Anda di halaman 1dari 19

JOURNAL READING

Frekuensi Resistensi Aspirin pada Pasien Stroke Iskemik dan Kontrol


yang Sehat di Kolombia

DISUSUN OLEH:

Nevilia Liestiani

G992003112

Periode: 26 Juli 2021 – 22 Agustus 2021

PEMBIMBING:

Teddy Tejomukti, dr., Sp. N

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET / RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Journal reading ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD Dr.
Moewardi. Journal reading dengan judul:

Frekuensi Resistensi Aspirin pada Pasien Stroke Iskemik dan Kontrol


yang Sehat di Kolombia

Hari, tanggal: Senin, 2 Agustus 2021

Oleh:

Nevilia Liestiani

G992003112

Mengetahui dan menyetujui,

Pembimbing Journal Reading

Teddy Tejomukti, dr., Sp. N


Frequency of Aspirin Resistance in Ischemic Stroke Patients and
Healthy Controls from Colombia
Alejandro Roman-Gonzalez, Carlos Andrés Naranjo, Walter D. Cardona-Maya,
Dionis Vallejo, Francisco Garcia, Cesar Franco, Leonor Alvarez, Luis Ignacio Tobón, Marta
Ibeth López, Carolina Rua, Gabriel Bedoya, Ángela Cadavid,
dan José Domingo Torres

Tujuan. Untuk mengevaluasi prevalensi resistensi aspirin pada pasien dengan


penyakit serebrovaskular iskemik yang sebelumnya menjalani terapi aspirin
untuk pencegahan sekunder.
Material dan metode. Tiga ratus lima puluh pasien yang mengalami stroke
iskemik dan 100 kontrol sehat di bawah pengobatan aspirin dievaluasi
menggunakan tes agregasi platelet optik.
Hasil. Resistensi aspirin ditemukan pada 7,4% pasien dengan stroke iskemik
dan 4% pada kontrol. Resistensi aspirin dikaitkan dengan kekambuhan stroke
dalam analisis univariat (p = 0.004). Resistensi aspirin tidak berhubungan
dengan merokok, diabetes, atau hiperkolesterolemia.
Kesimpulan. Resistensi aspirin ditemukan pada pasien dengan stroke
iskemik serta pada kontrol yang sehat di Kolombia.

1. PENDAHULUAN
Penyakit serebrovaskular adalah penyebab kematian kedua di dunia,
penyebab utama kematian di negara-negara berpenghasilan tinggi, dan penyebab
kematian kelima di negara-negara berpenghasilan rendah. Prevalensi stroke
diproyeksikan meningkat di semua wilayah geografis pada tahun 2030. Stroke
juga merupakan penyebab umum kecacatan seumur hidup dan menimbulkan
beban sosial dan ekonomi yang luar biasa [1, 2]. 
Sebagian besar beban stroke global disebabkan oleh kejadian stroke pada
pasien dengan stroke sebelumnya atau serangan iskemik transien. Meskipun

1
kekambuhan stroke sering terjadi dan faktor risiko untuk kekambuhan telah
diidentifikasi, terdapat substansi pengobatan yang tidak adekuat dan kurangnya
kontrol dari faktor-faktor tersebut [3].
Pencegahan sekunder stroke yang utama adalah dengan kontrol ketat
faktor risiko dan terapi aspirin [3-5]. Obat ini menurunkan kekambuhan stroke
sebesar 22% [6]. Namun, data-data sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa
pasien menunjukkan resistensi aspirin (AR) yang ditentukan oleh tes fungsi
trombosit, terutama oleh agregasi trombosit optik [7-13]. Penyebab pasti dari
fenomena ini belum diketahui, dan faktor genetik serta klinis telah dikaitkan
dengan AR [14]. Poin kritis dalam diskusi AR mengeksplorasi apakah AR terkait
dengan hasil yang merugikan bila dibandingkan dengan pasien tanpa AR. Dalam
penelitian ini, dua meta analisis dan systematic review termasuk 20 studi
mendukung bahwa AR dikaitkan dengan kejadian kardiovaskular berulang,
sindrom koroner akut, dan kematian [15, 16].
Pada pasien stroke, prevalensi AR bervariasi [17, 18]. Belum ada
penelitian yang mengevaluasi keberadaan AR pada populasi dengan stroke dari
negara-negara Amerika Latin [19], dan tidak ada bukti yang jelas dari kondisi
klinis terkait atau strategi pengobatan terbaik untuk pasien dengan resistensi. 
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi prevalensi AR pada pasien
dengan penyakit serebrovaskular iskemik sebelumnya yang menjalani terapi
aspirin untuk pencegahan sekunder. Para pasien dibandingkan dengan kontrol
sehat dengan usia yang sama, AR dievaluasi menggunakan agregasi platelet
optik.

