Anda di halaman 1dari 12

a.

KONSEP EPISTIMOLOGI
b. “Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah pengantar Ilmu
Filsafat”
c. Dosen Pengampu: Ali Said, M.Hi.

KELOMPOK 11:

M. Syifaul Qulub (2393044029)


Intan Nurma Agustina (2393044145)
Yuni Agustina (2393044034)
Salsabila riski aulia da syifa

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2023

KATA PENGANTAR
i. Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah
swt. yang telah memberikan kesempatan dan
kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini.
ii. Adapun tugas makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas kelompok dari dosen pada
mata kuliah “Pengantar Ilmu Filsafat”. Makalah
ini berjudul “Konsep Epistimologi”.Penulis
tidak dapat menyelesaikan makalah ini tanpa
adanya dukungan, do’a, dan nasehat dari
semuanya.
iii. Selanjutnya, penyusun ingin mengucapkan
salam danterima kasih kepada semua yang
sudah ikut andil membantu baik materi dan
non materi sertawaktunya untuk melengkapi
makalah ini. Penyusun menyadari makalah ini
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,kritik
yang membangun, dan saran dari pembaca
sangatlah dihargai. Penyusun sangat beharap
bahwa makalah ini dapat memberikan
kontribusi berharga bagi para pembaca.

 Jombang,30Nove
mber 2023
i. Kelompok 11

b. DAFTAR ISI

b. KATA PENGANTAR.............................................

c. DAFTAR ISI........................................................
d. BAB I PEMBAHASAN
e. Pengertian Epistemologi
i. 2. Teori Epistemologi

Landasan .3 .a

Epistemologi
f. BAB II

PEMBAHASANA.PengertianEpistemologiEpistemologiB.L

andasanpistemologiBAB III PENUTUP Kesimpulan


LATAR BELAKANG
Salah satu cabang fundamental filsafat adalah epistemologi. Secara spesifik,
epistemologi berhubungan dengan karakter, sumber, batasan, dan validitas
pengetahuan. Dari sudut pandang epistemologi, segala sesuatu yang kita klaim kita
ketahui, apakah dalam bidang sains, sejarah, maupun fenomena kehidupan sehari-
hari akan kecil nilainya jika kita tidak mampu mendukung pengetahuan kita secara
argumentatif. Tidak hanya itu, semua konsep-konsep tentang kehidupan manusia,
teori-teori tentang alam semesta, bahkan penegasan tentang kejadian sehari-hari,
membutuhkan semacam pembenaran rasional (justification). Dengan demikian,
pertanyaan- pertanyaan epistemologis mendasari seluruh penjelajahan filosofis
lainnya (philosophical inquiries).

