Anda di halaman 1dari 19

 Benar salahmu berarti ?

(Benar/Salah)
 Benar benarmu berarti ? (Benar/salah)
 Salah benarmu berarti ? (Benar/salah)
 Salah salahmu berati ? (Benar/salah)

Gitu aja kok repot


bang…bang.., ayo
berfikir dong ..!
Cogitu ergo sum…..
“Aku berfikir maka
aku ada “
1. Manusia yang tahu bahwa dirinya tahu
2. Manusia yang tahu bahwa dirinya tidak tahu
3. Manusia yang tidak tahu bahwa dirinya tahu
4. Manusia yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu

Ayo…. Adik‐adik anda


masuk katagori yang
mana ?
 Manusia berfikir untuk  Alat yang digunakan
tahu. untuk mendapatkan
 Tahu adalah suatu pengetahuan adalah otak
“tindakan” mengakui dan prosesnya disebut
sesuatu terhadap sesuatu fikir/berfikir.
 Sedangkan pengetahuan
adalah hasil dari
tindakan tersebut.
Oooo begitu
to mas…? Wis
ngerti aku !
Ya.. ya …
 Pengetahuan itu adalah positif
 Sebagai contoh; dalam pengetahuan yg dipunyai orang
“daun itu tidak merah” hal menunjukan bahwa orang
tersebut tahu benar, bahwa daun itu hijau atau kuning
 Jika sekiranya ia tidak mempunyai pengetahuan yg
positif itu, tak mungkin ia tahu, bahwa daun itu tidak
merah.
 Memang harus diakui, menurut bentuknya mengkin
pengetahuan ada yg positif dan ada pula yg negatif
 Tetapi sekali lagi dasar pengetahuan adalah positif,
sebab jika ada sesuatu dihubungkan dengan sesuatu
maka kedua “sesuatu” tersebut haruslah positif!
1. Keyakinan
 Manusia yg mempunyai pengetahuan berarti manusia
tersebut “mengakui hubungan sesuatu dengan sesuatu”
 Ia mengeluarkan pendapat (melalui bahasa) atas beberapa
dasar, yg merupakan syarat supaya orang dapat berpikir itu.
Dasar itu boleh juga disebut aksioma berpikir
 Setiap pendapat selalu berdasarkan atas sikap mental
subyek yg tahu itu, bahwa demikianlah halnya, pendapat yg
lain tak mungkin. Dan inilah yg disebut KEYAKINAN
 Keyakinan merupakan sikap subyek, maka selalu bersifat
subyektif juga
 Bagaimanapun, jika ada keyakinan, ia mencerminkan sikap
yg tahu itu. Pengetahuannya, menurut subyek itu, adalah
sesuai dengan kesungguhan yg diketahuinya itu
2. Kepastian
 Jika orang mempunyai keyakinan maka ia
merasa pasti akan pengetahuannya, dan ia
mempunyai kepastian.
 Tetapi kepastian tidak semua sama pastinya!!
 Memang kita dapat memastikan bahwa
“keseluruhan itu lebih besar daripada
bagiannya”
 2 x 2 adalah 4; sebaliknya pastilah tidak sesuai
kalau kita katakan 2 x 2 adalah 5!
3. Kesungguhan
 Pengetahuan itu dasarnya adalah positif, ke‐positif‐an ini
ternyata juga pada keyakinan yg merupakan dasar
pemikiran
 Adapun keyakinan mengakibatkan kepastian, dengan
demikian maka munculah disini kesungguhan, yg disebut
juga realitas
 Kesungguhan itu adalah sesuatu yg konkrit yaitu hal‐hal
dengan segala sifat‐sifatnya yg tertentu pula, berupa dunia
yg dapat kita amati di luar kita.
 Meskipun demikian ada juga kesungguhan yg abstrak atau
dunia ideal yaitu kesungguhan yg hanya merupakan hasil
pemikiran, bukan lagi hal‐hal yg sesungguhnya (yg dapat
diamati).
1. Tiap‐tiap hal itu sama (identik) dengan dirinya
sendiri
 Hukum ini amat sederhana tetapi amtlah
penting, demikian sederhananya sehingga jika
diterapkan dan diucapkan seakan‐akan
berkelebihan.
 Misal “ A adalah A”, atau “ X ya X ”. Karena
sama dengan dirinya sendiri maka prinsip ini
disebut prinsip kesamaan atau dalam bahasa
latinnya principium indentitatis
2. Tiap‐tiap hal hanya sama dengan dirinya sendiri
 Prinsip ini sebetulnya hanya merupakan penegasan
dari prinsip pertama. Ditegaskan bahwa satu hal,
bagaimanapun nampaknya sama dengan hal yg lain,
tidak mungkin benar‐benar sama. Tidak identik!!
 Tiap‐tiap hal merupaka suatu individu
 Tidak ada dua batu yg sama, tak ada dua helai daun yg
sama. Tiap‐tiap “satu” merupakan individu, dan
prinsip ini disebut prinsip keindividuan (principium
individuationis)
3. Pengakuan dan pengikaran dalam suatu pendapat
tak mungkin keduanya benar
