Masalah Kebidanan
Masalah Kebidanan
SUB TOPIK :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan gambaran angka kematian Ibu dan Bayi di Indonesia sesuai buku
referensi.
2. Mahasiswa dapat menerapkan pencegahan kematian ibu dan bayi di komunitas dengan tepat.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang harus diperhatikan pada kehamilan remaja di
komunitas dengan benar.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh unsafe abortion terhadap kematian maternal di
komunitas dengan benar.
5. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi dan identifikasi masalah BBLR di komunitas dengan
tepat.
6. Mahasiswa mampu tmengidentifikasi masalah tingkat kesuburan di komunitas dengan benar
7. Mahasiswa mampu mengidentifikasi pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan di
komunitas dengan benar.
8. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah PMS ( Penyakit Menular Seksual ) di komunitas
dengan benar
9. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh
pada pelayanan kebidanan komunitas dengan benar.
1
Masalah Kebidanan di Komunitas
Referensi
1. Dep.Kes RI, Rencana Strategis Nasional MPS di Indonesia 2001-2010, Jakarta : 2001.
2. Kongres Nasional IX Epidemiologi November 2000, Kesehatan Reproduksi Narkoba dan Kota Sehat Buku I
, Jakarta 2001.
3. Dep.kes RI, Sosial Budaya Dasar, Jakarta 1995
4. Depkes RI. 1999. Indonesia Sehat 2010. Depkes Jakarta, Hal 1-5
5. Depkes RI. 1999. Profil Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia.Depkes Jakarta, Hal 20-25
6. Depkes RI. 2001.Rencana Strategi nasional MPS di Indonesia 2001-2010. Jakarta, Hal 1-3
7. BKKBN.2004. Peningkatan Program Keluarga Berencana dalam Membantu Menurunkan Angka Kematian
Maternal. Jakarta. Hal 5-9
8. Saifudin, 2000. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Sarwono, Jakarta. Hal : 376-378
9. Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan , Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan
Bidan, Jakarta: EGC Hal.26-28
10.PUSDIKNAKES – WHO - JHPIEGO. 2003. Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta, Hal : 8-10.
11.Syahlan, Kebidanan Komunitas, Jakarta : 1996
12.Amri, Budiningsih, Samudra, Kesehatan Reproduksi. Bahan Kuliah II, Reproductive Health Program
Faculty of Public Health University of Indonesia. Jakarta : 2002
13.UNFPA, Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi, Gender dan Pembangunan Kependudukan, Buku
sumber untuk Advokasi, Jakarta : 2003
14.Makalah Menanggapi Praktek Tradisional Melalui Kebidanan Komunitas, 2004
15.MNH, Aliansi Pita Putih Indonesia, Gerakan Partisipatif Penyelamatan Ibu Hamil, Menyusui dan Bayi
16.Syaifudin AB , dkk , Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal , JNPKKR , 2002
17. http://digilib.litbang.depkes.go.id, Pola pertolongan persalinan 5 tahun terakhir hubungannya dengan
Faktor sosial ekonomi di Indonesia.
18.http://digilib.litbang.depkes.go.id, Faktor-faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan pemilihan
pertolongan persalinan
19.http://www.theceli.com/apik/aborsi.htm
20.http://www.bkkbn.go.id/hq.web/ceria/home.htm
21.http://www.pith.org/files/indonesia kesehatan reproduksi remaja
22.http://www.pith.org/files/indonesiamembangun perubahan yang bermakna
PENDAHULUAN
Dengan jumlah penduduk 203 juta menurut sensus 2000, Republik Indonesia merupakan
negara keempat terbesar di dunia. Dalam dekade terakhir terlihat adanya penurunan laju
pertumbuhan penduduk , namun pada saat ini masih akan terjadi pertumbuhan penduduk yang
cepat sebagai dampak dari tingginya proporsi wanita usia 14-49 tahun. Tingginya proporsi ini
merupakan akibat dari tingkat fertilitas yang tinggi dimasa lampau.
Pelbagai indikator kesehatan masyarakat sudah menunjukkan perbaikan data tahun 1997
menunjukkan bahwa angka kelahiran total telah turun sampai 2,8, AKB menjadi 52,2 per 1000
kelahiran hidup dan angka kematian bayi baru lahir menjadi 25 per 1000 kelahiran hidup.
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1994 dan 1997 menunjukkan bahwa
terdapat penurunan AKI dari 390 menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup. Sebab utama kematian
ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, partus lama dan komplikasi abortus.
Sebagai tenaga kesehatan, bidan membantu keluarga dan masyarakat agar selalu berada
didalam kondisi kesehatan yang optimal. Penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
kesehatan bagi kehidupan mereka disampaikan oleh bidan.
a. Kematian seorang ibu, tentunya akan meninggalkan duka yang mendalam dan dampak yang
panjang karena kematian ibu sering terjadi pada saat hamil atau melahirkan sehingga berbagai
upaya harus dilakukan untuk mencegah hal tersebut dengan melibatkan wanita dalam
mengidentifikasi status kesehatannya. Salah satu indikator kesehatan wanita adalah angka
kematian ibu dan tingkat kesuburanya.
b. Peranan dukun masih sulit untuk ditiadakan dari kehidupan masyarakat terutama masyarakat
pedesaan. Dukun bayi dapat juga membantu dalam pertolongan persalinan dengan batas-
batas tertentu, peran dan fungsinya secara lambat tapi pasti akan digantikan oleh penepatan
bidan dalam upaya penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi).
c. Penyakit Menular Seksual menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius,
bila tidak diobati dengan cepat infeksi dapat menjalar dan menyebabkan penderitaan, sakit
yang berkepanjangan, kecacatan, kemandulan bahkan dapat menyebabkan kematian.
d. Perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan komunitas
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya angka kematian ibu di Indonesia.
Karena ada nilai-nilai tentang gender dan kodrat yang berkembang dalam masyarakat
Indonesia yang perlu dirubah agar nilai-nilai yang ada dapat memberikan peran yang positif
terhadap upaya menurunkan angka kematian ibu.
