Anda di halaman 1dari 27

PENGEMBANGAN WAHANA/FORU

(POSYANDU, POLINDES, KP-KIA, DASA WISMA, TABULIN/DASOLIN-, DONOR DARAH BERJALAN, AMBULAN DESA, GERAKAN SAY
ROSNI LUBIS, SST,MKeb

1
Pengembangan wahana / forum psm

HAND OUT

MATA KULIAH : KEBIDANAN KOMUNITAS (ASUHAN KEBIDANAN V)

TOPIK : PENGEMBANGAN WAHANA/FORUM PSM

SUB TOPIK :

- POSYANDU
- POLINDES
- KP-KIA
- DASA WISMA
- TABULIN/DASOLIN
- DONOR DARAH BERJALAN
- AMBULAN DESA
- GERAKAN SAYANG IBU

WAKTU : 120 MENIT

DOSEN : ROSNI LUBIS, SST,MKeb

POSYANDU

Pengertian

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat(UKBM) yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi

UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat,
dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas puskesmas, lintas
sector dan lembaga terkait lainnya.

Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non instruktif guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah yang

Rosni Lubis, SST, MKeb 2


Pengembangan wahana / forum psm

dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan
potensi setempat

Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan yang mempercepat penurunan angka
kematian ibid an bayi yang sekurang-kurangnya mencakup 5 kegiatan yakni KIA, KB, Imunisasi, Gizi
dan penanggulangan diare.

 Tujuan umum

Menunjang percepatan penurunan AKI dan AKB di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat

 Tujuan khusus
a. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama yang
berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB
b. Meningkatnya peran lintas sector dalam penyelenggaraan posyandu, terutama berkaitan dengan
penurunan AKI dan AKB
c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan
penurunan AKI dan AKB

 Sasaran

Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya :

1. Bayi
2. Anak balita
3. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui
4. Pasangan Usia Subur (PUS)

 Fungsi
1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan ketrampilan dari petugas
kepada masyarakat dan antar sesame masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI
dan AKB
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar terutama berkaitan dengan
penurunan AKI dan AKB

 Manfaat
1. Bagi masyarakat
a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar,
terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB
b. Memperoleh bantuan secara professional dalam pemecahan masalah kesehatan terutama
terkait kesehatan ibu dan anak
c. Efisisensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sector lain terkait.

2. Bagi kader, pengurus posyandu dan masyarakat


a. Mendapatkan informs terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan
AKI dan AKB

Rosni Lubis, SST, MKeb 3


Pengembangan wahana / forum psm

b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dlam membantu masyarakat menyelesikan masalah


kesehatan terkait dengan penurunan AKI dan AKB

3. Bagi puskesmas
a. Optimalisasi fungsi puskesmas sebagi pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai
kondisi setempat
c. Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian pelayanan secara
terpadu

4. Bagi sektor lain


a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah sector terkait,
utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi setempat
b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan
tupoksi masing-masing sector.

 Lokasi
- Di desa/kelurahan/nagari. Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat
- Ditentukan oleh masyarakat sendiri
- Dapat merupakan local tersendiri
- Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat, pos RT/RW atau pos
lainnya

 Persyaratan
1. Penduduk RW tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita
2. Terdiri dari 10 keluarga
3. Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa)
4. Jarak antara kelompok rumah, jumlaj KK dalam satu tempat atau kelompok tidak terlalu jauh

 Alasan pendirian
1. Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam upaya pencegahan
penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan KB
2. Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat, sehingga menimbulkan
rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan dan KB

 Kedudukan
1. Terhadap Pemerintah Desa/Kelurahan
Pemerintahan desa/kelurahan dalah instansi pemerintah yang bertanggun jawab
menyelenggarakan pembangna di desa/kelurahan/ kedudukan posyandu terhadap
pemerintahan desa/kelurahan dalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan yang secara kelembagaan dibina oleh pemerintah desa/kelurahan
2. Terhadap Pokja Posyandu

Rosni Lubis, SST, MKeb 4


Pengembangan wahana / forum psm

Pokja posyandu adalah kelompok kerja yang dibentuk di desa/kelurahan, yang anggotanya
terdiri dari aparat pemerintahan desa/kelurahan damn tokoh masyarakat yang bertanggung
jawab membina posyandu. Kedudukan posyandu terhadap pokja adalah sebagai satuan
organisasi yang mendapat binaa aspek administrative, keuangan dan program dari pokja.
3. Terhadap berbagai UKBM
Kedudukan posyandu terhadap UKBM dan pelbagai lembaga kemasyarakatan /LSM dan
kelurahan yang bergerak di bidang kesehatan adalah sebagai mitra.
4. Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan
Konsil Kesehatan Kecamatan adalah wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat di kecamatan yang berfungsi menaungi dan
mengkoordinir setiap UKBM. Kedudukan posyandu terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan
adalah sebagai satuan organisasi yang mendapat arahan dan dukungan sumber daya dari
Konsil Kesehatan Kecamatan.
5. Terhadap Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung
jawab melaksanakan pembangunan kesehatan di kecamatan. Kedudukan posyandu terhadap
puskesmas adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara
teknis medis dibina oleh Puskesmas

 Pengorganisasian
Struktur organisasi
Ditetapkan oleh musyawarah mufakat pada saat pembentukan posyandu. Struktur organisasi
tersebut bersifat fleksibel, sehingga dpat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kondisi,
permasalahan dan kemampuan sumber daya. Struktur organisasi minimal terdiri dari ketua,
sekretaris dan bendahara dan kader merangkap sebgai anggota. Kemudian dari beberapa posyandu
yang ada di suatu wilayah (kelurahan/desa atau dengan sebutan lain) selayaknya dikelola oleh
suatu unit/kelompok pengelola posyandu yang keanggotaannya dipilih dari kalangan masyarakat
setempat. Unit pengelola posyandu tersebut dipimpin oleh seorang ketua, yang dipilih dari para
anggotanya. Bentuk organisasi unit pengelola posyandu, tugas dan tanggung jawab masing-masing
unsure pengelola posyandu disepakati dalam unit/kelompok pengelola posyandu bersama
masyarakat setempat.

Contoh alternatif Bagan Kepengurusan Pengorganisasian posyandu di desa/kelurahan atau sebutan


lainnya sbb:

KepalaDesa/
Kelurahan

Unit/Kelompok (Nama Lain)


Pengelola Posyandu

Posyandu A Posyandu B Posyandu C


Rosni Lubis, SST, MKeb 5
Pengembangan wahana / forum psm

Pengelola posyandu
Sekurang-kurangnya terdiri dari seorang ketua, sekretaris dan bendahara

 Penyelenggaraan
1. Pelaksana kegiatan
Adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat di bawah
bimbingan Puskesmas

2. Pengelola posyandu
Adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat
formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut.

 Kegiatan utama
1. KIA
a. Ibu hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup :
1) Penimbangan BB dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh kader kesehatan. Jika
ada petugas puskesmas ditambah dengan pengukuran tekanan darah dan pemberian
imunisasi TT. Bila tersedia ruang pemeriksaan, ditambah dengan pemeriksaan TFU.
Apabila ditemulan kelainan segera rujuk ke Puskesmas
2) Kegiatan Kelompok ibu hamil
a) Penyuluhan : tanda bahaya pada bumil, persiapan persalinan, pesiapan menyusui, KB
dan Gizi.
b) Perawatan payudara dan pemberian ASI
c) Peragaan pola makan ibu hamil
d) Peragaan perawatan BBL
e) Senam ibu hamil
b. Ibu nifas dan menyusui
1) Penyuluhan kesehatan KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawaan kebersihan jalan lahir(vagina)
2) Pemberian vit A dan tablet besi
3) Perawatan payudara
4) Senam ibu nifas
5) Jika ada tenaga puskesmas dan tersedida ruangan dilakukan pemeriksaan kesehatan
umum, pemeriksaan payduaar, TFU dan lochia. Apabila ditemukan kelainan, segera
dirujuk ke puskesmas.
c. Bayi dan anak balita
a) Penimbangan BB
b) Penentuan status pertumbuhan

Rosni Lubis, SST, MKeb 6


Pengembangan wahana / forum psm

c) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan
deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera rujuk ke puskesmas

2. KB
Pelayanan KB di posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah pemberian kondom
dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenkes puskesmas dilakukan suntikan KB, dan konseling
KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang dilakukan pemasangan IUD

3. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas puskesmas. Jenis
imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program, baik terhadap bayi dan balita maupun
terhadap ibu hamil.

