Anda di halaman 1dari 48

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Kajian Teoretik

1.Pengertian media

1.1 Pengertian Media Audio Visual

1.1media pembelajaran merupakan sarana fisik untuk

menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film,

video dan sebagainya. Secara umum media memiliki media

pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau

peristiwa yang dapat menciptakan kondisi memungkinkan

pebelajar yang untuk menerima pengetahuan, keterampilan

dan sikap. memperjelas pesan agar tidak mengatasi terlalu

verbalistis, keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya

indra, menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung

antara murid dengan sumber belajar, memungkinkan anak

belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan

visual, auditori & kinestetiknya, memberi rangsangan yang

sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan

persepsi yang sama”.

Suryani dkk (2018: 5)

“media pembelajaran adalah segala bentuk dan sarana

penyampaian informasi yang dibuat atau dipergunakan sesuai

13
14

dengan teori pembelajaran, dapat digunakan untuk tujuan

pembelajaran dalam menyalurkan pesan, merangsang pikiran,

perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat

mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja,

bertujuan, dan terkendali”.

Daryanto(2016:56)

mengungkapkan manfaat media pembelajaran antara

lain adalah: 1) memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis;

2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya

indra; 3) menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung

antara murid dengan sumber belajar; 4) memungkinkan anak

belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual,

auditori dan kinestetiknya; 5) memberi rangsangan yang sama,

mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi

yang sama; 6) Proses pembelajaran mengandung ilmu

komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan

pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan) dan

tujuan pembelajaran.

Fungsi media dalam proses pembelajran menurut Daryanto

(2016: 8),

adalah sebagai berikut: 1) Menyaksikan benda dan

makhluk hidup yang ada di masa lamoau, sukar didapat

dan sukar diamati secara langsung, 2) Mendengar suara


15

yang sukar ditangkapmdengan telinga secara langsung, 3)

Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau

terjadi di masa lampau, 4) Dengan mudah membandingkan

sesuatu, 5) Dapat melihat secara cepat suatu proses yang

berlangsug secara lambat, atau sebaliknya, 6) Mengamati

gerakan-gerakan.

Hujair A.H Sanaky (2011: 4) menjelaskan bahwa

tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu

pembelajaran, adalah sebagai berikut: 1) Mempermudah

proses pembelajaran di kelas 2) Meningkatkan efisiensi

proses pembelajaran 3) Menjaga relevansi antara materi

pembelajaran dengan tujuan belajar 4) Membantu

konsentransi siswa dalam proses pembelajaran.

menurut ciri media Gendler dalam Hamdani (2011:254),

ada tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa

media digunakan dan apa saja yang dapat dilakukan oleh

media yang mungkin guru tidak mampu (kurang efisien)

melakukannya. Berikut cirinya antara lain : a. Ciri Fiksatif

(Fixative Property) Ciri ini menggambarkan kemampuan media

merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekontruksikan

suatu peristiwa atau objek. b. Ciri Manipulatif (Manipulative

Property) Transformasi suatu kejadian atau objek

dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian


16

yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada

siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik

pegambilan gambar time-lapse recording. c. Ciri Distributif

(Distributive Property) Arsyad (2015:29), penggunaan media

pembelajaran di dalam proses belajar mengajar memiliki

beberapa manfaat sebagai berikut. a. Media pembelajaran

dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi

sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses

dan hasil belajar. b. Media pembelajaran dapat

meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga

dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih

langsung antara siswa dan lingkungannya, dan

kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai

dengan kemampuan dan minatnya. c. Media pembelajaran

dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. d.

Media pembelajaran memberikan informasi/kesamaan

dalam pengamatan kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa

di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya

interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan

lingkungannya misalnya karyawisata, kunjungan-kunjungan

ke museum atau kebun binatang.

Menurut Arsyad, (2015: 219) kriteria pemilihan media

pembelajaran adalah: a. Kualitas isi dan tujuan, meliputi


17

ketepatan, kepentingan, kelengkapan, keseimbangan,

minat/perhatian, keadilan, dan kesesuaian dengan situasi

siswa. b. Kualitas instruksional, meliputi memberikan

kesempatan belajar, memberikan bantuan untuk belajar,

kualitas memotivasi, fleksibilitas, instruksional, hubungan

dengan program pembelajaran lainnya, kualitas sosial

instruksional, kualitas tes dan penilaian, dapat memberi

dampak bagi siswa serta dapat membawa dampak bagi

guru dan pembelajarannya. c. Kualitas teknis, meliputi

keterbacaan, mudah digunakan, kualitas tampilan, kualitas

penayangan jawaban, kualitas pengelolaan program, dan

kualitas pendokumentasian.

Audio adalah suara atau bunyi yang dihasilkan oleh

getaran suatu benda, agar dapat tertangkap oleh telinga

manusia getaran tersebut harus kuat minimal 20 kali/detik.

Menurut (Widaryanto dan Sulfemi, 2016: 1-10).

Asmara (2015) menunjukkan bahwa pembelajaran

dengan menggunakan media audio visual lebih berhasil dari

pada pembelajaran tanpa media. Media audio visual

merupakan media perantara penyajian materi, yang

penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran untuk

membantu peserta didik memperoleh pengetahuan,


18

keterampilan, atau sikap tertentu. Contoh media audio

visual misalnya film, film bingkai (slides), dan audio visual

dalam bentuk digital

Menurut Harmawan (dalam Herlina, 2012)

mengemukakan bahwa media audio visual adalah media

instruksional moderen yang sesuai dengan perkembangan

zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi) meliputi

media yang dapat dilihat dan didengar

Asyhar (2011:45) mendefinisikan bahwa media audio

visual adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan

penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan.

Pesan dan informasi yang dapat disalurkan melalui media

ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal yang

mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran.

Beberapa contoh media audio visual adalah film, video,

program TV dan lain-lain.

Arsyad (2011:31) mengemukakan bahwa media audio

visual memiliki karakteristik bersifat linear, menyajikan visual

yang dinamis, digunakan dengan cara yang telah ditetapkan

sebelumnya perancang/pembuatnya, oleh dapat memberikan

gambaran fisik dari gagasan real atau abstrak,

dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan


19

kognitif, dan berorientasi pada guru dengan tingkat

penglihatan interaktif murid yang rendah .

Atoel (2011:20) menyatakan

bahwa media audio-visual memiliki beberapa

kelebihan atau kegunaan, antara lain: 1) Memperjelas

penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam

bentuk kata-kata, tertulis atau lisan). 2) Mengatasi

keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti: objek

yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, film

bingkai, film atau model. 3) Media audio-visual bisa

berperan dalam pembelajaran tutorial.

1.2 Peran dan Fungsi

Menurut Ambuko Benson, Florence Odera (2013:16).

Media is expected to play a critical role in enhancing

academic performance. (Media diharapkan dapat memainkan

peran penting dalam meningkatkan prestasi akademik).

