Anda di halaman 1dari 10

PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING PADA PASIEN SINDROM KORONER

AKUT DI RSUDZA BANDA ACEH

DISCHARGE PLANNING IN ACUTE CORONARY SYNDROME PATIENTS IN


RSUDZA BANDA ACEH

Wahyu Meihanda1; Devi Darliana2


1
Mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2
Bagian Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
E-mail: wahyu_meihanda@yahoo.co.id; devi.darliana@yahoo.co.id

ABSTRAK

Sindrom Koroner Akut merupakan penyakit kardiovaskular yang menyebabkan perawatan rumah sakit dan
kematian yang tinggi 7,2 juta (12,2%). Perawatan secara kontinu perlu dilakukan dalam pemberian
discharge planning, serta memfasilitasi perawatan pasien selama di rumah sakit hingga perawatan pasien
dirumah demi menunjang kesehatan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan
discharge planning pada pasien Sindrom Koroner Akut di RSUDZA Banda Aceh. Populasi pada penelitian
ini adalah pasien Sindrom Koroner Akut di ruang penyakit jantung. Jenis penelitian menggunakan descriptive
eksplorative. Desain penelitian menggunakan cross sectional study. Teknik pengambilan sampel yaitu
nonprobability sampling dengan metode consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30
responden. Waktu penelitian 21 April - 20 Juli 2016. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner
dalam bentuk skala Likert terdiri dari 30 pernyataan. Data di analisa secara deskriptif dengan kategori baik,
cukup, kurang. Hasil penelitian Discharge Planning pada 6 subvariabel meliputi Informasi psikososial
(46,7%), aktivitas sehari-hari (50,0%), lingkungan (63,3%), pengajaran (73,3%), terapi (80,0%) dan rujukan
(56,7%). Dapat disimpulkan, pelaksanaan discharge planning pada pasien Sindrom Koroner Akut di
RSUDZA Banda Aceh berada pada kategori baik yaitu (63,3%). Direkomendasikan kepada perawat untuk
mempertahankan pelaksanaan discharge planning pada pasien Sindrom Koroner Akut dengan menggunakan
media seperti booklet, leaflet, lembar balik, audovisual dan lainnya sehingga mengurangi angka kekambuhan
dan meminimalkan pasien kembali kerumah sakit.

Kata Kunci: Discharge planning, sindrom koroner akut

ABSTRACT

Acute Coronary Syndrome is a cardiovascular disease can lead to hospitalization and death 7,2 milion
(12,2%). Therefore it needs treatment continuously so it needed is the provision of discharge planning, to
facilitate patient care while in hospital until the patient care in the home to support the health of the patient.
This study aimed to identify the implementation of discharge planning in Acute Coronary Syndrome patients
in RSUDZA Banda Aceh. The population in this study were patients with Acute Coronary Syndrome in the
heart disease. The type study was descriptive explorative. The design of the research cross sectional study. A
sampling technique used non-probability sampling by consecutive sampling method a sample size of 30
respondents. The research was conducted April 21st to July 20th 2016. The data collection technique used
questionnaires in the form of Likert scale consisting of 30 statements. Data were analyzed descriptively with
category of good, sufficient and less. The result of the research including 6 subvariables i.e psychosocial
information (46.7%), activities of daily living (50.0%), environmental (63.3%), teaching (73.3%), therapy
(80.0 %) and referral (56.7%). General it can be concluded the implementation of discharge planning in
patients with Acute Coronary Syndrome in RSUDZA Banda Aceh are in good category (63.3%). It„s
recommended for nurses to maintain the implementation of discharge planning in patients with acute
coronary syndrome by using media such as booklets, leaflets, flipchart, audovisual and others, so that It
reduces the recurrence rate of patients anddecrease the patient visit to hospitalized.