2. MATERIAL DAN METODE


2.1 Populasi Studi
Tiga ratus lima puluh pasien dengan riwayat stroke iskemik
sebelumnya dimasukkan. Semua pasien sebelumnya menderita satu atau
lebih stroke iskemik yang didiagnosis oleh ahli saraf (berdasarkan temuan

2
klinis dan konfirmasi pencitraan) dan menjalani terapi uncoated aspirin terus
menerus selama setidaknya tujuh hari sebelum sampel diambil. Kriteria
eksklusi termasuk konsumsi NSAID (kecuali aspirin dosis rendah), warfarin,
tiklopidin atau clopidogrel, operasi sebelumnya dalam sebulan terakhir,
paraproteinemia, trombositopenia, anemia, dan riwayat pribadi atau keluarga
yang menunjukkan gangguan perdarahan. Hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mmHg atau pengobatan dengan obat
antihipertensi apapun. Diabetes mellitus dan hiperkolesterolemia didiagnosis
berdasarkan kriteria American Diabetes Association [20] dan Adult Panel
Treatment III untuk kadar kolesterol tinggi [21]. Kekambuhan stroke
iskemik didefinisikan sebagai lebih dari satu kejadian serebrovaskular.
Kepatuhan konsumsi aspirin dievaluasi dengan kuesioner. Agregasi platelet
optik diukur. Informed consent menjelaskan tujuan penelitian ini dan
persetujuan etis diperoleh dari Komite Etika Penelitian Universitas
Antioquia dan Rumah Sakit San Vicente Fundación.
2.2 Populasi Kontrol
Seratus orang sehat yang berusia lebih dari 18 tahun dimasukkan sebagai
kelompok kontrol. Tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
kardioserebrovaskular atau gangguan perdarahan sebelumnya. Semua
kontrol menerima uncoated aspirin (100 mg/hari) selama satu minggu, dan
tes agregasi platelet optik dilakukan sebelum dan sesudah asupan aspirin.
2.3 Agregasi Trombosit Optik
Evaluasi agregasi trombosit dilakukan dengan menggunakan
aggregometer optik (AggRAM, Helena Laboratories, Texas, USA),
menggunakan fresh citrated blood. Plasma kaya trombosit diperoleh dengan
sentrifugasi darah sitrat pada 190g selama 5 menit. Jumlah trombosit
disesuaikan menjadi 200.000 sampai 300.000 trombosit/mm3. Plasma kaya
trombosit (250 μl) disimpan di setiap channel alat, dan aktivator berupa

3
adenosin difosfat, epinefrin, kolagen, dan asam arakidonat digunakan sesuai
dengan instruksi pabrik.
Resistensi Aspirin (AR) didefinisikan sebagai agregasi platelet ≥20%
dengan asam arakidonat dan ≥70% dengan adenosin difosfat [22].
2.4 Analisis Statistik
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan perbandingan
proporsi dan Uji Mann-Whitney untuk membandingkan masing-masing
variabel kualitatif atau variabel kuantitatif. Perbedaan dianggap signifikan
ketika p<0,05. Semua uji statistik dilakukan menggunakan GraphPad
software, versi 8.0 (La Jolla, CA, USA).

