Anda di halaman 1dari 48

TUGAS MATA KULIAH :

FILSAFAT ILMU

Dosen : Dr. Rudi Hartanto

“Immanuel Kant. David Hume dan


Transcedental Idealisme”
Oleh :
Yoseph Agus
Erlian Banjarnahor
Hexana Sri Lastanti

Program Doktor Ilmu Ekonomi Konsentrasi Akuntansi


FEB Universitas Trisakti, Maret 2019
BAGIAN 1

”SKEPTIS RADIKAL”

DAVID HUME (1711-1776)


EMPIRISME DAN SKEPTISISME

EMPIRISME : Pemikiran filosofis David Hume

SKEPTISISME : Teori pengetahuan David Hume


Dasar Pemikiran Hume

“Hume membangun sebuah sistem filsafat yang


dapat dipertanggung-jawabkan berdasar
pengalaman empiris dan tidak dibangun di
atas asumsi-asumsi atau spekulasi-spekulasi
yang sama sekali tidak dapat dibuktikan
secara empiris”
Dasar Pemikiran Hume
Titik tolak ilmu filsafat hume adalah MANUSIA, karena :

 Ilmu pengetahuan itu adalah ilmu pengetahuan yang terkait langsung dengan
manusia

 Ilmu pengetahuan yang tidak terkait langsung dengan manusia, misal


ilmu agama. Imu agama tetap terletak pada hakikat manusia itu sendiri,
yakni ketakutan-ketakutan, ketidaktahuan terhadap masa depan, harapan-
harapan, kelemahan-kelemahan, serta kelemahan-kelemahan lainnya.
Semua sifat ini menjadi akar yang mendorong manusia untuk beragama dan
bukan karena perintah Tuhan kepada manusia atau kewajiban kita terhadap-
Nya
Implikasi atas Dasar Pemikiran Hume

 Perlu mengembangkan ilmu mengenai manusia yang menjadi basis bagi


pengembangan ilmu-ilmu lainnya
 Lebih dulu harus mengetahui hakikat manusia agar dapat mengembangkan ilmu
dengan jangkauan kepastian yang memadai.
 Ilmu pengetahuan mengenai manusia adalah satu-satunya fondasi yang solid bagi

semua ilmu lainnya, ilmu-ilmu manusia ini harus didasarkan atas pengalaman dan
observasi
Teori Pengetahuan
 Sesuai dengan inti aliran empirisme, Hume berpendapat bahwa semua pengetahuan
didasarkan atas pengalaman indrawi. yang disebut PERSEPSI. Jadi persepsi adalah objek
pengetahuan manusia.

 Persepsi terbentuk sebagai tiruan (copy) dari benda empiris yang ada di sana. Hume tidak
mempermasalakan apakah benda yang dipersepsi itu ada atau tidak ada secara aktual, yang
penting bagi dia adalah bagaimana pengetahuan kita mungkin berdasarkan persepsi
(mengenai objek) tertentu yang kita peroleh.

 Posisi ini yang membuat empirisme Hume menjadi sangat radikal, karena ia bahkan skeptis
terhadap keberadaan dunia empiris material.
PERSEPSI (KESAN DAN IDE)
Persepsi adalah keseluruhan yang ada dipikiran kita (isi pikiran kita). Persepsi dibagi
menjadi 2 yaitu :

1. KESAN KESAN (IMPRESSION) adalah persepsi yang lebih hidup dan langsung/
merefleksikan suatu sensasisensasi tau gerakan. kesan-kesan adalah apa yang
kita tangkap dengan segera, langsung, dalam kesadaran, sebelum ia berubah
menjadi ide/pikiran

2. IDE IDE (IDEAS)/ PIKIRAN (thoughts) adalah Persepsi yang kurang berdaya
dan kurang hidup. Ide disebut juga dengan MAKNA (dalam teori makna dikenal
dgn istilah teori makna (meaning theory) yang terbentuk dari ide atau pikiran
kita mengenai suatu objek. Ide merupkan tiruan dari kesan-kesan yang kita
peroleh sebelumnya
PERSEPSI (KESAN DAN IDE)