Keywords : Discharge planning, acute coronary syndrome

1
PENDAHULUAN pasien 303 orang.Pasien yang menderita
sindrom koroner akut biasanya sering
Sindrom koroner akut merupakan mengeluh nyeri dada yang dapat menjalar ke
penyakit terparah yang menduduki peringkat lengan kiri atau kanan. Nyeri tidak akan hilang
pertama pada sistem kardiovaskular karena dengan istirahat. Nyeri juga dapat menjalar ke
dapat menyebabkan peningkatan prevalensi leher, rahang atau gigi, bahu kiri, lengan dan
terjadinya angka perawatan serta angka jari-jari bagian ulnar, serta punggung atau
kematian pasien di rumah sakit (Basic Cardiac pundak kaki. Adapun gejala lain yang
Life Support, 2015, p.26). Menurut American ditimbulkan seperti perasaan gelisah, panik
Heart Association (AHA, 2011, p.42), ada (perasaan akan meninggal), sulit bernafas,
sekitar 785.000 orang Amerika menderita terjadinya perubahan kualitas dan frekuensi
penyakit sindrom koroner akut pertahunnya, nadi, kulit dingin dan lembab serta pasien
khususnya pasien dengan infark miokard, dan mengalami sianosis (Rosdhal, 2014, p.600).
hampir 500. mengalami penyakit Sindrom The Royal Marsden Hospital (2004,
koroner akut yang lain. Pada tahun 2006 p.10) menyatakan discharge planning
hampir 1,4 juta pasien di diagnosis menderita merupakan suatu proses yang dilakukan untuk
penyakit sindrom koroner akut dengan angina mengkaji dan mempersiapkan kebutuhan
pektoris tidak stabil dengan jumlah pasien pasien sesuai dengan perencanaan yang akan
537.000 orang, dan NSTEMI dengan jumlah dilakukan untuk memfasilitasi pasien agar
pasien 810.000. mendapat pelayanan kesehatan selama pasien
Menurut Riset Kesehatan Dasar dirumah sakit sampai dengan pasien pulang ke
(2013), Prevalensi penyakit jantung koroner rumah.Menurut Kozier (2010, p.156),
discharge planning diberikan sejak awal
berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di
Indonesia sebesar 0,5 %, di Aceh prevalensi pasien datang kerumah sakit hingga pasien
penyakit jantung koroner adalah sekitar 0,7 % pulang. Tindakan yang dilakukan dalam
menduduki peringkat kedua setelah Sulawesi Discharge planning meliputi pemberian
informasi psikososial sampai dengan informasi
Tengah dengan prevalensi 0,8 %. Berdasarkan
penelitian di Rumah Sakit Bukit Tinggi rujukan (Gillette, 2002).Ketidaktahuan ataupun
Sumatra Barat menunjukkan bahwa terdapat ketidakmampuan pasien dan keluarga
mengenai cara perawatan di rumah berdampak
10 % pasien Penyakit Jantung Koroner yang
dirawat mengalami rawatan ulang. pada masalah kesehatan atau ketidaksiapan
Diperkirakan bahwa salah satu penyebab pasien menghadapi pemulangan setelah pasien
terjadinyarawatan ulang di mungkinkan karena dirawat di rumah sakit. Hal tersebut
menyebabkan resiko peningkatan komplikasi
ketidaksiapan pasien pulang dengan rata-rata
pasien menderita Penyakit Jantung Koroner dan berakibat kepada hospitalisasi ulang
yang mengalami rawatan ulang dari rawatan (Potter & Perry, 2005, p.101).
sebelumnya 3 sampai 6 bulan (Aria, Berdasarkan hasil wawancara awal
pada 5 orang pasien di rumah sakit dr. Zainoel
Nurrachmah dan Gayatri, 2013).
Abidin Banda Aceh tahun 2016 di jumpai 2
Jumlah pasien di Rumah Sakit Umum diantaranya mengatakan sudah boleh pulang
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2014 ada tetapi belum mampu untuk pulang karena
sekitar 262 orang menderita Sindrom koroner mereka masih sering merasakan nyeri dada
akut yang terdiri dari Unstable Angina secara tiba-tiba dan 3 orang lainnya lagi
Pektoris, NSTEMI dan STEMI. Namun, pada mengatakan sudah dua kali masuk rumah sakit
tahun 2015 terjadinya peningkatan pada dengan diagnosis penyakit Sindrom Koroner
penyakit sindrom koroner akut dengan jumlah Akut. Dari uraian di atas dapat diambil

