Penyakit kardiovaskuler semakin hari terus meningkat. World Health
Organization memperkirakan penyakit kardiovaskuler akan memimpin penyebab kematian dinegara berkembang (dikutip oleh Popelka dalam Black, 2005). Pernyataan ini didukung oleh karena insiden penyakit jantung tidak dibatasi oleh letak geografi, jenis kelamin, dan status sosial individu (Black, 2005 dalam Halimuddin, 2013). Diperkirakan penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian secara mendunia dan pada tahun 2030 sebanyak 23,7 juta orang akan meninggal akibat penyakit kardiovaskular (WHO, 2011 dalam Arcelia, 2011). Salah satu Penyakit kardiovaskular adalah penyakit akut jantung iskemik atau Acute Coronary Syndrome (ACS) yang merupakan manifestasi terbesar dan dikaitkan dengan penyebab utama angka kematian serta morbiditas yang tinggi. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) di Indonesia pada tahun 2007 penyakitkardio vaskular adalah penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian terbanyak setelah stroke dan hipertensi. (Oktarina, Yertizal, & Zulkarnain, 2013). ACS merupakan rangkaian gangguan klinis yang disebabkan oleh penyakit akut iskemik jantung. Spektrum klinis SKA adalah Unstable Angina Pectoris (UAP), non- ST elevasi myocardial infarction (NSTEMI), dan ST-elevasi myocardial infarction (STEMI). UAP ditetapkan apabila keluhan klinis nyeri dada istirahat atau saat beraktivitas tetapi nilai laboratorium troponin T dan I normal. NSTEMI ditetapkan apabila nyeri dada disertai gambar Elektrokardiografi (EKG) depresi ST dan T inversi yang disertai laboratorium positif. STEMI didapatkan klinis nyeri dada disertai gambar EKG positif elevasi segmen ST. ACS dirawat dengan masalah keperawatan utama yaitu; nyeri akut, inefektif perfusi cardiopulmoner, penurunan curah jantung dan risiko ketidakseimbangan volume cairan (Smeltzer & Bare, 2010. Black & Hawk, 2005. Ignatavicius, & Workman, 2006). Tujuan perawatan pada fase akut 24 pertama adalah mencegah perluasan infark dan mempertahankan efektivitas pompa jantung. Perspektif klinis ACS dapat berlanjut menjadi infark transmural atau kematian. Infark transmural ditandai dengan gambaran Q patologis menetap pada Elektrokardiogram. Laporan WHO bahwa tahun 2004 ACS merupakan katagori penyakit jantung dan pembuluh darah yang menjadi penyebab kematian utama didunia. Terdapat 7,2 juta (12,2%) kematian akibat penyakit ini diseluruh dunia. Pada tahun 2002 penyakit ini merupakan penyebab kematian pertama di Indonesia, dengan angka mortalitas 220.000 (Torry, Lucia, Jefrey, 2013). Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh sebagai pusat rujukan daerah Aceh tahun 2014,merawat 214 penderitaACS (Data RSUZA 2015). II.TUJUAN PENELITIAN Mengetahui hubungan tekanan darah sistol dengan kejadian infark klien acute coronary syndrome, kedua: mengetahui hubungan tekanan darah diastole dengan kejadian infark klien acute coronary syndrome. III.METODE PENELITIAN Penelitian deskriptif kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah perspektifstudy(cohort). Tekanan darah sebagai variabel independent diukur dengan Sphygmomanometer-manometer air raksa,diamati selama 24 jam pertama, dan kejadian infark sebagai variabel dependen. Alat ukurnya adalah Elektrokardiogram. Kriteria hasil ukur adalah tampilnya gelombang Q patologis menetap pada Elektrokardiogram. Populasi penelitian adalah pasien ACS yang dirawat di IGD dan ICCU bulan Juni-Juli 2015. Sampel penelitian sebanyak 33 pasien ACS. Sampel ditetapkan dengan tehnik