Anda di halaman 1dari 8

JENIS PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN

Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dengan pengetahuan mengalami
perkembangan yang kuat. Pada awal sejarah Yunani, philosophia yang meliputi hampir
seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan pengetahuan di kemudian hari terlihat
adanya kecenderungan yang lain. Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk
mengorganisir suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam
kehidupan sehari - hari. Namun dilanjutkan secara cermat dan teliti dengan menggunakan
berbagai metode. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi,
eksperimen, dan klasifikasi. Pengetahuan merupakan milik manusia secara komprehensif.
Disamping itu juga merupakan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal - hal
yang dipelajari dalam ruang dan waktu melalui panca indera kita maupun akal kita. Dalam
kehidupan sehari - hari tentunya manusia memerlukan penghetahuan umtuk melaksanakan
sesuatu apapun bentuknya. Segala sesuatu pasti memerlukan sebuah pengetahuan untuk lebih
logis. Selain itu dalam mengembangkan kebudayaanpun manusia juga membutuhkan
pengetahuan.
Pengetahuan dihasilkan dari kegiatan berfikir sehingga dapat menghasilkan
pernyataan yang benar. Tujuan dari pengetahuan untuk mencapai kebenaran. Dimana
pengetahuan harus sesuai dengan obyek yang diketahui, sehingga dapat dikatakan sebuah
kebenaran. Sudah menjadi khas apabila sesuatu yang benar bagi seseorang belum tentu benar
bagi orang lain. Karena setiap individu memiliki perbedaan tersendiri dalam hal pengetahuan
yang dimiliki.

Pengertian Pengetahuan dan Kebenaran

Secara etismologi pengetahuan berasal dari bahasa inggris yaitu knowledge. Dalam
encyclopedia of pholosophy dijadikan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang
benar ( knowledge is justified true belief ). Sedangka secara terminologi telah dikemukakan
oleh beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah
apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tesebut adalah hasil dari kenal,
sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau pikiran dan
merupakam hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Dalam kamus filsafat dijelaskan
bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara
langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki
yang diketahui (objek) didalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu
menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesadaran aktif. Dijelaskan lebih lanjut
bahwa pengetahuan dalam arti luas merupakan semua kehadiran internasional objek dalam
subjek. Namun dalam arti sempit dan berbeda dengan imajinasi atau pemikiran belaka,
pengetahuan hanya merupakan pengalaman sadar. Karena sangat sulit melihat bagaimana
persisnya suatu pribadi dapat sadar akan suatu eksisten tanpa kehadiran eksisten itu didalam
dirinya. Orang pragmatis, terutama John Dewey tidak membedakan pengetahuan dengan
kebenaran (antara knowledge dengan truth). Jadi pengetahuan itu harus benar, kalau tidak
benar adalah kontradiksi.
Berfikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa
yang disebut benar bagi seseorang belum tentu benar bagi orang lain. Karena itu, kegiatan
berfikir adalah usaha untuk menghasilkan pengetahuan yang benar atau kriteria kebenaran.
Pada setiap jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat dan watak
pengetahuan itu berbeda. Pengetahuan tentang alam metafisika tentunya tidak sama dengan
pengetahuan tentang alam fisik. Alam fisik pun memiliki perbedaan ukuran kebenaran bagi
setiap jenis dan bidang pengetahuan. Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan
adalah untuk mencapai kebenaran. Kebenaran adalah keadaan yang cocok dengan keadaan

1
yang sesungguhnya. Kata kebenaran dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkrit
maupun abstrak. Jika subyek hendak menuturkan kebenaran artinya proposisi atau makna
yang dikandung dalam suatu pernyataan yang benar. Apabila subyek menyatakan kebenaran
artinya bahwa yang di uji itu pasti memiliki kualitas sifat atau karatekristik hubungan dan
nilai. Hal yang demikian itu karena kebenaran tidak dapat begitu saja terlepas dari kualitas
sifat hubungan dan nilai itu sendiri.
Sedangkan kebenaran pengetahuan dapat diartikan senagai persesuaian antara
pengetahuan dengan obyeknya. Yang terpenting untuk diketahui bahwa persesuaian yang
dimaksud merupakan kebenaran yang tetap tinggal didalam jiwa dalam kata lain adalah
keyakinan.
Menurut Endang Saifuddin Anshari dalam bukunya Ilmu Filsafat dan Agama
menulis bahwa agma dapat diibaratkan sebagai suatu gedung besar perpustakaan kebenaran.
Di dalam pembicaraan mengenai kepercayaaan dapat disimpulkan bahwa sumber kebenaran
adalah Tuhan. Manusia tidak dapat hidup dengan benar, hanya dengan kebenaran - kebenaran
pengetahuan ilmu filsafat tanpa kebenaran agama.

