Anda di halaman 1dari 19

LOGIKA DALAM FILSAFAT

ILMU
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo
Guru Besar Emeritus
Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI.
MANUSIA ADALAH MAKHLUK
BERPIKIR
 Manusia berfikir adalah sebuah potensi, bukan aktualitas
 Manusia sebagai makhluk rational, bukan sebuah fakta
melainkan kebisa jadian
 Manusia benar-benar rational apabila menggunakan
pikirannya sebagaimana mestinya.
 Sebagaimana mestinya disini, bila manusia berpikir
sesuai dengan kaidah-kaidah logika (logis)
LOGIKA
(FILSAFAT BERPIKIR)
 Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari
bagaimana berpikir sesuai dengan kaidah-kaidah
tertentu (logis).
 Berpikir adalah kegiatan mental yang meliputi
imajinasi, ingatan, kehendak, dan sebagainya.
 Berargumentasi adalah bentuk khusus kegiatan berpikir
yang melibatkan penyimpulan saat konklusi ditarik dari
premis yang benar.
 Secara alamiah manusia dibekali oleh Tuhan untuk
berargumentasi.
MACAM-MACAM LOGIKA
 Logika tradisional vs. logika modern
 Tradisaional:
bahasa sebagai medium
 Modern: menggunakan simbol sebagai medium

 Logika kodratiah vs. logika ilmiah


 Kodratiah : kemampuan berlogika orang awam
 Ilmiah: kemampuan khusus yang dipelajari

 Logika Ilmiah (induktif vs. logika deduktif)


 Induktif: khusus---------umum
 Deduktif: dari umum----khusus
PENALARAN
 Penalaran adalah suatu proses berpikir didasarkan dua
hal utama, yakni: logis dan analistis.
 Berpikir logis adalah kegiatan berpikir menurut suatu
pola teretentu atau logika tertentu.
 Analistis: adalah kegiatan berpikir yang mendasarkan
diri pada pengambila putusan tentang fenomena
tertertentu berdasarkan adanya sebab da akibat , atau
kaitan antara suatu hal dengan hal yang lain.
DASAR BERPIKIR

. Keyakinan:
 Setiappendapat itu didasarkan pada sikap mental subyek,
bahwa demikianlah halnya (keyakinan)
 Kepastian:
 Apabila seseorang yakin terhadap suatu hal itu benar maka
berarti orang tersebut telah memastikan hal tersebut memang
benar
 Kesungguhan:
 Kepastianberakibat kesungguhan, bahwa demikianlah
sesungguhnya
WILAYAH KESUNGGUHAN
 Kesungguhan konkrit:
 Yaituhal-hal dengan segala sifat-sifatnya yang tertentu.
 Adalah dunia yang yang dapat kita amati diluar kita (dunia
pengamatan)
 Kesungguhan abstrak (idiil):
 Yaitu kesungguhan yang mungkin hanya merupakan hasil
pemikiran, dan bukan hala-hal yang sesungguhnya, dan
hanya merupakan suatu sifat. Misalnya kesungguhan dalam
ilmu pasti.
 Kesungguhan ini tidak konkrit, tetapi dapat dipikirkan secara
terpisah dati kesungguhan konkrit.
HUKUM KESUNGGUHAN
1. Tiap-tiap hal itu sama (identik) dengan dirinya sendiri
(principium identitatis):
- Bahwa setiap hal itu hanya sama dengan dirinya sendiri, tak
mungkin sama dengan yang lain
2. Tiap-tiap hal hanya sama dengan dirinya sendiri
(principium individuatonis).
- Penegasan prinsip 1, bahwa tidak ada diluar dirinya yang
sama dengan dirinya
3. Pengakuan dan pengingkaran adalah suatu pendapat
tidak mungkin keduanya benar (principium
contracditionis):
- Pengingkaran terhadap sesuatu tidak mungkin sama
dengan pengakuan terhadap sesuatu tersebut.
HUKUM KESUNGGUHAN
4. Pengakuan dan pengingkaran tidak mungkin keduanya
tak benar (principium exclusi tertii):
- Realitas itu hanya satu , jadi apabila sesuatu hal itu
tidak benar, ya benar. Tidak mungkin ada kemungkinan
yang lain.
5. Setiap kejadian itu mempunyai alasan yang cukup
(principium rationis sufficientis):
- Setiap kejadian apapun pasti ada sebabnya
- Ada kejadian pasti ada sebab, sebaliknya setiap sebab pasti
ada akibatnya
- Tidak mungkin ada kejadian tanpa akibat, atau sebaliknya.
CONTOH: SI ANU LAKI2 UMUR 45 TINGGAL DI JL.
PINUS X RT03/RW01 KEL.Y, KOTA Z KORUPTOR.
 Principium idenititatis (hanya identitik dengan dirinya
sendiri= hanya si Anu tsb, bukan si Anu yang lain
 Principium individualis (hanya sama dengan dirinya:
hanya Si Anu yang punya sifat-sifat tertentu tsb.
 Principium kontraditionis (banar tidak mungkin salah:
Tidak mungkin si Anu yang lain
 Principium exclusi tertii (relitas itu hanya satu si Anu
tsb)
 Principium sufficient (sgala sesuatu terjadi ada
alasannya: si Anu korupsi pasti ada alasannya
LOGIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
. Buah berpikir adalah pengetahuan (ilmu pengetahuan)
 Dalam berpikir (proses penalaran) menggunakan logika