proporsive sampling dengankriteriainklusi: diagnosa STEMI, NSTEMI, UAP, onset 24 jam, gagal jantung killip I dan II, tidak ada disritmia mengancam, mendapatkan terapi pengobatan standar (satu atau dua antiplatelet, nitrat, trombolitik oksigen). Pengambilan data tekanan darah dilakasanakan setiap jam selama 24 jam. Kemudian dihitung rata-rata tekanan darah yang diperoleh selama 24 jam. Hasil kesimpulannya tekanan darah sistol dan diastol rata-rata tinggi atau normal. Kejadian infark di nilai dalam waktu 24 jam. Hasil penelitian dianalisis dengan uji statistik regresi logistik. IV.POPULASI DAN SAMPEL Populasi penelitian adalah pasien ACS yang dirawat di IGD dan ICCU bulan Juni-Juli 2015. Sampel penelitian sebanyak 33 pasien ACS di Rumah sakit Dr Zainoel Abidin Banda Aceh. V.ANALISA DATA Penelitian ini mendiskripsikan secara parametrik bahwa usia rata-rata klien ACS di Rumah sakit Dr Zainoel Abidin Banda Aceh adalah 53,52 tahun dengan standar deviasi 14.01 tahun, atau berada pada rentang usia 39.51- 67.53 tahun. Dua hasil penelitian sebelumnya yang mendukung hasil penelitian ini adalah, pertama oleh Ariandiny (2014) dari penelitan dianalisis dengan uji statistik regresi logistic. VI.HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini mendiskripsikan bahwa rentang usia penderita ACS rata-rata 39.51- 67.53 tahun, didominasi oleh jenis kelamian laki-laki, klasifiaksi ACS terbanyak adalah STEMI. Hubungan tekanan darah dengan kejadian infark disimpulkan ada perbedaan proporsi tekanan darah sistol tinggi dengan tekanan darah sistol normal (p value = 0.012). Pasien ACS dengan tekanan darah sistol tinggi mempuyai peluang terjadi infark 7.5 kali dibandingkan dengan tekanan darah sistol normal. Demikian juga tekanan darah diastole Ada perbedaan proporsi tekanan darah diastol tinggi dengan tekanan darah diastol normal (p=0,023). Pasien ACS dengan tekanan darah diastole tinggi mempuyai peluang terjadi infark 6.2 kali dibandingkan dengan tekanan darah diastol Normal. Hasil penelitian ini merekomendasikan bahwa tekanan darah sistol dan diastol pada pasien ACS menjadi sangat penting dimonitor dan dikontrol secara intensif selama 24 jam pertama sebagai indikator untuk menidentifikasi risiko infark. VII. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL Kritik kelebihan kekurangan jurnal Substansi Jurnal berkontirbusi dalam (-) bidang keperawatan Teori Sudah menyertakan teori Hanya menyertakan perokok dan usia tentang ACS Metodologi Metode yg diterapkan baik (-) Interpretasi Termasuk lengkap (-) Etika Sudah terjaga dg baik tidak (-) ada identitas responden muncul Gaya Sudah baik,penampilan jurnal (-) penulisan rapi VIII.ANALISA JURNAL No Kriteria Jawab Pembenaran 1 P Ya 33 pasien ACS di Rumah sakit Dr Zainoel Abidin Banda Aceh yang menjadi sampel penelitian dianalisis dengan uji statistik regresi logistik. 2 I Ya tekanan darah sistol dan diastol pada pasien ACS menjadi sangat penting dimonitor dan dikontrol secara intensif selama 24 jam pertama sebagai indikator untuk menidentifikasi risiko infark 3 C Ya Mendukung penelitian sebelumnya 4 O Ya Hasil penelitian ini merekomendasikan bahwa tekanan darah sistol dan diastol pada pasien ACS menjadi sangat penting dimonitor dan dikontrol secara intensif selama 24 jam pertama sebagai indikator untuk menidentifikasi risiko infark.
IX.IMPLIKASI KEPERAWATAN Dapat menambah wawasan kepada perawat dan bisa dijadikan ilmu/pedoman tentang TEKANAN DARAH DENGAN KEJADIAN INFARK PASIEN ACUTE CORONARY SYNDROME hubungannya erat.