Jenis Pengetahuan
Beranjak dari pengetahuan adalah kebenara dan kebenaran adalah pengetahuan,
maka didalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan. Burhanuddin Salam,
mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu :
1. Pengetahuan biasayaitu pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan common sense
dan sering diartikan dengan good sense. Karena seseorang memiliki sesuatu dimana orang
itu menerima secara baik. Semua orang menyebutkan sesuatu itu biru dan benda itu juga
dingin karena memang dirasakan dingin dan sebagainya.
2. Pengetahuan ilmiah yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam pengertian yang
sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam. Ilmu dapat
merupakan suatu metode berpikir secara obyektif. Tujuannya untuk menggambarkan dan
memberi makna terhadap dunia faktual.
3. Pengetahuan filsafat yaitu pengetahuan yang diperoleh dari suatu pemikiran spekulatif.
Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang
sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit, filsafat membahas
hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang
reflektif dan kritis.
4. Pengetahuan Agama yaitu pengetahuan yang diperoleh dari Tuhan lewat Rasul-Nya.
Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
Pengetahuan ini mengandung hal - hal yang pokok yaitu ajaran tentang cara berhubungan
dengan Tuhan dan cara berhubungan dengan sesama manusia. Dan yang lebih penting dari
pengetahuan ini disamping informasi tentang Tuhan juga informasi tentang hari akhir.

Hakikat dan Sumber pengetahuan

℘ Hakikat Pengetahuan
Para penganut realisme mengakui bahwa seseorang bisa salah lihat pada benda - benda
atau dia melihat pengaruh oleh keadaan sekelilingnya. Menurut Prof. Dr. Rasjidi penganut
agama perlu sekali mempelajari realisme dengan alasan :
1. Dengan menjelaskan kesulitan - kesulitan yang terdapat dalam pikiran. Kesulitan tersebut
adalah pendapat yang mengatakan bahwa tiap - tiap kejadian dapat diketahui benar hanya
dari segi subyektif.
2. Dengan jalan memberi pertimbangan - pertimbangan yang positif. Menurut Rasjidi,
umumnya orang beranggapan bahwa tiap - tiap benda mempunyai satu sebab. Contohnya,
apa yang menyebabkan Budi sakit.

2
Para penganut idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang
benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Bagi idealisme, dunia dan bagian-
bagiannya harus dipandang sabagai hal-hal yang mempunyai hubungan seperti organ tubuh
dengan bagiannya. Premis pokok idealisme adalah jiwa mempunyai kedudukan utama dalam
alam semesta. Idealisme tidak mengingkari adanya materi. Namun, materi adalah suatu
gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat. Sebab, seseorang yang akan memikirkan materi
dalam hakikatnya yang terdalam, dia harus memikirkan ruh atau akal. Oleh karena itu,
pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran. Yang diberikan
pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengetahui
(subjek).
℘ Sumber Pengetahuan
Pengetahaun yang kita bahas memiliki sumber (source), diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empirikos, artinya pengalaman. Menurut aliran ini
manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan pada
kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman inderawi. Jadi dalam
empirisme, sumber utama untuk memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang
diperoleh dari panca indera.
b. Rasionalisme
Pengetahuan yang bersumber dari akal, suatu pengetahuan yang dihasilkan dari proses
belajar dan mengajar, diskusi ilmiah, pengkajian buku, pengajaran seorang guru, dan
sekolah. Pengetahuan ini tidak akan didapatkan dari suatu proses pengajaran dan
pembelajaran resmi, akan tetapi jenis pengetahaun ini akan terwujud dalam bentuk -
bentuk kehadiran dan penyikapan langsung terhadap hakikat - hakikat yang dicapai
melalui penapakan mistikal. Pengetahuan rasional merupakan sejenis pengetahuan
konsepsional dan menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bkerja sama
dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran.
c. Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi.
Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan
kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu usaha dan
intuisi merupakan suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan
pengetahuan yang nibsi. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar
untuk menyusun pengetahuan secara teratur, intuisi tidak dapat diandalkan. Kegiatan
intuisi dan analisis bisa bekerja saling membantu dalam menemukan kebenaran. Jadi
intuisi adalah sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika.
d. Wahyu
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat
perantara para nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa
bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya. Pengetahuan mereka
menjadi atas kehendak Tuhan semesta. Tuhan mensucikan jiwa mereka dan
diterangkannya pula jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu.
Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan, baik mengenal kehidupan seseorang yang
terjangkau oleh pengalaman, maupun yang mencakup masalah transedental, seperti latar
belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia, dan segenap isinya serta kehidupan di
akhirat nanti.

