Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya yang acak sehingga didapatkan sejumlah urutan angka
tidak didiagnosis hipertensi. Sampel kasus adalah sebanyak sampel yang dibutuhkan. Angka tersebut
pasien yang hipertensi sebanyak 38, sedangkan digunakan untuk pengambilan sampel yaitu
sampel kontrol adalah pasien yang tidak hipertensi pasien yang urutan kunjungan nya ke Poli Umum
sebanyak 38, yang memenuhi kriteria yang telah Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya sesuai
ditentukan. Kriteria inklusi sampel dalam penelitian dengan angka hasil tabel acak yang akan menjadi
ini adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki responden dalam penelitian ini.
atau perempuan yang berumur 18 tahun, dan tidak Penelitian ini dilakukan di Poli Umum
sedang hamil bagi responden perempuan, responden Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya pada
yang tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak bulan Agustus 2015 sampai Januari 2016. Variabel
suka minum kopi, dan tidak obesitas. Kriteria dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu
eksklusi dalam penelitian ini adalah responden yang pola tidur dan variabel tergantung yaitu hipertensi.
menderita diabetes melitus dan penyakit ginjal. Data primer dikumpulkan dengan cara langsung
Perhitungan besar sampel untuk penelitian melakukan wawancara dengan responden dan data
case kontrol menurut Murti (2003) adalah sebagai sekunder di dapat dari profil Puskesmas Tanah
berikut Kalikedinding Surabaya.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan
adalah kuesioner PSQI (Pittsburgh Sleep Quality
n= Index) yang terdiri dari 9 pertanyaan, untuk menilai
komponen efisiensi tidur jawaban pertanyaan nomor
4 dibagi dengan jumlah jawaban pertanyaan 1 dan
2 dikali 100%, kemudian diberi skor 0 untuk nilai
> 85%, skor 1 untuk nilai 7584%, skor 2 untuk nilai
6574%, dan skor 3 untuk nilai < 65%. Pertanyaan
Keterangan: n = besar sampel nomor 3,4,6,7,8, dan 9 terdapat 4 pilihan jawaban
= proporsi paparan hipertensi yang bernilai 0 (untuk jawaban yang memiliki risiko
terhadap populasi kontrol 0,16 ringan) sampai 3 (untuk jawaban yang memiliki
(berdasarkan studi terdahulu) risiko berat). Pertanyaan nomor 5 terdiri dari sub
q = 1 0,16 = 0,84 pertanyaan (a-j) terdapat 4 pilihan jawaban yang
OR (odds ratio) = 5 bernilai 0 (untuk jawaban yang memiliki risiko
ringan) sampai 3 (untuk jawaban yang memiliki
= risiko berat) jika total nilai pertanyaan a-j adalah
0 maka diberi skor 0, jika total nilai pertanyaan
a-j adalah 19 maka diberi skor 1, jika total nilai
= = 0,49 pertanyaan a-j adalah 1018 maka diberi skor 2,
jika total nilai pertanyaan a-j adalah 1927 maka
q = 1 0,49 = 0,51 diberi skor 3.
Z = 1,96 Dari 9 pertanyaan diatas kemudian dilakukan
penjumlahan skor, jika jumlah skor 5 artinya
Z = 1,28 orang tersebut mempunyai kualitas tidur yang baik,
412 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 3, September 2016: 408419

jika skor > 5 artinya orang tersebut mengalami Puskesmas Tanah Kalikedinding memberikan
gangguan tidur. Nilai validitas PSQI adalah 0,83 pelayanan rawat jalan pada pagi dan sore hari serta
(Cronbach alpha) untuk seluruh komponen penilaian rawat inap persalinan 24 jam. Puskesmas Tanah
artinya kuesioner ini memiliki reliabilitas yang Kalikedinding juga mempunyai program Posyandu
baik atau reliable. Setelah semua data terkumpul, Lansia yang diadakan tiap sebulan sekali dam salah
kemudian dilakukan analisis data dengan tahapan satu kegiatannya adalah melakukan pengukuran
editing (Meneliti atau memeriksa kembali mengenai tekanan darah untuk memantau kondisi tekanan
kelengkapan jawaban sehingga data dapat segera darah pada lansia.
diproses lebih lanjut), scoring (pemberian nilai Karakteristik responden pada penelitian
pada jawaban untuk dikategorikan), entry (proses ini adalah umur dan jenis kelamin. Umur di
memasukkan data kedalam program komputer, kelompokkan menjadi tiga yaitu kelompok umur
penyajian data dengan menampilkan dalam bentuk 1840 tahun, 4160 tahun, dan 6188 tahun. Jenis
tabel, data hasil wawancara di uji statistik dengan kelamin responden dikelompokkan menjadi dua
menggunakan Uji Chi Square untuk mengetahui yaitu laki-laki dan perempuan. Pola tidur responden
ada tidaknya hubungan antar variabel dengan dikelompokkan menjadi dua berdasarkan penilaian
tingkat kemaknaan a = 0,05, jika nilai p < a maka menggunakan PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index)
Ho ditolak artinya terdapat hubungan antar variabel yaitu pola tidur baik dan pola tidur buruk. Distribusi
yang diuji. Selain menggunakan analisis dengan uji responden menurut umur, jenis kelamin, dan pola
statistik diatas, program Statcalc pada Epi Info juga tidur dapat dilihat pada Tabel 1.