Sanjaya (2012:109) berpendapat mengenai keuntungan

menggunakan media audiovisual, yaitu: 1) dapat

memberikan pengalaman belajar yang tidak mungkin dapat

dipelajari secara langsung; 2) memungkinkan belajar lebih

bervariatif sehingga dapat menambah motivasi dan gairah


20

belajar; 3) dapat berfungsi sebagai sumber belajar secara

mandiri tanpa sepenuhnya tergantung pada kehadiran guru.

menururt Fathurrohman (2015: 93), bermain peran

(role playing) pada prinsipnya merupakan metode

untuk menghadirkan peran-peran yang ada dalam

dunia nyata ke dalam suatu pertunjukkan peran di

dalam kelas/pertemuan. Dapat penulis simpulkan

bahwa, metode bermain peran (role playing)

merupakan suatu pembelajaran bahasa yang

berprinsip pada komunikasi yang dapat menimbulkan

hubungan situasi sosial dalam kegiatan pembelajaran

sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam

penggunaan bahasa secara lisan yang mengandung

arti atau makna. Selain itu penulis mengunakan media

audio visual. betapa pentingnya peran guru bagi masa

depan anak-anak didiknya. Peran guru lebih kompleks

daripada era sebelumnya.

Menurut Umar (2014) . media pembelajaran memiliki

beberapa fungsi 1. dan peran. Fungsi secara umum

yaitu Membantu memudahkan belajar bagi : peserta

didik mem udahkan pengajaran bagi guru. 2. 3. 4. 5. 6.

Memberikan pengalaman lebih nyata Menarik perhatian

membosankan). Semua in peserta didik dera peserta


21

didik dapa Lebih menarik perhatian da P dan juga

(abstrak menjadi kongkret). lebih besar ( t diaktifkan.

jalannya tidak n minat peserta didik dalam belajar. Dapat

membangkitkan dunia teori dengan realitanya.

1.3 Karakteristik Pendekatan Audio Visual

Dengan adanya media audio visual kita melatih anak untuk

mendengarkan, melihat secara langsung bahan yang diajarkan

agar mereka mampu berbicara secara langsung, menambah

kosakata melalui film yang diberikan seperti budak, amboi, dsb.

Yusufhadi Miarso dalam Atoel (2011:18). Karakteristik media

Audio-visual adalah memiliki unsur suara dan unsur gambar.

Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik,

karena meliputi kedua jenis media yaitu media audio dan

visual,

Hamdani (2011: 249) yang mengatakan bahwa, Audio

visual akan menjadikan bahan ajar kepada siswa semakin

lengkap dan optimal. Selain itu, media ini dalam batas-

batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas

guru. Sebab, penyajian materi bisa diganti oleh media, dan

guru bisa menjadi fasilitator belajar.

Menurut mujayanto (2017:164) menerangkan bahwa

media audio visual merupakan media penyampaian informasi

yang memiliki karakteristik audio(suar) dan visual (gambar).


22

1.4 Langkah – Langkah Pendekatan Audio Visual

(Oema Hamali 2014:135136) mengemukakan langkah-

langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam

penggunaan audio-visual dalam meningkatkan hasil belajar

siswa adalah:

1. Langkah persiapan Langkah ini meliputi persiapan bagi

guru dan persiapan bagi siswa. Guru menetapkan bahwa

penggunaan alat ini adalah dalam rangka

pendidikan,siswapun harus dipersiapkan untuk menerima

program yang disajikan agar mereka berada dalam

keadaan siap untuk mengetahui apa yang akan diberikan,

bagaimana disajikannya dan pengalamanpengalaman apa

yang akan mereka peroleh.

2. Langkah pelaksanaan Pada langkah ini siswa

melihat dan mendengar, mengikuti dengan seksama

tayangan yang berlangsung dalam layar LCD

proyektor.

Biasanya tingkat kematangan dan minat sangat

berpengaruh dalam tehnik penerimaan ini. Guru

memimpin pelaksanaan dengan membuat catatan-


23

catatan sketsa yang diperlukan dan ini dapat

dilakukan kemudian.

3. Kegiatan lanjutan Kegiatan lanjutan dilakukan

dalam bentuk diskusi kelas.

1.5 Kelebihan dan Kekurangan Audio Visual

a. Kelebihan dan Kelemahan Media Audio Visual Atoel

dalam Joni, et.,al (2014:131) menyatakan bahwa media

audio-visual memiliki beberapa kelebihan atau kegunaan,

antara lain:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu

bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata, tertulis atau

lisan).

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya

indera, seperti: objek yang terlalu besar digantikan

dengan realitas, gambar, film bingkai, film atau model.

3. Media audio-visual bisa berperan dalam pembelajaran

tutorial. Adapun

Sanjaya (2012:109) berpendapat mengenai keuntungan

menggunakan media audiovisual, yaitu: 1) dapat

memberikan pengalaman belajar yang tidak mungkin dapat


24

dipelajari secara langsung; 2) memungkinkan belajar lebih

bervariatif sehingga dapat menambah motivasi dan gairah

belajar; 3) dapat berfungsi sebagai sumber belajar secara

mandiri tanpa sepenuhnya tergantung pada kehadiran guru.

Munandi, 2012). Selain itu, kelebihan media audio visual juga

dapat mengatasi keterbatasan jarak dan waktu serta dapat

diulang untuk menambah pemahaman

Berlin (2015:56-57) kekurangan model pembelajaran Media

Audio Visual dalam proses pembelajarannya, yaitu antara lain:

Kekurangan a. Sangat membutuhkan pengarahan guru dalam

melaksanakan pelajaran. b. Waktuperlu dibatasi karena besar

kemungkinan pada saat pelajaran. c. Guru harus

mempersiapkan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan.

d. Jika murid pada kelas banyak (>30 siswa/kelas) apabila

kurang tepat maka akan menimbulkan keramaian. e. Dapat

mengganggu ketenanga belajar kelas lainnya.

2. Hasil Belajar Siswa

2.1 Pengertian Hasil Belajar Siswa

Hamalik (2017:36) menyatakan bahwa belajar adalah suatu

proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari

pada itu, yakni mengalami. Sardiman (2014:20) menyatakan

bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah


25

laku atas penampilannya dengan serangkaian kegiatan

misalnya dengan membaca, mendengarkan, meniru dan lain

sebagainya. Sedangkan Menurut Febryananda (2019)

menyatakan bahwa belajar merupakan sebuah penguasaan

yang didapat siswa atau seseorang selepas mereka dapat

menyerap dari sebuah pengalaman belajar. Berdasarkan

pengertian diatas dapat disimpulkan belajar merupakan

suatu proses dimana proses tersubut terdiri dari

serangkaian-serangkaian kegiatan seperti membaca,

mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Belajar bukan

hanya mengingat, akan tetapi merupakan sebuah

pengalaman belajar yang didapat siswa.