A.pengertian epistemologi
epistemologi berasal dari kata Yunani episteme (pengetahuan dan logos)
perkataan, pikiran, ilmu. Kata "episteme" dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja
epistamai, artinya mendudukkan, menempatkan, atau meletakkan. Maka, harfiah
episteme berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk "menempatkan
sesuatu dalam kedudukan setepatnya". Selain kata "episteme", untuk kata
"pengetahuan" dalam bahasa Yunani juga dipakai kata "gnosis", maka istilah
"epistemologi" dalam sejarah pernah juga disebut gnoseologi. Sebagai kajian filosofis
yang membuat telaah kritis dan analitis tentang dasar-dasar teoretis pengetahuan,
epistemologi kadang juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge;
erkentnistheorie). Epistemologi atau filsafat pengetahuan pada dasarnya juga
merupakan suatu upaya rasional untuk menimbang dan menentukan nilai kognitif
pengalaman manusia dalam interaksinya dengan diri, lingkungan sosial, dan alam
sekitarnya. Maka, epistemologi adalah suatu displin ilmu yang bersifat evaluatif,
normatif, dan kritis. Evaluatif berarti bersifat menilai, ia menilai apakah suatu
keyakinan, sikap, pernyataan pendapat, teori pengetahuan dapat dibenarkan,
dijamin kebenarannya, atau memiliki dasar yang dapat dipertanggungjawabkan
secara nalar. Normatif berarti menentukan norma atau tolok ukur, dalam hal ini tolok
ukur kenalaran bagi kebenaran pengetahuan.Dapat di simpulkan bahwa epistemologi
sebagai cabang ilmu filsafat tidak cukup hanya memberi deskripsi atau paparan
tentang bagaimana proses manusia mengetahuai itu terjadi (seperti dibuat oleh
psikologi kognitif), tetapi perlu membuat penentuan mana yang betul dan mana
yang keliru berdasarkan norma epistemik. Sedangkan kritis berarti banyak
mempertanyakan dan menguji penalaran cara maupun hasil kegiatan manusia
mengetahui. Yang dipertanyakan adalah baik asumsi-asumsi, cara kerja atau
pendekatan yang diambil, maupun kesimpulan yang ditarik dalam pelbagai kegiatan
kognitif manusia.
B.Teori epistemologi
Berkaitan dengan teori epistemologi, epistemologi sebagai theory of knowledge,
hal ini dapat dilihat mengenai teori tersebut: Pertama, persoalan pengetahuan yang
berkaitan dengan sumber-sumber pengetahuan; Kedua, persoalan pengetahuan yang
menekan pada hakekat pengetahuan. Yang pertama dijawab dalam teori-teori
sebagai berikut:
1 . Rasionalisme berpandangan bahwa semua pengetahu- an bersumber pada akal.
Akal memperoleh bahan lewat indra. Kemudian, diolah oleh akal sehingga men- jadi
pengetahuan. Rasionalisme berdasarkan paada metode deduksi, yaitu cara
memperoleh kepastia me- lalui langkah-langkah metodis yang bertitik tolak dari hal-
hal yang bersifat umum untuk mendapatkan ke- simpulan yang bersifat khusus. Rene
Descartes mem- bedakan tiga idea yang ada dalam diri manusia, yaitu innate ideas
adalah ide bawaan yang dibawa manusia sejak lahir, adventitious ideas adalah ide-
ide yang berasal dar luar di manusia, serta factitious ideas adalah ide-ide yang
dihasilkan oleh pikiran itu sendiri. Tokoh yang laina dalah Spinoza dan Leibniz.
2. Empirisme berpendirian bahwa semua pengetahuan diperoleh lewat indra. Indra
memperoleh kesan-kesan dari alam nyata. Kemudian, kesan-kesan tersebut ber-
kumpul dalam diri manusia sehingga menjadi penga- laman. Pengetahuan yang
berupa pengalaman terdiri atas penyusunan dan pengaturan kesan-kesan yang
bermacam-macam. Aliran-aliran yang timbul dan se- bagai pendukung tradisi
empirisme adalah Posivisme Prancis, Posivisme Logis dari Lingkaran Wina, Analisis
Filsafati Inggris, dan berbagai aliran psikologi behavioristik.
a) 3 . Realisme adalah aliran yang menyatakan bahwa objek- objek yang
diketahui adalah nyata dalam dirinya sendiri. Objek-objek tersebut tidak
bergantung adanya pada yang menyetahui, yan g menyerap atau tidak
bergantung pada pikiran. Pikiran dan dunia luar saling berinteraksi. Akan
tetapi, interaksi ini tidak mempengaruhi sifat dasar dunia. Dunia tetap ada
sebelum pikiran menya- darinya dan akan tetap ada setelah pikiran berhenti
menyadarinya.
4 . Kritisisme adalah aliran yang berusaha menjawab persoalan pengetahuan dengan
tokohnya Immanuel Kant. Titik tolak Kant adalah waktu dan ruang sebagai dua bentuk
pengamatan. Akal menerima bahan-bahan pengetahuan dari empiri (dari indra sebagai
empiri extern dan dari pengalaman sebagai empiri interen). Bahan-bahan yang berupa
empiri tersebut masih kacau. Kemudian, akal mengatur dan menertibkan dalam bentuk
pengamatan, myakni ruang dan waktu. Bahan- bahan empiri tersebut ditempatkan yang
satu sesudah yang lain. Pengmatan merupakan permulaan penge- tahuan, sedangkan
pengolahan oleh akal merupakan pembentukannya. Yang kedua berkaitan dengan
hakikat ilmu, dijawab dengan teori-teori berikut:
1. Idealisme berpendirian bahwa
pengetahuan adalah proses-proses
mental ataupun proses-proses psikologis
yang sifatnya subyektif. Pengetahuan
merupakan gambaran subjektif tentang
kenyataan. Pengetahuan tidak
menggambarkan kebenaran yang
sesungguhnya atau pengetahuan tidak
memberikan gambaran yang tepat
tentang hakikat sesuatu yang berada di
luar pikiran."
2. Empirisme berpendirian bahwa hakikat
pengetahuan adalah berupa
pengalaman. David Hume termasuk
dalam empirisme radikal. Ia menyatakan
bahwa ide- ide dapat dikembalikan pada
sensasi-sensasi (rangsang indra).
Pengalaman merupakan ukuran terakhir
dari kenyataan. William James
menyatakan bahwa pernyataan tentang
fakta adalah hubungan diantara benda-
benda dan sama banyaknya dengan
pengalaman khusus yang diperoleh
secara langsung dengan indra.

