Anda di halaman 1dari 4

RESUME KULIAH FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

PRINSIP BERPIKIR ILMIAH: LOGIKA BERPIKIR DAN KESEHATAN BERPIKIR

Nama/NPM/Prodi : dr. Kevin Gunawan, SpBS / 2306196325 / Program Doktoral Ilmu


Kedokteran
Narasumber : Prof. Dr. dr. Herkutanto, SpF(K), SH
Hari/Tanggal : Selasa, 8 Agustus 2023

Pendahuluan
Tujuan materi ini adalah untuk meningatkan kita kembali mengenai berpikir kritis dalam
praktik sehari-hari dan mengenali fallacy dalam berpikiran ilmiah. Selain itu bertujuan untuk
mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari, membentuk kerangka berpikir, membuat
pertanyaan penelitian, dan membentuk suatu hipotesis.

Berpikir kritis
Berpikir kritis bermanfaat dalam dua aspek yang pertama dalam bidang akademik seperti
langsung ke sasaran, tidak berbelit-belit, mudah diikuti, menghemat waktu, tidak menyita energi,
dan lebih dipercaya. Sedangkan aspek yang kedua yaitu profesionalisme menyangkut clinical
judgement lebih diterima, komunikasi professional sesuai kebutuhan pasien, dan berdasarkan
bukti atau evidence based.
Dalam lingkungan akademik, kita memiliki 6 cara berpikir yaitu
 Netral, obyektif, investigasi informasi, pengumpulan data
 Spekulatif, positif, menimbulkan semangat, focus pada kebermanfaatan, optimistik,
konstruktif, dan generatif
 Emosional, intuitif, tidak harus logis atau konsisten
 Kreativitas, ide baru dan berkembang dari invensi alternatif
 Berpikir kritis
 Overview berpikir, control berpikir, konduktor, ringkasan, kesimpulan, dan pandangan
luas

Teknik penggunaan enam topi berpikir


 Single use yaitu Menggunakan satu cara (mode) berpikir tertentu secara terus menerus
dan Monoton yaitu dapat membosankan bila terlalu lama digunakan
 Sequential use yaitu Menggunakan beberapa cara (mode) berpikir secara silih berganti
serta Lebih menarik bila digunakan secara tepat

Berpikir kritis adalah proses intelektual dengan melakukan refleksi yang dipusatkan pada
pengambilan putusan tentang apa yang harus dipercayai / dikerjakan. Unsur-unsur berpikir kritis
yaitu logic, breadth, depth, clarity, accuracy, precision, dan relevance. Dibawah ini merupakan
diagram kerangka berpikir kritis yang meliputi elemen intelektual untuk mengembangkan alasan
berpikir yang logis

Asumsi merupakan suatu pendapat yang biasanya diterima dengan begitu saja yang tidak
kita pertanyakan dan perdebatkan karena itu bagian keyakinan yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari. Sedangkan inferensi itu merupakan penarikan kesimpulan yang sesuai dengan
pengamatan dan analisis kita. Perbedaan utama antara asumsi dan kesimpulan adalah kita
membuat asumsi tanpa bukti atau fakta, sedangkan kita membuat kesimpulan berdasarkan fakta
dan bukti.

Tujuan Menyusun Argumen :


Decide  Explain  Predict  Persuade

Argumen adalah bentuk dari pemikiran dengan pernyataan tertentu (alasan) yang
menawarkan dukungan pada pernyataan lainnya (kesimpulan). Rabbit Rule : setiap kata, frasa,
atau konsep signfikan yang muncul pada konten dari argument sederhana harus juga muncul
pada salah satu dari premis.

Contoh : Socratesis mortal  Socratesis human, All human are mortal

Holding Hand Role: setiap kata, frasa, atau konsep signfikan yang muncul pada premis dari
argumen sederhana tapi tidak pad konten harus juga muncul pada salah satu dari premis lain dari
argument simple tersebut
Contoh : Socratesismortal, Socratesis human, All human are mortal
Pendekatan konstriksi reasoning, meliputi :
1. Simple Legal Reasoning
2. Simple Medicolegal Reasoning
3. Simple Medical Reasoning

Argumen pada Pelayanan Kesehatan


Aplikasi Argumen :
1. Harus ada pada disertasi, argumen menjadi pola sentral berpikir  Hipotesis
2. Disusun sejak awal, argument meliputi alasan pendukung (reason) dan alasan penyangkal
(objection-rebuttal) serta bersifat dinamis sepanjang penelitian  Present since new
entry
3. Harus dibuktikan, argumen dapat divisualisasikan, penelitian laboratorium/apangan,
protocol/reproducible  Evidence
4. Argumen sederhana – Kompleks, jenjang Pendidikan yang makin tinggi menuntut
argument yang semakin kompleks
Alur pikir terbagi menjadi dua yaitu induktif dan deduktif. Induktif merupakan implikasi
dari premis, sedangkan deduktif merupakan proyeksi dari premis. Perbedaan dari induktif dan
deduktif sebagai berikut:
 Induktif: bersifat repetisi, sesuatu diangap benar apabila terjadi berulang-ulang, bisa
keliru (menganggap benar), bila ada variabel lain (yang tidak terdeteksi)
 Deduktif: bersifat koherensi, sesuatu diangap benar bila premis-premisnya sahih, bila
didebat dengan pragmatisme (kenyataan) jadi tidak nyambung, perlu evidence supaya
nyambung.

Anda mungkin juga menyukai