Tingkatan dan Kriteria Kebenaran

3
℘ Tingkatan Kebenaran
Dalam kehidupan manusia, kebenaran adalah fungsi rohaniah. Manusia di dalam
kepribadian dan kesdarannya tidak mungkin hidup tanpa kebenaran. Berdasarkan potensi
subyek, maka macam - macam tingkatan kebenaran sebagai berikut :
1. Tingkatan kebenaran indera adalah tingkatan yang paling sederhana dan pertama yang
dialami manusia.
2. Tingkatan ilmiah merupakan pengalaman-pengalaman yang didasarakan melalui indera,
diolah dengan rasio.
3. Tingkatan filosofi, rasio dan pikiran murni, serta renungan yang yang mendalam untuk
mengolah suatu kebenaran agar semakin tinggi nilainya.
4. Tingkatan religius merupakan kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan Yang
Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas iman dan kepercayaan
masing-masing.

Dari keempat tingkatan tersebut berbeda wujud, sifat, kualitasnya serta proses dan
cara terjadinya. Disamping itu, potensi subyek juga berkaitan dengan tingkatan kebenaran.
Karena potensi subyek yang dimaksud adalah aspek kepribadian yang menangkap kebenaran
itu. Misalnya pada tingkat kebenaran indera, potensi subyek yang menangkap adalah panca
indera.

℘ Kriteria Kebenaran
Kriteria kebenaran cenderung pada tiga pendekatan yaitu yang memuaskan keinginan
kita, yang dapat dibuktikan dengan eksperimen, yang membantu dalam perjuangan hidup
biologis. Oleh karena itu pada kriteria kebenaran memerlukan teori kebenaran, diantaranya :
1. Teori Koherensi
Teori ini dibangun oleh para pemikir rasional seperti Leibniz, Hegel, dan Bradley. Pada
teori ini suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan tersebut bersifat koheren
atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang sudah dianggap
benar.Secara singkat, paham ini mengatakan bahwa suatu proposisi cenderung benar
jika proposisi tersebut saling berhubungan dengan proposisi - proposisi lain yang benar
atau makna yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman
kita. Artinya suatu proposisi atau makna pernyataan dari suatu pengetahuan bernilai
benar apabila proposisi itu mempunyai hubungan dengan ide - ide dari proposisi yang
sebelumnya dianggap bernilai benar.
2. Teori Korespondensi
Pada teori ini, suatu pernyataan dianggap benar apabila materi pengetahuan yang
dikandungnya bersifat berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju.
Teori ini dipelopori oleh pemikir Bertrand Rusell (1872-1970) dan kebenaran
merupakan kesesuaian antara pernyataan mengenai fakta dengan fakta aktual atau antara
putusan dengan situasi seputar yang diberi interpretasi. Jadi dapat dikatakan bahwa
suatu pengetahuan mempunyai nilai benar apabila pengetahuan itu mempunyai
kesesuaian dengan kenyataan yang diketahuinya.
3. Teori Pragmatis
Teori ini dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dan kemudian dikembangkan
oleh para ahli filsafat yang berkebangsaan Amerika diantaranya William James (1842-
1910), John Dewey (1859-1952), George Hobart Mead (1863-1931), dan C.I. Lewis.
Bagi seorang pragmatis mengatkan bahwa kebenaran merupakan suatu pernyataan yang
diukur dengan kriteria dengan tujuan untuk mengetahui pernyataan tersebut bersifat
fungsional dalam kehidupan praktis atau tidak.Artinya, suatu pernyataan benar jika
pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Jadi menurut
teori ini bahwa suatu proposisi bernilai benar apabila proposisi itu mempunyai

4
konsekuensi - konsekuensi praktis seprti yang terdapat secara inhern dalam pernyataan
tersebut.