4. Gizi
Pelayanan gizi di posyandu dilakukan oleh kader. Sasarannya dalah bayi, balita, ibu hamil dan
WUS. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan BB, deteksi dini gangguan
pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian vitamin A.

5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare


Penyuluhan PHBS (Perilaku Hidup Bersih sehat), pemberian larutan gula garam yang dapa
tdibuat sendiri oleh masyarakat atau pemberian Oralit yang disediakan.

 System 5 meja
1. Meja I
a. Pendaftaran
b. Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan PUS
2. Meja II
a. Penimbangan balita dan ibu hamil
3. Meja III
a. Pengisian KMS
4. Meja IV
a. Diketahui berat badan ana yang naik/tidak, ibu hamil dengan risiko tinggi, PUS yang belum
masuk KB
b. Penyuluhan kesehatan
c. Pelayanan oralit, vitamin A, tablet besi, pil ulangan, kondom
5. Meja V
a. Pemberian imunisasi
b. Pemeriksaan kehamilan
c. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
d. Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan

Untuk meja I-IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja V dilaksanakan oleh petugas
kesehata, diantaranya : dokter, bidan, perawat, juru imunisasi dan sebagainya.

Rosni Lubis, SST, MKeb 7


Pengembangan wahana / forum psm

 Prinsip dasar
1. Posyandu merupakan upaya masyarakat dimana terdapat perpaduan antara pelayanan
professional dan non professional
2. Adanya kerjasama lintas program yang baik (KIA,KB,Gizi, Imunisasi dan penanggulangan
diare) maupun lintas sektor (Depkes, Depdagri, BKKBN)
3. Kelembagaan masyarakat (pos desa, pos timbangan, pos imunisasi, dan lainnya)
4. Mempunyai sasaran penduduk yang sama
5. Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan PKMD/PHC

 Pelaksanaan

Melibatkan petugas puskesmas, petugas BKKBN, dan PSM secara aktif sebagai penyelenggara
pelayanan non professional secara terpadu dalam rangka alih teknologi dan swakelola masyarakat.

 Langkah-langkah
1. Persiapan sosial
a. persiapan masyarakat sebagai pengelola dan pelaksana posyandu
b. persiapan masyarakat umum sebagai pemakai jasa posyandu

2. Perumusan masalah
a. Survei Mawas Diri
b. Penyajian hasil survei (loka karya mini)

3. Perencanaan pemecahan masalah


a. Kaderisasi sebagai pelaksana Posyandu
b. Pembentukan pengurus sebagai pengelola Posyandu
c. Menyusun rencana kegiatan Posyandu

4. Pelaksana kegiatan
a. Kegiatan di Posyandu satu kali sebulan atau lebih
b. Pengumpulan dana sehat
c. Pencatatan dan laporan kegiatan posyandu

5. Evaluasi
a. Evaluasi hasil kegiatan yang sedang berjalan
b. Evaluasi hasil kegiatan sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan

 Macam-macam tingkatan posyandu


- Posyandu pratama (warna merah) : posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa
rutin setiap bulan dan akder aktifnya terbatas. Keadaan ini dinilai”gawat” sehingga intervnsinya
adalah pelatihan kader ulang

Rosni Lubis, SST, MKeb 8


Pengembangan wahana / forum psm

- Posyandu madya (warna kuning): posyandu sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8x per
tahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program
utamanya (KB, KIA, Gizi,dan imunisasi) masih rendah, yakni kurang dari 50%. Perlu dilakukan
penggerakan masyarakat secara intensif, serta penambahan program yang sesuai dengan situasi
dan kondisi setempat.
- Posyandu purnama (warna hijau) : posyandu yang kegiatannya lebih dari 8 x/bulan, rata-rata
jumlah kader tugas 5 orang atau lebih dan cakupan 5 program utamanya lebih dari 50% sudah ada
program tambahan, bahkan mungkin sudah ada dana sehat yang masih sederhana
- Posyandu mandiri (warna biru) : posyandu yang sudah sampai pada tingkat mandiri berarti sudah
dapat melakukan kegiatan secara teratu, cakupan 5 program utamanya sudah bagus, ada program
tambahan dan dana sehat telah terjangkau lebih dari 50% KK.

POLINDES (PONDOK BERSALIN DESA)

 Pengertian
Pondok bersalin adalah bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang didirikan
dengan bantuan pemerintah atau masyarakat atas dasar musyawarah untuk memberikan pelayanan
kesehatan lainnya yang sesuia dengan kemampuan bidan.

Polindes adalah bangunan yang dibangun dengan sumbangan dana pemerintah dan partisipasi
masyarakat desa untuk tempat pertolongan persalinan dan pemondokan ibu bersalin, sekaligus tempat
tinggal bidan di desa. Disamping pertolongan persalinan juga dilakukan pelayanan antenatal dan
pelayanan kesehatan lainnya sesuai kebutuhan masyarakat dan kompetensi teknis bidan tersebut

Pondok bersalin dikelola oleh Bidan didesa bekerjasama dengan dukun bayi, serta di bawah
pengawasan dokter Puskesmas setempat. Pertolongan persalinan yang ditangani di Pondok bersalin
adalah persalinan normal serta kasus dengan faktor risiko sedang.

Faktor risiko sedang adalah faktor yang secara tidak langsung dapat membahayakan ibu hamil dan
bersalin, sehingga memerlukan pengawasan serta perawatan professional.

Kriteria faktor risiko sedang antara lain:

1. Umur ibu ≤ 20 tahun atau ≥ 35 tahun


2. Tinggi badan ≤ 145 cm
3. Jarak antara dua kehamilan ≤ 2 tahun
4. Jumlah paritas ≥ 3

Apabila bidan menemukan kasus dengan faktor risiko tinggi maka harus segera melakanakan rujukan
ke Puskesmas atau RS. Faktor risiko tinggi adalah faktor yang merupakan penyebab langsung dari
kematian ibu hamil dan bersalin serta bayi.