digunakan untuk mendapatkan besar risiko (OR). Hasil penelitian distribusi responden
menurut umur di Puskesmas Tanah Kalikedinding
menunjukkan bahwa sebagian besar responden
HASIL
(51,31%) berada dalam kelompok umur 4160
Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya tahun.
adalah salah satu Puskesmas yang berada di Hasil penelitian distribusi responden menurut
wilayah Kecamatan Kenjeran. Puskesmas Tanah jenis kelamin di Puskesmas Tanah Kalikedinding
Kalikedinding terletak di Jl. H.M. Noer No. 226 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
Kelurahan Tanah Kalikedinding Kecamatan (69,74%) berjenis kelamin perempuan.
Kenjeran Surabaya. Luas wilayah kerja Puskesmas Hasil penelitian distribusi responden menurut
Tanah Kalikedinding adalah 24.030 Ha, dengan pola tidur di Puskesmas Tanah Kalikedinding
wilayah kerja yakni Kelurahan Tanah Kalikedinding menunjukkan bahwa persentase responden yang
yang terdiri dari 12 RW dan 142 RT dengan jumlah mempunyai pola tidur buruk dan pola tidur baik
penduduk 58.250 jiwa yang terdiri dari 29.678 hampir sama.
jiwa penduduk laki-laki dan 28.572 jiwa penduduk Hasil tabel 2 menunjukkan bahwa pada
perempuan. kelompok hipertensi sebagian besar responden
(55,27%) berada dalam kelompok umur 410
Tabel 1. Distribusi responden menurut umur, jenis tahun. Hal yang sama juga tampak pada kelompok
kelamin, dan pola tidur di Puskesmas non hipertensi, sebagian besar responden (47,37%)
Tanah Kalikedinding Surabaya Tahun berada dalam kelompok umur 41-60 tahun.
2015 Hasil uji statistik varians (F) diperoleh p value
= 0,531 (p > a = 0,05) artinya varians homogen, dan
Variabel Frekuensi Persentase hasil uji t diperoleh nilai p = 0,392 (p > a = 0,05)
Umur artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna
1840 tahun 10 13,16 antara umur responden pada kelompok hipertensi
4160 tahun 39 51,31 dan kelompok non hipertensi di Puskesmas Tanah
6188 tahun 27 35,53
Kalikedinding Surabaya.
Jenis Kelamin
Hasil uji statistik Pearson Chi Square diperoleh
Perempuan 53 69,74
Laki-laki 23 30,26 nilai p = 0,393 (p > a = 0,05), artinya tidak ada
Pola Tidur hubungan yang signifikan secara statistik antara
Buruk 39 51,32 umur responden dengan kejadian hipertensi di
Baik 37 48,68 Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya.
Shofa Roshifanni, Risiko Hipertensi pada Orang dengan Pola ... 413

Tabel 2. Hubungan antara umur, jenis kelamin, dan pola tidur dengan hipertensi di Puskemas Tanah
Kalikedinding Surabaya tahun 2015
Hipertensi Non Hipertensi OR
Variabel Bebas
n (%) n (%) (95% CI)
Umur (tahun)
1840 3 (7,89) 7 (18,42) 2,72
4160 21 (55,27) 18 (47,37) (0,52 < OR < 15,85)
2,51
6188 14 (36,84) 13 (34,21)
(0,44 < OR < 15,81)
Jenis Kelamin
Perempuan 26 (68,42) 27 (71,05) 0,88
(0,30 < OR < 2,62)
Laki-laki 12 (31,58) 18 (28,95)
Pola Tidur
Buruk 29 (76,32) 10 (26,32) 9,02
(2,86 < OR < 29,65)
Baik 9 (23,68) 28 (73,68)

Hasil perhitungan besar risiko kelompok umur pada kelompok non hipertensi sebagian besar
4160 tahun diperoleh nilai OR sebesar 2,72 dan responden (73,68%) mempunyai pola tidur baik.