Masalah kebidanan komunitas terdiri dari identifikasi kematian ibu dan anak, kehamilan remaja,
unsafe abortion, BBLR, tingkat kesuburan, ANC yang kurang yang ada di komunitas dan identifikasi
pertolongan persalinan non kesehatan, PMS, serta perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh
pada pelayanan kebidanan komunitas.
Pada hand out ini juga menjelaskan masalah kebidanan komunitas yang ada di masyarakat dengan
baik dan benar. Hal ini sangat penting bagi bidan dalam memberikan pelayanan di masyarakat
dengan baik dan benar. Hal ini sangat penting bagi bidan dalam memberikan pelayanan yang
komprehensip dan menyeluruh dari semua lapisan masyarakat sehingga kita dapat mengetahui
betapa dibutuhkannya pelayanan kebidanan yang dilakukan di komuniti oleh bidan karena akan
banyak membawa penagruh positif dan mengurangi adayan intervensi yang tidak perlu.
Menurut McCharty dan Maine (1992) dalam kerangka konsepnya mengemukakan bahwa peran
determinan sebagai landasan yang melatarbelakangi dan menjadi penyebab langsung dan tidak
langsung dari identifikasi kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, BBLR dan
tingkat kesuburan yang ada di komunitas. Faktor determinan tersebut adalah :
1. Determinan proksi/dekat/outcome
a. Kejadian kehamilan
b. Komplikasi kehamilan dan persalian (perdarahan, infeksi, eklamsi, partus macet, ruptur
uteri)
c. Kematian, kecacatan
ISI MATERI
Bagaimana caranya seorang bidan dapat membantu mencegah kematian ibu dan bayi ini ?
Terdapat beberapa langkah yang dapat diambil oleh bidan untuk mempersiapkan ibu jika
terjadi keadaan darurat, dan mendorong ibu untuk kembali lagi pada bidan saat akan melahirkan
bayinya, yaitu dengan beberapa tahap yang meliputi :
1. Rumah dan masyarakat.
Membina rasa percaya.
Bidan hendaknya berperilaku dengan cara yang menunjukkan rasa hormat pada ibu dan
keluarga yang dilayaninya. Membangun rasa percaya merupakan satu ketrampilan
J Indikator demografi
Menurut sensus 2000 jumlah penduduk Indonesia 203 juta merupakan keempat terbesar di
dunia. Dalam beberapa tahun terakhir sudah terjadi penurunan penduduk, namun pada saat ini
masih akan terjadi pertumbuhan yang cepat sebagai dampak tingginya proporsi wanita usia 14-49
tahun, sebagai akibat dari tingkat fertilitas yang tinggi dimasa lampau.
Data demografi menunjukkan bahwa 64 % penduduk Indonesia tinggal dipedesaan dan 36
% diperkotaan. Sebaran peduduk yang sangat tidak seimbang, dimana Jawa-Bali yang merupakan
hanya 7 % dari wilayah daratan harus menampung 60 % penduduk di Indonesia. Provinsi DKI
Jakarta merupakan provinsi dengan kepadatan tinggi, sedangkan Irian Jaya merupakan provinsi
dengan kepadatan terendah.
Perdarahan 28 %.
Keracunan kehamilan 24 %
Infeksi 11 %
Sebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, eklamsia, infeksi, partus lama, dan
komplikasi abortus.
Perdarahan merupakan sebab utama kematian ibu, yang sebagian besar disebabkan oleh
retensi plasenta. Hal ini menunjukkan adanya manajemen persalinan kala III yang kurang
adekuat.
Infeksi : Kematian ibu akibat infeksi merupakan indikator kurang baiknya upaya pencegahan
dan manajemen infeksi.
Komplikasi abortus akibat dari kehamilan yang tidak dikehendaki. Menurut data SDKI 1997
menunjukkan bahwa wanita menikah tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan
kehamilan tapi tidak menggunakan kontrasepsi yaitu sebanyak 9.2 %
Partus lama : Partus lama merupakan penyebab kesakitan dan kematian maternal dan
neonatal utama disusul oleh perdarahan, panas tinggi dan eklamsia.
Kelompok Risti terhadap kesakitan dan kematian ibu.
a. Terlalu sering
Interval persalinan < 24 bulan, secara nasional adalah 8.5 %
b. Terlalu banyak.
Mengalami > 3x kehamilan atau lebih, sebanyak 9.2 %
c. Terlalu tua.
Ibu-ibu yang melahirkan setelah umur 35 tahun, sebanyak 11 % dari semua ibu hamil.
1. Anemia.
Menurut SKRT 1995, prevalensi anemia pada ibu hamil adalah 51 % dan pada ibu nifas
45%.
Data Susenas 2000 menunjukkan bahwa 4.8 % ibu hamil usia 15-49 tahun beresiko
menderita KEP.
WUS usia 15-49 tahun yang beresiko menderita KEK, cenderung melahirkan bayi BBLR yang
merupakan resiko utama Kematian neonatal.
Daerah endemis malaria seperti provinsi Irian Jaya, Maluku, NTT mudah menderita panas
tinggi dan meninggal karena penyakit malaria
Walaupun kasus yang dilaporkan masih rendah, tapi diperkirakan akan meningkat.
Perhatian dan kemauan politik penguasa dalam menentukan skala prioritas pelayanan kesehatan.
Penyebab kematian perinatal sebagaan besar berkaitan dengan penyebab kematian maternal
diantaranya trias kematian perinatal yaitu trauma persalinan, infeksi dan perdarahan, asfiksia saat
persalinana, persalianan prematuritas. Tingginya angka kematian perinatal dianggap tolak ukur
kemampuan melakukan pelayanan kesehatan yang bermutu dan menyeluruh.
Asfiksia
Infeksi
Hipotermi
BBLR ± 15%
KEHAMILAN REMAJA
Masalah kesehatan reproduksi remaja selain berdampak secara fisik juga berpengaruh
terhadap kesehatan mental dan emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial dalam jangka
waktu panjang. Dampak jangka panjang tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap remaja itu
sendiri, tetapi juga terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa pada akhirnya.
Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada remaja dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Kehamilan tak dikehendaki, yang seringkali menjurus kepada aborsi yang tidak aman dan
komplikasinya. Remaja yang hamil diluar nikah menghadapi berbagai masalah psikologis
yaitu rasa takut, kecewa, menyesal dan rendah diri terhadap kehamilannya sehingga
terjadi usaha untuk menghilangkan dengan jalan gugur kandung.
2. Kehamilan dan persalinan usia muda yang menambah risiko kesakitan dan kematian ibu
dan bayi. Kehamilan remaja < 20 tahun memberi resiko kematian ibu dan bayi 2-4 kali
lebih tinggi dibanding kehamilan pada usia ibu 20-35 tahun. Keadaan tersebut
diperburuk oleh kenyataan bahwa derajat kesehatan remaja belum optimal. Sekitar 35 %
remaja putri menderita anemia dan sebagian diantaranya juga menderita kurang energi
kronis (KEK). Hal ini menunjukkan ketidaksiapan remaja puteri secara fisik untuk
menghadapi kehamilan di kemudian hari.
3. Masalah PMS, termasuk infeksi HIV/AIDS.
4. Tindak kekerasan seksual seperti pemerkosaan, pelecehan seksual dan transaksi seks
komersial.
Defenisi remaja menurut WHO adalah mereka yang berusia 10-19 tahun, sedangkan
menurut PBB remaja adalah berusia 15-24 tahun. Sekitar 1 milyar manusia-hampir 1 diantara 6
manusia di bumi ini adalah remaja ; 85 % diantaranya hidup di _egati berkembang.
Menurut BPS 1999 jumlah penduduk umur 10-19 tahun adalah 22.2 %, terdiri dari 50.9 %
laki-laki dan 49.1% perempuan. Usia 17-24 tahun sebanyak 62 %, tinggal di pedesaan.
Arus informasi menuju globalisasi mengakibatkan perubahan perilaku remaja yang makin
dapat menerima hubungan seksual pranikah sebagai ceminan fungsi rekreasi. Akibatnya
meningkatnya kehamilan yang belum dikehendaki atau terjadi penyakit hubungan seksual.
b. Faktor fisik
1. Mungkin kehamilan ini tidak jelas siapa ayahnya
2. Kehamilannya dapat disertai penyakit hubungan seksual sehingga memerlukan
pemeriksaan ekstra yang lengkap
3. Tumbuh kembang janin dalam rahim belum matang dapat menimbulkan abortus,
persalinan prematur dan dapat terjadi komplikasi penyakit yang telah lama dideritanya.
4. Saat persalinan sering memerlukan tindakan medis operatif
Fungsi seksual yaitu untuk prokreasi (mendapatkan keturunan ), rekreasi (untuk dinikmati
keberadaannya), untuk relasi (hubungan kekeluargaan) dan bersifat institusi (kewajiabna suami
untuk istrinya).
Hubungan seksual remaja merupakan masalah besar dalam disiplin ilmu kedokteran yaitu ilmu
andrologi, seksologi, penyakit kelamin dan kulit, kebidanan dan kandungan.
Mungkin terjadi pelacuran terselubung untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup bagi remaja yang
disebabkan oleh makin menariknya berbagai bentuk kosmetika, pakaian dan lainnya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas maka langkah yang dapat diambil antara lain :
1. Membiarkan tumbuh kembang sampai lahir, sekalipun tanpa ayah yang jelas dan selanjutnya
menjaid tangung jawab negara. Berdasarkan hak negara bayi dapat dialihkan haknya kepada
orang lain. Mereka dinikahkan sehingga bayi yang lahir mempunyai keluarga yang sah
2. Di lingkungan negara yang dapat menerima kehadiran bayi tanpa ayah, pihak perempuan
memeliharanya sebagai anak secara lazim
3. Dapat dilakukan terminasi kehamilan dengan berbagai tekhik sehingga keselamatan remaja
dapat terjamin untuk menyongsong kehidupan normal sebagaimana mestinya.
Undang-undang kesehatan yang mengatur gugur kandung secara legal yaitu no 23 tahun
1992.
Persoalan selanjutnya adalah menghindari kehamilan yang berulang dengan meningkatkan budi
pekerti dan aktivitas yang lebih bermanfaat, bila hal tersebut tidak mungkin dilakukan maka
gunakan KB remaja dengan resiko yang paling ringan.
UNSAFE ABORTION
Kehamilan adalah peristiwa yang sangat diharapkan oleh keluarga karena fitrah manusia
adalah ingin memperoleh keturunan. Namun kebahagiaan tersebut dalam banyak kasus akan sirna
jika kehamilan yang terjadi belum diinginkan atau tidak sesuai rencana (unwanted pregnancy).
Kesiapan seseorang untuk hamil seringkali dikaitkan dengan kapan ia merasa benar-benar siap
menerima kehamilan dengan kerelaan hati, harapan yang baik, serta merasa benar-benar mampu
secara fisik, emosional, maupun finansial.
Kehamilan yang belum diinginkan dapat terjadi baik oleh perempuan yang sudah
menikah maupun yang belum menikah. Dalam kenyataannya di Indonesia mereka yang telah
menikah memiliki risiko lebih besar mengalami kehamilan tak diinginkan karena mereka aktif
secara seksual dan mengalami kegagalan dalam pengaturan kelahiran (KB).
Kehamilan yang belum diinginkan cukup maternal diperkirakan 304 per 100.000
kelahiran hidup tahun 2002-2003 besar kontribusinya terhadap tingginya angka kematian maternal
di Indonesia, karena sekitar 11 % kematian maternal diakibatkan secara langsung oleh “ unsafe
abortion” (pengguguran kandungan tidak aman) oleh karena itu apabila jumlah kematian terjadi
14,179 kematian maternal tidak diketahui dengan pasti berapa kontribusi “unwanted pregnancy”
terhadap kematian maternal ini. Alasannya ialah karena tidak tercatatnya data “unsafe abortion”
dari mereka yang “unwanted pregnancy” namun dari gambaran ini jelas bahwa kontribusi “unsafe
abortion” sekitar 11% bisa dipahami dan ditingkat global sekitar 13%, diperkirakan angka kematian
maternal yang terkait dengan “unsafe abortion” sekitar 1.560 sampai 18.43 (rentang estimasi : 11-
13 %)
Survey penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran di Jawa Tengah dan Jawa
Timur (1999) mengatakan bahwa 9,8 % dari responden remaja di Jawa Timur pernah melakukan
aborsi, 8% dari responden pernah mengantarkan temannya untuk melakukan aborsi.