Slameto (2013:2) mendefinisikan belajar sebagai suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungan. Lebih lanjut Siregar

dan Nara (2014:5) mendefinisikan belajar merupakan

suatu aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam

interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan

perubahan yang bersifat relatif konstan. Berdasarkan

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

sebuah usaha yang bertujuan untuk menghasilkan


26

perubahan yang bersifat menetap sebagai hasil dari

lingkungan. (aktivitas) pengalaman di lingkungan

sedang Sadiman et al., dalam Fitriani, (2017) “Belajar

adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada

semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia

masih bayi hingga ke liang lahat nanti”. Maka belajar

adalah proses yang berpengaruh terhadap tingkah laku

dan akan terus dilalui oleh setiap individu seumur

hidupnya. Adapun menurut teori pendidikan

pembelajaran menurut paham behaviorisme oleh Schunk

dalam Parwati, Suryawan dan Hasil belajar merupakan

salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses

pembelajaran, secara umum hasil belajar diartikan sebagai

keberhasilan atau prestasi yang dicapai siswa di sekolah

setelah

(Susanto, 2013) Hasil belajar merupakan istilah yang

digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan yang

dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha

tertentu. Dalam hal ini hasil belajar yang dicapai siswa

dalam bidang studi tertentu setelah mengikuti belajar

mengajar. Berdasarkan uraian tentang konsep belajar di

atas, dapat dipahami tentang makna hasil belajar, yaitu

perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik


27

yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Puspitasari (2012) juga menyatakan dalam penelitiannya

bahwa pembelajaran menggunakan media audio visual

dapat meningkatkan keterampilan menyimak sehingga

dapat dilihat hasil belajar siswa yang meningkat.

(Riyanto dan Asmara, 2018). Media audio visual adalah

salah satu media yang diyakini dapat meningkatkan gairah

semangat belajar siswa, selain itu media audio visual juga

merupakan salah satu sarana alternatif dalam

mengoptimalkan proses pembelajaran.

Keseluruhan hasil penelitian di atas menunjukkan adanya

pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar siswa.

Hasil ini sejalan dengan beberapa penelitian terdahulu yang

berujung pada kesimpulan adanya pengaruh minat belajar

terhadap hasil belajar siswa (Safitri & Kustini, 2014)

Fujiyanto dkk. (2016) menunjukkan bahwa penggunaan

media audio visual dapat membantu memahami materi yang

bersifat abstrak menjadi konkrit serta dapat meningkatkan

hasil belajar siswa, selanjutnya penelitian oleh Wahyuni dkk.

(2015) menunjukkan bahwa siswa yang diajar dengan

menggunakan media audio visual rata-rata minat belajarnya


28

lebih tinggi dibandingkan minat belajar siswa yang diajar

tanpa media.

Dalam buku Dimyati dan Mudjiono (2013) “hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan

tindak mengajar”. Dari posisi guru, tindak mengajar

diakhiridengan proses evaluasi hasil belajar. Sedangkan

dari posisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya

penggal dan puncak proses belajar.

2.2 Hakikat Hasil Belajar Siswa

Dahar (2011) menyatakan, secara khusus belajar

penemuan melatih keterampilan kognitif siswa untuk

menemukan dan memecahkan masalah tanpa

pertolongan orang lain.

Riyanto (2012:6) berpendapat bahwa “ Belajar adalah suatu

proses untuk mengubah performansi yang tidak terbatas

pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti

skill, persepsi, emosi, proses, berpikir, sehingga dapat

menghasilkan perbaikan performansi”.

Menurut Arikunto dalam Samino dan Saring Marsudi

(2011: 48) “hasil belajar adalah hasil yang dicapai

seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dan

merupakan penilaian yang dicapai oleh seorang siswa


29

untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau

materi yang diajarkan sudah diterima siswa”.

Saring Marsudi (2011: 48) “Hasil belajar adalah

hasil usaha seorang siswa dalam melakukan kegiatan

belajar yang diterima setelah belajar, adapun hasilnya

dapat berupa angka, huruf, maupun tindakan dan wujud

konkritnya dapat berupa raport, transkip nilai, ijazah,

piagam, sertifikat, atau bentuk-bentuk lainnya”.

2.3.Indikator Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian

tujuan pembelajaran dikela tidak terlepas dari faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri.

(Suwandi, 2011). Setiap kompetensi dasar dapat

dikembangkan menjadi dua atau lebih indikator

pencapaian hasil belajar, hal ini sesuai dengan keluasan

dan kedalaman kompetensi dasar tersebut.

Menurut Moore (dalam Ricardo & Meilani, 2017)

indikator hasil belajar ada tiga ranah, yaitu: 1. Ranah

kognitif, diantaranya pengetahuan, pemahaman,

pengaplikasian, pengkajian, pembuatan, serta evaluasi. 2.

Ranah efektif, meliputi penerimaan, menjawab, dan


30

menentukan nilai. 3. Ranah psikomotorik, meliputi

fundamental movement, generic movement, ordinative

movement,

2.4 Macam – Macam Hasil Belajar Siswa

Zain (2013, p.2017) yaitu, setiap proses belajar

mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah

yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi

(hasil) belajar yang dicapai. Hal tersebut

menggambarkan bahwa yang dapat menjadi fokus bagi

pendidik adalah bagaimana mengelola pembelajaran

sehingga dapat mencapai tingkat hasil belajar yang

diinginkan.

Sudijono (2012, p.32) mengungkapkan hasil belajar

merupakan sebuah tindakan evaluasi yang dapat

mengungkap aspek proses berpikir (cognitive domain)

juga dapat mengungkap aspek kejiwaan lainnya, yaitu

aspek nilai atau sikap (affective domain) dan aspek

keterampilan (psychomotor domain) yang melekat pada

diri setiap individu peserta didik. Ini artinya melalui hasil


31

belajar dapat terungkap secara holistik penggambaran

pencapaian siswa setelah melalui pembelajaran.

Nasution dalam buku Supardi (2015:2) menyatakan

bahwa “Hasil belajar adalah suatu perubahan yang

terjadi pada individu yang belajar, bukan saja

perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga

pengetahuan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan,

sikap, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam

diri individu yang belajar. Kemudian Karwono, dkk

(2017:13) menyatakan bahwa “Ciri hasil belajar adalah

perubahan, seseorang dikatan sudah belajar apabila

perilakunya menunjukkan perubahan, dari awalnya tidak

tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari

tidak mampu menjadi mampu, dari tidak terampil

menjadi terampil”. Dan Ahmad Susanto (2014:5)

menyatakan bahwa “Hasil Belajar adalah yaitu

perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik

yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Maka dapat disimpulkan dari beberapa menurut para

ahli adalah bahwa Hasil belajar adalah kemampuan

yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari


32

sesorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk

perubahan perilaku yang relatif mantap.

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar


33

Hanadi (dalam Rusman, 2014:130) faktor-faktor yang

berpengaruh pada hasil belajar ialah: 1. Faktor Internal a.

Faktor fisiologis, umumnya seperti kondisi kesehatan yang

sehat, tidak capek, tidak cacat fisik, dan semacamnya. Hal ini

bisa mempengaruhi siswa pada pembelajaran. b. Faktor

psikologis, pada dasarnya seluruh siswa mempunyai mental

berbeda-beda, hal tersebut akan mempengaruhi hasil belajar.