nilai CI sebesar (0,52 < OR < 15,85). Nilai CI Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai
melewati angka 1 artinya tidak terdapat perbedaan p = 0,000 (p < a = 0,05), artinya ada hubungan
risiko yang bermakna antara kelompok umur 4160 yang signifikan secara statistik antara pola tidur
tahun dengan kelompok umur 1840 tahun. responden dengan kejadian hipertensi di Puskesmas
Hasil perhitungan besar risiko kelompok umur Tanah Kalikedinding Surabaya. Koefisien korelasi
6188 tahun diperoleh nilai OR sebesar 2,51 dan r = 0,446 artinya ada hubungan yang kuat antara pola
nilai CI sebesar (0,44 < OR < 15,81). Nilai CI tidur responden dengan kejadian hipertensi. Hasil
melewati angka 1 artinya tidak terdapat perbedaan perhitungan besar risiko diperoleh nilai OR sebesar
risiko yang bermakna antara kelompok umur 6188 9,02 dengan nilai CI sebesar (2,86 < OR < 29,65).
tahun dengan kelompok umur 1840 tahun. Nilai CI tidak melewati angka 1 menunjukkan
Hasil pada tabel 2 menunjukkan bahwa pada bahwa nilai OR signifikan, artinya risiko menderita
kelompok hipertensi sebagian besar responden hipertensi pada orang yang mempunyai pola tidur
(68,42%) berjenis kelamin perempuan. Hal yang buruk 9,02 kali lebih besar dibandingkan orang yang
sama juga tampak pada kelompok non hipertensi, mempunyai pola tidur baik.
sebagian besar responden (71,05%) berjenis kelamin
perempuan. PEMBAHASAN
Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai
Karakteristik Responden Menurut Umur
p = 1,000 (p > a = 0,05), artinya tidak ada hubungan
yang signifikan secara statistik antara jenis kelamin Umur sebagai salah satu karakteristik seseorang
responden dengan kejadian hipertensi di Puskesmas dalam studi epidemiologi merupakan variabel yang
Tanah Kalikedinding Surabaya. penting untuk diperhatikan, karena banyak variasi
Hasil perhitungan besar risiko diperoleh nilai penyakit yang ditemukan yang disebabkan oleh
OR sebesar 0,88 dan nilai CI sebesar (0,30 < OR umur.
< 2,62). Nilai CI melewati angka 1 artinya tidak Umur yang bertambah akan menyebabkan
terdapat perbedaan risiko yang bermakna antara terjadinya kenaikan tekanan darah. Dari hasil
kelompok responden dengan jenis kelamin laki- penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar
laki dan kelompok responden dengan jenis kelamin responden pada kelompok hipertensi berumur 4160
perempuan. tahun, begitu juga pada kelompok non hipertensi
Hasil pada tabel 2 menunjukkan bahwa pada sebagian besar responden berumur 4160 tahun
kelompok hipertensi sebagian besar responden (lihat tabel 2).
(76,32%) mempunyai pola tidur buruk. Sedangkan
414 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 3, September 2016: 408419

Hasil uji varians menunjukkan bahwa tidak sistol menjadi bertambah. Kekakuan arteri juga
terdapat perbedaan yang bermakna antara umur dapat disebabkan oleh adanya mediator vasoaktif
responden pada kelompok hipertensi dan kelompok yang bekerja di pembuluh darah. Selain itu semakin
non hipertensi di Puskesmas Tanah Kalikedinding bertambah usia meningkatkan risiko terjadinya
Surabaya. Hasil uji statistik menggunakan uji gangguan ginjal karena pada usia lanjut fungsi
Pearson Chi Square menunjukkan bahwa tidak ada ginjal dan aliran darah ke ginjal berkurang sehingga
hubungan yang signifikan antara umur responden terjadi penurunan kecepatan filtrasi glomerulus
dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Tanah dibandingkan pada orang yang lebih muda. Arteri
Kalikedinding Surabaya. Hal tersebut dikarenakan pada ginjal yang merupakan pembuluh darah utama
umur responden pada kelompok hipertensi dan non mengalami penyempitan sehingga menyebabkan
hipertensi yang terbanyak adalah pada kelompok suplai darah ke kedua organ ginjal mengalami
umur yang sama sehingga tidak terdapat hubungan penurunan, bila pasokan darah pada ginjal menurun
antara umur dengan kejadian hipertensi. maka akan terjadi peningkatan tekanan darah
Hal ini sesuai dengan pendapat OBrien dan (Kaplan, 2002).
