EMPIRISME
Disusun oleh:
Kelompok 08
2022
1
BAB I
PEMBAHASAN
A. EMPIRISME
Untuk memahami isi doktrin ini perlu dipahami lebih dahulu dua ciri
pokok empirise, yaitu mengenai teori tentang makna dan teori tentang
pengetahuan. Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan
bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia.
Teori makna pada aliran empirisme biasanya dinyatakan sebagai teori tentang asal
pengetahuan, yaitu asal-usul ide atau konsep. Pada Abad Pertengahan teori ini
diringkaskan dalam rumus Nihil est in intellectu quod non prius fuerit in sensu
(tidak ada sesuatu di dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman).
Sebenarnya pernyataan ini merupakan tesis Locke yang terdapat di dalam
bukunya An Essay Concerning Human Understanding, yang dikeluarkannya
tatkala ia menentang ajaran ide bawaan (innate idea) pada orang-orang rasionalis.
Jiwa (mind) itu tatkala orang. dilahirkan, keadaannya kosong. laksana kertas putih
atau tabula rasa, yang belum ada tulisan di atasnya, dan setiap ide yang
diperolehnya mestilah datang melalui pengalaman, yang dimaksud dengan
pengalaman di sini ialah pengalaman inderawi. Atau pengetahuan dengan alat
yang oleh Locke disebut inner sense (penginderaan dalam)."
Pada abad ke-20 kaum empirisme cenderung menggunakan teori makna mereka
pada penentuan apakah suatu konsep diterapkan dengan benar atau tidak, bukan
pada asal-usul pengetahuan Salah satu contoh penggunaan empirisme secara
pragmatis ialah pada Charles Sanders Pierce dalam kalimat "Tentukanlah apa
pengaruh konsep itu pada praktek yang dapat dipahami kemudian konsep tentang
pengaruh itu, itulah konsep tentang objek tersebut."
Filsafat empirisme tentang teori makna amat berdekatan dengan aliran positivism
logis (logical positivism) dan filsafat Ludwig Wittgenstein.Akan tetapi, teori
makna dan empirisme selalu harus dipahami lewat penafsiran pengalaman. Oleh
karena itu, bagi orang empiris jiwa dapat dipahami sebagai gelombang
2
pengalaman kesadaran, materi sebagai pola (pattern) jumlah dapat diindera, dan
hubungan kausalitas sebagai urutan peristiwa yang sama.
Teori yang kedua yaitu teori pengetahuan, dapat diringkaskan sebagai berikut.
Menurut orang rasionalis ada beberapa kebenaran umum seperti "setiap kejadian
tentu mempunyai sebab", dasar-dasar matematika, dan beberapa prinsip dasar
etika, dan kebenaran-kebenaran itu benar dengan sendirinya yang dikenal dengan
istilah kebenaran apriori yang diperoleh lewat intuisi rasional. Empirisme
menolak pendapat itu. Tidak ada kemampuan intuisi rasional itu. Semua
kebenaran yang disebut tadi adalah kebenaran yang diperoleh lewat observasi jadi
ia kebenaranan a posteori.
Perlu ditegaskan bahwa sains meneliti objek-objek yang ada dan empiris.Seorang
yang beraliran empirisme biasanya berpendirian bahwa pengetahuan didapat
melalui penampungan yang secara pasif menerima hasil hasil penginderaan
tersebut. Ini berarti semua pengetahuan betapapun rumitnya dapat dilacak kembali
dan apa yang tidak dapat bukanlah ilmu pengetahuan. Empirisme radikal
berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai kepada pengalaman
inderawi dan apa yang tidak dapat dilacak bukan pengetahuan. Lebih lanjut
penganut empirisme mengatakan bahwa pengalaman tidak lain akibat suatu objek
yang merangsang alat-alat inderawi, kemudian di dalam otak dipahami dan akibat
dari rangsangan tersebut dibentuklah tanggapan-tanggapan mengenai objek yang
telah. merangsang alat-alat inderawi tersebut. Empirisme memegang peranan yang
amat penting bagi pengetahuan, malah barangkali merupakan satu-satunya sumber
dan dasar ilmu pengetahuan menurut penganut empirisme Pengalaman inderawi
sering dianggap sebagai pengadilan yang tertinggi.”Sains merupakan bagian dari
empiris. Cara memperoleh pengetahuan sains dengan cara empiris.