J Upaya Pencegahan :
1. Pendidikan seksual pada remaja secara dini.
2. komunikasi dengan orang tua.
3. Penegasan dan sosialisasi Undang – undang tentang aborsi.
4. Penerapan pencegahan infeksi.
5. Meningkatkan iman dan takwa
Aborsi yang tidak sehat (unsafe abortion) serta komplikasinya diakui sebagai masalah
kesehatan masyarakat yang harus diprioritaskan dan perlu ditangani secara manusiawi dan
profesional.. Di Indonesia UU no.23 tahun 1992 pasal 15 telah mengatur tindakan medis tertentu
yang berkaitan dengan masalah pengakhiran kehamilan, namun PP tentang hal ini belum
diterbitkan.
Aborsi tidak boleh dipromosikan sebagai program KB, namun “unsafe abortion” adalah
masalah prioritas di bidang kesehatan masyarakat yang perlu penanganan serius dan sering
menimbulkan kontroversi antara agama dan hak asasi manusia.
Meski aborsi dilarang oleh hukum, tapi kenyataannya terdapat 2,3 juta perempuan
melakukan aborsi ( Kompas, 3 Maret 2000) Masalahnya setiap perempuan mempunyai alasan
sendiri untuk melakukan aborsi dan hukumpun tidak terlihat akomodatif terhadap alasan-alasan
tersebut, misalnya dalam masalah kehamilan paksa akibat perkosaan termasuk kegagalan KB.
Larangan aborsi berakibat pada banyaknya terjadi aborsi tidak aman (unsafe abortion), yang
mengakibatkan kematian.
Data WHO menyebutkan 15-50 % kematian ibu disebabkan oleh aborsi yang tidak aman,
yang dilakukan setiap tahun, ditemukan 70.000 perempuan meninggal dunia. Artinya 1 dari 8 ibu
meninggal akibat aborsi yang tidak aman.
Di Indonesia diperkirakan setiap tahun terjadi 2.3 juta aborsi dengan rincian 1 juta
merupakan aborsi spontan, 600 ribu karena kegagalan KB dan 700 ribu karena tidak memakai alat
kontrasepsi. Prevalensi aborsi yang tidak aman di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun (1992-
1997) sebesar 12 %, sehingga menimbulkan komplikasi sampai 50 % AKI di RS dan jumlah yang
tidak diketahui di luar RS.
Sebagian besar masih dilakukan secara sembunyi sehingga menimbulkan berbagai bentuk
komplikasi ringan sampai meninggal dunia. Sekalipun UU Kesehatan no 23 tahun 1992 telah ada
tetapi masih sulit untuk dapat memenuhi syaratnya. Pelaksanaan gugur kandung yang lebih liberal
akan dapat meningkatkan sumber daya manusia karena setiap keluarga dapat merencanakan
kehamilan pada saat yang optimal. Akibat beratnya syarat yang harus dipenuhi dari UU kesehatan
no 23 tahun 1992, masyarakat yang memerlukan terminasi kehamilan akhirnya mencari jalan
pintas dengan minta bantuan dukun dengan risiko tidak bersih dan tidak aman.
Pertolongan terminasi kehamilan yang dilakukan secara illegal/sembunyi dengan fasilitas terbatas,
dan komplikasinya sangat besar (yaitu perdarahan, infeksi dan trauma) dan menimbulkan
mortalitas yang tinggi. Terminasi kehamilan yang tidak dikehendaki merupakan fakta yang tidak
dapat dihindari sebagai akibat perubahan perilaku seksual khususnya remaja, sehingga
memerlukan jalan pemecahan yang rasional dan dapat diterima di masyarakat.
Tempat yang memenuhi syarat terminasi kehamilan sesuia dengan UU Kesehatan no 23 tahun
1992 hanya rumah sakit pemerintah sehingga pelaksanaan terminasi kehamilan berjalan bersih
dan aman dengan tujuan fungsi dan kesehatan reproduksi remaja dipertahankan.
Istilah aborsi dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil kehamilan sebelum janin dapat
hidup didunia luar kandungan yaitu sebelum janin mencapai berat 500 gr dan umur kehamilan
<20 mg dengan obat-obatan atau dengan tindakan medis.
Di Indonesia aborsi atas indikasi non medik tidak dibenarkan menurut pasal 15 UU no 23
tahun 1992 tentang kesehatan. Padahal mereka yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan
juga membawa konsekwensi sosial dan psikologis.
Sementara dalam pasal 15 (1) UU Kes no : 23/1992 disebutkan bahwa dalam keadaan
darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan
tindakan medis tertentu, hanya disebutkan syarat untuk melakukan tindakan medis tertentu.
Banyaknya kematian aborsi yang tidak aman, diakibatkan kurangnya kesadaran perempuan
dan masyarakat tentang hak atas pelayanan kesehatan. Padahal bagaimana pun kondisinya atau
akibat apapun, setiap perempuan sebagai warga negara tetap memiliki hak untuk untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dan kewajiban negaralah untuk menyediakan
hal itu. Hak atas pelayanan kesehatan ini ditegaskan dalam pula dalm Pasal 12 Konvensi
Penghapusan segala bentuk kekerasan kepada perempuan dan UU kesehatan.
Unsafe abortion/aborsi tidak aman adalah penghentian kehamilan yang dilakukan oleh
orang yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai, sehingga
menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian. Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi
karena tidak tersedianya pelayanan kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan
tanpa indikasi medis, seperti korban perkosaan, hamil diluar nikah, kegagalan alat kontrasepsi dll.
Ketakutan dari calon ibu dan pandangan negatif dari keluarga atau masyarakat akhirnya
menuntut calon ibu dan pandangan negatif dari keluarga dan masyarakat, akhirnya menuntut
calon ibu untuk menggugurkan kandungan secara diam-diam tanpa memperhatikan resikonya.