Marshall (1995), yang mengatakan bahwa faktor Umur merupakan faktor risiko hipertensi yang
risiko penyebab terjadinya hipertensi tidak begitu tidak dapat dihindari, oleh sebab itu sangat penting
dipengaruhi oleh umur, karena terdapat beberapa menjaga kestabilan kondisi fisik, mengurangi
faktor lain yang juga dapat memengaruhi terjadinya perilaku berisiko terutama pada usia muda seperti
hipertensi antara lain faktor sosial ekonomi, dan merokok, begadang, minum kopi, mengonsumsi
lingkungan. Gaya hidup seseorang termasuk pola junk food, dan minum alkohol, karena hal tersebut
makan, kebiasaan merokok, kebiasaan merokok, dan merupakan simpanan manifestasi untuk menghindari
kebiasaan olah raga juga dapat menimbulkan risiko terjadinya penyakit degeneratif di masa yang akan
terjadinya hipertensi. datang terutama setelah melewati umur paruh baya
Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang atau sekitar umur 40 tahun keatas.
dilakukan oleh Lina dan Chatarina (2013), yang
menyebutkan bahwa umur mempunyai pengaruh Karakteristik Responden Menurut Jenis
yang bermakna terhadap hipertensi yaitu terjadi Kelamin
peningkatan risiko hipertensi pada umur > 40 tahun Pada penelitian ini jenis kelamin responden
karena terjadi perubahan pada struktur pembuluh pada kelompok hipertensi sebagian besar responden
darah yang mengakibatkan naiknya tekanan darah. adalah perempuan, begitu juga pada kelompok
Pada umumnya penderita hipertensi adalah non hipertensi sebagian besar responden adalah
orangorang berusia diatas 40 tahun, karena pada perempuan (lihat tabel 3).
usia tersebut arteri besar kehilangan kelenturannya Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi
dan menjadi kaku sehingga tidak dapat mengembang Square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
saat jantung memompa darah melalui arteri. Oleh yang signifikan antara jenis kelamin responden
karena itu pada setiap denyut jantung dipaksa untuk dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Tanah
melalui pembuluh darah yang sempit daripada Kalikedinding Surabaya. Hal ini karena jenis
biasanya sehingga menyebabkan naiknya tekanan kelamin responden pada kelompok hipertensi dan
darah. Fenomena yang terjadi saat ini adalah orang kelompok non hipertensi yang terbanyak adalah jenis
pada usia muda sudah menderita hipertensi, sebagian kelamin perempuan, sehingga menyebabkan faktor
besar hipertensi terjadi pada usia 2545 tahun jenis kelamin pada penelitian ini tidak berhubungan
dan sekitar 20% terjadi pada orang usia di bawah dengan hipertensi pada responden di Puskesmas
20 tahun dan diatas 50 tahun. Penyebabnya adalah Tanah Kalikedinding Surabaya.
orang pada usia produktif kurang memperhatikan Menurut Bustan (2007) wanita memiliki risiko
kesehatan, seperti pola makan dan gaya hidup yang yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit
kurang sehat (Dhianningtyas dan Lucia, 2006). hipertensi dibanding laki-laki, terutama pada wanita
Penuaan akan menyebabkan perubahan yang telah menopause karena terjadi penurunan
pada arteri dalam tubuh menjadi lebih lebar dan hormon estrogen dan progesteron yang memberikan
kaku yang mengakibatkan kapasitas darah yang perlindungan pada perempuan dari risiko penebalan
diakomodasikan melalui pembuluh darah menjadi dinding pembuluh darah atau aterosklerosis mulai
berkurang. Pengurangan ini menyebabkan tekanan menurun sehingga risiko hipertensi meningkat.
Shofa Roshifanni, Risiko Hipertensi pada Orang dengan Pola ... 415

Probabilitas terjadinya hipertensi antara pria Hubungan Pola Tidur dengan Hipertensi
wanita adalah sama, tetapi pada wanita yang belum Pola tidur yang buruk dapat mengakibatkan
menopause akan lebih terlindungi dari penyakit gangguan keseimbangan fisiologis dan psikologis
kardiovaskuler, karena dilindungi oleh hormon dalam diri seseorang (Potter dan Perry, 2006).
estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden
High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol yang memiliki pola tidur yang buruk dan pola tidur
HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung baik hampir sama (lihat tabel 1). pada kelompok
dalam mencegah terjadinya proses arterosklerosis. hipertensi sebagian besar responden memiliki pola
Wanita yang berada pada masa premenopause tidur yang buruk. Sedangkan pada kelompok non
dianggap mempunyai imunitas yang berasal dari hipertensi sebagian besar responden memiliki pola
efek perlindungan estrogen. Karena pada masa tidur yang baik (lihat tabel 4).