2
kesimpulan bahwa di Rumah Sakit Umum dr. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Demografi
Zainoel Abidin Banda Aceh belum mempunyai No Kategori f %
format khusus terkait pelaksanaan discharge 1. Usia :
planning untuk semua Rumah Sakit Republik Dewasa awal (26- 8 26.7
Indonesia. Hal ini menunjukkan pentingnya 35 tahun)
Dewasa akhir (36- 4 13.3
pelaksanaan discharge planning untuk
45 tahun)
meningkatkan kualitas hidup pasien sebelum Lansia awal (46- 12 40.0
pulang dan mempersiapkan pasien pulang 55 tahun)
dalam meningkatkan keselamatan dan Lansia akhir (56- 6 20.0
kesehatan pasien. Maka peneliti tertarik untuk 65 tahun)
melakukan penelitian tentang “Gambaran 2. Jenis Kelamin:
pelaksanaan discharge planning pada pasien Laki-laki 20 66,7
Perempuan 10 33,3
Sindrom Koroner Akut di Rumah Sakit
3. Pendidikan :
Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh”. Dasar 3 10.0
Berdasarkan latar belakang tersebut, Menengah 11 36.7
maka permasalahan yang ingin dikaji dalam Tinggi 16 53.3
penulisan ini adalah: “Bagaimana Gambaran
pelaksanaan discharge planning pada pasien
4. Pekerjaan :
Sindrom Koroner Akut di Rumah Sakit Umum
PNS 5 16.7
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2016”. pensiunan 1 3.3
petani/nelayan 6 20,0
METODE wiraswasta 13 43,3
Metode penelitian yang digunakan tidak bekerja 5 16,7
yaitudescriptive explorativedengandesain
penelitian yang digunakan adalah cross 5. Hari rawatan :
sectional study dengan menggunakan tidak dirawat 6 20.0
Kuesioner melalui wawancara terpimpin. < 10 hari 20 66.7
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh > 10 hari 4 13.3
pasien yang menderita penyakit sindrom
6. Berapa kali
koroner akut yang dirawat di ruang penyakit
dirawat :
jantung (Geulima 2, ruang Bedah Jantung, dan < 5 kali 26 86,7
pasien rawat jalan di Poliklinik Jantung) > 5 kali 4 13,3
Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat
Aceh dengan kriteria bersedia menjadi disimpulkan bahwa frekuensi tertinggi
responden, pasien dengan diagnosa sindrom responden sindrom koroner akut berada pada
koroner akut, pasien sindrom koroner akut usia (46-55 tahun) sebanyak 12 orang (40,0%),
dengan hari rawatan terakhir dan pasien jenis kelamin responden adalah laki-laki
dengan 1 hari pulang dan berobat di Poliklinik sebanyak 20 orang (66,7%), pendidikan
Jantung. terakhir responden adalah pendidikan tinggi
sebanyak 16 orang (53.3%), pekerjaan
HASIL responden adalah wiraswasta sebanyak 13
Data demografi yang diperoleh orang (43.3%), lama hari rawatan responden
berdasarkan kuesioner terhadap 30 responden adalah <10 hari sebanyak 20 orang (66.7%),
pada pasien sindrom koroner akutadalah dan berapa kali responden dirawat adalah
sebagai berikut: <5 kali sebanyak 26 orang (86.7%).