Melakukan aborsi pasti merupakan keputusan yang berat dirasakan oleh perempuan yang
bersangkutan.
1. Makan obat-obatan , termasuk obat tradisional (misalnya dengan minum jamu panas-panas
yang terbuat dari lengkuas dan ketumbar airnya disaring dan diminum)
2. Memasukkan benda ke alat kelamin
3. Memijat perut dengan keras. Mencari pertolongan dukun bayi atau tenaga kesehatan yang
tidak berwenang (misalnya dengan mendatangi dukun beranak dengan cara membalikkan
peranakan yaitu dengan memijat bagian perut ibu hamil.)
Istilah prematur telah diganti menjadi Berat Badan Lahir Rendah oleh WHO sejak
1960, hal ini dikarenakan tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir
adalh yang prematur (Budjang RF, 1999).
Pada Kongres “European Perinatal Medicine “ ke II di London (1970) maka dibuat keseragaman
defenisi yaitu :
Bayi kurang bulan : Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259) hari
Bayi cukup bulan : Bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42 minggu (259-293
hari)
Bayi lebih bulan : Bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294 hati atau
lebih). (Hasan dan Alatas, 1985) .
Menurut Saifuddin (2001) Bayi Berat Lahir Rendah ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).
Menurut DepKes RI (1996) Bayi Berat Lahir Rendah ialah bayi yang lahir dengan berat lahir
2500 gram atau kurang, tanpa memperhatikan lamanya kehamilan ibunya.
Perdarahan spontan dalam ventrikel otak lateral, akibat anoksia otak (erat kaitannya dengan
gangguan pernafasan)
Hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang
Hipotermia
J PENILAIAN
Penilaian dilakukan dengan cara menimbang bayi baru lahir dan sesuai dengan beratnya, maka
bayi akan digolongkan BBLR.
J PENANGANAN DI KOMUNITAS
Sebagai bidan di komunitas kita mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk mengatasi
kejadian BBLR di masyarakat yaitu dengan upaya promotif, preventif dan kuratif :
KB
Nutrisi
Gaya hidup
2. Preventive
- Mempertahankan suhu dengan ketat, BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu
suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
- Mencegah infeksi, BBLR sangat rentan akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan
infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
- Pengawasan nutrisi/ASI, reflek menelan BBLR belum sempurna oleh sebab itu pemberian
nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
- Penimbangan, perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan day atahan tubuh oleh sebab itu penimbangan berat badan harus
dilakukan dengan ketat.
Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg/hari atau 100-120 cal/kg/hari.
Pemberian dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan bayi untuk sesegera mungkin
mencukupi kebutuhan cairan/kalori.
Kapasitas lambung BBLR sangat kecil sehingga minum harus sering diberikan tiap jam.
Perhatikan apakah selama pemberian minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru atau perut
membesar/kembung.
J Klasifikasi
Dari pengertian tersebut bayi BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :
a. Prematuritas Murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan
untuk amsa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa
kehamilan (NKB-SMK).
b. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi
itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterine dan merupakan bayi
yang kecil untuk amsa kehamilannya. (Alatas dan Hasan, 1985)
TINGKAT KESUBURAN
J Ikhtisar
Pada wanita pengembara tidak mempraktekkan jenis kontrasepsi dan jarak antara
kelahiran sekitar 4 tahun ini dihubungkan dengan masa menyusui mereka selama 4
sampai 5 tahun. Selama masa amenore dan anovulasi akibat menyusui derajat kesuburan
menjadi rendah seperti yang diteliti oleh Kolata (1997) dan Short (1976, 1984)
e. Wanita modern
Ada 2 faktor utama yang mempengaruhi rangkaian reproduksi alami wanita :
1. Nutrisi
Perbaikan nutrisi menyebabkan :
1. Kegagalan ovulasi.
2. Kegagalan ovum masuk ke tuba falofi.
3. Ovum yang tidak dapat mengalami fertilitas.
4. Tingkat reproduktifitas.
Pada sejumlah penelitian yang dikutip Short pada wanita-wanita selama beberapa siklus
fertilisasinya terlambat karena tidak terdapat spermatozoa yang masih hidup di tuba falofi
pada saat ovulasi. Pada penelitian ini keguguran embrio atau janin yang terjadi kapan saja
setelah konsepsi tidak diperhitungkan hanya bayi lahir hidup yang diikutsertakan untuk
memperkirakan tingkat reproduktifitas.
Tingkat reproduksi alami yang ditemukan pada sebagian besar wanita muda sehat dan
melakukan koreksi infertilitas absolut ( 10 % ), maka tingkat reproduktifitas alami pada
wanita subur adalah 31 % tapi nilai ini belum dikoreksi untuk :
1. Infertilitas relatif.
2. Tidak terdapat spermatozoa di tuba falofi pada waktu ovulasi.
Hertig dkk ( 1959 ) memperkirakan tingkat reproduktifitas sampai 45 % pada kelompok
yang terdiri dari wanita subur yang lebih tua rata-rata 33 tahun dan para wanita tersebut
diduga tingkat kesuburannya maksimum.
a. Persalinan kasep
b. Kematian janin dalam rahim
c. Ruptur uteri
d. Perdarahan akibat pertolongan salah, robekan jalan lahir, retensio plasenta
e. Infeksi berat
f. Janin (bayi) mengalami asfiksia, infeksi, trauma persalinan
Memperhatikan angka kematian ibu dan perinatal dapat dikemukakan bahwa sebagian
besar terjadi pada saat pertolongan dan kematian ibu dan perinatal masih dapat dicegah.
Bidan memegang peranan penting untuk meningkatkan pelayanan yang menyeluruh dan
bermutu di tengah masyarakat
Peranan dukun beranak sulit ditiadakan karena masih mendapat kepercayaan masyarakat dan
tenaga terlatih yang masih belum mencukupi. Dukun beranak masih dapat dimanfaatkan
untuk ikut serta memberikan pertolongan persalinan. Kerja sama bidan di desa dengan dukun
beranak perlu dijalin dengan baik melalui :
Dengan penempatan bidan di desa diharapkan peranan dukun akan makin berkurang
sejalan dengan makin tingginya pendidikan dan pengetahuan masyarakat dan tersedianya fasilitas
kesehatan.
