Anda di halaman 1dari 5

NAMA : AULIYANA RAHMAH HARAHAP

NIM : 1920500104

RUANG : PGMI 4

MATA KULIAH : FILSAFAT ILMU

DOSEN PENGAMPU : Drs. H. irwan saleh dalimunthe,M.A.

SINOPSIS /RESUME FILSAFAT ILMU

Oleh : Andi Hakim Nasution

Identitas Buku

Judul buku : FILSAFAT ILMU

Pengarang Buku : Jujun S.Suriasumantri

Nama Penerbit : Pustaka sinar harapan Jakarta 2016

Tebal halaman : 383 halaman

I.Ke arah pemikiran filsafat

1.Ilmu dan filsafat

Pengetahuan di mulai dengan rasa ingin tahu, kepastian di mulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat
di mulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat di dorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa
yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui
dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri,
semacam keberanian untuk terus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita
jangkau. Ilmu merupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak bangku sekolah dasar sampai pendidikan
lanjut dan perguruan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti lita terus terang pada diri kita sendiri.
Demikian juga filsafat berarti berendah hati mengevaluasi segenap pengetahuan yang telah kita ketahui.

CABANG-CABANG FILSAFAT

Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi yakni apa yang disebut benar dan apa yang
di sebut salah (logika), mana yang di anggap baik dan mana yang di anggap buruk (etika), serta apa yang
termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Cabang-cabang filsafat tersebut antara lain
mencakup:

(1) Epistemologi
(2) Etika

(3) Estetika

(4) Metafisika

(5) Politik

(6) Filsafat agama

(7) Filsafat ilmu

(8) Filsafat pendidikan

(9) Filsafat hukum

(10)Filsafat sejarah

(11)Filsafat matematika

FILSAFAT ILMU

Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemology yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu ilmu
merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis
ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu social, namun karena permasalahan-
permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu ini sering di bagi menjadi filsafat ilmu –ilmu
alam dan filsafat ilmu-ilmu social.

II.Dasar-dasar pengetahuan

1.Penalaran

Kemampuan menalar ini dapat menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang
merupakan rahasia kekuasaan-kekuasaannya. Secara simbolik manusia memakan buah pengetahuan
lewat adam dan hawa dan setelah itu manusia harus hidup berbekal pengetahuan ini. Dia mengetahui
yang mana yang benar dan yang mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, serta mana
yang indah dan mana yang jelek. Secara terus menerus dia di paksa harus mengambil pilihan mana jalan
yang benar dan mana jalan yang salah, mana tindakan yang baik dan mana tindakan yang buruk, dan
apa yang indah dan apa yang jelek. Dalam melakukan pilihan ini manusia berpaling kepada
pengetahuan.

2.Logika
Penalaran merupakan suatu proses berfikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang
di hasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berfikir itu harus di lakukan secara
tertentu. Suatu penarikan kesimpulan tersebut di lakukan menurut secara tertentu tersebut. Cara
penarikan kesimpulan ini di sebut logika, di mana logika secara luas dapat di defenisikan sebagia
“Pengkajian untuk berfikir secara sahih” terdapat macam-macam penarikan kesimpulan namun untuk
sesuai dengan tujuan studi yang memusatkan diri kepada penalaran ilmiah, kita akan melakukan
penelaahan yang seksama hanya terhadap dua jenis cara penarikan kesimpulan, yaitu logika induktif dan
logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus
individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum . Sedangkan di pihak lain, kita mempunyai
logika dedukif, yang membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum memnajdi
kasus yang bersifat individual.

3.Sumber pengetahuan

Masalah utama yang timbul dari cara berfikir ini adalah mengenai kriteria untuk mengetahui akan
kebenaran dari suatu ide yang menurut seseorang adalah jelas dan dapat di percaya. Ide yang satu bagi
si A mungkin bersifat jelas dan dapat di percaya namun hal itu belum tentu bagi si B. Mungkin saja bagi
si B menyusun system pengetahuan yang sama sekali lain dengan system pengetahuan si A karena si B
mempergunakan ide lain yang bagi si B merupakana prinsip yang jelas dan dapat di percaya. Jadi
masalah utama yang di hadapi kaum rasionalis adalah evaluasi dari kebenaran premis-premis yang di
pakainya dalam penalaran deduktif. Karena premis-premis ini semuanya bersumber pada penalaran
rasional yang bersifat abstrak dan beabas dari penalaran maka evaluasi semacam ini tidak dapat di
lakukan. Oleh sebab itu maka lewat penalaran rasional akan di dapat kan bermacam-macam
pengetahuan mengenai satu obyek tertentu tanpa adanya suatu consensus yang dapat di terima oleh
semua pihak. Dalam hal ini maka pemikiran rasional cenderung untuk bersifat solipsistic dan subyektif.