Teori Kebenaran
Dalam kebenaran terdapat beberapa teori, diantaranya sebagai berikut :
1. Teori Korespondensi
Berfikir benar korespondensi adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan
dengan sesuatu yang lain. Korespondensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan
atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan dan antara fakta
dengan kepercayaan yang diyakini bersifat spesifik. Menurut teori ini, kebenaran atau
keadaan benar apabila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan
atau pendapat dengan obyek yang dituju oleh prnyataan tersebut. Dengan demikian,
kebenaran epistimologis adlah kemanunggalan anatar subyek dan obyek. Pengetahuan
ini dikatakan benar apabila kemanunggalannya bersifat intrinsik, intensional, dan pasif-
aktif terhadap kesesuaian yang ada didalam pengetahuan subyek dengan yang ada
didalam obyek. Teori ini pada umumnya dianut oleh para pengikut realisme. Di antara
pelopor teori korespondensi ini adalah Plato, Aristoteles, Moore, Russel, Ramsey, dan
Tarski.Dalam dunia sains, teori ini sangat penting digunakan untuk mencapai suatu
kebenaran yang diterima oleh semua orang. Penelitian juga sangat penting dalam teori
ini, karena untuk mengecek kebenaran suatu teori perlu penelitian ulang. Jadi suatu
pernyataan tidak hanya diyakini sedemikian rupa, tetapi diragukan untuk diteliti.
2. Teori Koherensi
Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan dengan
sesuatu yang lain, yaitu fakta atau realitas tetapi atas hubungan antara putusan-putusan
itu sendiri. Selain itu kebenaran juga dapat dikatakan hubungan antara putusan yang
baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui kebenarannya
terlebih dahulu. Teori ini berkembang pada abad ke-19 dibawah pengaruh Hegel dan
diikuti oleh pengikut mazhab idealisme. Seperti filsuf Britania F.M Bradley (1864-
1924). Kaum idealisme berpendapat bahwa kebenaran itu tergantung pada orang yang
menentukan sendiri kebenaran pengetahuannya tanpa memandang keadaan nyata
peristiwa-peristiwa. Manusia adalah ukuran segalanya dengan cara demikianlah
interpretasi tentang kebenaran telah dirumuskan kaum idealisme.

3. Teori Pragmatik
Pragmatik berasal dari bahasa Yunani pragma, artinya yang dikerjakan. Menurut filsafat
ini benar tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung kepada asas
manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat dan akan dikatakan salah
jika mendatangkan manfaat. Istilah pragmatik ini sendiri diangkat pada tahun 1865 oleh
Charles S. Peirce (1839-1914). Dalam teori pragmatik, suatu kebenaran dan suatu
pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam
kehidupan manusia. Kebenaran terbukti oleh kegunaannya, oleh hasilnya, dan oleh
akibat-akibat praktisnya. Jadi, kebenaran ialah apa saja yang berlaku. Dalam ilmu sains,
suatu ilmu bermanfaat apa tidak bagi kehidupan sehari-hari manusia. Ilmu botani benar
bagi para petani karena mendatangkan manfaat, tetapi belum tentu bagi pedagang
karena dia tidak perlu ilmu botani, yang diperlukan adalah matematika.
4. Teori performatika, ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalm tampilan
aktual dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis, yang teoritik,
maupun yang filosofik. Orang yang mengetengahkan kebenaran tampilan aktual yang
disebut dengan kebenaran performatif. Tokoh penganut teori ini antara lain Strawson