Adapun faktor ini mencakup intelegensi (IQ), bakat, minat,

perhatian, motif, motivasi, kognitif, serta daya nalar. 2. Faktor

Eksternal a. Faktor lingkungan, akan berdampak pada hasil

belajar, termasuk fisik dan sosial. Lingkungan alam seperti

suhu, kelembaban. Belajar siang hari dalam ruangan

dengan ventilasi udara kurang bagus tentu berbeda dengan

belajar pada saat pagi hari dimana udara sejuk. b. Faktor

instrumental, keberadaan dan penggunaannya didesain

sesuai hasil belajar yang diinginkan. diharapkan bisa

berguna seperti sarana agar tujuan belajar yang sudah

direncanakan tercapai. Faktor ini meliputi kurikulum, sarana,

dan guru. Sedangkan pendapat Slameto (dalam Wijanarko,

2017) meliputi cara mengajar, interaksi guru dengan siswa,

interaksi siswa dengan siswa. Pada pemaparan tersebut

disimpulkan, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

ialah. Pertama faktor intrenal mencakup fisiologis dan


34

psikomotor. ke dua, faktor eksternal meliputi lingkungan dan

instrumental.

 menurut (Slameto 2012:54) hasil belajar dipengaruhi

oleh faktor intern dan ekstern. 

Faktor intern meliputi kesehatan, cacat tubuh, inteligensi,

perhatian, minat, bakat, motif (motivasi), kematangan, dan

kesiapan. 

Faktor ekstern

meliputi faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

(Riyani, 2012) Faktor intern yang peneliti bahas yaitu

mengenai faktor non intelektif siswa. Faktor non intelektif

merupakan unsur kepribadian tertentu berupa minat,

motivasi, perhatian, sikap, kebiasaan

3.Hakikat Menulis

3.1 Pengertian Menulis

Menulis adalah kegiatan penyampaian pesan (gagasan,

perasaan, atau informasi) secara tertulis kepada pihak lain.

Dalam kegiatan berbahasa menulis melibatkan empat unsur,


35

yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi

tulisan, medium tulisan, serta pembaca sebagai penerima

pesan

Kata menulis berasal dari kata dasar tulis yang mendapat

imbuhan me. Imbuhan me- di sini menyatakan pekerjaan,

sehingga menulis bermakna melakukan pekerjaan tulis.

Sedangkan jika dilihat dari hakikatnya, menulis adalah

menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang,

sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut

kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik

tersebut.

Siti Anisatun (2018:93) menyatakan bahwa “Menulis adalah

sebuah proses, yaitu proses penuangan gagasan atau ide ke

dalam bahasa tulis yang dalam praktik proses menulis

diwujudkan dalam beberapa tahapan yang merupakan satu

sistem yang lebih utuh”. Kemudian menurut Sudarwan

Danim dalam jurnal Qodaroh (2017:75) menyatakan

bahwa “Menulis merupakan salah satu sisi dari

keterampilan berbahasa, oleh karena sifatnya demikian,

maka latihan yang kontinu menjadi persyaratan. Penulis

harus memiliki banyak pengalaman dan kosakata.”


36

Sedangkan Dalman (2015:3) menyatakan bahwa “Menulis

merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian

pesan secara tertulis sebagai alat

atau medianya. Aktivitas menulis melibatkan beberapa

unsur, yaitu: penulis sebagai penyampaian pesan, isi tulisan,

saluran atau media, dan pembaca.” Menurut para ahli,

menulis merupakan suatu aktivitas komplek. Kompleksitas

menulis terletak pada tuntutan kemampuan

mengharmoniskan berbagai aspek, seperti pengetahuan

tentang topik yang dituliskan, kebiasaan menata isi tulisan

secara runtut dan mudah dicerna, wawasan dan

keterampilan meracik unsur-unsur bahasa sehingga tulisan

menjadi enak dibaca, serta kesanggupan menyajikan tulisan

yang sesuai dengan konvensi atau kaidah penulisan

menulis pada dasarnya merupakan suatu bentuk

komunikasi berbahasa (verbal) yang menggunakan

simbol-simbol tulis sebagai mediumnya. Sebagai

sebuah ragam komunikasi,

Beberapa definisi tentang menulis telah diungkapkan

oleh para ahli.

Darwis (2011:69) mengemukakan bahwa

menulis sebagai sebuah keterampilan berbahasa adalah

kemampuan seseorang dalam mengemukakan gagasan,


37

perasaan, dan pemikiran-pemikirannya kepada orang atau

pihak lain dengan menggunakan media tulisan.

Menurut Tarigan (2013:22) “Menulis adalah

menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik

yang menggambarkan suatau bahasa yang dipahami

oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat

membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka

memahami bahasa dan gambaran grafik itu”.

dalam menulis setidaknya terdapat empat unsur yang

terlibat. Keempat unsur itu adalah: (1) penulis sebagai

penyampai pesan, (2) pesan atau sesuatu yang

disampaikan penulis, (3) saluran atau medium berupa

lambang-lambang bahasa tulis seperti huruf dan tanda

baca, serta (4) penerima pesan, yaitu pembaca,

sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh penulis.

Menurut Dalman (2015:7)” Menulis merupakan

perubahan bentuk pikiran atau angan-angan atau

perasaan dan sebagainya menjadi wujud lambang atau

tanda atau tulisan yang bermakna. Sebagai proses,

menulis melibatkan serangkaian kegiatan yang terdiri,

atas tahap prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan.”

Selanjutnya menurut Gie dalam Sarma & Pontas

(2020:12) “Menulis adalah segenap rangkaian kegiatan


38

seseorang mengungkapkan buah pikirannya melalui

bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang

lain. Buah pikiran itu dapat berupa pengalaman,

pendapat, pengetahuan, keinginan, perasaan sampai

gejolak kalbu seseorang”.

Menurut Dalman (2014:3), “menulis merupakan

kegitan komunikasi berupa penyampaian pesan

(informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan

menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau

medianya”. Sejalan dengan pendapat tersebut Suparno

dan Yunus (dalam Dalman 2014:4) “menulis merupakan

suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan

menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya”.

Dapat disimpulkan dari pendapat para ahli di atas

menulis merupakan alat komunikasi secara tidak

langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang

lain , dengan menggunakan kegiatan memberikan

informasi dalam bentuk tulisan yang disampaikan dan

mengumpulkan informasi sehingga tercipta sebuah

produk tulisan sesuai dengan sasaran dalam

masyrakat.

