net/publication/340850626
CITATIONS READS
0 19
8 authors, including:
Maria Astrid
STIK Sint Carolus, Jakarta
6 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Maria Astrid on 23 April 2020.
ABSTRAK
Kateterisasi jantung merupakan prosedur invasif untuk mengetahui adanya sumbatan pada
arteri koroner. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung di RS X Banten.
Metode penelitian kuantitatif, desain penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Sampel penelitian ini yaitu pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung
di RS X Banten sebanyak 36 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling.
Alat pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner. Uji validitas dan reliabilitas
kuesioner dilakukan pada 30 responden di RS Y Pekan Baru. Hasil analisis univariat, mayoritas
responden berusia 46-55 tahun (52,8 %), berjenis kelamin laki-laki (72,2 %), berpendidikan
rendah(72,2 %), belum pernah memiliki pengalaman tindakan kateterisasi sebelumnya
(80%). Tingkat pengetahuan baik (80,6 %), dukungan keluarga baik-buruk (50 %) dan tingkat
kecemasan berat (63,9 %). Hasil uji Kendal’s tau-c dan chi- square didapatkan secara statistik
tidak ada hubungan bermakna antara usia (p = 0,451), jenis kelamin (p = 0,376), pendidikan
(p = 0,153) dengan tingkat kecemasan. Ada hubungan yang bermakna antara pengalaman
sebelumnya (p = 0,005), tingkat pengetahuan (p = 0,002), dukungan keluarga (p = 0,006)
dengan tingkat kecemasan. Diharapkan perawat meningkatkan pemberian edukasi kepada
pasien terutama penjelasan inform consent tentang perawatan setelah tindakan kateterisasi
jantung dan efek samping yang dapat terjadi akibat zat kontras kepada pasien.
ABSTRACT
Cardiac catheterization is an invasive procedure to determiner the blockage of the coronary
arteries. The study aims to determine the factors related to anxiety level of patients who will
PENDAHULUAN
Penyakit Jantung Koroner (PJK) menjadi salah satu pemicu kasus kematian di negara-
negara maju maupun berkembang. PJK merupakan penyakit pada jantung yang terjadi akibat
penurunan suplai darah ke otot jantung yang disebabkan oleh aterosklerosis. Aterosklerosis
menyebabkan arteri koroner menyempit atau tersumbat, sehingga jantung akan mengalami
iskemia dan dapat terjadi kondisi infark miokardium (Black & Hawks, 2014).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan 17,5 juta orang
di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31 % 56,5 juta kematian di seluruh
dunia. Dari seluruh kematian akibat penyakit kardiovaskuler 7,4 juta (42,3 %) diantaranya
disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner (PJK) (Kemenkes, 2017). Kematian karena
penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia mencapai angka 12,9 % (Balitbangkes,
2015). Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi tertinggi untuk penyakit kardiovaskular
di Indonesia adalah PJK, yaitu sebesar 1,5 %. Dari hasil prevalensi tersebut, angka tertinggi
ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (4,4 %), dan terendah di Provinsi Riau dengan 0,3 %
(Kemenkes 2017). Sedangkan di Provinsi Banten diperkirakan angka prevalensi PJK sebesar
0,5 % (RISKESDAS Provinsi Banten 2013).
Pemeriksaan diagnostik pada penyakit jantung koroner dapat di deteksi secara non
invasif dan invasive. Prosedur invasif untuk mengetahui adanya sumbatan pada arteri koroner
salah satunya adalah kateterisasi jantung yang biasa disebut dengan tindakan Coronary
METODE PENELITIAN
Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi
jantung di RS X Banten. Populasi tindakan kateterisasi jantung di RS X Banten rata-rata
berjumlah 40 orang/2 bulan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik
purposive sampling dan jumlah sampel sebanyak 36 responden. Penelitian dilakukan di RS
X Banten, di Ruang kateterisasi jantung. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-Desember
2017. Analisis data yang dilakukan terdiri dari analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat
digunakan untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase hasil data demografi,
variabel pengetahuan, dukungan keluarga dan tingkat kecemasan. Analisis bivariat digunakan
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Interpretasi Univariat
Pada tabel 1 berikut terlihat bahwa sebagian besar responden berada dalam kategori
lansia awal sebanyak 52,8 %, usia responden paling rendah yaitu 34 tahun dan usia
tertinggi yaitu 65 tahun; sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak
72,2 %; memiliki tingkat pendidikan rendah sebanyak 72,2 %, dan belum pernah memiliki
pengalaman tindakan kateterisasi sebelumnya sebanyak 80,6 %.