 Dalam proses bernalar (logika) diawali dengan adanya


pangkal pikir (premise), sedangkan pernyataan baru
sebagai hasil penarikan kesimpulan disebut konklusi.
PREMISE MAYOR DAN PREMISE MINOR
 Premise mayor adalah pangkal pikir atau pernyataan
yang mempunyai wilayah relatif luas, misalanya:
 Indonesia
terdiri 1300 pulau
 Semua makluk hidup bernapas, dsb

 Primise minor adalah pangkal pikir atau pernyataan yang


mempunyai wilayah yang relatif lebih sempit ketimbang
premise mayor, misal:
 Pulau
jawa terletak diwilayah Indopnesia
 Tumbuh-tumbuhan adalah makhluk hidup, dsb.
LOGIKA INDUKTIF
 Logika induktif adalah suatu cara penarikan simpulan
pada proses berfikir dengan menyimpulkan sesuatu yang
bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat khusus
(individual), misalnya:
 Manusia makluk hidup, bernafas (premis minor)
 Binatang makhluk hidup, bernafas (premis premis minor)
 Tumbuh-tumbuhan makluk hidup, bernafas (premis minor)

Konklusi: semua makhluk hidup bernafas


LOGIKA DEDUKTIF
 Adalah suatu cara penarikan simpulan pada proses
berpikir dari pernyataan yang bersifat umum ke
simpulan yang bersifat khusus.
 Penarikan simpulan secara deduktif biasanya
menggunakan pola pikir silogisme.
 Contoh:
 Semua benda bila dipanaskan akan memuai (premise mayor)
 Air adalah benda (premis minor)
 Maka air bila dipanasi akan memuai (konklusi)
TEORI PENGETAHUAN DAN
KEBENARAN
 Eksistensi manusia sangat dibatasi oleh ruang dan waktu.
 Seseorang karena keterbatasannya tersebut tidak dapat
hadir lebih dari satu tempat dan dan dalam waktu yang
sama.
 Namun melalui dan dengan cara-cara teretntu manusia
dapat melampaui ruang dan waktu sehingga apa yang
terjadi di tempat yang berbeda dan dalam waktu yang
sama manusia dapat mengetahui bahkan mengikuti
peristiwa diluar dirinya tersebut.
PENGETAHUAN/KEBENARAN APRIORI
DAN APOSTERIORI
 A PRIORI adalah pengetahuan yang diperoleh tanpa
melalui proses pengalaman, baik pengalaman yang
bersumber pada panca indera maupun pengalaman.
 A POSTERIORI adalah pengetahuan yang diperoleh
melalui pengalaman atau informasi dari orang lain.
KEBENARAN ILMU PENGETAHUAN
 Teori korespondensi:
 Kebenaran merupakan kesesuaian antara fakta dan situasi nyata
 Kebenaran merupakan persesuaian antara pernyataan dalam pikiran
dengan kondisi nya atau kenyataannya
 Teori koherensi:
 Kebenaran bukan kesesuaian antara pikiran dengan kenyataan, tetapi
kesesuaian secara harmonis antara pendapat/pikiran kita dengan
pendapat/pikiran yang dimiliki orang lain
 Teori pragmatisme:
 Kebenaran itu tidak mutlak dan tak abadi, melaikan kebenaran itu itu
bersifat individual, melainkan merupakan hasil sosial.
 Bahwa kebenaran itu individual yang dikontrol atau dikoreksi oleh
atau dibawah pengaruh sosial.
 Kebenaran adalah segala sesuatu yang berguna dan bermanfaat secara
sosaial.
JENIS—JENIS PENGETAHUAN
1. Pengetahuan Wahyu (revealed knowledge)
- Pengetahuan dan kebanaran yang berasal dari Tuhan
- Wahyu adalah firman Tuhan dan kebenarannya, yang
bersifat mutlak dan abadi.
- Wahyu merupakan pengetahuan eksternal, berasal dari luar
manusia.
2. Pengetahuan intuitif (intuitive knowledge):
-Pengetahuan yang berasal dari dalam diri manusia itu
sendiri, ketika melakukan penghayatan terhadap sesuatau.
-Pengetahuan intuitif disusun dan diterima dengan kekuatan
visi imajinatif dalam pengalaman pribadi seseorang.
- Pengetahuan tidak diperoleh melalui penalaran ratio, tetapi
berasal dari olah rasa dan imajinasi seeorang
JENIS-JENIS PENGETAHUAN
3.Pengetahuan rational (rational knowledge):
-Pengetahuan diperoleh dari pengolahan akal budi atau ratio
- Mengutamakan ratio dalam memperoleh pengetahuan.
- Akal manusia mempunyai kekuatan untuk mengethui kebenaran alam semesta
termasuk manusia itu sendiri.
4. Pengetahuan empiri (Empirical knowledge):
-Pengetahuan diperoleh melalui bukti empiri melalui penginderaan (mendengar,
melihat, merasa, dsb).Pengalaman merupakan faktor utma dalam pengetahuan
dan menjadi sumber pengetahuan manusia.
- Pengalaman bukan bertentangan dengan akal, melainkan sebagi penguat akal
manusia
5. Pengetahuan otoritas (authoritative knowledge):
-Menerima kebenaran pengetahuan bukan karena hasil dari upaya sendiri,
melainkan telah dijamin oleh pemegang otoritas (yang memiliki kewenangan
dan kewibawaan).
-Menerima pendapat atau anjuran orang lain bukan karena akal sehat kita, tetapi
karen orang lain yang lebih berwewenang, lebih memliki kepandaian lebih, dsb

Anda mungkin juga menyukai