3.2 Fungsi Menulis


Salah seorang ahli yaitu Bernard Percy (dalam
Agustina, 2014: 16) mengungkapkan fungsi menulis
adalah sebagai berikut.
39

a. Sarana untuk mengungkapkan diri, yaitu untuk


mengungkapkan perasaan hati seperti
kegelisahan, keinginan untuk meluapkan amarah
b. Menulis sebagai sarana pemahaman, artinya
dengan menulis seseorang bisa mengikat kuat
suatu ilmu pengetahuan (menancapkan
pemahaman) ke dalam otaknya,
c. Menulis dapat membantu mengembangkan
kepuasan pribadi, rasa kebanggaan, perasaan
harga diri, artinya dengan menulis bisa
menumbuhkan perasaan harga diri yang semula
rendah,
d. Menulis dapat meningkatkan kesadaran dan
penyerapan terhadap lingkungan, artinya orang
yang menulis selalu dituntut untuk terus menerus
belajar sehingga pengetahuannya menjadi luas,
e. Menulis dapat meningkatkan keterlibatan
secara bersemangat, bukan sekedar penerimaan
yang pasrah, artinya dengan menulis seseorang
akan menjadi peka terhadap apa yang tidak benar
di sekitarnya sehingga ia menjadi seseorang yang
kreatif,
f. Menulis mampu mengembangkan suatu
pemahaman dan kemampuan menggunakan
bahasa, artinya dengan menulis seseorang akan
selalu berusaha memilih bentuk bahasa yang
tepat dan menggunakannya dengan tepat pula.

Menurut Yunus(2014) Sebagai sebuah


kegiatan berbahasa,menulis memiliki sejumlah
fungsi berikut :
1. Fungsi Personal yaitu mengekspresikan
pikiran, sikap, atau perasaan pelakunya,
yang diungkapkan melalui misalnya surat
atau buku harian.
2. Fungsi Instrumental (direktif), yaitu
mempengaruhi sikap dan pendapat orang
lain.
3. Fungsi Interaksional, yaitu menjalin
hubungan sosial.
40

4. Fungsi Informatif, yaitu menyampaikan


informasi, termasuk ilmu pengetahuan.
5. Fungsi estetis, yaitu untuk mengungkapkan
atau memenuhi rasa keindahan.

3.3 Tujuan menulis


Seorang ahli yaitu Sujanto ( dalam Dian:,2015: 9)
mengatakan secara garis besar tujuan menulis adalah
mengekspresikan perasaan, memberi informasi,
mempengaruhi pembaca dan memberi hiburan.Dalam
satu tulisan tidak menutup kemungkinan memiliki lebih
dari satu tujuan, misalnya seorang penulis ingin
memberikan informasi juga sekaligus memberikan
pengaruh kepada pembaca.

Siti Anisatun (2018:95) menyatakan bahwa ada tiga


tujuan utama dalam pembelajaran menulis yang
dilaksanakan pada guru di sekolah yaitu:
(1)menumbuhkan kecintaan pada diri siswa,
(2) mengembangkan kemampuan siswa menulis, dan
(3) membina kreatifitas para siswa untuk menulis.

Menurut Abidin (2013:187-188) bahwa tujuan utama


menulis ada tiga yaitu:
1. menumbuhkan kecintaan menulis pada diri siswa.
Selaras dengan hakikat menulis sebagai
keterampilan maka untuk dapat menguasai menulis
diperlukan intensitas menulis. Semakin sering
seorang menulis, maka akan semakin baik pula
hasil tulisannya.
2. Mengembangkan kemampuan siswa dalam
menulis.

Pembelajaran menulis harus diarahkan agar


mampu membekali siswa berbagai strategi
menulis, macam-macam tulisan serta sarana
publikasi tulisan.
41

3. Membina jiwa kreativitas siswa dalam menulis.

Tujuan ini menghendaki agar siswa tidak


menjadikan menulis hanya sebagai kemampuan
kompetensi yang harus dikuasai dalam pembelajar.
Melainkan menulis dapat dimanfaatkan sebagai
aktivitas yang mendatangkan berbagai keuntungan
yang bersifat psikologis, ekonomis, dan sosiologis.

3.3 Manfaat Menulis

Dikutip dari (Sardila, 2015: 113), berikut merupakan


manfaat menulis yaitu sebagai sarana;
a. Untuk menghilangkan stres. Dengan menulis kita bisa
mencurahkan perasaan sehingga tekanan batin yang kita
rasakan berkurang sedikit demi sedikit sejalan dengan
tulisan.
b. Alat untuk menyimpan memori. Karena kapasitas ingatan
kita terbatas, maka dengan menuliskannya, kita bisa
menyimpan memori lebih lama.
c. Membantu memecahkan masalah. Ketika kita ingin
memecahkan suatu permasalahan, maka kita bisa membuat
daftar dengan menuliskan hal-hal apa saja yang
menyebabkan masalah itu terjadi dan hal-hal apa saja yang
bisa membantu menyelesaikan masalah tersebut.
d. Melatih berfikir tertib dan teratur. Ketika kita membuat
tulisan khususnya tulisan ilmiah atau untuk dipublikasikan,
maka kita dituntut untuk membuat tulisan yang sistematis
sehingga bisa mengerti apa yang sebenarnya ingin kita
sampaikan.

Menurut Suwando(2012:34) mengemukakan bahwa manfaat


menulis adalah:
1. Untuk menemukan sesuatu
2. Menentukan ide atau gagasan baru
42

3. Melatih kemampuan mengorganisasi dan menjabarkan


berbagai konsep
4. Melatih kemampuan bersikap objektif pada individu
5. Meningkatkan kemampuan menyaring menyerap dan
memproses informasi
Menurut Akhadiah ada beberapa manfaat menulis
diantaranya (sobari,2012):

1. Menulis dapat mengenali kemampuandan potensi diri


dan mengetahui sampai mana kemampuan yang
dimiliki dalam suatu topik;
2. Menulis dapat mengembangkan berbagai gagasan;
3. Dengan menulis lebih banyak menyerap, mencari
serta menguasai informasi sehubungan dengan topik
yang sedang ditulis;
4. Menulis dapat mengkomunikasikan gagasan secara
sistematis dan mengungkapkannya secara tersurat;
5. Dengan menulis dapat menilai diri sendiri secara
obyektif;
6. Menulis dapat memecahkan permasalahan yaitu yaitu
dengan menganalisanya secara tersurat dalam
konteks yang konkret;
7. Menulis mendorong kita untuk belajar lebih aktif;
8. Dengan menulis akan membiasakan diri berpikir
secara kritis.

4.Hakikat Deskripsi

4.1 Pengertian karangan Deskripsi

Karangan merupakan suatu penyampaian pikiran secara

resmi dan teratur melalui ucapan/tulisan atau suatu

usaha penyajian pembicaraan yang luas tentang suatu

pokok persoalan secara lisan atau tulisan.


43

Rumaningsih (2012: 21) mengemukakan bahwa

karangan selalu berbentuk uraian atau paparan, suatu

bentuk yang dengan sendirinya merupakan hasil

rancangan pembicaraan atau penulisan dengan

kegunaan tertentu. Karangan adalah salah satu alat

komunikasi yang digunakan dalam bentuk tulisan.

Menurut Finoza (dalam Faizah, 2013:9) karangan adalah

penjabaran gagasan secara resmi dan teratur tentang

suatu topik atau pokok bahasan. Menurut Suparno (dalam

Faizah, 2013:9) menegaskan bahwa karangan adalah

hasil dari penuangan atau penyampaian gagasan dengan

bahasa tulis. Berdasarkan pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa karangan merupakan kegiatan

seseorang menyampaikan ide atau gagasannya dengan

bahasa tulis untuk dibaca dan dipahami oleh orang lain.