menopause hormon estrogen yang selama ini Hasil uji statistik dengan uji Chi Square
melindungi pembuluh darah dari kerusakan mulai menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
berkurang sedikit demi sedikit. Proses ini terus secara statistik antara pola tidur responden
berlanjut di mana hormon estrogen akan berkurang dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Tanah
kuantitas nya secara alami sesuai dengan umur Kalikedinding Surabaya. Dan hasil analisis besar
wanita yang umumnya terjadi mulai umur 4555 risiko (OR) menunjukkan bahwa menunjukkan
tahun sebelum lanjut usia, bahkan setelah usia 65 bahwa risiko menderita hipertensi pada orang yang
tahun prevalensi terjadinya hipertensi pada wanita mempunyai pola tidur buruk 9,02 kali lebih besar
lebih tinggi jika dibandingkan dengan pria yang dibandingkan orang yang mempunyai pola tidur
diakibatkan oleh faktor hormonal (Bansil, 2011). baik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hal ini sesuai dengan pendapat Gangwisch, dkk
Lina dan Chatarina (2013), menunjukkan bahwa (2006), bahwa seseorang yang memiliki kuantitas
perempuan berisiko menderita hipertensi apalagi dan kualitas tidur kurang baik akan memicu stress
perempuan yang terpapar asap rokok, seorang ibu, psikologis dan fisik. Besarnya pengaruh pola
anak perempuan, atau saudara perempuan sebagai tidur terhadap tekanan darah tergantung kuatnya
perokok pasif juga berpotensi menderita hipertensi. sugesti atau stressor yang diarahkan pada organ
Berbeda dengan pendapat Suryati (2005), yang mempunyai pengaruh besar terhadap tekanan
menyatakan bahwa laki-laki mempunyai risiko lebih darah seperti ginjal pada bagian adrenal korteks
tinggi untuk menderita hipertensi karena dalam yang menghasilkan hormon kortisol dapat memicu
menghadapi masalah atau stress di tempat kerja, kelenjar pituari bagian depan mensekresikan ACTH
laki-laki cenderung lebih emosi dan meluapkan (Adreno Corticotropin Hormone). ACTH juga
kejenuhan dengan cara merokok, minum alkohol, berperan membantu menghasilkan aldesteron yang
dan tidak bisa menghadapi masalah dengan tenang menyebabkan peningkatan penyerapan ion natrium
seperti halnya yang dilakukan perempuan. Angka dan air pada ginjal. Peningkatan kadar garam dalam
istirahat jantung dan indeks kardiak pada pria lebih darah juga menekan ekskresi garam dalam ginjal
rendah rendah dan tekanan arteri nya lebih tinggi dan meningkatkan hemodinamik selama 24 jam,
jika dibandingkan dengan perempuan premenopause akibatnya terjadi hiperterofi atrium dan ventrikel
pada level tekanan arteri yang sama. Respons setelah kiri jantung kemudian meningkatkan kerja jantung
melakukan latihan beban dengan kenaikan tekanan akibatnya terjadilah peningkatan tekanan darah.
darah arteri juga lebih besar pada pria. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
Dengan demikian prevalensi hipertensi pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Bansil (2011),
pria jauh lebih tinggi pada umur produktif dan bahwa tidak ada hubungan antara pola tidur dengan
akan sama besar dengan wanita apabila wanita hipertensi, beberapa orang mengalami hipertensi
sudah memasuki masa menopause. Jenis kelamin pada penelitian tersebut disebabkan karena pengaruh
merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi umur dan pekerjaan responden yang memicu
sehingga pengendaliannya lebih cenderung kepada stress sehingga berpengaruh pada tekanan darah.
gaya hidup dan perilaku masyarakat mengingat Peningkatan stress itulah yang meningkatkan
hipertensi menyerang siapa saja baik laki-laki atau
perempuan.
416 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 3, September 2016: 408419

aktivitas saraf simpatik dan memengaruhi praktisi kesehatan bahwa hipertensi dapat terjadi
meningkatnya tekanan darah secara bertahap. karena sleep apnea yang akan menimbulkan stress
Tidur mempunyai peran penting dalam pada penderitanya. Seorang penderita sleep apnea
fungsi kekebalan tubuh, metabolisme, memori, kualitas tidurnya akan menurun dan mengakibatkan
pembelajaran, dan fungsi-fungsi penting lainnya. aktivitas sistem saraf di otak akan meninggi. Hal ini
Tidur yang cukup dengan kualitas yang baik akan menyebabkan pembuluh darah mengeras dan
berpengaruh ketika seseorang beraktivitas. Orang pengentalan darah meningkat, hal itu menggiring
yang kurang tidur bisa menjadi tidak fokus ketika pada meningkatnya tekanan darah.
melakukan aktivitas, merasa mudah lelah, dan Peningkatan risiko terjadinya hipertensi
mempunyai mood yang buruk. Banyak orang tidak pada orang yang kurang tidur adalah terdapatnya
menyadari akibat dari kurang tidur berkepanjangan kecenderungan memiliki BMI (Body Mass Index)
yang seharusnya menjadi perhatian penting. yang lebih tinggi dari biasanya (Gangwisch, 2006).