3. HASIL
Sebanyak 450 individu total populasi yang diteliti; terdiri dari 350 pasien
yang pernah mengalami stroke sebelumnya dimasukkan dalam kelompok pasien,
dan 100 subjek dimasukkan dalam kelompok kontrol. Kelompok pasien memiliki
usia rata-rata 65,6 tahun dan terdistribusi secara merata dalam hal jenis kelamin;
kelompok kontrol didominasi perempuan (74%) dengan usia rata-rata 60,8 tahun.
Kelompok kontrol tidak memiliki riwayat kejadian kardioserebrovaskular dan
dianggap sehat mengingat frekuensi rendah atau tidak adanya faktor risiko
kardiovaskular. Karakteristik demografi dan klinis dari kedua kelompok
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Informasi demografik dan klinis kelompok pasien dan kontrol
Variabel Pasien (n=350) Kontrol (n=100)
Usia (mean dan range) 65.6 (16-102) 60.8 (27-85)
Gender (laki-laki) 174 (50%) 26%
Faktor risiko Kardiovaskular
Riwayat Keluarga 41 (11.1%) 24 (24%)
Merokok 91 (26%) 10 (10%)
Hipertensi 244 (69.7%) 12 (12%)
Hiperkolesterolemia 121 (34.6%) 13 (13%)
Diabetes Mellitus 62 (17.7%) 0
Atrial Fibrillasi 18 (5.1%) 0

4
Valvular disease 10 (2.9%) 0
Stroke rekuren 81 (23.1%) 0
AR ditemukan pada 26 pasien (7,4%) dan 4 kontrol (4%) (p = 0.225).
Semua subjek dengan AR didefinisikan dengan agregasi platelet optik >20%
dengan asam arakidonat dan >70% dengan adenosin difosfat, memiliki agregasi
platelet optik >70% dengan kolagen dan epinefrin kecuali untuk tiga pasien.
Semua pasien dengan resistensi aspirin memiliki agregasi trombosit yang lebih
tinggi dengan semua aktivator yang diuji (p <0,001, data tidak ditampilkan)
dibandingkan dengan pasien sensitif terhadap aspirin.
AR tidak berhubungan dengan faktor risiko klinis stroke. Namun, 46.2%
pasien AR memiliki riwayat kekambuhan stroke sebelumnya, dengan 21.3%
pasien yang berespon terhadap aspirin (p = 0.004) (Tabel 2).
Tabel 2. Perbandingan antara pasien stroke dengan dan tanpa resistensi aspirin
Sensitif aspirin Resisten Aspirin p value
Variabel
(n=324) (n=26)
Usia (mean dan range) 65.1 (16-102) 70.0 (34-92) 0.06
Gender (laki-laki) 163 (50.3%) 12 (46.2%) 0.68
Faktor risiko Kardiovaskular
Riwayat Keluarga 37 (11.4%) 2 (7.7%) 0.7
Merokok 88 (27.2%) 3 (11.5%) 0.08
Hipertensi 224 (69.1%) 20 (76.9%) 0.4
Hiperkolesterolemia 113 (34.9%) 8 (30.8%) 0.67
Diabetes Mellitus 59 (18.2%) 3 (11.5%) 0.55
Atrial Fibrillasi 14 (4.2%) 4 (15.4%) 0.05
Valvular disease 10 (3.1%) 0 (0%) ND
Stroke rekuren 69 (21.3%) 12 (46.2%) 0.004
Meskipun tidak ada perbedaan yang ditemukan dalam hal faktor risiko
pada pasien stroke berulang, prevalensi faktor risiko yang tinggi ditemukan pada
populasi ini adalah hipertensi.
4. DISKUSI
Terapi antiplatelet yang paling sering digunakan adalah aspirin, yang
dikaitkan dengan pengendalian faktor risiko sebagai pilihan pertama untuk
profilaksis sekunder penyakit serebrovaskular. Namun, beberapa pasien
mengalami stroke berulang, dan AR telah didalilkan sebagai kontributor penting