Kriteria faktor risiko tinggi antara lain :

- Perdarahan selama kehamilan

Rosni Lubis, SST, MKeb 9


Pengembangan wahana / forum psm

- Panas tinggi atau infeksi

 Polindes harus memperhatikan criteria di bawah ini :


1. Kriteria umum
d. Pembangunan baru Polindes dapat dilaksanakan apabila memenuhi satu atau lebih kriteria di
bawah ini.
- Di daerah yang masyarakatnya tidak mampu membangun secara swadaya dan
penempatan bidan di desa tersebut merupakan prioritas
- Di daerah tersebut belum terdapat baru Polindes atau rumah bidan di desa serta program
kesehatan ibu dan anak
- Sebagai upaya untuk mendekatkan pelayanan kesehatan ke dalam wilayah pemukiman
penduduk

e. Lokasi
- Mempertimbangkan ketersediaan lahan yang berada di tengah pemukiman
- Mudah dijangkau oleh masyarakat (transportasi)
- Mempertimbangkan keamanan bidan

2. Kriteria teknis
a. Luas bangunan
Pembangunan baru agar mempertimbangkan kebutuhan minimal pelayanan/kegiatan.
Kebutuhan serta luas ruangan, disesuaikan dengan jenis kegiatan pelayanan yang akan
dilaksanakan. Ruang polindes terdiri dari ruang dengan fungsi sebagai tempat tinggal bidan
dan ruang dengan fungsi sebagai tempat pelayanan
b. Rancangan tata ruang
Rancangan tata ruang bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai sarana pelayanan
kesehatan. Denah dan tata ruang mengacu pada buku pedoman dan tata ruang Puskesmas
Ditjen Bina Kesmas tahun 2006
c. Peralatan kesehatan
Kebutuhan dan jenis peralatan minimal Polindes mengacu pad buku Pedoman Peralatan
dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina Kesmas tahun 2006

 Tujuan Polindes
1. Umum : memperluas jangkauan peningkatan mutu dan mendekatkan pelayanan KIA-KB oleh
bidan
2. Khusus :
- Tempat pemeriksaan kehamilan
- Tempat pertolongan persalinan
- Tempat memberikan pelayanan kesehatan lain
- Tempat untuk konsultasi atau pendidikan kesehatan

Rosni Lubis, SST, MKeb 10


Pengembangan wahana / forum psm

 Fungsi
1. Tersedianya bidan di desa yang bekerja penuh dan mengelola pondok bersalin
2. Tersedianya sarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi bidan antara lain:
- Bidan KIT
- IUD kit
- Sarana imunisasi dasar dan ibu hamil
- Timbangan berat badan ibu
- Pengukur tinggi badan
- Infuse set dan cairan dextrose 5%, NaCL 0,9%
- Obat-obatan sederhana dan uterotonika
- Buku-buku pedoman KIA, KB dan pedoman kesehatan lainnya
- Inkubator sederhana

3. Memenuhi persyaratan rumah sehat antara lain :


a. Penyediaan air bersih
b. Ventilasi cukup
c. Penerangan cukup
d. Tersedianya sarana pembuangan air limbah
e. Lingkungan pekaranagan bersih
f. Ukuran minimal 3x4 meter persegi

4. Lokasi dapat dicapai oleh penduduk dan mudah dicapai oleh kenderaan
5. Ada tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan perawatan post partum, minimal 2 tempat
tidur

 Kegiatan
- Memeriksa kehamilan, imunisasi TT, deteksi dini resti kehamilan
- Menolong persalinan normal, dan resiko sedang
- Pelayanan kesehatan ibu nifas dan menyusui
- Pelayanan kesehatan neonatal, bayi, balita, anak pra sekolah dan imunisasi
- Pelayanan KB
- Deteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan resti

 Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang Polindes


1. Faktor pendukung
- Dukungan Pemda setempat
- Kerjasama lintas sektoral dan lintas program (KIA dan Puskesmas)
- Koordinasi yang baik antara Puskesmas dengan Camat dan Kepala Desa
- Kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
- Keberadaan bidan desa serta ketrampilan dan keramahan bidan desa

Rosni Lubis, SST, MKeb 11


Pengembangan wahana / forum psm

2. Faktor penghambat
- Kurang paham dan ketidaksesuaian konsep baru Polindesdari pelaksanaan program dan
masyarakat
- Kesulitan mendapat lokasi yang strategis
- Kesulitan menggali peran serta masyarakat
- Bidan tidak paham mengelola baru Polindes
- Bidan tidak tinggal di desa
- Budaya masyarakat melahirkan ditolong oleh dukun dan melahirkan di rumahnya sendiri

KP-KIA (Kelompok Peminat KIA)

Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah gerakan pembangunan masyarakat yang tumbuh
dari bawah dengan wanita sebagai motor penggeraknya. Kebidanan komunitas dilaksanakan melalui
program kesehatan didalam PKK. Bidan di desa berperanan didalam pelaksanaan program tersebut.
Tiap kelompok PKK membentuk Kelompok Peminat KIA (KPKIA). Melalui KPKIA para ibu dapat dibina
agar dapat memelihara kehamilan dan kesehatan bayinya. Bidan berperan dalam pembinaan KPKIA ini.
Melalui KPKIA dilakukan kegiatan penyuluhan kesehatan. Selain itu kegiatan PKK adalah
menyelenggarakan posyandu. Bidan melaksanakan pembinaan pada kegiatan pelayanan kesehatan
ibu dan anak serta keluarga berencana. Di posyandu bayi dan anak balita ditimbang dan dimonitor
perkembangannya dari waktu kewaktu. Bayi dan anak yang kurang gizi diberi makanan tambahan.
Pelayanan KB dilakukan terutama dalam pemberian kontrasepsi (pil dan kondom) kepada ibu peserta
KB.

Dasa Wisma (Kelompok Persepuluhan)

Melalui kegiatan PKK bidan dapat membentuk dasa wisma. Yang dimaksud dengan dasa wisma adalah
kelompok ibu berasal dari 10 rumah yang bertetangga. Didalam kelompok dasa wisma ini bidan
memberikan penyuluhan. Kegiatan kelompok dasa wisma dapat diarahkan kepada upaya untuk
meningkatkan kesehatan keluarga. Kelompok dasa wisma dapat melakukan arisan untuk menunjang
kesehatan keluarga, pembuatan jamban keluarga, sumur dan sebagainya.

Peran serta masyarakat akan diperluas sampai ke tingkat keluarga dengan sepuluh keluarga/dasa
wisma sebagai satuan untuk pembinaan dalam bidang kesehatan secara swadaya

Salah seorang dari anggota keluarga kelompok persepuluhan itu dipilih oleh mereka sendiri untuk
dijadikan pimpinan dan pembina atau penghubung.

Bidan yang ditempatkan di desa akan membina para pimpinan kelompok persepuluhan tersebut secara
berkala dan menerima rujukan masalah kesehatan dari para anggota keluarga persepuluhan tersebut
dalam wilayah kerjanya

Rosni Lubis, SST, MKeb 12


Pengembangan wahana / forum psm

Dasa wisma adalah suatu pekerjaan sosial yang membutuhkan keikhlasan dan pengorbanan.

Dasa wisma merupakan kelompok-kelompok di kelurahan, yang menaungi dan mengkoordinir kegiata
sosial kemasyarakatan, mencakup 20 buah rumah. Dasa wisma telah dibentuk sejak tahun 2000

Dasa wisma adalah gerakan pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah dengan keanggotaan
damping adanya tim penggerak PKK desa. Kelompok ini terdiri dari 10 s/d 20 kepala keluarga yang
ketuanya diangkat dari salah seorang dari 10 atau 20 KK tersebut yang bertugas dalam melaksanakan
dan membina kegiatan program pokok PKK dan pengembangannya dicatat dalam 3 buku catatan ketua
kelompok dasa wisma yaitu :

1. Buku catatan keluarga mencatat data keluarga secara lengkap


2. Buku catatan kegiatan keluarga mencatat kegiatan kehidupan keluarga
3. Buku catatan kelahiran dan kematian bayi, ibu hamil, buteki dan bufas
Ketiga buku catatan kelompok dasa wisma merupakan salah satu format SIP

 Susunan dasa wisma ialah :


- Ketua
- Sekretaris
- Bendahara

Dasa wisma dibentuk untuk melengkapi jejaring kegiatan PKK sampai ke pelososk-pelosok daerah.
Tugas dari ketua, sekretaris dan bendahara dari dasa wisma ini adalah mencatat, melaporkan dan
membina anggota kelompoknya. Kalau perlu mengadakan studi banding terhadapa kemajuan kelompok
Dasa Wisma yang lain. Sehingga setiap kepentingan dan kebutuhan anggota kelompok dapat
terpenuhi, terperhatikan dan terakomodasikan. Terutama mengantisipasi Bantuan Langsung tunai (BLT)
yang diberikan kepada anggota kelompok Dasa Wisma.