Setiap ide mesti merupakan tiruan sekaligus kesatuan


dari kesankesan sebelumnya. Dan karena
pengetahuan dihasilkan melaluikesan dan ide, Maka
semua ilmu pengetahuan manusia berasal dari
pengalaman atau kesan-kesan indrawi
Pembuktian pengetahuan adalah
tiruan/didasarkan atas pengalaman

 Pertama : kalau kita menganalisa ide kita (mengenai sesuatu) maka


setiap ide itu selalu dapat dipecah pecah lagi ke dalam ide-ide
tunggal/sederhana (simple ideas) yang asal-usulnya adalah kesan-kesan
indrawi yang pernah kita peroleh.

 Kedua : Orang yang mengalami masalah dalam hal indra, tidak memiliki
ide mengenai sesuatu yang hanya bisa diperoleh melalui organ tersebut.
Kita tidak punya gambaran dalam pikiran kita mengenai penampakan
empiris konsep tersebut; artinya, kita tidak punya kesan (dalam pikiran)
seperti apa objek tersebut dalam kenyataan
MUNCULNYA PENGETAHUAN

 Pengetahuan terbentuk sebagai hasil sintesa ide-ide (ASOSIASI) .


Tanpa adanya ide-ide yang tersatukan itu maka kita hanya
memiliki kesan-kesan indrawi yang tidak sampai membentuk
sebuah pengetahuan

 Tiga prinsip koneksi antar ide, yakni :

1.kemiripan (resemblance),

2.Kedekatan (contiguity) dan

3.Sebab atau akibat (cause and effect).


METODE INDUKSI
Metode induksi adalah metode untuk mencari atau merumuskan hukum yanag bersifat
umum dengan bertolak dari eksperimen-eksperimen khusus. Kesimpulan yang ditarik dari
eksperimen itukemudian diuniversalisasikan.

MASALAH :

“ Bagaimana mungkin bisa memiliki kepercayaan dari metode induksi tersebut? Atas dasar
apamenerima dan mengakui keniscayaan dan keuniversalan hukum-hukum tersebut?
Bagaimana mungkin dapat memiliki pengetahuan atau kepercayaan yang sedemikian pasti
mengenai hal yang belum terjadi?”

KRITIKAN HUME :

Apakah sains itu bertumpu sepenuhnya di atas metode atau prinsip yang rasional,
sebagaimana sering diklaim, atau di atas prinsip lain yang sebenarnya tidak rasional?
Relasi antaride dan Fakta

 Hume berpendapat bahwa kita tidak memiliki kapasitas untuk


memiliki pengetahuan yang pasti mengenai alam dan masa
depan,

 Ada pembeda antara relasi antar ide-ide (relation of ideas) dan


masalah fakta (matters of fact). Kedua hal inilah yang menurut Hume
menjadi objek pikiran manusia.

 Contoh relasi antaride adalah ilmu-ilmu seperti geometri, aljabar,


aritmetika, atau setiap ilmu yang baik secara intuitif maupun
demonstratif bersifat pasti. Misal tiga kali lima sama dengan
setengah dari 30
Apriori dan Aposteriori
 Ciri khas relasi antaride ini adalah bahwa ia dapat dipikirkan atau ditemukan
semata-mata melalui operasi pikiran, tanpa tergantung pada apa yang eksis
dalam alam semesta ini. Kebenaran pernyataan ini bersifat apriori dan tidak
mengandaikan pengalaman.
 Fakta tidak cukup hanya dengan mengandalkan pikiran apriori, melainkan
harus bertolak dari pengalaman, dan karena itu bersifat aposteriori.