5
(1950) dan Geach (1960) sesuatu dianggap benar apabila dapat diaktualkan dalam
tindakan.
5. Teori Proposisi
Sesuatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar dalam logika.
Aristoteles mengatakan bahwa proposisi benar adalah bila sesuai dengan persyaratan
formal suatu proposisi. Dimana proposisi dapat diartikan suatu pernyataan yang berisi
banyak konsep kompleks. Selain Aristoteles, seorang ahli bernama Descartes
merumuskan bahwa pedoman penyelidikan supaya orang jangan tersesat dalam
usahanya untuk mencapai kebenaran sebagai berikut :
a. Jangan menerima kebenaran itu begitu saja tanpa ada bukti yang kuat.
b. Rincilah setiap kesulitan sesempurna mungkin dan carilah jawaban
secukupnya.
c. Mengatur pikiran dan pengetahuan sedemikian rupa, di mulai dari yang paling
rendah dan sederhana, meningkat dari sedikit, setapak demi setapak untuk
mencapai pengetahuan yang lebih sukar dan lebih ruwet.
d. Membuat pengumpulan fakta sebanyak - banyaknya dan selengkap -
lengkapnya dan seumum - umumnya hingga menyeluruh.

Mengklasifikasikan Hierarki Ilmu

Para filosof muslim membedakan ilmu kepada ilmu yang berguna dan yang tak
berguna. Kategori ilmu yang berguna mereka memasukkan ilmu-ilmu duniawi, seperti
kedokteran, fisika, kimia, geografi, logika, etika, bersama disiplin-disiplin yang khusus
mengenai ilmu keagamaan. Klasifikasi ini memberikan makna implisit menolak adanya
sekularisme, karean wawasan yang kudus tidak menghalang-halangi orang untuk menekuni
ilmu-ilmu pengetahuan duniawi secara secara teoritis dan praktis. Secara umum ada tiga
basis yang sangat mendasar dalam menyusun hierarkis ilmu-ilmu metodologis, ontologis, dan
etis. Hampir ketiga kriteria ini dipakai dan diterima oleh para ilmuwan muslim sesudahnya
membuat klasifikasi ilmu-ilmu.
Pengetahuan menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsamin Rahimahullahu
Ta’ala dalam kitabnya Syahru Ushul Ats Tsalatsah, memiliki enam tingkatan :
1. Al-Ilmu, yaitu pengetahuan secara pasti terhadap sesuatu sesuai dengan hakikatnya.
2. Al-Jahlul Basith, yaitu tidak diketahuinya sesuatu secara keseluruhan.
3. Al-Jahlul Murakkab, yaitu mengetahui sesuau yang tidak sesuai dengan yang
sebenarnya. Disebut murakkab karena pada orang tersebut ada 2 kebodohan sekaligus,
yaitu bodoh karena dia tidak mengatahui yang sebenarnya dan bodoh karena
beranggapan bahwa dirinya tahu padahal sebenarnya tidak tahu.
4. Al-Waham, yaitu pengetahuan terhadap sesuatu dengan (adanya) kemungkinan
berlawanan yang lebih kuat.
5. Asy-Syak, yaitu pengetahuan terhadap sesuatu dengan adanya kemungkinan (lain) yang
sama kuatnya.
6. Adz-Dzan, yaitu pengetahuan terhadap sesuatu dengan (adanya) kemungkinan
berlawanan dengan yang lebih lemah.
Dalam pemikiran jenis-jenis ilmu dalam islam, pemikiran filsafi yang sangat berbeda
dengan Barat. Bentuk-bentuk pemikiran seperti empirisme, rasionalisme, ilmunasionisme
telah banyak disinggung oleh para pemikir Islam sejak awal dengan basis landasan wawasan
bahwa sumber pengetahuan adalah Yang Kudus. Namun penyebab perbedaan diantara hal ini
adanya concern dan penekanan metodologis, ontologis, dan etis yang memiliki kapasitas yang
berbeda dan bersifat relatif. Karena semua bentuk pengetahuan yang bersifat empiris,
rasionalis, dan iluminasionis bersumber dari manusia yang bersifat relatif.

6
Upaya klasifikasi ataupun pembidangan ilmu-ilmu adalah ciri-ciri dari karateristik
ilmu yang sulit dihindari. Suatu ilmu akan berhenti disuatu tempat, tetapi akan berkembang di
tempat lain. Dinamika ini terus berjalan seiring perkembangan ilmu itu sendiri yang terus
mengarah pada tataran praktis berupa kemajuan sains dan teknologi. Begitupun ilmu-ilmu
yang berkembang di dunia Islam. Dan perihal yang perlu diketahui bahwa yang membedakan
antara upaya pengembangan pembidangan atau klasifikasi jenis dan bentuk ilmu di Barat dan
didunia Islam adalah Islam mengenal visi hierarki kelimuan.
Masing-masing klasifikasi yang disodorkan oleh sarjana dan ilmuwan muslim yang
telah ada memiliki corak dan penekanan yang berbeda. Maka apapun format klasifikasi -
kasifikasi itu adalah sah-sah saja selama tidak menafikan adanya etika-etika ilmiah religius.