3. Positivisme berpendirian bahwa


kepercayaan yang dogmatis harus
digantikan dengan pengetahuan faktawi.
Apa pun yang berada di luar dunia
pengalaman tidak perlu diperhatikan.
Manusia harus menaruh perhatian pada
dunia ini. Sikap negatif positivisme
terhadap kenyataan yang di luar
pengalaman telah mempengaruhi
berbagau bentuk pemikiran modern,
yaitu pragmatisme, instrumentalisme,
naturalisme ilmiah, dan behaviorisme.
Penganut analisis filsafati dewasa ini
pada umumnya adalah penganut
empirisme. Beberapa tokoh diantaranya
mengatakan bahwa pernyataan yang
mengandung arti adalah pernyataan
yang dapat diverifikasi secara empiris.
Pernyataan yang tidak berdasar
pengalaman atau tidak dapat diverifikasi
dianggap tidak bermakna atau bukan
merupakan pengetahuan.
g. 4 . Pragmatisme tidak mempersoalkan apa hakikat pengetahuan, tetapi menanyakan
apa guna pengetahuan tersebut. Daya pengetahuan hendaklah dipandang sebagai
sarana bagi perbuatan. C.S. Pierce menyatakan bahwa yang penting adalah pengaruh
apa yang dapat dilakukan sebuah ide atau suatu pengetahuan dalam suatu rencana.
Pengetahuan kita tidak lain merupakan gambaran yang kita peroleh tentang akibat
yang dapat kita saksikan. Nilai dari suatu pengertian atau pengetahuan bergantung
pada penerapannya yang nyata dalam masyarakat. Pengetahuan yang dimiliki
manusia dikatakan benar tidak karena pengetahuan itu men- cerminkan kenyataan,
akan tetapi dikatakan benar kalau dapat membuktikan manfaatnya bagi umum.
William James menyatakan bahwa ukuran kebenaran sesuatu hal itu ditentukan oleh
akibat praktisnya. Sesuatu pengertian tidak pernah benar, tetapi pengertian hanya
dapat menjadi benar. Ukuran kebenaran hendaknya dicari dalam tingkatan seberapa
jauh manusia sebagai pribadi dan secara psikis merasa puas.