Cotoh: Matahari tidak akan terbit besok? Itu menyangkut fakta. Namun,fakta itu belum

terjadi.

 Bagaimana mungkin kita merasa pasti atas fakta yang belum terjadi dan belum dapat

diobervasi? Bukti apa yang kita miliki untuk mempercayai fakta yang belum terjadi itu?
Sebab Akibat (cause and effect)
 Semua penalaran mengenai fakta, relasi didasarkan atas sebab dan akibat
(cause and effect). Melalui penalaran relasi kausalitas itulah kita dapat
mengambil kesimpulan mengenai fakta yang melampaui memori dan indra
kita yang membuat kita mempercayai atau memiliki pengetahuan mengenai
relasi kausalitas.
 Pengetahuan mengenai relasi ini tidak diperoleh melalui penalaran
apriori; melainkan muncul sepenuhnya dari pengalaman, yakni ketika
kita menemukan bahwa setiap objek partikular selalu berlangsung berurutan
satu sama lain. Dengan kata lain, proposisi sebab dan akibat ditemukan
bukan melalui rasio, melainkan melalui pengalaman
Beberapa Pertanyaan
 Apa dasar pembenaran atas pengetahuan atau kepercayaan kita
yang sedemikian kuat mengenai fakta yang kita hadapi? “Relasi
kausalitas.”
 Atas dasar apa kita mempercayai relasi kausalitas itu? “atas dasar
pengalaman”
 Apakah pembenaran bagi kita untuk menarik kesimpulan
berdasarkan pengalaman di masa lalu itu? “relasi sebab akibat itu
didasarkan atas pengalaman masa lalu. Pengetahuan didasarkan atas
pengalaman kita di masa lalu mengenai hubungan antar peristiwa.
Beberapa Pertanyaan
 Bagaimana mungkin dapat menarik kesimpulan mengenai masa depan
berdasarkan pengalaman masa lalu? Atas dasar apa saya dapat menjawab
peristiwa di masa depan berdasarkan peristiwa masa lalu? “tidak ada dasar
rasional untuk menarik kesimpulan mengenai masa depan (fakta yang belum
terjadi) berdasarkan pengalaman masa lalu”

 Satu-satunya dasar bagi kita untuk menerapkan penalaran di masa lalu atas
peristiwa di masa depan hanyalah kebiasaan (custom). Kita terbiasa untuk
beranggapan bahwa hal yang sama juga akan terjadi di masa depan.

 Kebiasaan (custom) adalah pembimbing agung dalam kehidupan manusia


Politeisme dan Monoteisme
 Politeisme : Ketakutan, dan bukan akal budi, adalah sumber agama;
politeisme, dan bukan monoteisme, adalah agama asali manusia. Di sini Hume
dengan tegas menyatakan bahwa agama itu adalah takhyul (superstition).

 Monoteisme : Manusia tidak lagi menghadapi alam sebagai kekuatan asing


yang menakutkan, melainkan mulai merefleksikan alam. Alam dilihat sebagai
sebuah kesatuan rasional, dan sebagai sebuah kesatuan, maka juga dilihat
sebagai dikendalikan atau diatur oleh satu ・ supreme deity atau supreme
Being. Inilah awal monoteisme, yang akhirnya menempatkan satu dewa
tertinggi, disebut Allah atau Tuhan. Dengan kata lain, agama yang tadinya
didasarkan atas hakikat manusia kini mulai didasarkan atas akal budi (reason)
Agama Monoteis
Hume tidak melihat agama monoteisme sebagai hasil wahyu (revelation)
Allah, melainkan sebagai hasil perkembangan akal budi manusia,
berdasarkan hakikat manusia itu sendiri. Inilah yang disebut dengan agama
alami ・ (natural religion), yakni kepercayaan yang kita miliki mengenai
sebuah Mahluk kekal yang intelek ・ (aneternal intellectual Being), yang
diungkapkan kepada kita melalui akal budi kita, dan bukan melalui wahyu.
Artinya, bila kita merefleksikan keseluruhan alam semesta ini, maka kita
akan menyadari bahwa alam semesta ini teratur dan rasional serta oleh
hukum-hukum yang juga dapat dipahami, dan semua itu kita tahu hanya
berdasarkan akal budi kita, dan bukan berdasarkan wahyu
Agama Monoteis