4.Kriteria kebenaran

Tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama terhadap apa ayang di anggap benar ,
termasuk anak kecil yang dengan pikiran kekanak-kanakannya mempunyai kriteria kebenaran sendiri.
Bagi kita tidak sukar untuk menerima kebenaran bahwa 3+4=7 ; 5+2=7 dan 6+1=7 sebab secara deduktif
dapat di buktikan bahwa ke tiga pernyataan tersebut adalah konsisten dengan pernyataan dan
kesimpulan terdahulu yang telah di anggap benar.

Teori kebenaran yang di dasarkan kepada kriteria tersebut di atas di sebut teori kohorensi . Secara
sederhana dapat di simpulkan bahwa berdasarkan teori kohorensi suatu pernyataan dianggap benar bila
pernyataan itu bersifat kohoren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang di
anggap benar. Bila kita menganggap bahwa “semua manusia pasti akan mati” adalah suatu pernyataan
yang benar, maka pernyataan bahwa “Si polan adalah seorang manusia dan si polan pasti akan mati”
adalah benar pula, sebab pernyataan ke dua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.
III.ONTOLOGI

1.Metafisika

Metafisika adalah landasan peluncuran nya. Dunia yang sepintas lalu kelihatan sangat nyata ini,
ternyata menimbulkan berbagai spekulasi filsafati tentang hakikatnya.

2.Asumsi

Ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi membantu manusia dalam memecahkan masalah praktis
sehari-hari, tidaklah perlu memiliki kemutlakan seperti agama yang berfungsi memberikan pedoman
terhadap hal-hal yang paling hakiki di kehidupan ini. Walaupun demikian sampai tahap tertentu ilmu
perlu memiliki keabsahan dalam melakukan generalisasi, sebab pengetahuan yang bersifat personal dan
individual seperti upaya seni, tidaklah bersifat praktis.

3.Peluang

4.Beberapa asumsi dalam ilmu

5.Batas-batas penjelajahan ilmu

CABANG-CABANG ILMU

Ilmu berkembang dengan sangat pesat dan demikian juga jumlah cabang-cabang nya. Hasrat untuk
menspesialisasikan diri dari satu bidang telaahan yang kemungkinan analisis yang semakin cernat dan
seksama menyebabkan obyek forma (obyek ontologis) dari di siplin keilmuwan menjadi terbatas.
Diperkirakan sekarang ini terdapat sekitar 650 cabang keilmuwan yang kebanyakan belum di kenal oleh
orang-orang awam.

IV.EPISTEMOLOGI

Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tak langsung turut
memperkaya kehidupan kita. Sukara untuk di bayangkan bagaimana kehidupan manusia seandainya
pengetahuan itu tak ada, sebab penegtahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan
yang muncul dalam kehidupan. Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai
apa (ontology), bagaimana (epistemology), dan untuk apa (aksiologi), pengetahuan tersebut di susun.
Ketiga lamdasan ini saling berkaitan jadi ontology ilmu terkait dengan epistemology ilmu dan
epistemology ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya .

V.Sarana berfikir ilmiah


1.Bahasa

Bahasa dapat kita cirikan sebagai serangkaian bunyi. Dalam hal ini kita menggunakan bunyi sebagai
alat komunikasi . Bahasa merupakan lambing di mana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti
tertentu.

2.Matematika

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita
sampaikan.

3.Statistika

Ilmu secara sederhana dapat di defenisiskan sebagai pengetahuan yang telah teruji kebenarannya.
Semua pernyataan ilmiah adalah bersifat factual, di mana konsekuensinya dapat di uji baik dengan jalan
memepergunakan pancaindera, maupun dengan mempergunakan alat-alat yang membantu panca
indera tersebut.

4.Ilmu dan moral

Proses menemukan kebenaran secara ilmiah mempunyai implikasi etis bagi para ilmuwan.karakteristik
proses tersebut merupakan kategori moral yang di landasi sikap etis seorang ilmuwan.

VI.AKSIOLOGI

Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia mengguanakan
ilmunya. Jadi yang ingin di capai oleh aksiologi adalah hakikat dan manfaat yang terdapat dalam suatu
pengetahuan. Aksiologi berasal dari kata yunani axion dan logos yang berarti teori tentang nilai.

Anda mungkin juga menyukai