Kurang tidur yang berlangsung pada waktu Hasil sebuah penelitian yang dilakukan di China juga
lama berhubungan dengan meningkatnya risiko menunjukkan hasil yang signifikan bahwa durasi
mengalami masalah kesehatan kronis, salah satunya tidur yang kurang berkaitan dengan peningkatan
adalah kenaikan tekanan darah. Durasi tidur yang terjadinya obesitas hal itu perlu diwaspadai karena
pendek selain dapat meningkatkan rata-rata tekanan BMI yang tinggi berhubungan dengan penyakit
darah dan denyut jantung, juga meningkatkan diabetes melitus yang merupakan faktor risiko
aktivitas sistem saraf simpatik dan merangsang penyebab hipertensi.
stress, yang pada akhirnya bisa menyebabkan Pola tidur yang baik meliputi durasi tidur
hipertensi. Perubahan emosi seperti tidak sabar, yang sesuai dengan kebutuhan menurut umur, tidur
mudah marah, stress, cepat lelah, dan pesimis yang nyenyak tidak terbangun karena suatu hal di sela-
disebabkan karena durasi tidur yang kurang dapat sela waktu tidur. Sedangkan pola tidur yang buruk
meningkatkan risiko naiknya tekanan darah. Orang meliputi durasi tidur yang kurang dari kebutuhan
yang sudah memasuki usia paruh baya, apabila menurut umur, tidur terlalu larut malam dan bangun
kurang tidur maka akan lebih rentan mengalami terlalu cepat, tidur tidak nyenyak sering terbangun
tekanan darah tinggi (Bansil, 2011). karena suatu hal (Hidayat, 2008).
Selama beberapa tahun terakhir prevalensi Waktu paling optimal untuk mulai tidur di
hipertensi di Amerika Serikat mengalami kenaikan malam hari adalah jam 10 malam, selain untuk
meskipun sudah ditingkatkan kesadaran masyarakat mengumpulkan energi dan tenaga juga sangat
akan hipertensi, pengobatan dan pengendalian baik untuk kecantikan kulit, vitalitas tubuh, dan
penyakit. Pada periode yang sama, durasi tidur rata- meningkatkan mood positif di pagi hari. Kebutuhan
rata masyarakat Amerika Serikat sedang menurun tidur seseorang berbeda-beda untuk umur 1840
karena aktivitas mereka yang meningkat sehingga tahun kebutuhan tidur adalah 88 jam perhari, untuk
mengurangi alokasi waktu untuk tidur. Kondisi ini umur 4160 tahun kebutuhan tidur adalah 7 jam
menimbulkan keterkaitan antara hipertensi dengan perhari, dan untuk umur 60 tahun keatas kebutuhan
kurangnya waktu tidur (Gangwisch dkk, 2006). tidur adalah 6 jam perhari (Hidayat, 2008).
Tidur yang tidak adekuat dalam hal ini tidak Gangguan tidur yang dapat memengaruhi
sesuai dengan kebutuhan tidur sesuai umur dan kualitas tidur antara lain, kebiasaan berjalan saat
kualitas tidur yang buruk dapat mengakibatkan tidur, gerakan mendadak yang berulang-ulang,
gangguan keseimbangan fisiologis dan psikologis. keluhan berupa tungkai kaku waktu malam yang
Dalam hal fisiologis meliputi penurunan aktivitas disebut mioklonus. Insomnia yang disebabkan oleh
sehari-hari, mudah capek, lemah, daya tahan tubuh gangguan psikofisologis karena berbagai konflik
menurun, dan ketidakstabilan tanda-tanda vital. emosional dan stress. Gangguan psikiatrik berat
Sedangkan dampak psikologis meliputi depresi, terutama depresi yang menimbulkan bangun terlalu
cemas, dan tidak konsentrasi (Bukit, 2003). pagi dan dapat bermanifestasi menjadi insomnia
Gangguan tidur yang berupa sleep apnea dan hipersomnia. Depresi juga berkaitan dengan
memiliki hubungan erat dengan terjadinya tahapan tidur REM dan dapat diperbaiki secara
hipertensi. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perlahan dengan obat antidepresan. Keluhan
Shofa Roshifanni, Risiko Hipertensi pada Orang dengan Pola ... 417

penyakit-penyakit seperti nyeri karena arthritis, gangguan tidur baik pada usia muda maupun tua
penyakit keganasan, penyakit hati atau ginjal, perlu diberikan perhatian khusus oleh dokter ahli
dan sesak napas yang dapat mengakibatkan jantung karena dianggap sebagai salah satu faktor
bangun berulang pada saat tidur malam. Sindrom risiko hipertensi. Kualitas dan kuantitas tidur dapat
gangguan otak kronik juga seringkali menyebabkan memengaruhi proses hemostasis dan bila proses
insomnia. Penyakit Parkinson yang menyebabkan ini terganggu maka dapat menjadi salah satu faktor
terganggunya tidur 23 jam, dan Pasien Alzheimer meningkatnya penyakit kardiovaskuler. Tekanan
yang sering terbangun tengah malam. Zat seperti darah dipengaruhi oleh sistem otonom yakni simpatis
alkohol, obat kortikosteroid, dan beta blockers dapat dan parasimpatis. Orang yang mempunyai kualitas
menginterupsi tidur. Pengobatan dengan stimulan tidur yang buruk akan mengalami peningkatan
dan sedativa perlu diperhatikan bagi pasien yang aktivitas simpatis dan penurunan aktivitas
mempunyai gangguan tidur. parasimpatis (Bukit, 2003).