3
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan
Discharge Planning Discharge Planning tentang Informasi
Lingkungan
No. Discharge f %
Planning No. Informasi f %
1 Baik 19 63,3 Lingkungan
2 Cukup 10 33,3 1 Baik 19 63.3
3 Kurang 1 3,3 2 Cukup 9 30.0
Total 30 100,0 3 Kurang 2 6,7
Total 30 100,0
Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat
Berdasarkan tabel 5 di atas, dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan discharge
disimpulkan bahwa pelaksanaan discharge
planning pada pasien sindrom koroner akut
planning tentang informasi lingkungan pasien
berada pada kategori baik dengan frekuensi
sindrom koroner akut berada pada kategori
sebanyak 19 orang (63,3 %).
baik dengan frekuensi sebanyak 19 orang
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan (63,3%).
Discharge Planning tentang Informasi
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan
Psikososial
Discharge Planning tentang Informasi
No. Informasi f % Pengajaran
Psikososial No. Informasi f %
1 Baik 14 46.7 Pengajaran
2 Cukup 10 33.3 1 Baik 22 73,3
3 Kurang 6 20.0 2 Cukup 5 16,7
Total 30 100,0 3 Kurang 3 10,0
Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat Total 30 100,0
disimpulkan bahwa pelaksanaan discharge Berdasarkan tabel 6 di atas, dapat
planning tentang informasi psikososial pada disimpulkan bahwa pelaksanaan discharge
pasien sindrom koroner akut berada pada planning tentang informasi pengajaran pasien
kategori baik dengan frekuensi sebanyak 14 sindrom koroner akut berada pada kategori
orang (46,7%). baik dengan frekuensi sebanyak 22 orang
(73,3%).
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan
Discharge Planning tentang Informasi Tabel 7. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan
Aktivitas Hidup Sehari-hari Discharge Planning tentang Informasi Terapi
No. Informasi f %
No. Informasi f %
Aktivitas Terapi
hidup 1 Baik 24 80,0
Sehari-hari 2 Cukup 4 13,3
1 Baik 15 50.0 3 Kurang 2 6,7
2 Cukup 12 40.0 Total 30 100,0
3 Kurang 3 10.0 Berdasarkan tabel 7 di atas, dapat
Total 30 100,0
disimpulkan bahwa pelaksanaan discharge
Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat
planning tentang informasi terapi pasien
disimpulkan bahwa pelaksanaan discharge
sindrom koroner akut berada pada kategori
planning tentang informasi aktivitas hidup
baik dengan frekuensi sebanyak 24 orang
sehari-hari pasien sindrom koroner akut berada
(80,0%).
pada kategori baik dengan frekuensi sebanyak
15 orang (50,0%).