Aliran ini berpendapat, bahwa empiri atau pengalamanlah yang menjadi sumber
pengetahuan, baik pengalaman yang batiniah maupun lahiriah. Akal bukan jadi
sumber pengetahuan, tetapi akal mendapat tugas untuk mengolah bahan-bahan
yang diperoleh dari pengalaman.Metode yang diterapkan adalah induksi.”
3
Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu pandangan bahwa semua ide atau gagasan
merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal
atau rasio.Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data
inderawi.Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara
tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika
dan matematika). Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan
tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca
indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di
peroleh dari pengalaman Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui
bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
B. Tokoh-tokoh Empirisme
a. John Locke ( 1632-1704 )
John Locke adalah filosof Inggris. Ia lahir di Wrington, Somersetshire, pada tahun
1632. Tahun 1647-1652 ia belajar di Westminster. Tahun 1652 ia memasuki
Universitas Oxford, mempelajari agama Kristen. Sementara ia mempelajari
vaknya, ia juga mempelajari pengetahuan di luar tugas pokoknya. Filsafat Locke
dapat dikatakan antimetafisika. Ia menerima keraguan sementara yang diajarkan
oleh Descartes, tetapi ia menolak intuisi yang diguna kan oleh Descartes. Ia juga
menolak metode deduktif Descartes dan menggantinya dengan generalisasi
berdasarkan pengalaman Jadi, induksi. Bahkan Locke menolak juga akal (reason).
Ia hanya menerima pemikiran matematis yang pasti dan cara penarikan dengan
metode induksi. Buku Locke, Essay Concerning Human Understanding (1689),
ditulis berdasarkan satu premis, yaitu semua pengetahuan datang dari pengalaman
(Solomon: 108). Ini berarti tidak ada yang dapat dijadikan idea atau konsep
tentang sesuatu yang berada di belakang pengalaman, tidak ada idea yang
diturunkan seperti yang diajarkan oleh Plato. Dengan kata lain, Locke menolak
adanya innate idea, termasuk apa yang diajarkan oleh Descartes, Clear and
distincidea. Adequate idea dari Spinoza, truth of reason dari Leibniz, semuanya
ditolaknya. innate (bawaan) itu tidak ada. Inilah argumennya.
4
1. Dari jalan masuknya pengetahuan kita mengetahui bahwa innate itu tidak
ada. Memang agak umum orang beranggapan bahwa innate itu ada. La itu
seperti distempelkan pada jiwa manusia, dan jiwa membawanya ke dunia
ini. Sebenarnya kenyataan telah cukup menjelaskan kepada kita ba
gaimana pengetahuan itu datang, yakni melalui daya-daya yang alamiah
tanpa bantuan kesan-kesan bawaan, dan kita sampai pada keyakinan tanpa
suatu pengertian asli.
2. Persetujuan umum adalah argumen yang terkuat. Tidak ada sesua tu yang
dapat disetujui oleh umum tentang adanya innate idea itu sebagai suatu
daya yang inhern. Argumen ini ditarik dari persetujuan umum. Bagaimana
kita akan mengatakan innate idea itu ada padahal umum tidak meng akui
adanya.
3. Persetujuan umum membuktikan tidak adanya innate idea.
4. Apa innate idea itu sebenarnya tidaklah mungkin diakui dan sekali gus
juga tidak diakui adanya. Bukti-bukti yang mengatakan ada innate idea
justru saya jadikan alasan untuk mengatakan ia tidak ada.