Dalam SUSENAS 1998 dan 2001 tercatat jumlah kelahiran hidup 78.511. Berdasarkan data
tersebut, diperkirakan pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan tahun 1996 adalah 44%
dan tahun 2000 sebanyak 39%, angka ini dibawah target nasional untuk tahun 2000 persalinan
80% harus ditolong oleh tenaga kesehatan.
Hal ini disebabkan pelayanan kesehatan yang tidak merata dipedesaan, terlebih lagi
didaerah terpencil susah untuk mengakses tenaga kesehatan. Persalinan masih ditolong oleh
dukun bayi (paraji). Faktor lain adalah ibu dengan ekonomi kurang mampu cenderung mencari
pertolongan ke non nakes ± 20-40% dengan karakteristik tinggal dipedesaan, tingkat pendidikan
SD/SMP atau tidak sekolah, bekerja di pertanian atau tidak bekerja dan tidak mempunyai jaminan
kesehatan.
Tabel presentasi distribusi dari pelayanan persalinan nonnakes berdasarkan data SUSENAS 2001
PULAU TAHUN
1996 1997 1998 1999 2000
Penyakit menular seksual merupakan salah satu infeksi saluran reproduksi (ISR) yang
ditularkan melalui hubungan kelamin. Perempuan lebih mudah terkena ISR dibandingkan laki-laki,
karena saluran reproduksi perempuan lebih dekat ke anus dan kesaluran kencing, dan sering tidak
diketahui karena gejalanya kurang jelas disbanding dengan laki-laki.
Pada perempuan ISR dapat menyebabkan :
Dari semua PMS, HIV/AIDS merupakan jenis PMS yang paling penting karena sangat
berbahaya dan berakhir kematian bagi penderitanya. Dalam 20 tahun terakhir>60 juta orang
terinfeksi HIV dan 20 juta diantaranya meninggal karena AIDS.
Pada tahun 2001 jumlah orang hidup HIV/AIDS 40 juta, 17.6 juta diantaranya wanita dan 2.8 juta
adalah anah berumur dibawah 15 tahun.
Di Indonesia saat ini 50-78% pengguna narkoba suntikan mengidap HIV. Dan diperkirakan
terdapat 80.000-120.000 orang hidup dengan HIV/AIDS (OHHA) dengan factor-faktor yang
mempermudah terjadi endemic, maka Indonesia sangat terancam bencana nasional HIV/AIDS
ditahun 2010. Perkiraan penderita AIDS di Indonesia tahun 2010 adalah 100.000 dengan pengidap
HIV 1.000.000.s
Pelayanan kebidanan berkaitan erat dengan penyakit melalui hubungan seksual. Penyakit
ini tidak hanya berpengaruh terhadap ibu akan tetapi juga terhadap bayi yang dikandung atau
dilahirkan. Oleh karena itu beberapa penyakit melalui hubungan seksual dikemukakan disini.
1. Kandidiasis Vaginalis
Disebabkan oleh jamur, yaitu kandida albicans.
Gejala :
Cairan kental putih keluar yang diikuti oleh luka dan iritasi pada vagina
Pengobatan :
o Berikan nistatin atau ketokonazol 2x200 mg oral selama 5 hari. Bila pasien tidak ingin
pemberian obat peroral berikan melalui tablet vaginal nistatinatau klotrimazol 500 mg
dosis tunggal.
o Obati pasangan dengan ketokonazol 2 x 200 mg oral selama 5 hari
o Lakukan konseling
o Buat jadwal kunjungan ulang
2. Trikomoniasis
Disebabkan oleh trichomonas vaginalis
Gajala :
Pengobatan :
o Warna kulit akan menjadi sedikita gelap dan keruh, hal ini disebabkan ekskresi
metabolit melalui urin dan segera akan kembali normal setelah pengobatan dihentikan.
o Lakukan konseling
o Buat jadwal kunjungan ulang.
3. Sifilis
Penyebab : Treponema Pallidum
Gejala :
a. Pada tahap pertama, simtom tampak pada 2-5 minggu setelah infeksi. Terjadi ulkus
pada daerah anokulasi, timbul pupula atau fistula tipis, kemudian timbul indurasi yang
terasa keras bila dipalpasi. Permukaan pecah terbentuk ulkus dengan dasar yang
berwarna coklat atau merah, ulkus biasanya muncul dilabia atau klitoris, akan tetapi
tampak juga di vagina atau klitoris. Lesi terasa lebih sakit. Kelenjar limfe membesar
dank eras tapi tidak sakit
b. Fase kedua
Setelah lesi sembuh, symptom lain timbul 6-8 minggu kemudian.
Suhu meningkat sampai 380 C, Sakit didaerah belakang kepala, lemah, lesi
kerongkongan yang jarang akut, laryngitis yang menyebabkan suara hilang dan tidak
sakit, tonsil membengkak, lapisan mukosa tampak diatas palatum dan tonsil, Erupsi
kulit pada dahi, dada, fleksor anggota badan dan meninggalkan bekas warna tembaga
dikulit, di daerah perianal, vulva tampak kondilomata, rambut gugur sehingga terjadi
alopesia,, pada mata terjadi iritis, keratitis dan retinitis.
c. Fase ketiga
Berkembang dari 2 sampai 3 tahun setelah infeksi awal, Gummata (tumor sifilis) timbul
dibagian tubuh, paralis generalis atau atrofi spinal.
Sifilis congenital ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu menderita sifilis yang
tidak diobati.
Sifilis juga dapat menyebabkan abortus antara kehamilan 20 sampai 28 minggu, bayi
prematur, janin mati
4. Gonorrea
Penyebabnya adalah Neisseria gonorrea
Gejala :
Timbul pada 2-5 hari setelah infeksi, pireksia, tidak enak badan, cairan warna putih
kehijauan keluar dari vagina, uretritis menyebabkan rasa sakit seperti terbakar bila ingin
kencing, dan frekuensi kencing meningkat.