4
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan melaksanakan discharge planning sehingga
Discharge Planning tentang Informasi ketersediaan format untuk discharge planning
Rujukan sudah lengkap, seperti tersedianya alat seperti
No. Informasi f % media yang mendukung dalam pelaksanaan
Rujukan discharge planning untuk disampaikan kepada
1 Baik 17 56,7 pasien dan keluarga serta dengan memberikan
2 Cukup 11 36,7 dukungan kepada pasien dan keluarga terkait
3 Kurang 2 6,7 kesembuhannya.
Total 30 100,0 Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Berdasarkan tabel 8 di atas, dapat Siti, Samsi, Jarot (2013, p.112), berbanding
disimpulkan bahwa informasi rujukan pasien terbalik dengan hasil penelitian ini yang
sindrom koroner akut berada pada kategori menyatakan bahwa penyusunan perencanaan
baik dengan frekuensi sebanyak 17 orang program discharge planning hanya dilakukan
(56,7%). oleh tim keperawatan yang terdiri dari manajer
keperawatan dan asisten keperawatan.
PEMBAHASAN
Pelaksanaan discharge planning oleh petugas
Hasil penelitian ini didukung oleh sudah dilaksanakan meskipun belum
penelitian Azima (2011, p.6), menunjukkan sempurna. Semua petugas bisa melaksanakan
bahwa sebagian besar pasien yaitu 32 orang discharge planning sesuai dengan format yang
(74,41%) memiliki pemahaman yang baik tersedia, akan tetapi belum ada format baku
mengenai discharge planning yang diberikan. terstandar khusus untuk pasien.
Pasien memahami informasi tentang Hasil penelitian Nurul, Elly dan Veni
pendidikan kesehatan yang diberikan ketika di (2016, p.175), di RSUP Dr. Wahidin
rumah sakit terkaitdengan persiapan perawatan Sudirohusodo Makassar nilai mean rank yang
saat pasiendirumah. positif pada dukungan psikososial meningkat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa nilai psikososial sangat
perawat sudah mengetahui tentang proses berpengaruh terhadap kesembuhan pasien.
pelaksanaan discharge planning meliputi Terdapat pengaruh yang besar pelaksanaan
proses pengkajian sampai dengan evaluasi discharge planning terhadap dukungan
sehingga dalam pembuatan format discharge informasi psikososial yang diberikan dan
planning kepada pasien sudah mencapai target pelaksanaan informasi psikososial yang
yang diinginkan. Discharge planning yang dilakukan di kategorikan baik. Implementasi
dilakukan secara optimal, akan memberikan discharge planning harus selalu dilaksanakan
proses yang lebih baik pada pasien hingga oleh perawat untuk membantu pasien dan
terjadinya perubahan perilaku pasien dan keluarga dalam menyiapkan kepulangan
keluarganya dalam memaknai kondisi pasien, pelaksanaan discharge planning harus
kesehatannya. diberikan kepada orang terdekat dengan
Pelaksanaan discharge planning di pasien.
Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Pasien sindrom koroner akut yang
tergolong baik karena pada saat pengumpulan dirawat di Rumah Sakit, biasanya merasakan
data, RSUDZA baru saja terakreditasi tingkat masalah fisik yang berat seperti merasakan
paripurna bintang lima. Hal ini didukung nyeri dada akibat iskemia miokardium yang
dengan standar operasionalprosedur dan format merupakan masalah paling sering di keluhkan
check list untuk pelaksanaan discharge pasien, pasien juga akan mengalami
planning, dari case manager kepala dan wakil kecemasan, gangguan citra tubuh yang dapat
kepala ruangan untuk mengikuti semua menyebabkan pasien mengalami kehilangan
kegiatan dan tindakan yang dilakukan untuk aspek biopsikososial.