 Pendapat yg dikeluarkan secara positif disebut
pengakuan, dan diakui adanya hubungan sesuatu
terhadap sesuatu
 Kalau disamping pengakuan ini dimajukan
pengingkarannya dengan menambahkan kata “tidak”
atau “bukan”, maka hanya satu satu pendapat saja yg
benar, hanya satu pendapat saja yg sesuai dengan
kesungguhan.
 Pengingkaran sesuatu tak mungkin sama dengan
pengakuannya, prinsip ini disebut prinsip ingkar
(principiun contradictionis)
4. Pengakuan dan pengingkaran tak mungkin kedua‐
duanya tidak benar
 Pengakuan dan pengikaran itu pertentangan mutlak, kalau
hubungan sesuatu dengan sesuatu telah diakui dan
ternyata, bahwa itu sesuai dengan realitasnya dan jika
hubugan itu diingkari maka haruslah tidak benar, sebab
realitasnya hanya satu
 Jadi kalau hubungan itu dingkari dan ternyata bahwa itu
sesuai dengan realitasnya, jika tetap diakui maka
pengakukan ini dengan sendirinya secara mutlak tidak
benar
 Kemungkinan lain (ketiga) tidak ada, kompromi dalam hal
ini tak mungkin dan prinsip ini disebut prinsip
kemungkinan ketiga tidak ada (principium exclusi tertii)
 orang tahu, sebab diberi tahu atau karena merenungkan
sesuatu, dan hasil tahunya dicetuskan dengan putusan
 Putusan memang merupakan tujuan semua tindakan
manusia untuk tahu itu
 tindakan untuk mencapai putusan sering merupakan
rentetan tindakan, dari putusan satu orang beralih kepada
putusan baru malahan harus dikatakan berdasarkan suatu
putusan atau beberapa putusan dan mungkin orang
sampai kepada putusan baru, sehingga pikiran itu seakan
bergerak dari satu putusan ke putusan yg lain.
 Tindakan manusia dari satu putusan kepada putusan yg
lain itulah disebut jalan pikiran/penalaran
 Induksi; jalan pikiran dari putusan yg khusus kepada putusan yg
umum,
 Jalan pikiran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan‐
pernyataan yg mempunyai ruang lingkup yg khas dan terbatas
dalam menyusun argumentasi yg diakhiri dengan pernyataan yg
bersifat umum
 Misal: dari masing‐masing mahasiswa pada satu fakultas, diketahui
bahwa ia warga negara Indonesia. Maka dapat diadakan putusan
(umum): semua mahasiswa fakultas itu berwarganegara Indonesia
 Contoh lain: Kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata,
demikian jugadegan singa, dan binatang lainnya. Dari kenyataan
ini dapat ditarik kesimpulan bersifat umum bahwa semua binatang
mempunyai mata
 Dalam ilmu kerapkali dipergunakan jalan pikiran induksi untuk
mencapai hukum‐hukum dalam ilmu itu yg berlaku umum,
terutama dalam ilmu alam
 Deduksi; jalan pikiran/cara berpikir di mana dari pernyataan yg
bersifat umum ditarikkesimpulan yg bersifat khusus.
 Jalan pikiran ini biasanya menggunakan pola pikir yg dinamakan
silogismus, yaitu pernyataan yg disusun dari dua buah pernyataan
dan sebuah kesimpulan
 Pernyataan yg mendukung silogismus disebut premis yg kemudian
dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor
 Pengetahuan yg didapat dari penalaran deduktif adalah
kesimpulan, dengan demikian ketepatan penarikan kesimpulan
tergantung dari tiga hal yakni kebenaran premis mayor, kebenaran
premis minor dan keabsahan pengambilan kesimpulan.
 Apabila salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak
dipenuhi maka kesimpulan yg ditariknya akan salah.
 Matematika adalah pengetahuan yg disusun secara deduktif
 Contoh: Semua makhluk mempunyai mata (Pr. Mayor), Budi
adalah seorang makhluk (Pr. Minor), jadi Budi mempunyai mata
(kesimpulan).
 Benar Adalah : Sesuai
dengan takarannya.  Kebenaran Relatif /
Kebenaran Subyektif
 Kebenaran : Gambaran adalah Gambaran
mengenai keberadaan mengenai keberadaan “hal”
“hal” yang memenuhi yang memenuhi takaran
takaran “benar dan utuh” secara “benar dan utuh”
menurut ketentuannya.
Akhirnya  Kebenaran
sampai Absolut/Mutlak/
juga kita ! Kebenaran Obyektif adalah
Gambaran mengenai
keberadaan “hal” yang
memenuhi takaran secara
“benar dan utuh” menurut
ketentuan‐Nya.
Teori koherensi