5. Tidak juga dicetakkan (distempelkan) pada jiwa sebab pada anak idiot,
idea yang innate itu tidak ada. Padahal anak normal dan anak idiot sama-
sama berpikir.. Argumen ini secara lurus menolak adanya innate idea,
sekalipun ada, itu tidak dapat dibuktikan adanya. Lebih jauh ia berkata: “
Marilah kita andaikan jiwa itu laksana kertas kosong, tidak berisi apa apa,
juga tidak ada idea di dalamnya. Bagaimana ia berisi sesuatu? Untuk
menjawab pertanyaan ini saya hanya mengatakan: dari pengalaman,
didalamnya seluruh pengetahuan didapat dan dari sana seluruh
pengetahuan berasal.”
Hanya premis inilah yang dipertahankan dan digunakan oleh Locke. Dengan ini
pula ia menyerang innate idea dengan cara induksi. Akan tetapi, di sini Locke lupa
bahwa untuk menarik idea dari pengalaman-pengalaman itu diperlukan prinsip.
Prinsip itu, sialnya, bukan diambil dari pengalaman. Leibniz, orang yang menjadi
5
arah serangan Locke, mengatakan prinsip itu ada di dalam pikiran, dan bukan dari
pengalaman. Dengan mengikuti cara Locke itu, kata Leibniz, ia tidak berhasil
meniadakan innate idea. Prinsip itu tadi adalah innate idea.
Locke tidak melanjutkan debatnya dengan Leibniz karena ia harus meng hadapi
banyak persoalan yang menjadi kepeduliannya. Ia tetap pada posisi nya. Akan
tetapi, debat itu berlangsung dalam bentuk-bentuk lain. Kebang kitan antropologi
pada abad ke-19 kelihatannya mendukung pendapat Locke yang mengatakan
innate idea tidak ada. Akan tetapi, pada abad ke-19 itu ma sih banyak juga filosof
yang membela innate idea. Kant mengajukan argumen yang kuat tentang adanya
innate idea itu. Pada permulaan abad ke-20 pendapat semakin mendukung Locke,
tetapi sayap lain, yaitu sayap Leibniz, anehnya mendapat dukungan justru dari
kaum antropolog. Gerakan yang besar dalam pengetahuan sosial, yang biasanya
disebut strukturalisme (tokoh utamanya adalah Claude Levi Strauss di Prancis),
mengajukan argumen bahwa dalam kebanyakan masyarakat ada struktur dasar
(basic structure) yang universal dan innate. Di Amerika konsep innate idea
muncul sekali lagi dalam karya Chomsky. Menurut Chomsky, beberapa
kemampuan bahasa tertentu dibawa sejak lahir. Kemampuan ini menjadikan
orang-orang tidak hanya mempunyai persamaan dalam berpikir (ini diserang oleh
Locke), tetapi juga dalam kemam puan mempelajari berbagai bahasa. Debat
Locke-Leibniz masih sering muncul ke permukaan. Pandangan tabula rasa dari
John Locke merupakan konsep epistemologi yang terkenal. Dan inilah teori
pengetahuan empirisisme.
Tabula rasa (blank tablet, kertas catatan kosong) yang digambarkan sebagai
keadaan jiwa adalah pandangan epistemologi yang terkenal menurut Locke.
Selain ini, hanya tinggal satu pandangan lagi, yaitu hubungan antar idea seperti
dalam matematika, logika,dan konsep-konsep kebenaran trivial seperti “kuda
adalah hewan,” dan semua idea itu juga datang dari pengalaman. Sekarang
epistemologi dan filsafat pada umumnya menjadi semacam psikologi, dan me
mang kedua bidang ini sulit dibedakan. Di dalam teori ini John Locke meng
gunakan tiga istilah: sensasi (sensation), yang oleh orang empirisis modern sering
6
disebut data inderawi (sense-data), idea-idea (ideas) bukan idea dalam ajaran
Plato, melainkan berupa persepsi atau pemikiran atau pengertian yang tiba tiba
tentang suatu obyek; dan sifat (quality) seperti merah, bulat, berat. Inilah
argumennya.