Dasa Wisma merupakan salah satu pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga tingkatan desa, dalam
rangka menjalankan fungsinya kelompok dasa wisma merupakan bagian sub unit dari keanggotaan
masyarakat PKK desa.

 Pelaksanaan kegiatan PKK di desa ialah :


1) Memfasilitasi pembentukan kelompok dasa wisma
2) Pemantauan kelompok dasa wisma yang masih berfungsi
3) Peningkatan kualitas pelaksanaan tugas dan fungsi ketua kelompok dasa wisma dan kader melalui
kegaiatan pencatatan, penyuluhan dan penggerakan.
4) Pengumpulan data melalui kelompok dasa wisma mengenai : jumlah rumah tangga yang ibu
melahirkan ditolong oleh tenkes, ibu yang memberikan ASI ekslusif kepada bayi, menimbang balita
setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan
jamban sehat, memberantas jentik sekali seminggu. Juga data tentang jumlah keluarga pra
sejahtera dn KS 1 serta jumlah keluarga dan anggotanya yang merupakan komunitas masyarakat
desa.

 Tujuan dibentuknya dasa wisma :

Rosni Lubis, SST, MKeb 13


Pengembangan wahana / forum psm

- Peran PKK diharapkan dapat menggugah masyarakat agar temotivasi untuk selalu dinamis mau
mengubah keadaan kepada yang lebih maju lagi, seperti dalam hal upaya peningkatan
kesejahteraan keluarga.
- Dasawisma diharapkan dapat memantau pemanfaatan berbagai bantuan unyuk KK miskin,
diamping sebagai perpanjangan tangan pemerintah di kelurahan
- Melalui kelompok inilah, dilaksanakan berbagai bentuk kegiatan sosial, teruatam sekali yang
berkaitan denagn pembinaan kesejahteraan masyarakat serta pemantauan masalah kemiskinan
di kelurahan-kelurahan.
- Melalui dasa wisma diharapkan dapat memantau sekaligus mengantisipasi muncul serta
berkembang penyakit yang belakangan menghebohkan banyak menimpa anak - anak.

 Cara kerja Dasa Wisma

Wadah dihimpun dan menaungi sebanyak 20 buah rumah ini. Sebanyak 1.143 kelompok dasa wisma
tersebut terdiri dari 10 sampai 20 keluarga per kelompok. Bahkan ada yang berjumlah 23 keluarga
dalam satu kelompok. Hal ini bertujuan untuk menjaga kekompakan dalam satu kelompok. Salah
seorang dari anggota kelompok persepuluh itu dipilih mereka sendiri untuk dijadikan pemimpin dan
pembina atau penghubung.

Bidan yang ditempatkan di desa akan membina para peminpin kelompok persepuluhan tersebut secara
berkala dan menerima rujukan masalah kesehatan dari para anggota keluarga persepuluhan tersebut
dalam wilayah.

Peran serta masyarakat akan diperluas sampai tingkat keluarga dengan sepuluh keluarga atau dasa
wisma sebagai satuan untuk pembinaan dalam bidang kesehatan secara swadya.

Pada program kerjanya sangat memahami kondisi kehidupan warga masyarakt miskin. Demikian pula
latar belakang kehidupan warga dimana warga tadi termasuk kategori keluarga miskin, atau tidak.
Banyak kegiatan yang dilaksanakan oleh para kader. Tidak saja masalah sosial, kaum ibu, pembinaan
anak dan lingkungan dan juga kesehatan. Artinya Dasa Wisma dipandang memiliki peran strategis
dalam pemantauan masalah kemiskinan.

 Prinsip Dasa Wisma

Pengawasan dan pemberdayaan hingga ke masyarajat bawah dan menyentuh unit masyarakat terkecil,
yakni keluarga

TABULIN DAN DASOLIN

Salah satu unsur dari kesehatan adalah subsistem pembayaran dalam pelayanan kesehatan. Sebagai
bagian integral dari Puskesmas reformasi tentu kebijakan yang diarahkan di tingkat Puskesmas
terjabarkan pula di unit integralnya, temasuk dalam menggeser pola pembayaran tunai menjadi pra
upaya. Pembiayaan kesehatan yang berkeadilan adalah pembiayaan kesehatan secara tunai yang
mengakibatkan terhambatnya akses ke pelayanan kesehatan.

Rosni Lubis, SST, MKeb 14


Pengembangan wahana / forum psm

Pada dasarnya pembiayaan kesehatan diarahkan untuk terlindungnya ibu dan anak dari ancaman biaya
dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Beberapa yang sudah berkembang adalah :

a. Tabungan ibu bersalin (Tabulin)


Tabungan ini sifatnya insidensial, keberadaannya terutama pada saat mulainya kehamilan dan dapat
berakhir pada saat seorang ibu sudah melahirkan. Tabungan ini akan sangat membantu terutama
bagi ibu hamil dan keluarganya pada saat menghadapi persalinan terutama masalah kendala biaya
sudah dapat teratasi.
Secara psikologis ibu akn merasa senang menghadapi saat persalinan dan karena pengelolaan.
Tabulin ini biasanya oleh tokoh masyarakat atau petugas kesehatan, maka akan menjamin akses ibu
kepada petugas kesehatan. Perlindungan pembiayaan kesehatan sendiri seharusnya dimiliki setiap
orang pada setiap fase kehidupannya

Tujuan Tabulin
- menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia
- meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terurtama ibu hamil
- memotivasi masyarakat terutama ibu hamil, menyisihkan sebagian dananya untuk ditabung
sebagai persiapan persalinan

Keberhasilan pemberdayaan perempuan di sector kesehatan juga terlihat pada indicator persalinan
yang ditolong medis. Intervensi yang dilakukan adalah menggiatkan penyuluhan ke tengahasyarakat,
khususnya di pedesaan dan menyediakan lebih banyak lagi pusat “Pelayanan Kesehatan Masyarakat”
bersama tenaga medisnya. Pemberdayaan perempuan di sector kesehatan telah berhasil
meningkatkan usia harapan hidup perempuan.

Salah satu kegiatan ini adalah membuat tabungan ibu bersalin (Tabulin). Tabulin adalah salah satu
program kesehatan yang dinilai sangat positif langsung menyentuh mayarakat. Tabungan yang bersifat
social ini sangat membantu warga, terutama mereka yang berekonomi lemah. Program ini sangat tepat
dan efektif dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Warga tidak akan merasa terbebani
dalam mendukung program tersebut karena penggalangan dana tabungan dilakukan melalui pola
jimpitan (sejenis iuran sukarela)

Melalui tabulin, bumil diharapkan bisa menabung sehingga saat melahirkan tidak mengalami kesulitan
biaya persalinan karena sudah ada dana tabungan tersebut. Tabulin merupakan upaya yang sangat
baik untuk menurunkan angka kematian ibu. Meskipun demikian, cara ini belum 00% menjamin ibu
hamil selamat dari maut.