5
Dari hasil penelitian diungkapkan sering mengingatkan untuk berhati-hati dalam
bahwa pelaksanaan discharge planning melakukan aktivitas terutama di lingkungan
ditinjau dari persiapan psikososial dikatakan yang ada di sekitar tempat tinggal pasien yang
baik seperti pernyataan nomor 2 sekitar 46,7% tidak sesuai dengan kondisi kesehatan
responden mengatakan perawat mengingatkan penyakitnya. Responden juga mengatakan
saya untuk minum obat yang telah diberikan bahwa perawat menjelaskan kepada pasien
secara teratur agar penyakit yang saya derita untuk selalu menjaga kondisi kesehatan seperti
tidak menjadi lebih parah. kondisi tempat tinggal yang nyaman yang tidak
Hal ini dapat dipastikan bahwa berbahaya ataupun mengganggu kondisi
perawat memotivasi pasien untuk minum obat kesehatan pasien terutama pasien Sindrom
secara baik dan perawat memastikan bahwa Koroner Akut.
pasien dengan sindrom koroner akut
membutuhkan informasi psikososial seperti Hasil penelitian ini didukung oleh
memotivasi pasien menjalani pengobatan, penelitian Tutik, Efi dan Hanny (2013, p.57),
minum obat secara teratur, mengajak dan pengajaran merupakan salah satu keberhasilan
menjelaskan kepada keluarga dalam perawatan yang diberikan perawat terhadap pelaksanaan
pasien, menenangkan pasien ketika gelisah, discharge planning yang diberikan kepada
dan mendengarkan keluhan pasien terkait pasien. Perawat akan mampu meminimalkan
penyakitnya. Tindakan ini dilakukan untuk pasien untuk dirawat dirumah sakit dengan
dapat meminimalkan penyakit pasien dan mengajarkan tentang kebutuhan pasien
mengurangi angka perawatan rumah sakit. terhadap informasi kesehatanya kepada pasien
Hasil penelitian ini didukung oleh dan keluarga.
penelitian Rahmi (2011, p.79), mengemukakan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
bahwa pemberian informasi aktivitas sehari- tentang gambaran pengetahuan perawat
hari pada pasien yang sedang dirawat di tentang discharge planning, dari data tersebut
Rumah Sakit dapat meningkatkan kemampuan menunjukkan bahwa perawat sudah
pasien untuk beraktivitas dalam melakukan
mempunyai pengetahuan yang baik. Dari hasil
kegiatan sehari-hari baik dirumah sakit wawancara dengan pasien, ada sekitar 17
maupun di rumah sendiri. orang responden mengatakan perawat sudah
Dari hasil wawancara 30 responden di
memberikan pengajaran terkait informasi yang
RSUDZA, 16 orang mengatakan perawat dapat menyebabkan kondisi pasien menurun.
sudah mau melakukan perawatan pasien Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
seperti membantu pasien melakukan aktivitas nyeri dada secara tiba-tiba, menghindari
hidup sehari-hari ketika pasien berada dirumah
makanan yang berlemak, memenuhi nutrisi
sakit, seperti membantu pasien melakukan yang seimbang bagi tubuh, memberikan
tirah baring, toileting, makan, beraktifitas informasi terkait komplikasi yang dirasakan
ringan, menganjurkan istirahat yang cukup dan beserta dengan penatalaksanaannya dan
kegiatan lainnya.
melakukan aktivitas fisik namun yang ringan
Hasil penelitian ini didukung dengan saja agar tidak kambuhnya nyeri dada.
penelitian Amrina (2011, p.63), pelaksanaan Hasil penelitian ini didukung oleh
discharge planning yang dilakukan perawat ke penelitian Lilik dan Wesiana (2013, p.5),
pasien perlu ditingkatkan lagi. Perawat lebih
sebagian besar pasien memahami discharge
ditekankan untuk perduli terhadap kebersihan planning tentang pengobatan, hasil
lingkungan tempat rawatan pasien untuk laboratorium, diit makanan dan jadwal terapi.
menjaga kesehatan pasien.
Discharge planning dapat mengurangi hari
Dari hasil wawancara dengan perawatan pasien, mencegah kekambuhan,
responden, mereka mengatakan bahwa perawat meningkatkan perkembangan kondisi
6
kesehatan pasien dan menurunkan beban Dari hasil penelitian, mengungkapkan
perawatan keluarga. bahwa pemberian informasi mengenai kondisi
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, pasien kepada pihak yang menjadi tujuan