5
untuk kegagalan terapi ini. Beberapa penelitian mendukung fenomena ini pada
pasien dengan penyakit kardiovaskular [23-26] dan stroke [8, 10, 27-30].
Prevalensi AR bervariasi dalam beberapa penelitian ini, namun metode evaluasi
dan kriteria definisi AR yang berbeda serta perbedaan dalam populasi yang
diteliti membatasi kemungkinan analisis berkelompok dan kesimpulan yang
reliabel. Prevalensi AR dalam penelitian kami (7.4%) dengan agregometri
platelet optik sebanding dengan AR yang diterbitkan pada populasi lain (5%
sampai 24%) [31-33].
Kami menemukan bahwa lebih banyak pasien dengan AR yang memiliki
riwayat stroke iskemik sebelumnya dibandingkan pasien tanpa AR (46.2% vs
21.3%, p = 0.004). Oleh karena itu, dapat diindikasikan ada hubungan antara AR
dan kekambuhan stroke. Evaluasi retrospektif stroke berulang dalam penelitian
ini membatasi kesimpulan kami tentang kekambuhan stroke dan AR. Namun,
bukti yang mendukung dari penelitian lain juga menunjukkan bahwa AR
dikaitkan dengan kekambuhan kejadian vaskular yang parah. Sebuah penelitian
prospektif oleh Gum et al. [22] menemukan bahwa AR yang dievaluasi dengan
agregasi platelet optik meningkatkan risiko kematian, infark miokard, dan stroke.
Systematic review dan meta-analisis mengonfirmasi risiko kejadian
kardiovaskular lebih tinggi pada pasien dengan AR [15,16]. Secara khusus, pada
stroke, peneliti lain telah menemukan temuan serupa [12, 15, 16].
AR ditemukan pada kontrol yang sehat (4%). Temuan ini sangat penting
mengingat rekomendasi terbaru dari U.S Preventive Task Force untuk
penggunaan aspirin, sebagai profilaksis utama pada orang yang berisiko infark
miokard atau stroke dalam rangka pencegahan penyakit kardiovaskular [34],
menimbulkan pertanyaan apakah AR memiliki peran dalam kurangnya efek
aspirin sebagai pencegahan primer, atau perlukah dilakukan tes AR sebelum
memulai terapi aspirin.
Temuan lain dari penelitian kami adalah frekuensi AR yang lebih tinggi
pada pasien dibandingkan kontrol, meskipun hal ini tidak signifikan secara

6
statistik (7.6% vs 4% p = 0.225). Berrouschot et al. menyatakan bahwa beberapa
pasien dapat mengalami AR sekunder setelah terus menggunakan obat ini.
Peneliti lain telah menemukan bahwa AR dikaitkan dengan faktor risiko dengan
risiko protrombotik yang dikonfirmasi, seperti merokok, hiperkolesterolemia,
dan diabetes [35-37]. Dalam penelitian ini, hubungan antara AR dan usia, jenis
kelamin, dan faktor risiko kardiovaskular tidak diamati, dan hasil ini sesuai
dengan penelitian lain [8, 38].
Penyebab yang mendasari resistensi aspirin dan kegagalan terapi masih
belum dapat dipahami dengan baik, meskipun beberapa mekanisme mungkin
terlibat, seperti kurangnya kepatuhan pasien, dosis tidak tepat (kurang),
penurunan penyerapan dan peningkatan metabolisme aspirin, biosintesis TXA2
dari jalur yang tidak dihambat oleh aspirin, jalur alternatif yang terlibat dalam
aktivasi trombosit yang tidak diblokir oleh aspirin, merokok, dan
hiperkolesterolemia.
Keberadaan AR pada populasi kontrol yang sehat menunjukkan dasar
genetik untuk fenomena ini. Beberapa penelitian telah meneliti hubungan AR
dengan polimorfisme pada enzim COX dan sejumlah reseptor yang ada pada
permukaan trombosit [15, 39-41].