Tujuan karangan berbagai macam sesuai dengan jenis

karangannya. Karangan dibangun dari beberapa paragraf

dan menjadikan bermakna bagi pembaca.

Deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang hidup

dan berpengaruh.

Menurut Semi dalam Kusumaningsih (2013) menyatakan

bahwa deskripsi adalah tulisan yang tujuannya memberikan

perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberi


44

pengaruh pada sensivitas dan imajinasi pembaca atau

pendengar, bagaikan mereka ikut melihat, mendengar,

merasakan atau mengalami langsung objek tersebut.

Menurut Saddhono& Slamet (2015:159), deskripsi

(pemerian) adalah ragam wacana yang melukiskan atau

menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari

pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya.

Ratna (2013: 53) menyatakan, “Pendekatan deskriptif

analisis merupakan pendekatan yang dilakukan dengan

cara mendeskripsikan faktafakta yang kemudian disusul

dengan analisis.”

menurut Keraf (2017:93) deskripsi atau pemerian

merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan

usaha penulis untuk memberikan perincianperincian dari

objek yang sedang dibicarakan. Pada pembelajaran teks

deskripsi ini peserta didik diharuskan memiliki

pemahaman terhadap informasi yang terdapat dalam teks

deskripsi, yaitu pengertian teks deskripsi, ciri-ciri dan

karakteristik teks deskripsi, struktur bagian teks deskripsi,

dan kaidah kebahasaan teks deskripsi.

Karangan deskripsi adalah karangan yang berusaha

menggambarkan dengan kata–kata wujud atau sifat

lahiriah suatu objek. Karangan ini, berusaha


45

memindahkan kesan hasil pengamatannya kepada

pembaca dengan membeberkan sifat dan semua

perincian tentang suatu objek. Melalui rangkaian kata-

kata penulis menggambarkan objek dengan sejelas

jelasnya dan menggugah panca indera pembaca seolah-

olah objek itu ada di depan mata pembaca. Deskripsi

adalah tulisan yang tujuannya memberikan perincian atau

detailtentang objek.

Dalam Zainurrahman (2013: 45) dijelaskan bahwa

tulisan deskriptif adalah tulisan yang bersifat

menyebutkan karakteristik-karakteristik suatu objek

secara keseluruhan, jelas, dan sistematis.

Gerot dan Peter, menyatakan Kemendikbud (2013:36)

bahwa teks tanggapan deskriptif memiliki tiga bagian,

yaitu identifikasi, klasifikasi (penggolongan)/ definisi, dan

deskripsi bagian.

Menurut Brian (2011) langkah menyusun paragraf deskripsi

meliputi: 1) Menemukan tema, kegiatan mula-mula

dilakukan jika akan menulis suatu karangan adalah

menentukan tema. Hal ini bahwa berarti harus

ditentukan apa yang akan dibahas dalam tulisan. 2)

Menetapkan tujuan penulisan, setiap penulis harus

mengungkapkan dengan jelas tujuan penulisan yang


46

akan dilaksanakannya. Perumusan tujuan penulisan

sangat penting dan harus ditentukan lebih dahulu

karena hal ini merupakan titik tolak dalam seluruh

kegiatan menulis selanjutnya. 3) Pengumpulan bahan,

pada waktu pemilihan dan membatasi topik kita

hendaknya sudah memperkirakan kemungkinan

mendapatkan bahan. Dengan membatasi topik, maka

telah memusatkan perhatian pada topik yang terbatas itu,

serta mengumpulkan bahan yang khusus pula. 4)

Membuat kerangka karangan, agar dapat menentukan

organisasi pengarang, sebelumnya kita harus menyusun

kerangka karangan merupakan satu cara untuk

menyusun suatu rangkaian yang jelas dan terstruktur

yang teratur dari karangan yang akan ditulis. 5)

Mengembangkan kerangka karangan, langkah

selanjutnya setelah menyusun kerangka karangan adalah

mengembangkan kerangka karangan menjadi suatu

karangan yang utuh. 6) Merefleksi karangan, pada

langkah merefleksi dilakukan penulisan secara

menyeluruh mengenai ejaan, tanda baca, pilihan kata,

dan sebagainya.

Semi (2013) memberikan batasan paragraf deskripsi

sebagai berikut ini. “Deskripsi adalah tulisan yang tujuannya


47

memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga

dapat memberi pengaruh pada imajinasi atau pendengar”.

Priyatni menjelaskan (2014) yang dimaksud dengan teks

deskripsi adalah teks yang menjelaskan dan memamparkan

suatu objek/keadaansehinggapembaca seolahmendengar,

melihat, atau merasakan hal yang dipaparkan

dandikatagorikan sebagai teks deskripsi. Teks deskripsi

bisaanya untuk menjelaskan pengalaman serta

pengamatan, tentang bentuk, suara, rasa, atau gerak-

geriknya.

Priyatni (2014:72) yang menyebutkan bahwa teks deskripsi

memaparkan suatu objek/hal/keadaan sehingga pembaca

seolah-olah merasakan pengalaman inderawi penulis.

4.3 Ciri – Ciri Tulisan Deskripsi

Dalman (2014:41) mengemukakan tulisan deskripsi

mempunyai ciri-ciri khas, yaitu sebagai berikut:

1) Deskripsi memperlihatkan detail atau perincian

tentang objek;

2) Deskripsi bersifat memberi pengaruh sensitivitas dan

membentuk imajinasi pembaca;

3) Deskripsi disampaikan dengan gaya yang nikmat

dengan pilihan kata yang menggugah;


48

4) Deskripsi memaparkan tentang sesuatu yang dapat

didengar dilihat, dan dirasakan. Misalnya: benda, alam,

warna, dan manusia.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-

ciri tulisan deskripsi antara lain: suatu karangan yang berisi

perincian-perincian yang jelas tentang suatu objek, dapat

menimbulkan pesan dan kesan bagi pembaca, menarik

minat, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti,

menimbulkan daya imajinasi dan sensitivitas pembaca,

serta membuat si pembaca seolah-olah mengalami

langsung objek yang dideskripsikan.

4.2 Langkah – Langkah Menulis Deskripsi

Suparno (2011:4.22) mengemukakan empat langkah

dalam menulis deskripsi sebagai berikut.

1. menentukan objek yang akan dideskripsikan;

2. merumuskan tujuan pendeskripsian;

3. menetapkan bagian yang akan dideskripsikan, yaitu

dengan cara menyajikan informasi tentang objek yang

akan dideskripsikan. Contohnya deskripsi tentanghewan

dan tumbuhan, maka dapat dideskripsikan ciri-ciri fisik,

manfaat, dan asalobjek tersebut;

4. memerinci dan mensistematiskan hal-hal yang

menunjang kekuatan yang akan dideskripsikan, hal-hal


49

apa saja yang akan ditampilkan untuk membantu

memunculkan kesan dan gambaran kuat mengenai

sesuatu yang dideskripsikan.