Tabulin sudah dimulai sebelum ada desa siaga. Kita menerangkan ke ibu hamil dan keluarganya
tentang kegunaan Tabulin, meskipun orang kaya. Justru orang kaya tersebut harus memberikan contoh
kepada orang-orang yang tidak mampu menabung, dan ibu hamil tersebut diberikan buku yang dibawa
setiap pemeriksaan. Tabungan itu dibentuk berdasarkan RW atau posyandu. Bila posyandu di suatu
tempat adsa empat, maka tabungannya ada empat di desa tersebut. Kita juga harus menentukan
jumlah tabungan ibu hamil setiap minggunya dan memberi penjelasan kepada ibu hamil betapa
pentingnya manfaat Tabulin sehingga ib hamil mempunyai kesadaran untuk membayar Tabulin. Banyak
sekali hal sebenarnya kelihatan kecil atau sepele, seperti menyiapkan tabunganm, kemudian
menyiapkan tenaga yang bisa mengantar pada saat terjadinya persalinan secara tiba-tiba. Hal ini bisa
Rosni Lubis, SST, MKeb 15
Pengembangan wahana / forum psm

menginspirasi banyak masyarakat agar di masa mendatang Tabulin dapat tersosialisasi dengan baik di
masyarakat.

b. Dasolin (dana sosial ibu bersalin)


Dasolin adalah untuk masyarakat yang pasangan usia subur, juga ibu yang mempunyai balita
dianjurkan menabung yang kegunaan untuk membantu ibu tersebut saat hamil lagi. Sedangkan Tabulin
hanya untuk ibu hamil saja. Tapi jikalau Tabulinnya sedikit, bisa dibantu dengan Dasolin tersebut.
Dasolin merupakan suatu upaya pemeliharaan kesehatan diri, oleh dan untuk masyarakat yang
diselenggarakan berdasrkan azas usaha bersama dan kekeluargaan dengan pembiayaan secara pra
upaya dan bertujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat terutama ibu hamil.

Ciri khas Dasolin adalah dana yang berasal dari masyarakat dalam bentuk uang atau modal dan benda
yang dikelola oleh masyarakat untuk kepentingan dan kesehatan masyarakat terutama ibu hamil.
Tujuan Dasolin :
 Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
 Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama ibu hamil
 Memotivasi masyarakat, untuk menyisihkan sebagian dananya untuk ditabung, yang
kegunaannya untuk membantu ibu tersebut saat hamil lagi.
 Terselenggaranya pemeliharaan kesehatan yang bermutu, berhasil guna dan berdaya guna.
 Tersedianya dana yang dihimpun secara pra upaya atas azas gotong royong
 Terwujudnya pengelolaan yang efisien dan efektif oleh lembaga organisasi masyarakat yang
melindungi kepentingan peserta.

Dasolin tidak hanya semata membiayai pemeliharaan kesehatan, melainkan juga berusaha
meningkatkan kemampuan hidup sehat anggota masyarakat terutama ibu hamil.
Dasolin merupakan salah satu bentuk peran serta dankemandirian masyarakat dalam bidang
kesehatan. Penyelengaraan dipelihara melalui kelompok masyarakat yang terorganisasi seperti RT/RW,
LKMD/PKK, Paguyuban, Pengajian, Koperasi dan lain-lain

 Ciri penyelenggaran :

1. Secara gotong royong


Penyelenggaraan Dasolin dilaksanakan usaha bersama, azas kekeluargaan diantara peserta.

2. Secara musyawarah mufakat


Setiap putusan penyelenggaraan Dasolin didasarkan atas musyawarah anggotanya

3. Secara manajemen terbuka


Karena Dasolin adalah upaya masyarakat secara gotong royong, maka manajemen dilakukan
adalah secara terbuka.

4. Dasolin dalam kegiatan ekonomi

Rosni Lubis, SST, MKeb 16


Pengembangan wahana / forum psm

Penyelenggaraan Dasolin akan lestari bila dikaitkan dengan upaya ekonomi misalnya keterkaitan
usaha koperasi.

Penyelenggaraan Dasolin dapat dilakukan untuk pemeliharaan kesehatan ibu dan anak.
Pemeliharaan kesehatan melalui dana sehat dapat dilakukan kepada ibu hamil.
Kontribusi dana dapat berasal dari keluarga atau ibu rumah tangga, sebagai peserta Dasolin disini
ibu dan keluarga. Sebagai pelaksana pelayanan adalah tenaga kesehatan terutama bidan, dokter
dan perawat.

 Mengapa dasolin/tabulin dibutuhkan ???


1. Tingginya kasus kematian ibu
2. Penyebab langsung kematian adalah 3 terlambat
3. Faktor penyebab keterlambatan antara lain faktor biaya
4. Tingginya angka GAKIN
5. Semangat kegotong royongan
6. Mahalnya biaya kesehatan

DONOR DARAH BERJALAN

Dimana seorang pasien tersebut mendonorkan darahnya secara bertahap atau beberapa kali donor
darah atau secara berangsur-angsur dengan 3 bulan sekali agar mendonorkan darahnya ke PMI. Dan
tujuan utama diadakannya donor darah adalah untuk membantu PMI dalam ketersediaan stok darah di
PMI yang berkurang semnejak menjangkitnya penyakit demam berdarah.

Donor darah berjalan dapat dilakukan dimana saja, dengan cara menyebarluaskan info di kelompok
kegiatan rutin, lewat radio maupun pamflet, tim GSI mengumpulkan msyarakat. Kegiatan ini
bekerjasama dengan mendatangkan PMI yang dilakukan di daerah atau tempat yang membutuhkan
donor darah tersebut. Misalnya di deas yang ada ibu hamil, dikumpulkan pendonor yang mempunyai
golongan darah yang sama dengan ibu hamil tersebut, dan didaftarkan sesuai dengan tata cara donor
darah, dan dilakukan pengambilan darahnya jika ibu tersebut akan melahirkan, serta memerlukan darah
jika terjadi perdarahan saat melahirkan, serta memerlukan darah jika terjadi perdarahan saat
melahirkan. Selain donor darah setiap ibu hamil diperiksa golongan darahnya.

Pendonor tersebut mempunyai kewajiban untuk mendonorkan darahnya pada ibu hamil dan
dikelompokkan. Misalnya satu pendonor akan bertanggung jawab pada lima atau enam ibu hamil.

 Tujuan umum

Menanamkan kesadaran kepada masyarakat untuk mau menjadi donor darah berjalan sewaktu-waktu
bila dibutuhkan atau menjadi donor darah setiap 3 bulan sekali

 Tujuan khusus
1. Terbentuknya KDD (Kelompok Donor Darah)
2. Banyaknya kematian ibu yang disebabkan perdarahan

Rosni Lubis, SST, MKeb 17


Pengembangan wahana / forum psm

3. Persediaan darah PMI agar menckupi kebutuhan

 Kelompok donor darah

Sistem donor darah adalah kelompok pendonor darah dalam masyarakat sebagai penyediad arah bagi
PMI yangd apat digunakan oleh semua warga yang memerlukan, misalnya ibu bersalin, perawatan
operasi, demam berdarah, kecelakaan, dsb.

 Bentuk
1. Donor darah tetap : pendonor rutin mendonorkan darahnya tiap 3 bulan sekali ke PMI
2. Bank darah desa atau kampung. Berupa daftar relawan yang bersedia mendonorkan darahnya baik
secara rutin maupun incidental saat dibutuhkan. Bentuk ini perlu diperhitungkan mengingat bahwa
kebutuhan darah bagi ibu yang melahirkan yang mengalami komplikasi harus cepat sedangkan
waktu yang diperlukan PMI intuk menyediakan darah ±2-3 jam

 Pelaksanaan donor darah


1. Menyebarluaskan informasi di kelompok kegaiatn rutin, lewat radio maupun pamflet
2. Tim GSI (Kecamatan/desa) mengumpulkan masyarakat
3. Bekerjasama PMI datang ke kecamatan/desa (menagdakan pemeriksaan golongan darah dan
pengambilan darah)
4. Setiap ibu hamil diperiksa golongan darah

AMBULAN DESA

Merupakan sistem yang dikembangkan oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk mengangkut
ibu bersalin yang perlu dirujuk ke RS atau Puskesmas.