5. KESIMPULAN
Kami menyimpulkan bahwa AR hadir pada pasien stroke dari kelompok pasien
di Kolombia, dan frekuensi deteksi serupa dengan yang dilaporkan di negara lain.
AR mungkin terkait dengan kekambuhan stroke dan merupakan faktor penyebab
kegagalan terapi aspirin pada stroke. Namun, skenario multifaktorial tidak dapat
dikesampingkan. Manfaat penentuan AR pada stroke iskemik sebelum dan pada
awal terapi tidak diketahui tetapi dapat direkomendasikan mengingat hubungan
antara AR dan kejadian berulang dalam penelitian kami dan temuan dari
penelitian lain [15, 16]. Diperlukan lebih banyak studi prospektif dengan tindak

7
lanjut yang lebih lama untuk menentukan pilihan pengobatan terbaik untuk
pasien dengan AR.

8
DAFTAR PUSTAKA
[1]. L. Schlemm, “Disability adjusted life years due to ischaemic stroke
preventable by real-time stroke detection—a costutility analysis of
hypothetical stroke detection devices,” Frontiers in Neurology, vol. 9, p. 814,
2018.
[2]. S. Virani, A. Alonso, E. J. Benjamin et al., “Heart disease and stroke
statistics-2020 update: a report from the American Heart Association,”
Circulation, vol. 141, no. 9, pp. e139–e596, 2020.
[3]. F. M. Yatsu, T. Yamaguchi, and B. Norrving, “International aspects of global
stroke burden,” International Journal of Stroke, vol. 1, no. 4, pp. 222-223,
2006.
[4]. R. Bonita, S. Mendis, T. Truelsen, J. Bogousslavsky, J. Toole, and F. Yatsu,
“The global stroke initiative,” Lancet Neurology, vol. 3, no. 7, pp. 391–393,
2004.
[5]. J. M. Rothlisberger and B. Ovbiagele, “Antiplatelet therapies for secondary
stroke prevention: an update on clinical and cost–effectiveness,” Journal of
comparative effectiveness research, vol. 4, no. 4, pp. 377–384, 2015.
[6]. Antithrombotic Trialists' Collaboration, “Collaborative metaanalysis of
randomised trials of antiplatelet therapy for prevention of death, myocardial
infarction, and stroke in high risk patients,” BMJ, vol. 324, no. 7330, pp. 141–
186, 2002.
[7]. D. Bennett, B. Yan, L. MacGregor, D. Eccleston, and S. M. Davis, “A pilot
study of resistance to aspirin in stroke patients,” Journal of Clinical
Neuroscience, vol. 15, no. 11, pp. 1204–1209, 2008.
[8]. J. Berrouschot, B. Schwetlick, G. Twickel et al., “Aspirin resistance in
secondary stroke prevention,” Acta Neurologica Scandinavica, vol. 113, no. 1,
pp. 31–35, 2006.
[9]. N. A. Englyst, G. Horsfield, J. Kwan, and C. D. Byrne, “Aspirin resistance is
more common in lacunar strokes than embolic strokes and is related to stroke
severity,” Journal of Cerebral Blood Flow and Metabolism, vol. 28, no. 6, pp.
1196–1203, 2008.
[10]. C. M. Helgason, K. M. Bolin, J. A. Hoff et al., “Development of aspirin
resistance in persons with previous ischemic stroke,” Stroke, vol. 25, no. 12,
pp. 2331–2336, 1994.
[11]. L. Macchi, E. Petit, A. Brizard, R. Gil, and J. P. Neau, “Aspirin resistance in
vitro and hypertension in stroke patients,” Journal of Thrombosis and
Haemostasis, vol. 2, no. 11, pp. 2051– 2053, 2004.