7
b. David Hume (1711-1776)
8
yang berpendapat bahwa ada dua sumber pengetahuan. Dua sumber pengetahuan
itu dapat dijelaskan seperti ini. Plato dan Descartes menganggap bahwa rasio
adalah sebagai sumber pengetahuan tingkat tinggi yang dalam istilah plato sebut
episteme. Episteme (pengetahuan yang tidak berubah) bersumber dari rasio atau
penalaran deduktif sebagai dasarnya untuk memperoleh pengetahuan yang pasti
mengenai dunia idea. Bagi Plato pengetahuan yang bersumber dari empiri adalah
pengetahuan rendah (opini), sementara bagi Descartes, sebagai pengetahuan yang
membingungkan (diragukan). Bagi Descartes pengetahuan yang pasti harus yang
bersumber dari gagasan yang jelas dan terpilah. Bagi Descartes, kejelasan dan
kejernihan ide menjadi kriteria kepastian dan kebenaran ilmu pengetahuan
(Lavine, 2002: 140). Jadi, bagi Plato dan Descartes, ada dua jenis pengetahuan:
pertama, pengetahuan biasa (tingkat rendah) yang bersumber dari pengalaman
pancaindra; kedua, pengetahuan rasional yang mengatasi pengetahuan tingkat
pertama (idea) (pengetahuan yang abadi dan sempurna). Inilah dua sumber
pengetahuan yang dimaksudkan tadi.
9
tidak berkaitan… gagasan dan kesan selalu berkaitan satu sama lain” (Lavin,
2002: 143).
Hume membedakan kesan atas kesan-kesan sensasi (bersifat material) dan kesan-
kesan refleksi/ide-ide (bersifat rohani). Meja kita ketahui tidak secara langsung,
akan tetapi melalui perantaraan sensasi tentang meja, Di sini dibedakan antara: 1)
objek yang diketahui (meja); 2) subjek yang mengetahui, dan 3) sensasi yang
darinya objek kita simpulkan. (Pandangan ini adalah realisme kritis yang tidak
menerima begitu saja kesamaan, kesejajaran antara objek (reality) yang diketahui
dengan penampakannya melalui indra kita (appearance)).
10
manusia, karena metode ini telah dibuktikan keberhasilannya dalam ilmu-ilmu
alam (Copleston, 1959).
KESIMPULAN
Tokoh-tokoh Empirisme :
11
2. David Hume ( 1711 – 1776 )
David Hume adalah empirisme terkemuka. Pemikirannya disebut tokoh sebagai
puncak empirisme modern. Ia lahir dekat Eidinburg, Scotlandia. Hume belajar
hukum, sastra dan filsafat dan bekerja sebagai diplomat di Inggris, Prancis,
Austria, dan Italia. Sewaktu Hume tinggal di Paris ia bertemu dengan Jean
Jacques Rousseau. Hume seorang yang berupaya keras untuk terkenal melalui
pemikiran dan tulisannya. Bukunya, Treatise of Human Nature, sedikit dibaca dan
dipahami di masanya. Karena itu, Hume menyatakan, “Buku ini sudah mati sejak
masih di percetakan” (Lavin, 2002: 139, Roninson Dave & Bill Mayblin, 2004:
60-111). Tulisan-tulisannya y terpenting: (1) A Treatise on Human Nature
(Karangan tentang Kodrat manusia) yang (1738-1740). (2) An Inquiry Concerning
Human Understanding (Pemeriksaan tentang Pengertian Manusia) (1748). (3) An
Inquiry in to the Principles of Morals (Pemeriksaan tentang dasar-dasar Moral)
(1753) (Hamersma, 1983: 22).
12
DAFTAR PUSTAKA
13
Lose, John. Philosophy of Science and Historical Inquiry. Oxford: Clarendon,
1987.
Suriasumantri, Jujun S., 1998, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan
14