Ambulan desa merupakan kenderaan milik masyarakat yang digunakan untuk mengantarkan anggota
masyarakat lain bisa memerlukan transportasi rujkan khususya dalam hal kegawatdaruratan. Fasilitas
ini diberikan untuk membantu para ibu hamil dan masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan.
Semangat gotong royong dan saling peduli sesama tetangga dalam hal menagani ibu hamil ditujukan
dengan adanya pengadaan ambulan desa. Warga yang lebih mampu di lingkungannya dengan rela
menyumbangkan atau mengizinkan mobilnya untuk keperluan transportasi umum.

Ambulan desa juga adalah program pemerintah yang bersamaan dengan desa siaga karena dengan
adanya ambulan desa pembangunan desa siaga akan lebih mudah. Desa siaga adalah desa yang
penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mangatasi
masalh-masalah kesehatan secara mandiri dalam rangka mewujudkan desa sehat.

 Kriteria

Kendaraan yang dapat dijadikan ambulan desa yaitu kenderaan yang dapat mengangkut pasien gawat
darurat khusunya ibu hamil dalam hal menuju tempat pelayanan kesehatan terdekat. Adapaun
kenderaan-kenderaan yang dapat dipakai yatu mobil, motor, becak, sepeda dan lain-lain. Asalkan

Rosni Lubis, SST, MKeb 18


Pengembangan wahana / forum psm

kenderaan tersebut mampu untuk membawa pasien gawat darurat khusunya ibu hamil ke tempat
rujukan

Ambulan desa yang ideal harus dilengkapi dengan berbagai macam obat-obaan, peralatan kesehatan
yang digunakan untuk kegawatdaruratan, serta ruang ambulan desa harus selayaknya (mampu untuk
menampung pasien dan petugas kesehatan)

 Manfaat
1. Dapat menurunkan AKI dan AKB bila dapat digunakan dengan baik dalam melakukan rujukan
eksternal
2. Dapat memudahkan mobilisasi masyarakat yang jauh dari fasilitas kesehatan menuju tempat
pelayanan kesehatan yang lebih memadai
3. Menguramgi kecemasan masyarakat dalam hal rujukan
4. Sebagai penanggulangan dala hal 3T yaitu terlambat dalam hak merujuk

 Penyalahgunaan

Konsep awal ambulan desa adalah untuk pelayanan dan penanganan ibu hamil, bersalin, dan nifas
yang membutuhkan pertolongan segera ke tempat pelayanan yang lebih adekuat. Namun, konsep ini
bergeser, yang tadinya ambulan memiliki tujuan seperti disebutkan diatas, dialihkan menjadi kenderaan
angkut yang lain seperti mengangkut barang, obat-obatan, alat kesehatan, dan lain-lain. Salah satu
penyebabnya adalah kurangnya koordinasi antar instansi yang terkait atas pelaksanaan proyek itu.

Bisa dibayangkan apabila ada situasi gawat darurat yang membutuhkan ambulan desa dengan segera,
namun pada saat itu ambulan sedang digunakan untuk keperluan lain.

GERAKAN SAYANG IBU (GSI)

 Pengertian

 Merupakan gerakan masyarakat bersama pemerintah

 Suatu gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat, bekerjasama dengan pemerintah untuk
meningkatkan perbaikan kualitas hidup perempuan (sebagai SDM) melalui upaya penurunan
angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas, diantaranya dengan menghapus
pandangan-pandangan yang selam ini bias gender, diskriminatif dalam bidang Hak dan
Kesehatan Reproduksi

 Mengembangkan kualitas perempuan melalui penurunan AKI yg dilaksanakan bsama


pemerintah dan masy dlm rangka meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kepedulian dalam
upaya integrative dan sinergis

 Didukung oleh Aliansi Pita Putih yaitu suatu aliansi yang ditujukan untuk mengenag semua
wanita yang meninggal karena kehamilan dan melahirkan. Pita putih : simbol kepedulian thd

Rosni Lubis, SST, MKeb 19


Pengembangan wahana / forum psm

kselamatan ibu yg myatukan individu, organisasi & masy yg bkerjasama utk m’upayakan
khmlan & psalinan yg aman bg setiap wanita.

 GSI diharapkan dapat menggerakkan masyarakat untuk aktif terlibat dalam kegiatan seperti
membuat tabulin, pemetaan bumil dan donor darah serta ambulan desa. Untuk mendukung GSI
dikembangkan juga program suami SIAGA dimana suami sudah menyiapkan biaya
pemeriksaan dan persalinan, siap mengantar istri ke tempat pemeriksaan dan ke tempat
persalinan serta siap menjaga dan menunggui saat istri melahirkan.

 GSI dicanangkan sebagai gerakan nasional pada tanggal 22 Desember 196 oleh Presiden
Soeharto di Jawa Tengah, yang ditindaklanjuti pencanangannya di Jawa Barat pada tanggal 13
Maret 1977 di Sukabumi, maka seluruh desa dan kelurahan di Jawa Barat harus segra
melaksanakan upaya percepatan penurunan AKI, mengingat angka kematian ibu masih tinggi.

 3 unsur pokok

1. Merupakan gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat bersama pemerintah. Artinya


melibatkan masyarakat secara aktif, tidak sebagai sasaran tapi pelaku. Keikutsertaan
masyarakat dalam dalam GSI merupakan pengalihan pengelolaan dan tanggung jawab secara
bertahap dari pemerintah kepada masyarakat. Proses ini membutuhkan waktu yang panjang,
konsisten, dan intensif. Dalam proses ini, ketelibatan sektoral, pemerintah daerah sangat
dibutuhkan sekali.

2. Bertujuan meningkatkan kualitas hidup perempuan sebagai SDM. Artinya memberikan hak2
reproduksi terhadap perempuan,tidak diskriminatif, memberi peluang utk mengembangkan
potensi

3. Mempercepat penurunan AKI dan AKB. Menyadarkan masyarakat 3 T dan 4 T

 Tujuan

 Menurunkan Angka kematian karena kehamilan, persalinan, nifas dan menurunkan AKB

 Meningkatkan pengetahuan ibu dan kaum perempiuan mengenai PMS

 Meningkatkan pengetahuan ibu dan kaum perempuan mkenai perawatan khmlan, proses
melahirkan yang sehat, pemberian ASI esklusif & perawatan bayi

 Memantapkan komitmen dan dukungan tehadap GSI

 Meningkatkan kepedulian dan dukungan sektor terkait terhadap upaya-upaya penanggulangan


penyebab kematian ibu dan bayi secara terpadu

 Memantapkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam mengembangkan mekanisme


rujukan dengan kondisi daerah

Rosni Lubis, SST, MKeb 20


Pengembangan wahana / forum psm

 Meningkatkan kualitas serta peran serta masyarakat dan swasta (LSM,organisasi


kemasyarakatan, organisasi profesi) dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan evaluasi
dalam pengumpulan data ibu hamil, bersalin dan nifas di tingkat kelurahan dan kecamatan.