Pengobatan :
Perawatan ibu dan bayi baru lahir dari ibu dengan Gonorrea : ibu dan bayi diisolasi, ruang
persalinan didesinfeksi, mata bayi dibersihkan dengan larutan saline. Tangan bayi
dibersihkan dan dibungkus bersama tubuhnya sehingga tangannya tidak menyentuh mata.
Pada mata bayi diteteskan obat tetes mata anti biotik (Penisillin)
Bahaya pada bayi : bila tidak segera diobati bayi akan buta. Bayi dengan opthalmia,
gonococal menunjukkan gejala keluarnya cairan purulen kehijauan dari kedua mata,
kelopak mata bengkak dan merah timbul setelah bayi lahir.
5. Herpes Genitalis
Penyebab : Virus simpleks tipe II.
Penyakit ini menimbulkan vesikel yang menyebar dari vulva kevagina dan menginfeksi
serviks, masuk ke uretra da kantung kencing terinfeksi menimbulkan disuria dan kadang
timbul retensi urin. Kelenjar limfe dilipat pah membesar dan lemah
Tindakan : istirahat, Lesi dijaga agar tetap bersih untuk menghindarkan timbulnya infeksi
dan analgetik diberikan untuk mengurangi rasa sakit
Infeksi pada kehamilan tua adalah bahaya potensial bagi bayi yang dilahirkan suatu
persalinan, oleh karena itu di sarankan agar dilakukan operasi sesar.
6. HIV/AIDS
Penyebab adalah virus yang dikenal sebagai Human Immuno Deficiency Virus (HIV)
a. Hanya bersenggama dengan satu pasangan yang tidak berpenyakit HIV/AIDS, hindari
hubungan seks diluar nikah
b. Tidak bersenggama dengan jenis kelamin yang sama (homo) seksual
c. Tidak memakai alat-alat yang sama seperti ; jarum suntik, tatto, alat cukur secara
bergantian
d. Memakai kondom bila pasangan (suami/istri) menderita infeksi AIDS.
Tantangan berat yang masih dirasakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalah
jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi dengan pertumbuhan yang
cukup tinggi serta penyebaran penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah. Dan yang perlu
diperhatikan yang berkaitan dengan sosial budaya masyarakat seperti tingkat pengetahuan yang
belum memadai, kebiasaan ngatif yang berlaku dimasyarakat, adat istiadat, prilaku dan kurangnya
PSM dalam pembangunan kesehatan.
Ibu hamil dilarang tidur siang karena takut bayinya besar dan akan sulit melahirkan.
Ibu menyusui dilarang makan makanan yang amis misalnya ikan, telur.
Ibu habis melahirkan dilarang tidur siang.
Bayi berusia 1 minggu, boleh diberikan nasi, pisang supaya meconeum cepat keluar.
Ibu post partum harus tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk karena takut darah
kotor naik kemata.
Ibu yang mengalami kesulitan dalam melahirkan rambutnya harus diuraikan dan persalinan
harus dilakukan dilantai, diharapkan ibu akan cepat melahirkan.
Bayi yang baru lahir bila tidur harus ditemani dengan benda-benda tajam.
Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan masih rendah, mereka masih
percaya sama dukun, karena kharismatik dukun sedemikian tinggi. Petugas kesehatan pemerintah
dianggap sebagai orang baru yang tidak mengenal masyarakat di wilayahnya dan tidak kharismatik.
Rendahnya kunjungan masyarakat kewilayah kesehatan masyarakat ke pelayanan kesehatan
dikarenakan jauhnya lokasi pelayanan kesehatan dengan rumah penduduk, sehingga bila
masyarakat sudah mempunyai kemauan memeriksakan dirinya kepekayanan kesehatan, namun
karena jauh ia perlu mendapat pertolongan, akhirnya ia berobat kedukun yang dekat lokasinya.
1. Kehamilan adalah peristiwa alamiah yang terjadi pada kaum perempuan sehingga sudah
seharusnya ditanggung resikonya oleh perempuan. Kehamilan adalah kodrat perempuan,
akan tetapi resikonya harus ditanggung bersama oleh suami, keluarga dan masyarakat
selain perempuan itu sendiri
Upaya pemerintah untuk menanggulangi dampak dari mitos tersebut adalah dengan
pendampingan persalinan dan pembentukan desa siaga.
2. Sampai saat ini banyak perempuan yang tidak mempunyai hak terhadap kesehatan
reproduksinya. Berapa kali perempuan ingin hamil selama masa suburnya, kapan ingin
hamil, dengan cara bagaimana mengatur kehamilannya, masih banyak yang ditentukan oleh
orang lain ( suami, orang tua, mertua) dan bukan dirinya sendiri, bahkan bisa jadi dilibatkan
pun tidak dalam perencanaan.
Upaya pemerintah berupa program KB (Keluarga Berencana), yang memastikan bahwa
setiap orang atau pasangan mempunyai akses ke informasi dan pelayanan KB agar dapat
merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak.
Dengan demikian diharapkan tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan sehingga akan
terwujud Keluarga Berkualitas.
3. Dalam konteks sosial dan keluarga, kekuasaan dan pengambilan keputusan dalam keluarga
bukan pada wanita. Akibatnya siapa yang akan menolong persalinannya harus menunggu
keputusan keluarga (suami, ayah, mertua, atau kakek). Bahkan setelah terjadinya
komplikasi persalinan pun , mereka masih merembuk untuk menentukan sikap sehingga
terjadi keterlambatan pertolongan, karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang
berbagai opsi yang tersedia.
Untuk mengatasi ketidakseimbangan ini maka gender mainstreaming merupakan strategi
untuk mencapai keadilan dan kesetaraan gender.
Teori yang berkaitan dengan menghapus kekerasan terhadap perempuan adalah sebagai
berikut :
Adalah kebijakan yang secara tegas menyatakan bahwa keselamatan perempuan adalah
perioritas dan tidak ada toleransi sekecil apapun terhadap berbagai tindakan kekerasan
terhadap perempuan.
4. Anggaran untuk kehamilan dan kelahiran dalam rumah tamgga masih dianggap tidak
penting sehingga kurang mendapatkan prioritas untuk menyediakannya.