Agama monoteis itu mengandung sifat mengerikan (morbid) karena


tidak toleran bahkan cenderung melakukan kekerasan (cruelty)
kepada orang lain, mengajarkan dan menghargai sikap yang
menganggap diri sendiri tidak berdaya (self-pitying), selalu sibuk
dengan dosa dan neraka, bahkan nyaris patologis, serta sering
hipokrit (munafik). Monoteisme juga tidak bersahabat dengan
kebahagiaan, bahkan cenderung menghargai penderitaan,
mengajarkan fanatisme (bigotry), kekejaman dan kekerasan.
Kesimpulan
a. Berpandangan empiris, skeptis radikal

b. Menolak pemikiran rasionalisme Eropa continental

c. Menolak metode induktif oleh Francis Bacon yang mengklaim dapat


mencapai kepastian pengetahuan

d. Memusuhi aliran metafisika.

e. Menolak eksistensi Tuhan dan kebenaran agama


Bagian 2:

”IMMANUEL KANT”
Riwayat Hidup Immanuel Kant
 Lahir pada 22 April 1724 di Konisberg (sekarang Kaliningrad, UUSR), Prusia
Timur, Jerman.
 Meninggal Tahun 1804 pada usia 80-an
 Pendidikan formal Collegium Friedericianum (Usia 8 Tahun)
 Universitas Konisberg (Usia 16 tahun)
 Tahun 1770, mendapatkan gelar doktor dengan desertasi
berjudul Meditationumquarunsdum de Igne Succinta Delineatio (Penggambaran
Singkat dari Sejumlah Pemikiran Mengenai Api).
 Mengajar di Universitas Konisberg; mata kuliah: metafisika, geografi, pedagogi,
fisika, matematika, logika, filsafat, teologi, ilmu falak, dan mineralogi.
 Tahun 1775, ia diangkat menjadi professor logika dan metafisika dengan
desertasi berjudul De Mindisensibilis Atgue Intelligibilis Forma et Principiis
(Mengenai Bentuk dan Asas Dunia Inderawi dan Budi).
Riwayat Hidup Immanuel Kant
(2)
Karya dalam bentuk buku: 
Tahun 1770 Kritik der Reinen Vernunft (The Critique of Pure Reason)
Tahun 1785 Polegomena to any Future Metaphisics
Tahun 1786 Metaphisical Foundation of Rational Science
Tahun 1790 Critique of Practical Reason (1788), Critique of Judgement
Tahun 1794 Religion Within the Boundaries of Pure Reason
Tahun 1794 Religion Within Limits of Pure Reason
Tahun 1795 Sekumpulan essai yang berjudul Eternal Peace
Riwayat Hidup Immanuel Kant
(3)
 Ayahnya seorang ahli pembuat baju besi, beralih profesi menjadi pedagang. Tetapi,
sekitar tahun 1730-1740, perdagangan di Konisberg mengalami kemerosotan,
sehingga keluarga Kant hidup dalam kemiskinan.
 Keluarganya adalah penganut Kristiani yang sangat saleh. Keyakinannya itu
sekaligus merupakan latar belakang yang cukup penting bagi pemikiran filosofinya,
terutama masalah etika.
 Meski miskin, ia tidak menggantungkan hidup sepenuhnya pada kerabat yang
membantunya. Ia menyambi berprofesi menjadi guru privat di beberapa keluarga
kaya.
 Cara mengajarnya begitu hidup, seolah ia seorang orator handal. Karena itulah ia
disebut der schone magister (guru yang cakap).
 Ia adalah seorang filosof Jerman abad ke-18 yang sangat berpengaruh dalam dunia
filsafat.
Why is Knowledge a problem?
(Mengapa Pengetahuan merupakan
masalah?)