Kosasih (dalam Dalman, 2014:100) menyarankan bahwa

langkah-langkah menulis deskripsi sebagai berikut.

1. menentukan topik, tema, dan tujuan karangan;

2. merumuskan judul karangan;

3. menyusun kerangka karangan;

4. mengumpulkan bahan atau data;

5. mengembangkan kerangka karangan;

6. membuat cara mengakhiri dan menyimpulkan tulisan;

7. menyempurnakan karangan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa dalam menulis deskripsi tidak boleh sembarangan,

melainkan ada cara atau langkah-langkah dalam menulis

deskripsi, sehingga tulisan deskripsi yang dibuat dapat

tersusun dengan baik dan isi yang terkandung di dalamnya

dapat diterima oleh pembaca dan seolah-olah pembaca

dapat melihat dan merasakannya.

4.4 Syarat-syarat Menulis Deskripsi


50

Menurut Akhadiah (dalam Dalman, 2014:103), ada

tiga syarat yang harus diperhatikan dalam menulis deskripsi,

yaitu:

1. Kesanggupan berbahasa penulis yang memiliki

kekayaan nuansa dan bentuk;

2. Kecermatan pengamatan dan keluasaan pengetahuan

tentang sifat, watak, dan wujud objek yang

dideskripsikan;

3. Kemampuan memilih detail khas yang dapat menunjang

ketepatan dan keterhidupan pemerian.

Nurgiyantoro (dalam Saddhono, 2014:213) membuat

penilaian dalam menulis antara lain meliputi aspek-aspek: isi

gagasan yang disampaikan, organisasi isi, tata kalimat,

pilihan kata, dan ejaan.

A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Bahasa adalah alat komunikasi yang terorganisasi dalam bentuk

satuansatuan, seperti kata, kelompok kata, klausa, dan kalimat yang

diungkapkan baik secara lisan maupun tulis.


51

Menurut Riyadi (2013) Bahasa merupakan salah satu alat

komunikasi, alat untuk mengungkapkan gagasan dan alat

untuk mengekspresikan diri yang digunakan masyarakat sejak

peradaban dunia ini mulai ada Santosa. Menurut Tarigan

dalam Doyin dan Wagiran menulis, membaca, menyimak, dan

berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa. Semakin

sering berlatih dengan cara yang benar, akan semakin terampil

pula dalam berbahasa.

Menurut Santosa secara universal pengertian bahasa

adalah suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang mengandung

beberapa sifat yakni sistematis, mana suka, ujar, manusiawi,

dan komunikatif. Disebut sistematis karena bahasa diatur oleh

suatu sistem yaitu sistem bunyi dan sistem makna. Bahasa

disebut mana suka karena unsur-unsur bahasa yang dipilih

secara acak tanpa dasar.

Bahasa disebut juga ujaran karena media bahasa yang

terpenting adalah bunyi walaupun kadang ada juga dalam

bentuk media tulisan. Disebut manusiawi karena bahasa

digunakan oleh manusia bukan digunakan oleh makhluk lain.

Bahasa disebut sebagai alat komunikasi karena berfungsi

sebagai penyatu keluarga, masyarakat, bangsa dalam segala

kegiatan.
52

Menurut Santosa Pembelajaran Bahasa Indonesia

dimaksudkan untuk menggali kemampuan belajar siswa dan

pengalaman berbahasa siswa. Pembelajaran bahasa adalah

proses memberi rangsangan belajar berbahasa kepada siswa

dalam upaya siswa mencapai kemampuan berbahasa.

Usia sekolah dasar merupakan masa yang tepat untuk

pembelajaran berbahasa. Dalam pembelajaran berbahasa di

Sekolah Dasar dimulai dari kalimat-kalimat minim, kalimat inti,

kalimat sederhana, kalimat tunggal di kelas rendah kemudian

meningkat mempelajari kalimat luas, kalimat majemuk, kalimat

transformasi sampai anak merangkai kalimat menjadi sebuah

wacana sederhana.

Berdasarkan uraian tentang pembelajaran Bahasa

Indonesia di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

Bahasa Indonesia adalah upaya pembelajaran bahasa kepada

siswa supaya mempunyai kemampuan berbahasa.

Pembelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya dilakukan sedini

mungkin karena bahasa digunakan dalam kehidupan sehari-

hari, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun

masyarakat.

B. Penelitiam Terdahulu yang Relevan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang

telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa


53

terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

penggunaan media pembelajaran audio visual video

terhadap hasil belajar Subtema 1 Keberagaman Budaya

Bangsaku pada kelas IV A dan IV B Sekolah Dasar

Negeri Babakan 01 Semester 1 Tahun Ajaran

2019/2020. Hal ini dapat dilihat dari nilai NGain

pada kelompok kelas eksperimen sebesar 76,

sedangkan pada kelompok kelas kontrol mendapatkan

nilai N-Gain sebesar 68. Ketuntasan hasil belajar

yang diperoleh kelompok kelas eksperimen adalah

85%, sedangkan pada kelompok kelas kontrol

ketuntasan hasil belajar sebesar 75 %, kemudian hasil

pengujian hipotesis menyatakan bahwa H0 ditolak dan

Ha diterima karena thitung (2,5414) > (1,9983).

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian

sekarang adalah sebagai berikut:

Penelitian terdahulu Penelitian sekarang


Lokasi penelitian di SD Lokasi penelitian di SD Negeri

Negeri babakan 1 Sukaratu 2 Majasari

Subyek penelitian siswa Subyek penelitian siswa kelas

kelas IV SD Negeri V SD Negeri Sukaratu 2


54

Babakan 1 Majasari
Penggunaan Media Audio Penggunaan Media Audio

Visual diterapkan pada Visual diiterapkan pada

Materi keberagaman pelajaran bahasa indonesia

budaya bangsaku materi karangan deskripsi


Korelasi Media Audio Visual Dengan Hasil Belajar

Kelas IV Tema 3 Subtema 1 Pembelajaran 1 Di SD

Negeri Belahantengah Mojokerto 1Riska Nur Aulia,

2Ida Sulistyawati, 3Susi Hermin Rusminati PGSD

Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.

Uji normalitas merupakan pengecekan data hasil

penelitan dengan tujuan untuk melihat ikatan variabel

X dan variabel Y apakah sudah berdistribusi normal

atau belum. Uji normalitas dengan rumus Shapiro-Wilk

digunakan dalam pengujian data penelitian ini.

Standar atau tolak ukur pengukuran yaitu data

dinyatakan berdistribusi normal, jika nilai Sig > 5%.

Sebaliknya data dinyatakan tidak berdistribusi normal,

jika nilai signifikasi < 5%. Pengujian normalitas pada

penelitian ini memakai bantuan SPSS. Untuk variabel

X diperoleh Sig = 0,555 untuk , hal ini menyatakan

bahwa Sig > 0,05 Yang artinya data skor media audio

visual berdistribusi normal. Kemudian untuk hasil


55

analisis data hasil belajar didapatkan 0,462 > 0,555

hal ini menunjukkan nilai Sig > 0,05yang artinya

variabel Y berdistribusi normal. Kesimpulan dari

penjelasan kedua kelompok data/variabel tersebut

(Variabel X dan Y) yaitu berdistribusi normal. (2) Uji

Linieritas Pengujian ini dipakai untuk memverifikasi

apakah terdapat ikatan yang linier antara variabel X

dan variabel Y. Standar atau tolak ukur yang dipakai

yakni nilai Sig > 0,05, maka kedua variabel

dinyatakan mempunai ikatan yang linier.