Tabel 3. Hubungan Antara Data Demografi (Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan,
Pengalaman Sebelumnya) Dengan Tingkat Kecemasan (n = 36)
Tingkat Kecemasan
Variabel Total Nilai
Ringan Sedang Berat p Value
Usia
n % n % n % n %
Dewasa Awal 0 0 0 0 1 2,8 1 2,8
Dewasa Akhir 0 0 1 2,8 1 2,8 2 5,6
0,451
Lansia Awal 0 0 6 16,7 13 36,1 19 52,8
Lansia Akhir 1 2, 8 5 13,9 8 22,2 14 38,9
Jenis kelamin
Laki-laki 1 2, 8 7 19,4 18 50 26 72,2 0,376
Perempuan 0 0 5 13,9 5 13,9 10 27,8
Tk. Pendidikan
Rendah 1 2, 8 10 27,8 15 41,7 26 72,2 0,153
Tinggi 0 0 2 5,6 8 22,2 10 27,8
Pengalaman
Pernah 0 0 6 16,7 1 2,8 7 19,4 ,005
Belum pernah 1 2,8 6 16,7 22 61,1 29 80,6
Responden dengan pendidikan rendah dan pendidikan tinggi yang akan menjalani
tindakan kateterisasi jantung mayoritas berada pada tingkat kecemasan berat. Hasil uji
Kendall’s tau c didapatkan p value = 0,153, yang berarti secara statistic tidak ada hubungan
SIMPULAN
Ada hubungan bermakna antara pengalaman sebelumnya (p value = 0,005 (< 0,05)),
tingkat pengetahuan (p value = 0,002 (<0,05)), dukungan keluarga (p value = 0,006 (<0,05))
dengan tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung.
Tidak ada hubungan bermakna antara usia, jenis kelamin, pendidikan dengan tingkat
kecemasan pada pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung. Saran penelitian
diharapkan perawat meningkatkan pemberian edukasi kepada pasien terutama penjelasan
inform consent tentang perawatan setelah tindakan kateterisasi jantung dan efek samping yang
dapat terjadi akibat zat kontras kepada pasien. Rekomendasi penelitian lanjutan: penelitian
dengan variable lain yang diteliti (ada tidaknya komplikasi penyakit lain, lama menderita),
dan jumlah sampel yang lebih banyak untuk dapat memberi gambaran berbagai faktor yang
berkaitan dengan kecemasan pasien dalam menjalani tindakan kateterisasi jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Aaronson, Philip. I., & Ward, Jeremy. P. T. (2010). At a Glance: Sistem Kardiovaskular. (3rd
edition) (Juwalita Surapsari, Penerjemah). Jakarta: Erlangga.
Aboalizm, S. E. (2016). Effect of Early Nursing Preparation on Anxiety Among Patient
Undergoing Cardiac Chateterization. American Journal of Nursing Science. Diunduh
tanggal 14 April 2017.
Baradero, M., Dayrit, M. W., & Maratning, A.(2016). Kesehatan Mental Psikiatri. Jakarta:
EGC.
Black, J. M., Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis Untuk
Hasil Yang Diharapkan, Edisi 8 buku 3. Singapore: Elsevier.
Darliana, D. (2014). Perawatan Pasien Yang Akan Menjalani Prosedur Kateterisasi Jantung.
Diunduh tanggal 14 April 2017.
Delewi, R. (2010). Anxiety levels of patients undergoing coronary procedures in the
cathetherization laboratory. Di Unduh 5 Januari 2018.