 Anda ada seperti apa yang anda pikirkan.


Kenyataannya tidak ada yang lebih penting untuk
mengerti diri sendiri daripada pengetahuan masa
lalu. Masa lalu telah membuat anda menjadi diri apa
adanya. Memori dimasa lalu-orang tua, dimana
kamu dibesarkan, teman dan pengalaman yang
telah kamu lalu-merupakan pemahaman Anda
tentang siapa Anda.
Is Reason the Source of our Knowledge?
Apakah Alasan Sumber Pengetahuan kita?)

 Rasionalisme  Percaya bahwa akal, tanpa bantuan persepsi


indrawi, mampu mencapai beberapa pengetahuan, beberapa
kebenaran yang tidak dapat disangkal.

Persepsi mengacu pada proses melihat, mendengar, mencium,


menyentuh, dan mencicipi dimana kita menjadi sadar atau
memahami objek biasa seperti meja kursi, batu dan pohon.
ketika pengetahuan klaim rasionalis didasarkan pada alasan
daripada persepsi, itu berarti bahwa kita tidak bergantung pada
pengalaman Indera untuk semua pengetahuan mendasar yang
kita miliki.
5.3 Can the Senses Account for All Our Knowledge?
(Bisakah Indera Memperhitungkan Semua
Pengetahuan Kita?)

Baik di timur maupun di barat, muncul pandangan


epistemologi yang sangat kontras dengan rasionalisme-
empirisme.

Empirisme adalah kepercayaan bahwa semua pengetahuan


tentang dunia berasal dari atau didasarkan pada indera.
  John Locke, filsuf Inggris (1632-1704) dan Empirisme
  George Berkeley dan Subjektifisme
  David Hume dan Skeptisme
5.4 Kant: Does the Knowing Mind Shape the World?
(Kant: Apakah Pikiran yang Mengenal Membentuk
Dunia?)

 Immanuel Kant, Filsuf Jerman (1724-1804)


 transcendental idealism.
5.5. Does Science Give Us Knowledge?
(Apakah Sains Memberi Kita Pengetahuan?)

 Tiga(3) pendekatan dari sember pengerahuan:


rasionalis, empiris dan transendetal.
Bagian 3:

”TRANSCEDENTAL IDEALISME”
RASIONALISME (Rane descartes, Spinosa & Leibniz) 32

REASON Ratio
(english) (latin)
kemampuan untuk melakukan;
abtraksi, memahami,
menghubungkan,
merefleksikan, memperhatikan
kesamaan-kesamaan, dan
perbedaan-perbedaan dan
sebagainya.
33
 Paham rasionalisme menyatakan bahwa akal adalah
dasar kepastian ilmu pengetahuan dan pengetahuan
dapat diperoleh dan diukur akal melalui kegiatan. manusia
memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap
objek.

 Rasionalisme dalam filsafat yaitu lawan dari empiris dan


sering berguna dalam teori pengetahuan. Sedangkan
dalam agama, rasionalisme sebagai lawan otoritas dan
biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama.
EMPIRISME (Pendukung : Positivisme Prancis, 34
Lingkaran Wina)

bahasa yunani yaitu doktrin filsafat yang


menekankan akan
“empeiria” yang
pengalaman dalam
berarti pengalaman memperoleh pengetahuan
dan mencoba. serta pengetahuan

. Empirisme merupakan
doktrin filsafat yang
menekankan akan
pengalaman dalam
memperoleh pengetahuan
serta pengetahuan itu sendiri,
dan mengecilkan peran akal.
Perbedaan Rasionalisme dan Empirisme
(Akhyar & Donny hal 41-50) 35

Empirisme Akal itu pasif dan dianggap sebagai Akal menjadi objek dan
penyimpanan data-data dari pengalaman menjadi subjek
pengalaman-pengalaman
Rasionalisme Akal itu aktif dan semua yang dapat Akal menjadi subjek dan
diindera hanya perangsang bagi akal pengalaman/yang dapat
diiderawi menjadi objek
Imannuel Kant (1724-1804) 36

 Tokoh utama Kritisisme adalah Immanuel kant yang melahirkan Kantianisme.