9
[12]. K. Grundmann, K. Jaschonek, B. Kleine, J. Dichgans, and H. Topka, “Aspirin
non-responder status in patients with recurrent cerebral ischemic attacks,”
Journal of Neurology, vol. 250, no. 1, pp. 63–66, 2003.
[13]. S. Patel, V. Arya, A. Saraf, M. Bhargava, and C. S. Agrawal, “Aspirin and
clopidogrel resistance in Indian patients with ischemic stroke and its
associations with gene polymorphisms: a pilot study,” Annals of Indian
Academy of Neurology, vol. 22, no. 2, pp. 147–152, 2019.
[14]. S. Sanderson, J. Emery, T. Baglin, and A. L. Kinmonth, “Narrative review:
aspirin resistance and its clinical implications,” Annals of Internal Medicine,
vol. 142, no. 5, pp. 370–380, 2005.
[15]. J. D. Snoep, M. M. C. Hovens, J. C. J. Eikenboom, J. G. van der Bom, and M.
V. Huisman, “Association of laboratory-defined aspirin resistance with a
higher risk of recurrent cardiovascular events: a systematic review and meta-
analysis,” Archives of Internal Medicine, vol. 167, no. 15, pp. 1593–1599,
2007.
[16]. G. Krasopoulos, S. J. Brister, W. S. Beattie, and M. R. Buchanan, “Aspirin
"resistance" and risk of cardiovascular morbidity: systematic review and meta-
analysis,” BMJ, vol. 336, no. 7637, pp. 195–198, 2008.
[17]. L. K. Sztriha, K. Sas, and L. Vecsei, “Aspirin resistance in stroke: 2004,”
Journal of the Neurological Sciences, vol. 229- 230, pp. 163–169, 2005.
[18]. D. M. Greer, “Aspirin and antiplatelet agent resistance,” CNS Drugs, vol. 24,
no. 12, pp. 1027–1040, 2010.
[19]. S. W. Al-Jabi, “Global trends in aspirin resistance-related research from 1990
to 2015: a bibliometric analysis,” Basic & Clinical Pharmacology &
Toxicology, vol. 121, no. 6, pp. 512–519, 2017.
[20]. American Diabetes Association, “Diagnosis and classification of diabetes
mellitus,” Diabetes Care, vol. 32, Supplement 1, pp. S62–S67, 2009.
[21]. Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Cholesterol in Adults, “Executive summary of the third report of The National
Cholesterol Education Program (NCEP) expert panel on detection, evaluation,
and treatment of high blood cholesterol in adults (adult treatment panel III),”
JAMA, vol. 285, no. 19, pp. 2486–2497, 2001.
[22]. P. A. Gum, K. Kottke-Marchant, P. A. Welsh, J. White, and E. J. Topol, “A
prospective, blinded determination of the natural history of aspirin resistance
among stable patients with cardiovascular disease,” Journal of the American
College of Cardiology, vol. 41, no. 6, pp. 961–965, 2003.