pelaksanaan informasi terapi pada pasien rujukan, alasan rujukan, manfaat rujukan dan
sindrom koroner akut dikatakan baik. Sekitar memilih rujukan sesuai dengan keinginan
73,3% responden mengatakan bahwa perawat pasien dan keluarga sudah baik dilakukan oleh
selalu memberikan dan mengingatkan saya dan perawat kepada pasien di RSUDZA. Sekitar
keluarga untuk minum obat secara teratur, dan 50,0% pasien mengatakan bahwa perawat
responden juga mengatakan kalau merasakan sudah menjelaskan tentang sarana pelayanan
sesak nafas, perawat akan memberikan terapi kesehatan yang dapat digunakan bila nyeri
oksigen untuk membantu pernafasannya. dada kambuh, perawat sudah menjelaskan
informasi terapi dapat meningkatkan kualitas tentang sarana pelayanan kesehatan yang harus
hidup pasien untuk kembali ke keadaan saya lakukan ketika sudah pulang ke rumah,
sebelumnya atau mencapai keadaan baru yang perawat juga menjelaskan kepada saya dan
sembuh dari penyakit. Perawat menyadari keluarga tentang pengobatan saya di poli
bahwa keberhasilan dari terapi yang diberikan jantung RSUDZA sesuai dengan jadwal
sangat bergantung pada kerja sama antara kunjungan dokter yang merawat di ruang
pasien dan keluarga sehubungan dengan rawat, perawat menjelaskan tata cara
pemulihan fisik dan pengobatan sehingga pemindahan pengobatan di pusat pelayanan
pasien mencapai keadaan yang optimal. terdekat dan perawat juga memberikan nomor
Penulis berpendapat bahwa perawat telepon yang dapat dihubungi keluarga jika
sudah memberikan informasi tentang obat- terjadi kondisi darurat.
obatan secara lengkap kepada pasien seperti
informasi terkait jenis obat-obatan, waktu KESIMPULAN
minum obat, cara minum obat yang baik dan Berdasarkan hasil penelitian dan
benar, manfaat obat-obatan yang di minum, pembahasan yang diuraikan pada bab
efek samping yang ditimbulkan dari obat- sebelumnya, dapat disimpulkan 6 subvariabel
obatan dan dampak kondisi tubuh jika tidak meliputi Informasi psikososial (46,7%),
minum obat secara teratur. Semua tindakan informasi aktivitas sehari-hari (50,0%),
yang dilakukan dapat mempermudah pasien informasi lingkungan (63,3%), informasi
meningkatkan metabolisme tubuh sehingga pengajaran (73,3%), informasi terapi (80,0%)
kondisi umum pasien akan lebih baik, sehingga dan informasi rujukan (56,7%). Secara umum
mempengaruhi proses penyembuhan pasien dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
sindrom koroner akut sehingga nyeri yang discharge planning pada pasien sindrom
dirasakan akan berkurang dan mengembalikan koroner akut di Rumah Sakit Umum Daerah
keadaan fisik dan fungsional dengan tujuan dr. Zainoel Abidin Banda Aceh berada pada
agar pasien dapat beraktifitas normal kembali. kategori baik yaitu (63,3%).
Hasil penelitian berbanding terbalik
dengan penelitian Muhammad, Tutik, Hening Terkait dengan penelitian ini, maka
(2016, p.92), salah satu tantangan yang peneliti merekomendasikan beberapa hal, bagi
dihadapi oleh perawat dalam discharge institusi rumah sakit agar dapat
planning pada pasien dengan perawatan akut memaksimalkan pelayan keperawatan yang
adalah kebingungan peran dan tidak terlihatnya lebih professional, bagi perawat untuk
peran staf perawat dalam perencanaan pasien memaksimalkan penerapan pelaksanaan
pulang terutama dalam menyiapkan rujukan discharge planning saat memberikan tindakan
pasien ketika pasien dirumah tanpa adanya keperawatan, dan bagi peneliti lain,
bantuan medis. menjadikan penelitian ini sebagai dasar
penelitian lebih lanjut tentang hubungan
7
pelaksanaan discharge planning terhadap Discharge Planning.
proses kesiapan pulang pasien Sindrom (https://www.Gillette%C+V.+A.+Eder
Kororner Akut ly+Patients+and+family+Members
+SatisfactionWith+DischargePlanning
REFERENSI +USA&ie. Diakses pada 17 januari
Aria, Nurrachmah dan Gayatri (2013). 2016).
Pengaruh Penerapan Discharge Lilik, M. & Wesiana, H. S. (2013). Analisa