 Immanuel Kant berusaha mengadakan penyelesaian atas pertikaian itu


dengan filsafatnya yang dinamakan Kritisisme (aliran yang kritis).

 Kritisme adalah aliran yang lahir dari pemikiran Immanuel Kant yang
terbentuk sebagai ketidakpuasan atas aliran rasionalisme dan empirisme.

 Kant menggabungkan filsafat dari dua aliran yang berlawanan untuk


meletakkan dasar bagi idealisme transendental.(Akhyar & Donny hal
51-52)
37

Gambar asal mula timbul Transendental Idealisme

Rene Descartes David Hume


(1596-1650): (1711-1776):
Rasionalisme Empirisme

Imanuel Kant (1724-1804) :


Transendental Idealisme
Kaum empiris, terutama David Hume, 38
percaya bahwa kita hanya bisa
memahami dunia melalui pengalaman
langsung. Di lain pihak, kaum
rasionalis mendorong penggunaan
pengetahuan logis yang terakumulasi,
dideduksi, atau disimpulkan dari
pengetahuan abstrak lainnya karena
dianggap obyektif dan terhindar dari
variasi akibat perbedaan persepsi.
39
 Hume menolak terhadap metafisika sebagai pengetahuan.
Hume mengatakan bahwa sumber pengetahuan manusia adalah
data-data inderawi.Seperti Hume, Kant mengganggap ide-ide
metafisis seperti kausitas, substansi, diri dan Tuhan memang
tidak bisa diasalkan pada kesan-kesan inderawi. Namun Kant
tidak berhenti pada stasiun tempat Hume berdiam,
melainkan tetap mempertanyakan bagaimana metafisika
sebagai pengetahuan apriori dimungkinkan (A & D, hal
52)
The Critique of Pure Reason 40

pada tahun 1781


 Manusia memiliki batasan dalam mempersepsi dunia. Batasan ini

terjadi akibat indera dan pikiran ditentukan oleh fisiologi otak. Batasan

yang diungkapkan Kant tidak memiliki konotasi negatif. Mereka justru

dapat dianggap sebagai filter, model, bahasa, instrumen, kesadaran,

atau batas-batas dan membangun struktur keyakinan.


Kant menolak klaim Hume 41

Semua
pengetahuan bahwa ada keputusan sintetik apriori

seperti yang ditemukan dalam disiplin


berasal dari etika, fisika, metafisika, dan matematika

pengalaman.
Keputusan tentang
hukum kausalitas, Kant menepis Hume yang mengatakan

bahwa pengalaman kita terstruktur oleh


“setiap perubahan suatu pola tatanan tertentu yang kita
harus memiliki rasakan sebagai keniscayaan

sebab”
Perbandingan antara tipe keputusan atau
pengetahuan Hume dan Kant (A & D hal 55) 42

Tipe Keputusan Hume Tipe Keputusan Kant

Keputusa Aposteriori Apriori Keputusan Aposteriori Apriori


n (pengamat (kebenaran (pengamatan (kebenaran seperti
an empiris) seperti empiris) matematika, logika, dan
matematika, geometri)
Sintetik “beberapa mawar “7 + 5 = 12” (matematika)
logika, dan
berwarna merah”
geometri) “setiap peristiwa memiliki
sebab” (fisika)
Sintetik “beberapa  
mawar “substansi adalah sesuatu
berwarna yang bertahan dalam
merah” perjalanan waktu”
(metafisika)
Analitik   “mawar
Analitik   “mawar adalah bunga”
adalah bunga”
 Keputusan terbagi menjadi 2 tipe: keputusan sintetik dan keputusan 43
analitik.