10
[23]. P. A. Gum, K. Kottke-Marchant, E. D. Poggio et al., “Profile and prevalence
of aspirin resistance in patients with cardiovascular disease,” The American
Journal of Cardiology, vol. 88, no. 3, pp. 230–235, 2001.
[24]. A. J. Peters, M. Borries, F. Gradaus, T. W. Jax, F. C. Schoebel, and B. E.
Strauer, “In vitro bleeding test with PFA-100TMaspects of controlling
individual acetylsalicylic acid induced platelet inhibition in patients with
cardiovascular disease,” Journal of Thrombosis and Thrombolysis, vol. 12, no.
3, pp. 263–272, 2001.
[25]. K. Andersen, M. Hurlen, H. Arnesen, and I. Seljeflot, “Aspirin non-
responsiveness as measured by PFA-100 in patients with coronary artery
disease,” Thrombosis Research, vol. 108, no. 1, pp. 37–42, 2002.
[26]. N. Zimmermann, P. Kienzle, A. A. Weber et al., “Aspirin resistance after
coronary artery bypass grafting,” The Journal of Thoracic and Cardiovascular
Surgery, vol. 121, no. 5, pp. 982–984, 2001.
[27]. K. H. Grotemeyer, “Effects of acetylsalicylic acid in stroke patients. Evidence
of nonresponders in a subpopulation of treated patients,” Thrombosis
Research, vol. 63, no. 6, pp. 587–593, 1991.
[28]. K. H. Grotemeyer, H. W. Scharafinski, and I. W. Husstedt, “Two-year follow-
up of aspirin responder and aspirin non responder. A pilot-study including 180
post-stroke patients,” Thrombosis Research, vol. 71, no. 5, pp. 397–403, 1993.
[29]. M. J. Alberts, D. L. Bergman, E. Molner, B. D. Jovanovic, I. Ushiwata, and J.
Teruya, “Antiplatelet effect of aspirin in patients with cerebrovascular
disease,” Stroke, vol. 35, no. 1, pp. 175–178, 2004.
[30]. P. Harrison, H. Segal, K. Blasbery, C. Furtado, L. Silver, and P. M. Rothwell,
“Screening for aspirin responsiveness after transient ischemic attack and
stroke: comparison of 2 pointof-care platelet function tests with optical
aggregometry,” Stroke, vol. 36, no. 5, pp. 1001–1005, 2005.
[31]. C. Patrono, “Aspirin resistance: definition, mechanisms and clinical read-
outs,” Journal of Thrombosis and Haemostasis, vol. 1, no. 8, pp. 1710–1713,
2003.
[32]. G. J. Hankey and J. W. Eikelboom, “Aspirin resistance,” Lancet, vol. 367, no.
9510, pp. 606–617, 2006.
[33]. D. L. Bhatt, “Aspirin resistance: more than just a laboratory curiosity,”
Journal of the American College of Cardiology, vol. 43, no. 6, pp. 1127–1129,
2004.

11
[34]. N. Calonge, D. B. Petitti, T. G. DeWitt et al., “Aspirin for the prevention of
cardiovascular disease: U.S. Preventive Services Task Force recommendation
statement,” Annals of internal medicine, vol. 150, no. 6, pp. 396–404, 2009.
[35]. N. Gastón Dussaillant, M. Mario Zapata, B. Patricia Fardella, L. Guillermo
Conte, and V. Marianela Cuneo, “Frecuencia y características de la resistencia
a aspirina en pacientes cardiovasculares chilenos,” Revista Médica de Chile,
vol. 133, no. 4, pp. 409–417, 2005.
[36]. A. Szczeklik, A. Undas, M. Sanak, M. Frołow, and W. Węgrzyn,
“Relationship between bleeding time, aspirin and the PlA1/A2 polymorphism
of platelet glycoprotein IIIa,” British Journal of Haematology, vol. 110, no. 4,
pp. 965–967, 2000.
[37]. A. Szczeklik, J. Musial, A. Undas et al., “Inhibition of thrombin generation by
aspirin is blunted in hypercholesterolemia,” Arteriosclerosis, Thrombosis, and
Vascular Biology, vol. 16, no. 8, pp. 948–954, 1996.
[38]. J. I. Seok, I. S. Joo, J. H. Yoon et al., “Can aspirin resistance be clinically
predicted in stroke patients?,” Clinical Neurology and Neurosurgery, vol. 110,
no. 2, pp. 110–116, 2008.
[39]. T. Goodman, P. Sharma, and A. Ferro, “The genetics of aspirin resistance,”
International Journal of Clinical Practice, vol. 61, no. 5, pp. 826–834, 2007.
[40]. L. Macchi, L. Christiaens, S. Brabant et al., “Resistance in vitro to low-dose
aspirin is associated with platelet PlA1(GP IIIa) polymorphism but not with
C807T(GP Ia/IIa) and C-5T Kozak (GP Ibα) polymorphisms,” Journal of the
American College of Cardiology, vol. 42, no. 6, pp. 1115–1119, 2003.
[41]. A. O. Maree, R. J. Curtin, A. Chubb et al., “Cyclooxygenase-1 haplotype
modulates platelet response to aspirin,” Journal of Thrombosis and
Haemostasis, vol. 3, no. 10, pp. 2340–2345, 2005.