Berdasarkan pengujian yang dilakukan dengan

bantuan SPSS didapatkan hasil output dengan

bantuan tabel ANOVA. Diperoleh nilai signifikasi

0,768 > . Dapat diambil kesimpulan variabel X dan Y

memiliki ikatan yang linier. Uji Korelasi Pengujian ini

dilakukan guna mengetaui adanya ikatan antara

variabel X dengan Y. Pada penelitian ini yakni

adanya hubungan antara media audio visual dengan

hasil belajar yang dilakukan pada kelas IV di SD

Negeri Belahantengah Mojokerto. Uji korelasi dilakukan

berdasarkan tolak ukur yakni Ha (Hipotesis alternatif)

diterima, jika hasil rhitung lebih besar dari rtabel,

dengan signifikasi . Sebaliknya Ho (Hipotesis nihil)


56

dinyatakan ditolak, apabila rhitung lebih kecil rtabel

dengan signifikasi . Berdasakan pengujian dan

dilakukan penghitungan, diperoleh rhitung sebesar

0,813 dengan taraf Sig = 0,05, dan nilai N = 31,

didapatkan rtebel = 0,355. Data tersebut menunjukkan

jumlah rhitung > rtabel sehingga dapat ditarik

kesimpulan variabel X dan Y memiliki

korelasi/hubungan dengan interpretasi tingkat hubngan

tinggi. Yang artinya yakni terdapat korelasi antara

media audio visual dengan hasil belajar.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian

sekarang adalah sama-sama menggunakan model

pembelajaran Media audio visual

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian

sekarang adalah sebagai berikut:

Penelitian terdahulu Penelitian sekarang


Lokasi penelitian di SD Lokasi penelitian di SDN

Negeri Belahan tengah Negeri Sukaratu 2 majasari

mojokerto Kabupaten Pandeglang

Provinsi Banten
Subyek penelitian siswa Subyek penelitian siswa kelas

kelas IV SD Negeri V SD Negeri Sukaratu 2

belahan tengah Majasari Kabupaten


57

Pandeglang Provinsi Banten


Penggunaan Media audio Penggunaan Media audio

visual diiterapkan pada visual diterapkan pada

pelajaran bahasa pelajaran bahasa indonesia

indonesia materi menulis karangan

deskripsi

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DRIBBLING

SEPAKBOLA DENGAN PENGGUNAAN MEDIA AUDIO

VISUAL Muhamad Syamsul Taufik1) , Muhamad Guntur

Gaos Sungkawa2) Pendidikan Jasmani,Keshatan dan

Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Surya Kancana

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian

Berdasarkan hasil temuan pada setiap tahapan

penelitian dan hasil pembahasan yang dijelaskan

secara detail diatas telah didapatkan oleh peneliti

dan dipaparkan, secara umum dapat disimpulkan

bahwa adanya peningkatan pada siklus II ini sudah

mencapai persentase ketuntasan klasikal 80%.

Sehingga dapat dijabarkan adanya peningkatan hasil

belajar siswa dengan melalui pembelajaran pendidikan

jasmani dribbling sepakbola dengan metode

pembelajaran menggunakan media audio visual bagi


58

siswa kelas XI SMA PGRI Ciawi Kabupaten Bogor

serta pembelajaran berjalan secara efektif dan efesien.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian

sekarang adalah sama-sama menggunakan model

pembelajaran Media audio visual

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian

sekarang adalah sebagai berikut:

Penelitian terdahulu Penelitian sekarang


Lokasi penelitian SMA Lokasi penelitian di SDN

PGRI Ciawi kabupaten Sukaratu 2 Majasari

bogor Kabupaten Pandeglang

Provinsi Banten
Subyek penelitian siswa Subyek penelitian siswa

kelas XI SMA PGRI Ciawi kelas V SDN Sukaratu 2

Majasari Kabupaten

Pandeglang Provinsi Banten

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan melalui

Pendekatan media audio visual pembelajaran

menggunakan media tersebut dapat lebih meningkat

C. Kerangka Berfikir

Guru seharusnya dapat merancang pembelajaran yang

bermakna bagi siswa. Namun, dalam kenyataannya banyak guru


59

yang belum mampu merancang pembelajaran yang demikian. Hal

tersebut juga terjadi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di

kelas V SDN Sukaratu 2 Majaasarii Kabupaten Pandeglang

khususnya materi menulis deskripsii. Proses pembelajaran

Bahasa Indonesia di kelas V SDN Sukaratu 2 Kabupaten

Pandeglang masih terpusat pada guru. Dalam kegiatan

pembelajaran guru belum menggunakan pendekatan dan metode

pembelajaran yang bervariasi sehingga menyebabkan siswa

kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, siswa

juga menjadi kurang aktif dalam pembelajaran. Kurang terlibatnya

siswa dalam pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa.

Siswa kurang diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan

lingkungan yang ada di sekitar sekolah karena pembelajaran

selalu dilakukan di dalam kelas. Dalam pembelajaran

keterampilan menulis puisi siswa hanya diberi penjelasan dan

contoh tentang puisi kemudian diberi tugas untuk menulis puisi

dengan kemampuannya sendiri. Dalam hal ini, guru kurang

memberikan peluang kepada siswa untuk menemukan

pengetahuannya sendiri melalui kehidupan nyata.

Dengan pendekatan pembelajaran Media audio visual

,memungkinkan siswa untuk menemukan pengetahuannya sendiri

sehingga membuat siswa aktif dan pembelajaran yang


60

berlangsung akan terpusat pada siswa. Dalam proses

pembelajaran guru mengaitkan materi ajar dengan dunia nyata

siswa misalnya mengaitkan pembelajaran dengan lingkungan

sekitar siswa sehingga belajar tidak hanya berlangsung di ruang

kelas tapi bisa dimana saja di sekitar lingkungan siswa.

Dengan pendekatan pembelajaran Media Audio Visual,

siswa diajak melakukan kegiatan pengamatan langsung kepada

objek di lingkungan sekitar yang akan dijadikan tema dalam

menulis puisi kemudian siswa menulis Deskripsi,Siswa

mendapatkan berbagai gagasan dan inspirasi dari hasil

pengamatan langsung sehingga keterampilan menulis deskripsi

siswa juga semakin meningkat.

D. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini memiliki hipotesis sebagai berikut: “jika

menggunakan pendekatan Media Audio Visual dalam pelajaran

Bahasa Indonesia pada materi keterampilan menulis karangan

deskripsi di Sekolah dasar, maka keterampilan deskripsi siswa

akan meningkat.

Anda mungkin juga menyukai