 Keputusan sintetik adalah nama lain dari Kant untuk pengetahuan


berdasarkan pengamatan faktual yang disebut Hume

 Keputusan analitik adalah nama lain yang diberikan Kant terhadap konsep
Hume tentang pengetahuan yang berdasarkan relasi ide.

 “Kant sepakat bahwa semua keputusan analitik bersifat apriori. Namun


kant tidak sepakat dengan Hume yang mengatakan bahwa semua
keputusan sintetik bersifat aposteriori. Menurut Kant, kita tidak dapat
menyangkal keberadaaan keputusan sintetik yang bersifat apriori dan
mungkin atau tidaknya keputusan tersebut harus diselidiki” (A & D, hal 55-
56)
Istilah Transendental Idealisme 44

 Merupakan salah satu dari idealisme Jerman (yang terbagi


atas  empat jenis yakni idealisme transendental, idealisme
subyektif, idealisme obyektif, dan idealisme absolut)
 Pengertian transendental berbeda dengan istilah
transenden. Transenden berarti hubungan/relasi pada
yang trans, pada yang luhur, berada jauh dari si subyek.
Lawan dari transenden ialah imanen, yang berada dalam
diri, ada di dalam subyek.
 Dengan demikian, transendental merupakan perpaduan
antara yang jauh dengan yang dekat, menyatukan
keduanya atau sintesis (perpaduan) antara konsep
transenden dan konsep imanen.
45

 Bagi Kant, apa yang disebut imanen adalah apa yang berada
pada dunia dan transenden adalah apa yang berada pada si
subyek.

 Idealisme transendental disebut pula idealisme kritis sebab


dalam pengambilan kesimpulan, rasio melakukan autokritik
(mengkritik dirinya sendiri agar penilaian menjadi murni) dan
menyampingkan segala kencendrungan subyektif seperti minat,
bakat, selera dsb.
46
Idealisme Transendental
(atau Idealisme Kritis) adalah
pandangan bahwa pengalaman
kita tentang hal adalah tentang
bagaimana mereka muncul untuk
kita (representasi), bukan tentang
hal-hal seperti yang dalam dan
dari diri mereka sendiri.
KESIMPULAN 47

Filsafat Kant ●
Kant: metafisika sebelumnya bersifat dogmatis karena
menolak klaim mengklaim pengetahuan tentang objek sebagaimana
adanya, tanpa melakukan kritik pengetahuan
metafisika atas
terhadap kemampuan yang dimilikinya.
pengetahuan ●
Kant mengembangkan suatu filsafat transendental
tentang semesta yang menyelidiki cara akal manusia memahami objek
dibalik penampakan atau fakultas didalamnya.

Kritisisme Immanuel
Kant sebenarnya telah ●
Kant seolah-olah mempertegas bahwa rasio tidak mutlak
memadukan dua dapat menemukan kebenaran, karena rasio tidak
membuktikan,
pendekatan dalam ●
demikian pula pengalaman, tidak dapat dijadikan melulu
pencarian keberadaan tolak ukur, karena tidak semua pengalaman benar-benar
sesuatu yang juga nyata, tapi “tidak-real”, yang demikian sukar untuk
tentang kebenaran dinyatakan sebagai kebenaran
substansial
48
Idealisme Transendental, secara
umum, tidak menyangkal bahwa
dunia objektif di luar diri kita ada,
tetapi berpendapat bahwa ada
sebuah realitas supra-masuk akal di
luar kategori akal manusia yang
disebut noumenon, secara kasar
diterjemahkan sebagai "benda
dalam dirinya sendiri"

Anda mungkin juga menyukai