 Meningkatkan fungsi dan peran institusi kesehatan baik pemerintah maupun swasta dalam
pelayanan kesehatan yang aman, ramah, dan nyaman bagi ibu dan bayi

 Meningkatkan upaya masyarakat dalam mengubah budaya masyarakat yang merugikan


kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas serta BBL

 Meningkatkan upaya pengembangan dana perawatan ibu hamil, bersalin, nifas serta perawatan
bayi di setiap wilayah kelurahan di bawah koordinasi Camat

 Sasaran

 Langsung : caten, PUS, bumil, bulin,bufas, buteki, pria/suami dan seluruh anggota keluarga

 Tdk langsung : sektor terkait, institusi kesehatan, institusi masyarakat, TOMA,TOGA,kaum


bapak/pria

 Ruang lingkup

 Meningkatkan kualitas hidup perempuan &anak melaui upaya pe AKI & AKB

 Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku suami istri dan masyarakat mengenai hak2
reproduksi dan kesehatan reproduksi

 Menghilangkan hambatan2 yg mempengaruhi upaya2 peningkatan kualitas hidup perempuan

 Strategi

Melalui pendekatan kemasyarakatan, dalam bentuk :

 Desentralisasi

 Kemandirian

 Keluarga

 Kemitraan

 PERENCANAAN & PELAKSANAAN

 Identifikasi masalah

 Penentuan masalah

 Penentuan tujuan

 Perkembangan alternatif masalah

 Penentu rencana operasional tdd:

Rosni Lubis, SST, MKeb 21


Pengembangan wahana / forum psm

- Jadwal kegiatan,tenaga pelaksana, dukungan dana dan sarana, monitoring dan pelaporan,
dan evaluasi kegiatan

 Pelaksanaan Kegiatan

1. Unsur operasional

 Kegiatan advokasi & KIE

 Perkembangan pesan advokasi dan KIE GSI

 Pemberdayaan keluarga, masyarakat & tempat pelayanan kesehatan

 Memadukan kegiatan GSI, pondok bersalin dan posyandu

2. Unsur pendukung

 Orientasi dan penelitian

 Pendataan, pmantauan, pemetaan bumil, bulin, bufas dan bayi

 Perkembangan tata cara rujukan

 Mendukung upaya peningkatan kualitas yankes

 Peningkatan peran bidan

 Tugas pokok satgas GSI

 Menyusun rencana kerja dalam rangka menurunkan AKI & AKB serta mengumpulkan dana
untuk ambulans Kecamatan & tabulin

 Penyuluhan kepada keluarga serta bumil, bulin,bufas ibu yang mempunyai bayi di masyarakat

 Mengumpulkan data informasi bumil, bulin, bufas dan bayi

 Memberikan tanda pada bumil beresiko tinggi utk dipantau dan diinformasikan ke bidan
puskesmas

 Membantu merujuk

 Memantau Keberhasilan GSI

 Sektoral terkait berperan aktif dalam kegiatan operasional

 Setiap perslinan ditolong nakes

 Kecamatan & kelurahan dapat melaksanakan KIE dgn baik

 Kecamatan & kelurahan dapat melakukan rujukan dgn baik artinya : tersedia kenderaan, biaya,
dan sarana pelayanan darurat medik untuk setiap kasus emergensi kehamilan, persalinan dan
nifas

Rosni Lubis, SST, MKeb 22


Pengembangan wahana / forum psm

 INDIKATOR KEBERHASILAN SEBELUM DAN SESUDAH GSI

 Semakin mantapnya peranan organisasi masyarakat

1. Meningkatkan dan mantapnya masyarakat menjadi kader KIE GSI


2. Mendata ibu hamil dalam lingkungannya termasuk data mengenai :
 Jumlah ibu hamil
 Umur kehamilan, riwayat kehamilan, persalinan dan rencana persalinan
 Mengenai kehamilan yang berisiko dan rencana tindak lanjutnya
3. Menyampaikan data-data tersebut kepada Satgas GSI setempat
4. Semakin tumbuhnya ide-ide baru dari masyarakat

 Semakin meningkatdan mantapnya pengetahuan dan pemahaman mengenai GSI, seperti :

1. Mengenai kelainan kehamilan sedini mungkin dan segera membawanya ke fasilitas


kesehatan
2. Mempersiapkan biaya persalinan dan perlengkapan bayi
3. Memeriksakan ibu hamil di sarana kesehatan atau bidan terdekat minimal 4 kali
4. Mempersiapkan segala kemungkinan yang dapat timbul selama kehamilan dan persalinan
(mempersiapkan donor darah, kenderaan, dsb)
5. Melaksanakan keadilan dan kesetaran gender dalam rumah tangga
6. Memberi keluaraga untuk mendapatkan pendidikan

 Setinggi mungkin sesuai dengan kemampuan keluarga:

1. Menghindarkan perkawinan remaja putri sebelum usia 20 tahun


2. Suami istri merencanakan jumlah anak, waktu mengandung dengan mempertimbangkan
kesehatan istri serta memberi peluang istri untuk meningkatkan potensinya dlam berbagai
kehidupan
3. Semua kehamilan merupakan kehamilanyang diinginkan.
4. Memperhatikan makanan ibu hamil dan menghindarkan ibu hamil bekerja keras

 Bumil mengenali masalah kehamilannya

1. Menyiapkan biaya persalinan dan perawatan bayi


2. Melaksanakan berbagai kegiatan demi kesehatan kehamilan dan kelahirannya
3. Memberikan perawatan kepada bayi yang dilahirkan

 Hambatan

 Secara struktural : berbagai program msh sangat birokrat sehingga orientasi yang terbentuk
semata-mata dilaksanakan berdasarkan SK (surat keputusan)

 Secara kultural : masih kuatnya anggapan masyarakat bahwa kehamilan & persalinan hanyalah
persolan wanita.

 MODEL ASUHAN KEBIDANAN : PRINSIP-PRINSIP SAYANG IBU

Rosni Lubis, SST, MKeb 23


Pengembangan wahana / forum psm

Asuhan kebidanan merupakan metode pemberian asuhan yang berbeda dengan model perawatan
medis. Bidan-bidan di seluruh dunia sependapat bahwa prinsip-prinsip asuhan kebidanan adalah
sebagai berikut :

1. Memahami bahwa kelahiran anak merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis
2. Menggunakan cara-cara yang sederhana, tidak melakukan intervensi tanpa adanya indikasi
sebelum berpaling ke teknologi
3. Aman, berdasarkan fakta, dan memberi kontribusi pada keselamatan jiwa ibu
4. Terpusat pada ibu, bukan terpusat pada pemberi asuhan kesehatan/lembaga (sayang ibu)
5. Menjaga privasi dan kerahasiaan ibu
6. Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional
7. Memastikan bahwa kaum ibu mendapatkan informasi, penjelasan dan konseling yang cukup.
8. Mendorong ibu dan keluarga agar menjadi peserta aktif dalam membuat keputusan setelah
mendapat penjelasan mengenai asuhan yang akan mereka dapatkan.
9. Menghormati praktek-praktek adat, keyakinan agama mereka.

10. Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dn sosial ibu/keluaganya selama masa
kelahiran anak.
11. Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit

Penggunaan obat-obatan atau prosedu pengobatan selama kehamilan, persalinan atau postpartum
secara ‘”rutin” dapat mengakibatkan terjadinya cedera bagi ibu dan bayinya. Contoh-contoh semacam
itu yang sudah memperlihatkan tidak adanya bukti-bukti manfaatnya secara episiotomi, enema dan
penghisapan bagi semua bayi secara rutin. Bidan yang sudah terampil perlu mengetahui kapan untuk
tidak melakukan sesuatu apapun. Asuhan selama masa kehamila, kelahiran dan postpartum dan juga
pengobatan komplikasi harus didasarkan bukti-bukti ilmiah.
“JANGAN MENYAKITI” artinya bahwa intervensi tidak boleh dilakukan tanpa indikasi-indikasi. Bidan
yang sudah terampil mengetahui waktu yang tepat untuk tidak melakukan tindakan apapun.
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses normal, alamiah dan sehat. Sebagai bidan kita
harus mendukung dan melindungi proses persalinan. Sebagai bidan kita yakin bahwa model asuhan
kebidanan, mendukung dan melindungi proses persalinan normal dan merupakan cara yang paling
sesuai bagi mayoritas kaum ibu selama kehamilan dan persalinan.