 Suatu pernyataan dianggap benar bila  Matematika ialah bentuk pengetahuan yg


pernyataan itu bersifat koheren atau penyusunannya dilakukan pembuktian
konsisten dengan pernyataan- berdasarkan teori koheren
pernyataan sebelumnya yg dianggap  Sistem matematika disusun di atas
benar. beberapa dasar pernyataan yg dianggap
benar yg dsbt aksioma.
 Bila kita menganggap bahwa “semua
manusia pasti akan mati” adalah suatu  Dengan menggunakan beberapa aksioma
pernyataan yg benar, maka pernyataan maka disusun suatu teorema, diatas
teorema maka dikembangkan kaidah-kaidah
“si Polan adalah seorang manusia dan si matematika yg secara keseluruhan
Polan pasti akan mati” adalah benar merupakan suatu sistem yg konsisten
pula, sebab pernyataan kedua adalah
 Plato (427-347 SM) dan Ariestoteles (388-
konsisten dengan pernyataan yg 322 SM) tokoh-tokoh yg mengembangkan
pertama. teori koherensi
Teori Korespondensi

 Pernyataan diangap benar apabila


materi pengetahuan yg dikandung
pernyataan itu berkorespodensi
(berhubungan) dengan obyek yg dituju
oleh pernyataan tersebut
 Misal: “Ibu Kota RI adalah Jakarta” maka
pernyataan itu adalah benar sebab
pernyataan itu bersifat faktual artinya
memang Jakarta Ibu Kota RI. Jika ada yg
menyatakan selai n Jakarta maka hal
tersebut tidak benar
 Eksponen utama aliran ini adalah
Bertrand Russell (1872-1970)
Teori Pragmatisme
 Teori ini dicetuskan oleh Charles S.  Jika suatu teori “X” dalam
Peirce (1839-1914) pendidikan, dan teori tersbut
 Kriteria kebenaran dinyatakan jika dikembangkan teknik “Y” dalam
pernyataan tersebut bersifat meningkatkan kemampuan belajar,
fungsional dalam kehidupan praktis maka teori “X” tsb diangap benar
sebab ia fungsional dan mempunyai
 Artinya, suatu pernyataan adalah
kegunaan.
benar, jika pernyataan itu atau
konsekuensi dari pernyataan itu  Teori ini dipergunakan oleh para
mempunyai kegunaan praktis dalam ilmuan dalam menentukan kebenaran
kehidupan manusia ilmiah di dalam perspektif waktu
 Teori koherensi dan teori
korespondensi keduanya
dipergunakan dalam pola berpikir
ilmiah.
 Jalan pikiran/penalaran teoritis yg
berdasarkan logika deduktif jelas
menggunakan teori koherensi
 Sedangkan proses pembuktian
secara empiris dalam bentuk
pengumpulan data dan fakta-fakta yg
mendukung suatu pernyataan
tertentu mempergunakan teori
kebenaran pragmatis

Anda mungkin juga menyukai