12
TELAAH KRITIS
Frequency of Aspirin Resistance in Ischemic Stroke Patients and
Healthy Controls from Colombia
Alejandro Roman-Gonzalez, Carlos Andrés Naranjo, Walter D. Cardona-Maya,
Dionis Vallejo, Francisco Garcia, Cesar Franco, Leonor Alvarez, Luis Ignacio Tobón, Marta
Ibeth López, Carolina Rua, Gabriel Bedoya, Ángela Cadavid,
dan José Domingo Torres

Deskripsi Umum
1. Judul
Cukup jelas dan menggambarkan isi
2. Penulis
Penulis, asal institusi, dan korespondensi penulis ditulis dengan jelas
3. Desain
Case Control
4. Subjek
Pasien dengan stroke iskemik yang mengonsumsi aspirin untuk pencegahan
sekunder
5. Abstrak
Memuat penjelasan singkat, dan menjelaskan metode yang digunakan dalam
penelitian

Analisis PICO
1. Population
Pasien stroke iskemik yang mengonsumsi aspirin sebagai pencegahan
sekunder
2. Intervention
Konsumsi uncoated aspirin

13
3. Comparation
Pasien sehat tanpa riwayat kejadian kardioserebrovaskular
4. Outcome
Resistensi Aspirin (AR) ditemukan baik pada kelompok pasien maupun
kelompok kontrol. Resistensi Aspirin mungkin berkaitan dengan kekambuhan
stroke dan merupakan faktor penyebab kegagalan terapi aspirin pada stroke.

Critical Appraisal
1. Did the study address a clearly focused issue?
Ya. Tujuan penelitian ini jelas, yaitu untuk mengevaluasi prevalensi resistensi
aspirin pada pasien dengan penyakit serebrovaskular iskemik yang
sebelumnya menjalani terapi aspirin untuk pencegahan sekunder.

2. Did the authors use an appropriate method to answer their question?


Ya. Peneliti menggunakan tes agregrasi platelet optik untuk mengetahui kejadian
resistensi aspirin baik pada kelompok pasien maupun kelompok kontrol.

3. Were the cases recruited in an acceptable way?


Ya. Kelompok pasien direkruit dengan pemberian informed consent sebelumnya.

14
4. Were the controls selected in an acceptable way?
Ya. Kelompok populasi terdiri dari 100 orang sehat yang tidak memiliki riwayat
penyakit kardioserebrovaskular atau gangguan perdarahan yang berusia di atas 18
tahun, dan dilakukan tes agregrasi platelet optik sebelum serta sesudah pemberian
aspirin.

5. Was the exposure accurately measured to minimise bias?


Ya. Baik kelompok pasien maupun kelompok kontrol dievaluasi dengan
menggunakan metode yang sama dan menggunakan bahan aktivator yang sama
pula.

6. (a) Aside from the experimental intervention, were the groups treated equally?
Tidak dijelaskan dalam jurnal ini.
(b) Have the authors taken account of the potential confounding factors in the
design and/or in their analysis?
Ya. Peneliti melakukan pengambilan data untuk beberapa faktor risiko yang
mungkin akan berpengaruh pada hasil penelitian.

15
7. How large was the treatment effect?
Tidak dijelaskan dalam jurnal ini.
8. How precise was the estimate of the treatment effect?
Tidak dijelaskan dalam jurnal ini.
9. Do you believe the results?
Ya. Hasil penelitian ini dapat dipercaya karena menggunakan metode yang sesuai
dan memiliki nilai p yang signifikan secara statistik (p<0.05).

16
10. Can the results be applied to the local population?
Ya. Melihat dari faktor risiko yang menyebabkan kejadian penyakit
kardiovaskular hampir sama dengan keadaan di Indonesia.
11. Do the results of this study fit with other available evidence?
Ya. Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan beberapa penelitian
sebelumnya.

17

Anda mungkin juga menyukai