Kesimpulan

Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses


kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam
peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) didalam dirinya
sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya
sendiri dalam kesadaran aktif. Dijelaskan lebih lanjut bahwa pengetahuan dalam arti luas
merupakan semua kehadiran internasional objek dalam subjek. Namun dalam arti sempit dan
berbeda dengan imajinasi atau pemikiran belaka, pengetahuan hanya merupakan pengalaman
sadar.
Kebenaran adalah keadaan yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya. Kata
kebenaran dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkrit maupun abstrak. Jika
subyek hendak menuturkan kebenaran artinya proposisi atau makna yang dikandung dalam
suatu pernyataan yang benar. Apabila subyek menyatakan kebenaran artinya bahwa yang di
uji itu pasti memiliki kualitas sifat atau karatekristik hubungan dan nilai. Hal yang demikian
itu karena kebenaran tidak dapat begitu saja terlepas dari kualitas sifat hubungan dan nilai itu
sendiri.
Didalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai jenis pengetahuan.
Burhanuddin Salam, mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat,
yaitu : pengetahuan biasa, pengetahuan ilmiah, pengetahuan filsafat dan pengetahuan Agama.
Hakikat Pengetahuan, para penganut realisme mengakui bahwa seseorang bisa salah
lihat pada benda - benda atau dia melihat pengaruh oleh keadaan sekelilingnya. Menurut Prof.
Dr. Rasjidi penganut agama perlu sekali mempelajari realisme dengan alasan menjelaskan
kesulitan - kesulitan yang terdapat dalam pikiran dan dengan jalan memberi pertimbangan -
pertimbangan yang positif. Sumber Pengetahuan ada empat, yaitu empirisme, rasionalisme,
wahyu, intuisi.
Tingkatan Kebenaran meliputi tingkatan kebenaran indera, tingkatan ilmiah,
tingkatan filosofi, tingkatan religius. Kriteria kebenaran memerlukan teori kebenaran,
diantaranya : teori koherensi, teori korespondensi, teori pragmatis. Dalam kebenaran terdapat
beberapa teori kebenaran, diantaranya teorikorespondensi, teori koherensi, teori pragmatik,
teori performatika, teori proposisi
Upaya klasifikasi ataupun pembidangan ilmu-ilmu adalah ciri-ciri dari karateristik
ilmu yang sulit dihindari. Suatu ilmu akan berhenti disuatu tempat, tetapi akan berkembang di
tempat lain. Dinamika ini terus berjalan seiring perkembangan ilmu itu sendiri yang terus
mengarah pada tataran praktis berupa kemajuan sains dan teknologi. Begitupun ilmu-ilmu
yang berkembang di dunia Islam. Dan perihal yang perlu diketahui bahwa yang membedakan
antara upaya pengembangan pembidangan atau klasifikasi jenis dan bentuk ilmu di Barat dan
didunia Islam adalah Islam mengenal visi hierarki kelimuan.

7
Masing-masing klasifikasi yang disodorkan oleh sarjana dan ilmuwan muslim yang
telah ada memiliki corak dan penekanan yang berbeda. Maka apapun format klasifikasi -
kasifikasi itu adalah sah-sah saja selama tidak menafikan adanya etika-etika ilmiah religius.

DAFTAR PUSTAKA

Arrasyid, Fauzan. 2011. “Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran” (online),


http://my.opera.com/mid-as/blog/2011/01/26/pengetahuan-dan-ukuran- kebenaran,
diakses 30 Maret 2013
Bakhtiar , Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Sihabuk, Bubun. 2010. “Kriterian Kebenaran” (online),
http://alsyihab.blogspot.com/2010/07/blog-post.html, diakses 30 Maret 2013
Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: bumi aksara.
Syam, M. Noor. FilsafatPendidikandanDasarFilsafatPendidikanPancasila. Surabaya: Usaha
Nasional Surabaya.

_________
Devi Nurmala Yuda
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen Afid Burhanuddin,
M.Pd.)

Anda mungkin juga menyukai