h. C. Landasan epistemologi

i. Landasan epistemologi sebagai teori pengetahuan ata filsafat pengetahuan,


ditujukan kepada permasalahan met dasar pengetahuan dalam hal ini Harold H Titus
mengemu kakan tiga pokok landasan epistemologi sebagai penyelidikan falsafati
terhadap pengetahuan antara lain:
1. Menyangkut watak pengetahuan,
dengan pertanyaan pokok.
j. 2.. Menyangkut sumber pengetahuan, dengan pertanyaan pokok.
k. 3. Menyangkut kebenaran pengetahuan, dengan pertanyaan pokok.

l. D.Landasan epistemologi
m. Menurut sejarah epistemologi persoalan-persoalan epistemologi telah dibahas dalam
kategori-kategori tertentu, untuk itu dilihat dari epistemologi sebagai teori
pengetahuan, maka ditinjau dari cabang-cabang epistemologi dapat di- kemukakan
sebagai berikut:
1. Gnoselogi
Gnosis berasal dari kata gignosko, yang berarti menyalami, mendalami. Oleh
karena itu, episteme berarti suatu upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu di
dalam kedudukan setepatnya, sedang kata gnosis lebih merupakan pengetahuan
dalam arti pengertian batin, atau pengetahuan tentang ketuhanan.
n. 2. Criteriologi
o. Critica atau Criteriologi, yaitu pengetahuan sistematik tentang kriteria, patokan,
untuk menentukan penge tahuan yang benar dan yang tidak benar, Sebenarnya
criteriologi berasal dari bahasa Yunani Krinomai yang artinya adalah mengadili,
memutuskan, dan menetap kan. Dalam kaitan dengan tindakan kognitif-intelektual
memang mengadili pengetahuan yang benar dan yang tidak benar adalah dekat
dengan episteme. Fungsi kritik dari epistemologi terhadap pengetahuan
mengakibatkan ia sering disebut dengan 'kritik pengetahuan'.
p. 3.Logika Material
q. Kadangkala epistemologi juga disebut Logika, yaitu ilmu tentang pikiran. Nama ada
perbedaan antara logia formal dan logika material, dimana logika formal mempelajari
struktur berpikir dan dalil-dalilnya, misalnya: Silogisme. Logika material mempelajari
hal pengetahuan, kebenaran, kepastian yang sama dengan ling kup epistemologi.
Berpikir logis adalah berpikir dengan bertumpu pada logika, berpikir logis belum
tentu berpikir kritis. Penalaran yang sudah teratur belum tentu mengandung
kebenaran dan kepastian.

r. KESIMPULAN
s. Epistemologi sebagai cabang khusus filsafat mengandung tujuan-tujuan sebagai
berikut: Pertama, epistemologi sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga
orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Kedua, epistemologi merupakan usaha
merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Sebab kecenderungan
yang terjadi di kalangan para ilmuwan modern adalah menerapkan suatu metode
ilmiah yanpa memperhatian struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Ketiga,
epistemologi memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap
metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis
rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum. Semakin luas
penerimaan dan penggunaan metode ilmiah, maka semakin valid metode tersebut,
pembahasan mengenai hal ini dibicarakan dalam metodologi, yaitu ilmu yang
mempelajari tentang cara-cara untuk memperoleh kebenaran.
t. RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN MASALAH
u. A.Rumusan masalah
v. 1.Pengertian epistemologi
w. 2.Istilah lain epistemologi
x. 3.cakupan pokok epistemologi

y. B.Tujuan masalah
z. 1.mengetahui arti epistemologi
aa. 2.mengetahui arti lain epistemologi
bb. 3.Dapat memahami isi pokok epistemologi
a. DAFTAR PUSTAKA

cc. Dr. Zaprulkhan, S.Sos.I., M.S.I. , FILSAFAT ILMU (JAKARTA:PT RajaGrafindo


Persada,2016),63
dd. Drs. Muzairi ,MA ,FILSAFAT ILMU (YOGYAKARTA:Kalimedia,2020),116

Anda mungkin juga menyukai