Planning terhadap kesiapan Pemahaman Discharge Planning
pulang pasien penyakit jantung dengan Tingkat Kepatuhan Pasien
Koroner. Gagal Ginjal Kronik (GGK) Dalam
American Heart Association, Part 10. Acute Menjalani Terapi Hemodialisis di
Rumah Sakit Islam Jemursari
Coronary Syndromes. (2011). AHA
Guidlines for Cardiopulmonary Surabaya. THESIS.
Resuscitation and Emergency
Muhammad, R.I, Tutik, S.H & Hening, P.
Cardiovascular Care. Retrieved
November 30, 2014 from (2016). Perjanjian dan Konsensus
(https://www.AHA+Part+10.+Acute+ Dalam Pelaksanaan Perencanaan
Coronary+Syndromes.ahajournals.org. Pulang Pada Perawat Rumah Sakit.
diakses pada 23 Februari 2016).
Nawawi, A. (2010). Activity of daily living
Azimatunnisa‟. (2011). Hubungan Discharge skills (ADL).
Planning Dengan Tingkat Kesiapan http://file.upi.edu/Direktori/FIP/Jur.
Pend._Luar_Biasa/195412071
Klien Dalam Menghadapi Pemulangan
Di RS PKU Muhammadiyah 981121 Ahmad_Nawawi/ADL_.pdf.
Yogyakarta: Naskah Publikasi. National Council of Social Service. (2006).
Care and Discharge Planning: A guide
Badan Penelitian dan Pengembangan for service providers. Singapore:
Kesehatan Departemen Republik NCSS.
Indonesia. Laporan Nasional Riset
Kesehatan Dasar. (2013). Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian
Jakarta: Departeman Kesehatan Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta
Republik Indonesia
(https://www.riskesdas&ie. Diakses Nurul, F.F.A, Elly, L.S. & Veni, H. (2016).
pada 17 Januari 2016). Pengaruh Pelaksanaan Discharge
Planning Terhadap Dukungan
Basuni, R. Andang, H. J, Dede, K. (2009). Psikososial Keluarga Merawat Pasien
Rehabilitasi Kardiovaskular Di Stroke Di RSUP DR. Wahidin
Indonesia. Jurnal Kardiologi Sudirohusodo. JST Kesehatan, April
Indonesia. J Kardiol Indonesia. 2009; 2016, Vol. 6 No.2 : 172 – 178.
30:43-5 ISSN 0126/3773.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Budiarto, E. (2001). Biostatistika untuk Indonesia. (2015). Pedoman
kedokteran dan kesehatan Tatalaksana Sindrom Koroner Akut.
masyarakat. Jakarta: EGC https://www.google.com/#q=Perhimpu
nan+Dokter+Spesialis+Kardiovask
Gillette, V. A. (1995). Ederly Patients and ular+Indonesia.+%282015%29.+Pedo
family Members Satisfaction With
8
man+%09Tatalaksana+Sindrom+Ko Tutik, S.H, Efi, A. & Hanny, H. (2013).
roner+Akut. Evaluasi Model Perencanaan Pulang
Yang Berbasis Teknologi Informasi.
Putra, S.R. (2012). Panduan Riset MAKARA KESEHATAN, VOL. 12,
Keperawatan dan Penulisan Ilmiah. NO. 2, DESEMBER 2013: 53-58
Yogyakarta: Medika (https://www.Tutik,
dkk+MAKARA+KESEHATAN
Pro Emergency. (2015). Buku Panduan Basic diakses pada 24 Juli 2016).
Trauma Cardiac Life Support.
Jakarta : Sagung Seto. Yuliana, L. (2013). Gambaran Pengetahuan
Perawat Tentang Discharge Planning
Rahmi, U. (2011). Pengaruh Discharge Pasien Di Rumah Sakit Santo
Planning Terstruktur Terhadap Borromeus Bandung.
Kualitas Hidup Pasien Strok
Iskemik di RSUD Al-Ihsan dan RS Al-
Islam Bandung. Thesis

Rosdahl, C.B. (2014). Buku Ajar Keperawatan


Dasar. Ed.10. Vol 2 & Vol 4.
Jakarta: EGC.

Shopa T. Vibration of orthotropic cylindrical


shell with a set of cutouts of
arbitrary configuration // Scientific
Journal of the Ternopil National
Technical University. − 2012. –№ 4. −
С. 14-27.

Siregar, S. (2013). Statistik Parametrik untuk


Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Siti, I., Samsi, H. & Jarot, S. (2013).
Pelaksanaan Discharge Planning Pada
Pasien Post Sectio Caesaria. Magister
Kedokteran Keluarga.

The Royal Marsden Hospital. (2004). NHS


Foundation Trust. Manual of clinical
nursing

Timby, B, K. (2009). Fundamental Nursing


Skills and Concepts. Ed. 9. Wolters
Kluwer Health. Lippincott Williams &
Wilkins.

Torry, A. L & Jeffrey (2013). Gambaran faktor


risiko penderita sindrom
koroner akut. Manado: Fakultas
Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi. Thesis.
9

Anda mungkin juga menyukai