Gangguan hormon juga dapat memengaruhi Pola tidur adalah faktor risiko hipertensi yang
pola tidur, beberapa hormon yang memengaruhi masih bisa dikendalikan, oleh karena itu pola tidur
antara lain ACTH (Adreno Corticotropin Hormoen), yang baik sangat penting untuk mempertahankan
GH (Growth Hormone), TSH (Tyroid Stimulating kesehatan seseorang, bukan hanya terbatas pada
Hormone), dan LH (Luteinizing Hormone). Hormon- mengurangi kebiasaan buruk seperti merokok,
hormon tersebut masing-masing akan disekresi minum alkohol, dan modifikasi gaya hidup dalam
secara teratur oleh kelenjar hipofisis anterior hal pengaturan diet dan olah raga saja, namun juga
melalui hipotalamus. Sistem ini dapat memengaruhi optimalisasi kualitas dan kuantitas tidur. Sangatlah
pengeluaran neurotransmiter norepinefrin, dopamin, penting untuk memantau dan mengontrol pola
serotonin, yang berfungsi mengatur mekanisme tidur tidur mulai dari sekarang sebagai bagian dari
dan bangun. Gangguan pada hormon tiroid seperti meningkatkan kesehatan dan mengurangi risiko
hipotiroid menyebabkan metabolisme tubuh menjadi terjadinya hipertensi.
lambat, akibatnya pembuluh darah terhambat, aliran
darah tidak lancar dan tekanan darah meningkat
SIMPULAN DAN SARAN
(Bansil, 2011).
Berdasarkan hasil wawancara pada responden Simpulan
dengan kuesioner pola tidur PSQI, masalah yang Sebagian besar responden berada dalam
sering mengganggu tidur responden sehingga kelompok umur 41-60 tahun. Hal yang sama juga
menyebabkan kualitas tidurnya buruk adalah tidak tampak pada kelompok non hipertensi, sebagian
dapat tidur selama 30 menit atau lebih, pergi ke besar responden berada dalam kelompok umur
kamar mandi pada malam hari, rasa sakit di badan 4160 tahun. tidak ada hubungan yang signifikan
atau pegal-pegal, batuk, merasa kepanasan atau secara statistik antara umur responden dengan
kedinginan, dan tidur terlalu malam atau bangun kejadian hipertensi di Puskesmas Tanah
pagi terlalu cepat karena harus mempersiapkan Kalikedinding Surabaya.
untuk berjualan makanan di pagi hari, bangun tengah Pada kelompok hipertensi sebagian besar
malam untuk mengisi tandon air yang hanya keluar responden berjenis kelamin perempuan. Hal yang
lancar pada malam hari, ada pula yang bekerja sama juga tampak pada kelompok non hipertensi,
dengan sistem shift sehingga pola tidur mereka sebagian besar responden berjenis kelamin
tidak teratur. perempuan. tidak ada hubungan yang signifikan
Beberapa responden yang mempunyai pola tidur secara statistik antara jenis kelamin responden
buruk juga disebabkan karena sedang ada masalah dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Tanah
yang membuat selalu kepikiran dan membuatnya Kalikedinding Surabaya.
menjadi stress sehingga mengganggu kualitas tidur Responden yang memiliki pola tidur baik dan
nya menjadi tidak nyenyak. pola tidur buruk hampir sama. Pada kelompok
Dr. Susan Redline yang merupakan salah hipertensi sebagian besar mempunyai pola tidur
satu peneliti senior dari Case Western Reserve buruk. Sedangkan pada kelompok non hipertensi
mengatakan bahwa orang yang mempunyai sebagian besar mempunyai pola tidur baik.