 ASUHAN SAYANG IBU


Dokumen WHO/Safe motherhood menjelaskan salah satu cara untuk memberikan asuhan yang bersifat
sayang ibu. Di seluruh dunia asuhan jenis ini kini sedang dimasyarakatkan dan sudah terbukti efektif
karena kaum ibu merasa nyaman dengan asuhan ini dan akan terus berupaya mendpatkannya. Hal ini
kebetulan pula konsistennya dengan caranya bidan-bidan memberikan jasa pelayanannya secara
tradisional.
Jika layanan diberikan dengan penuh hormat dan rasa peduli yang peka sesuai kebutuhan ibu serta
memberikan rasa percaya yang besar, maka ibu akan lebih memilih asuhan yang seperti ini dan
merekomendasikan hal ini pada ibu-ibu yang lain.
Badan Coalition for Improving Maternity Services (CIMS) melahirkan safe motherhood initiative pada
tahu 1987. Badan ini terdiri dari sejumlah individu dan organisasi nasional yang misinya untuk

Rosni Lubis, SST, MKeb 24


Pengembangan wahana / forum psm

mempromosikan kesempurnaan model asuhan persalinan yang dapat meningkatkan hasil kelahiran
serta menghemat biaya. Misi ini berdasarkan penelitian, sayang ibu, bayi dan keluarganya dan
memfokuskan paa pencegahan dan kesempurnaan sebagai alternatif untuk penapisan, diagnosa dan
program perawatan yang berbiaya tinggi.
Salah satu prinsip yang mendasari pemikiran ini adalah “model asuhan kebidanan ini, yang mendukung
dan melindungi proses kelahiran normal, merupakan langkah yang paling sesuai untuk mayoritas ibu
selama kehamilan dan melahirkan”. Badan ini merumuskan 10 langkah bagi RS/pusat pelayanan
persalinan/rumah-rumah biasa yang harus diikuti agar supaya bisa mendapatkan predikat “sayang ibu”.
Sebagaimana dikutip dari bahan CIMS dalam bacaan tersebut, kesepuluh langkah tersebut ialah :
1. Menawarkan suatu askes kepada semua ibu yang sedang melahirkan untuk mendapatkan
seseorang yang akan menemani (suami, anak-anak, teman) menurut pilihannya dan mendapatkan
dukungan emosional serta fisik secara berkesinambungan.
2. Memberi informasi kepada publik mengenai praktek-praktek tersebut, temasuk intervensi-intervensi
dan hasil asuhannya.
3. Memberikan asuhan yang sifatnya peka dan responsif bertalian dengan kepercayaan, nilai dan adat
istiadat yang dianut ibu.
4. Memberi kebebasan bagi ibu yang akan melahirkan untuk berjalan-jalan, bergerak kemanapun ia
suka dan mengambil posisi pilihannya serta menasehati agar tidak mengambil posisi litotomi (kecuali
jika komplikasi yang dialami mengharuskan demikian)
5. Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang berkesinambungan
(yakni, berkomunikasi dengan pemberi asuhan sebelumnya rujukan sudah terjadi, dan
menghubungkan ibu dengan nara sumber masyarakat yang mungkin ia perlukan, misalnya
konseling pemberian ASI/KB
6. Tidak rutn menggunakan praktek-praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian ilmiah
tentang manfaatnya, termasuk dan tidak terbatas pada :
 Pencukuran
 Enema
 IV
 Menunda kebutuhan gizi
 Merobek selaput ketuban secara dini
 Pemantauan janin secara elektronik
 Dan juga agar membatasi penggunaan oksitoksin dan SC dengan menetapkan tujuan dan
mengembangkan cara mencapai tujuan tersebut.
7. Mengajarkan petugas pemberi asuhan dalam metoda meringankan rasa nyeri tanpa penggunaan
obat-obatan.
8. Mendorong semua ibu (dan keluarganya), termasuk mereka yang bayinya sakit dan kurang bulan,
agar mengelus, mendekap, memberi ASI dan mengasuh bayinya sendiri sedapat mungkin
9. Menganjurkan jangan menyunat BBL jika bukan karena kewajiaban agama
10.Berupaya untuk mencapai ketentuan WHO-UNICEF mengenai “Sepuluh Langkah Sayang Bayi
Prakarsa RS” untuk mempromosikan pemberi ASI yang baik.

 CIMS menyatakan bahwa landasan filosofis dari asuhan sayang ibu adalah sebagai berikut :
1. Kelahiran adalah suatu proses alamiah

Rosni Lubis, SST, MKeb 25


Pengembangan wahana / forum psm

Kelahiran adalah suatu proses normal, alamiah dan sehat. Sebagai bidan kita harus mendukung dan
melindungi proses kelahiran tersebut. Sebagai bidan kita percaya bahwa model asuhan kebidanan
yang mendukung dan melindungi proses normal dari kelahiran, adalah yang paling sesuai bagi
sebagian besar wanita selama masa kehamilamn dan kelahiran.

2. Pemberdayaan
Ibu-ibu beserta keluarganya memiliki kearifan dan lebih memahami apa yang mereka perlukan untuk
bisa melahirkan. Keyakinan dan kemampuan seorang wanita untuk melahirkan dan mengasuh
bayinya akan diperkuat atau diperlemah oleh setiap orang yang turut memberi asuhan, serta oleh
lingkungan dimana ia melahirkan.
Jika kita bersifat negatif dan mengkritik , hal itu akan dapat mempengaruhi seorang ibu. Bahkan
dapat juga mempengaruhi lamanya proses persalinan tersebut. Sebagai bidan kita harus
mendukung wanita yang sedang melahirkanm dan bukan untuk mengendalikan proses kelahiran
tersebut. Kita harus menghormati bahwa ibu tersebut merupakan aktor utama dan bahwa si pemberi
asuhan merupakan aktor pendukung selama proses persalinan tersebut.

3. Otonomi
Ibu beserta keluarganya memerlukan informasi agar supaya mereka bisa membuat keputusan yang
sesuai dengan keinginannya. Kita harus mengetahui dan menjelaskan informasi secara benar
tentang resiko dan keuntungan dari semua prosedur, obat-obatan dan test. Kita juga harus
mendukung ibu untuk membuat keputusan sesuai pilihannya sendiri mengenai apa yag terbaik
baginya dan bayinya berdasarkan nilai-nilai dan kepercayaan yang dianutnya (termasuk
kepercayaan adat dan agamanya).

4. Jangan menimbulkan penderitaan


Intervensi sebaiknya tidak dilakukan sebagai sesuatu yang rutin, kecuali ada indikasi ke arah itu.
Pengobatan dalam kehamilan, melahirkan atau pada masa post partum dengan pengujian dan obat-
obatan serta prosedur secara rutin dapat menimbulkan resiko, baik bagi ibu maupun bayainya.
Contoh-contoh dari prosedur semacam itu yang sudah terbukti tidak ada manfaat nyata adalah
meliputi episiotomi rutin bagi para primipara, enema dan penghisapan lendir bagi semua bayi baru
lahir. Bidan yang terampil perlu memahami kapan untuk tidak melakukan apapun. Asuhan selama
kehamilan, melahirkan dan masa postpartum, dan juga pengobatan untuk komplikasi harus didasari
bukti ilmiah.

5. Tanggung jawab
Setiap pemberi asuhan bertanggung jawab atas kualitas yang diberikannya. Praktek asuhan
persalinan seharusnya tidak didasari pada kebutujan si pemberi asuhan tetapi semata-mata untuk
kebutuhan ibu dan bayi. Asuhan berkualitas tinggi yabg berfokus pada klien, dan bersifat sayang ibu
yang berdasrkan pada penelitian ilmiah merupakan tanggung jawab dari setiap bidan.

Rosni Lubis, SST, MKeb 26


Pengembangan wahana / forum psm

Rosni Lubis, SST, MKeb 27

Anda mungkin juga menyukai