Upaya pemerintah menggerakan masyarakat melalui program UKBM (Upaya Kesehatan
Bersumber Masyarakat) misalnya Desa Siaga dengan elemen-elemen suami siaga, warga
siaga dan bidan siaga.
Komponen-komponen yang harus dipenuhi sebagai desa siaga adalah : Dana Sosial Ibu
Bersalin ( Dasolin ), Tabungan Ibu Bersalin ( Tabulin ), Ambulan Desa dan Bank Darah.
5. Kebiasaan di daerah tertentu yang membahayakan kondisi ibu dan bayinya. Disuatu daerah,
ada norma/tata nilai yang menyatakan bahwa kalau melahirkan ia harus bersembunyi di
hutan atau di tepi sungai, yang yang dapat menjadi salah satu faktor tingginya AKI di daerah
tersebut. Di daerah lain ada norma budaya yang mengharuskan wanita yang baru
melahirkan bersama bayinya dipanaskan diatas api dari kayu tertentu di dalam ruang yang
tertutup rapat. Budaya tersebut perlu dikaji manfaat dan resikonya.
Upayanya adalah dengan pendampingan persalinan, Gerakan Sayang Ibu, Kecaamatan
Sayang Ibu, Rumah Sakit Sayang Ibu dan bayi.
6. Norma yang berlaku di masyarakat bahwa perempuan seyogyanya makan bagian yang
terakhir sesudah suami, orang tua dan anak-anaknya, menyebabkan banyaknya perempuan
yang mengalami anemia yang berpengaruh terhadap kesehatannya, kehamilannya dan
terhadap proses kelahiran yang dialaminya.
Upayanya yaitu dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dalam promosi kesehatan.
7. Banyaknya mitos yang merugikan perempuan hamil seperti dilarang makan ini dan itu
(misalnya udang, kepiting, ikan dll) menyebabkan gangguan gizi berimbang alias kurang
protein.
Upayanya adalah dengan melibatkan dukun bayi, kader Posyandu, tokoh masyarakat dan
pemuka agama dalam promosi kesehatan.
Sebagian besar hal tersebut di atas, bersumber pada ketidakberdayaan perempuan terhadap
norma dan aturan masyarakat yang bias gender. Pandangan yang bias gender ini membawa
dampak yang tidak menguntungkan pada perempuan. Nilai sosial budaya tersebut diperkuat
oleh cara pandang agama yang sempit yakni persalinan merupakan hal yang biasa dan
meninggal ketika bersalin adalah mati syahid, pandangan ini berdampak tingginya kepasrahan
kepada keadaan dan rendahnya usaha untuk mencegah musibah.
Seringkali kematian karena kehamilan dan persalinan karena adanya istilah 3 terlambat dan 4
terlalu. Tiga terlambat adalah :
Terlambat mengambil keputusan untuk memberikan pertolongan kepada ibu hamil dan
melahirkan.
Terlambat membawa ketempat pelayanan kesehatan,
Terlambatnya tenaga medis memberikan pertolongan.
Kesimpulan
1. AKI di Indonesia masih yang tertinggi di negara-negara ASEAN lainnya dan penurunannya
berjalan sangat lambat.
2. Sebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, eklamsia, infeksi, partus lama,
dan komplikasi abortus.
3. Penyebab kematian ibu tidak langsung Anemia, Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Energi
Kronis (KEK),Prevalensi bumil dengan malaria, Infeksi PMS / HIV&AIDS
4. Sebab utama kematian bayi antara lain Asfiksia,Infeksi,Hipotermi,BBLR
5. Kehamilan remaja adalah Kehamilan yang tidak diinginkan, Meneruskan kehamilan dengan
kemungkinan Kondisi remaja yang tidak menunjang kehamilan sehat,Bayi yang lahir dari ibu
remaja cenderung untuk lahir premature, BBLR, menderita gangguan pertumbuhan atau
kecacatan, Masalah sosial : malu, minder
6. Unsafe abortion/aborsi tidak aman adalah penghentian kehamilan yang dilakukan oleh
orang yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai,
sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian
7. Infertilitas atau ketidak-suburan adalah kesulitan untuk memperoleh keturunan pada
pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi dan melakukan senggama secara teratur
selama 12 bulan.
8. Persalinan pada tenaga non kesehatan masih tinggi disebabkan pelayanan kesehatan yang
tidak merata dipedesaan, terlebih lagi didaerah terpencil susah untuk mengakses tenaga
kesehatan. Persalinan masih ditolong oleh dukun bayi (paraji). Faktor lain adalah ibu
dengan ekonomi kurang mampu cenderung mencari pertolongan ke non nakes
9. Penyakit menular seksual merupakan salah satu infeksi saluran reproduksi (ISR) yang
ditularkan melalui hubungan kelamin. Perempuan lebih mudah terkena ISR dibandingkan
laki-laki, karena saluran reproduksi perempuan lebih dekat ke anus dan kesaluran
10. 3. Macam-macam penyakit melalui hubungan seksual adalah Kandidiasis Vaginalis,
Trikomoniasis, Sifilis, Gonorrea, Herpes Genitalis, HIV/AIDS.
13. AKI di Indonesia masih tinggi dan merupakan masalah kesehatan masyarakat.
14. Kehamilan remaja banyak menimbulkan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, sering
disebabkan karena belum matangnya organ reproduksi dan masalah psikologis remaja.
15. Unsafe abortion merupakan masalah prioritas di bidang kesehatan masyarakat yang perlu
penanganan serius dan sering menimbulkan kontroversi antara agama dan hak asasi
manusia.
16. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500
gram (sampai dengan 2499 gram) berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya
Evaluasi
KASUS
1. Bidan Yati yang bertempat di desa Sukaramai didatangi oleh klien pasangan suami istri yang
setelah dua tahun berumah tangga belum mempunyai keturunan. Mereka datang kepada
bidan untuk berkonsultasi tentang masalah yang mereka hadapi. Sebagai seorang bidan
langkah - langkah apa saja yang seharusnya dilakukan oleh bidan Yati dalam menghadapi
masalah tersebut