418 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 3, September 2016: 408419

Ada hubungan antara pola tidur responden Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan:
dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Tanah Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Kalikedinding Surabaya p = 0,000 (p < a). Koefisien Jakarta: Salemba Medika.
korelasi r = 0,446 artinya ada hubungan yang Bansil, P. 2011. Associations Between Sleep
kuat antara pola tidur responden dengan kejadian Disorders, Sleep Duration, Quality of Sleep,
hipertensi di Puskesmas Tanah Kalikedinding and Hypertension: Results From the National
Surabaya. Health and Nutrition Examination Survey, 2005
Risiko menderita hipertensi pada orang yang to 2008. Division for Heart Disease and Stroke
mempunyai pola tidur buruk 9,02 kali lebih besar Prevention, Centers for Disease Control and
dibandingkan orang yang mempunyai pola tidur Prevention: Atlanta.
baik. Bukit, K.E. 2003. Kualitas Tidur dan Faktor-faktor
Gangguan Tidur Klien di Ruang Penyakit Dalam
Saran RSU Medan. Bagian Penyakit dalam RSU
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di Medan.
wilayah Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi: Penyakit tidak
mengenai faktor risiko hipertensi terutama faktor Menular. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
pola tidur yang buruk meliputi durasi tidur yang Departemen Pengendalian Penyakit tidak Menular.
kurang dari kebutuhan sesuai umur, tidur terlalu 2013. Pedoman Teknis Penemuan dan Tata
larut malam dan bangun terlalu cepat, tidur tidak laksana Hipertensi, Jakarta: Kementerian
nyenyak sering terbangun karena suatu hal di sela- Kesehatan Republik Indonesia.
sela waktu tidur. Dhianningtyas, Y., Lucia, Y. 2006. Risiko Obesitas,
Meningkatkan pemantauan pada penderita Kebiasaan Merokok, dan Konsumsi Garam
hipertensi dan pada populasi berisiko tinggi seperti terhadap Kejadian Hipertensi pada Usia Produktif.
lansia, orang yang mempunyai riwayat keturunan The Indonesian Journal of Public Health Vol. 2
hipertensi, dan orang yang mempunyai kebiasaan No. 3: 105109.
yang dapat meningkatkan risiko hipertensi agar Gangwisch, JE., Heymsfield SB., Boden AB., Bujis
kondisi nya bisa terkontrol dan tidak terjadi RM., Kreier F., Pickering TG. 2006. Short Sleep
komplikasi yang lebih lanjut. Kegiatan tersebut Duration as a Risk Factor for Hypertension:
bisa dilakukan pada saat kegiatan posyandu lansia Analyses of the First National health and
dengan mengukur tekanan darah secara rutin. Nutrition Examination Survey. American Heart
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan Association: 7272 Greenville Avenue, Dallas.
penelitian lebih lanjut mengenai pola tidur dengan Hidayat, A., Musrifatul. 2008. Keterampilan Dasar
kejadian hipertensi pada lingkup populasi yang lebih Praktek Klinik untuk Kebidanan. Jakarta:
besar dengan menggunakan desain penelitian kohort Salemba Medika.
atau desain penelitian cross sectional. Kaplan, N. 2002. Hypertension in The Eldery Second
Edition. London: Martin Dunitz Ltd.
Lina, N., Chatarina, U.W. 2013. Pengaruh Paparan
REFERENSI Asap Rokok di Rumah pada Wanita terhadap
Anggraini, D. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan Kejadian Hipertensi. Jurnal Berkala Epidemiologi,
dengan kejadian hipertensi pada laki-laki Vol. 1, No. 2, September 2013: 244253.
berusia 4065 tahun di puskesmas bitung barat Mansjoer, A. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. 3 ed.
kota bitung. FKM Universitas Sam Ratulangi. Jakarta: Media Aesculapius UI.
Availabel from: http://fkm.unsrat.ac.id/wp- Murti, B. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi.
content/up;loads/2015/02/Jurnal-Daisy-Tri- Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Anggraini-Santoso-101511058-Epidemiologi.pdf OBrien, Beevers F., Marshall H. 1995. ABC of
[Accessed 27 Juli 2015]. Hypertension. London: BMJ Publishing Group.
Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta: Potter dan Perry. 2006. Fundamental Keperawatan.
Diva Press. Jakarta: EGC.
Shofa Roshifanni, Risiko Hipertensi pada Orang dengan Pola ... 419

Rahajeng, E., Tuminah, S. 2009. Prevalensi Hipertensi Suryati, A. 2005. Faktor Risiko Hipertensi. Jurnal
dan Determinannya di Indonesia. Majalah Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Kedokteran Indonesia. 59 (12): 580-587. Jakarta. Edisi maret 2008.
Shofa, R. 2016. Hubungan antara Pola Tidur dan Tipe Susalit, E., Lubis. H.R. 2001. Ilmu Penyakit Dalam.
Kepribadian dengan Kejadian Hipertensi (Studi Jakarta: FKUI.
di Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya). Susilo, Yekti, dan Wulandari. 2011. Cara Jitu
Skripsi. Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: CV. Andi
Sudarth, Brunner. 2002. Buku Keperawatan Medikal Offset.
Bedah. Edisi-8. Jakarta: buku kedokteran EGC. Yugiantoro. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
UI: Hipertensi Essensial. Edisi 4 Jilid I. Jakarta:
FK UI.

Anda mungkin juga menyukai