Anda di halaman 1dari 15

EMPIRISME, POSITIVISME DAN PRAGMATISME

SEBUAH ALIRAN FILSAFAT MODERN


MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengantar Filsafat

Dosen Pengampu:
Ahmad Khoirul Mustamir, M.Pd

Oleh:

Siti Solihah NPM 2201010572

Dzakiyatun Nuva NPM 2201010561

Raden M. Habib NPM 2201010547

UNIVERSITAS ISLAM TRIBAKTI (UIT) KEDIRI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEPTEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun dengan selesai. Tidak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada bapak Ahmad Khoirul Mustamir, M.Pd selaku dosen
pengantar filsafat yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul ”Empirisme, Positivisme Dan Pragmatisme Sebuah Aliran
Filsafat Modern”.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa membawa kemanfaatan bagi pembaca. Kami selaku penyusun
merasa bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Kediri, 12 September 2023

Penyusun

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB.........................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Masalah.............................................................................................1

BAB II......................................................................................................................2

PEMBAHASAN......................................................................................................2

A. Aliran Empirisme..........................................................................................2

B. Aliran Positivisme.........................................................................................5

C. Aliran Pragmatisme.......................................................................................6

BAB III....................................................................................................................9

PENUTUP................................................................................................................9

A. Kesimpulan...................................................................................................9

B. Saran..............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

iii
BAB
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat merupakan bagian dari kehidupan Manusia, dan karena itu
tercermin dari sikap manusia dalam kehidupan sehari-hari. Aliran-aliran
filsafat dan kaitanya dengan ilmu pengetahuan, merupakan penelahan dua
aspek sekaligus menyangkut paham dan pandangan para ahli pikir atau
filsafat. Dari kajian ini para ahli pikir melihat sesuatu secara menyeluruh,
mendalam dan sistematis. Sedangkan ilmu pengetahuan dalam mengkaji atau
mempelajari sesuatu tidak secara menyeluruh akan tetapi mempelajari
bagian-bagian tertentu saja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
aliran-aliran filsafat mempunyai kaitan dengan ilmu pengetahuan terutama
aliran realisme, aliran reasionalisme, aliran empirisme, dan aliran positivisme.
Yang memandang aliaran dalam Filsafat secara berbeda.
Antara aliran atau paham satu dengan yang lainnya, ada yang saling
bertentangan dan ada pula yang memiliki konsep dasar yang sama. Akan
tetapi meskipun bertentangan, bukanlah untuk saling dipertentangkan. Justru
dengan banyak aliran atau paham yang sudah diperkenalkan oleh tokoh –
tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pas dengan persoalan yang
sedang kita hadapi. Memahami sistem filsafat sesungguhnya menelusuri dan
mengkaji suatu pemikiran mendasar dan tertua yang mengawali kebudayaan
manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pemikiran dan teori dari aliran empirisme?
2. Bagaimanakah pemikiran dan teori dari aliran positivisme?
3. Bagaimanakah pemikiran dan teori dari aliran pragmatisme?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk memahami suatu pemikiran dan teori dari aliran empirisme
2. Untuk memahami suatu pemikiran dan teori dari aliran positivisme
3. Untuk memahami suatu pemikiran dan teori dari aliran pragmatisme

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aliran Empirisme
Istilah empirisme berasal dari bahasa Yunan. yaitu empiiria yang
berarti, “pengalaman indrawi”.1 Empirisme memilih pengalaman sebagai
sumber utama pengetahuan.Pengalaman yang dimaksudkan baik pengalaman
lahiriah (indrawi) ataupun pengalaman batiniah (intuisi) yang menyangkut
pribadi manusia.
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa
semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Berbeda dengan
anggapan rasionalis yang mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio.
Kemudian Emperisme juga merupakan suatu aliran dalam filsafat yang tertuju
pada keduniaan, yang menentang sikap mentingkan dogma agama yang kaku.
1. Pemikiran aliran empirisme
Empiris berpendapat bahwa pikiran kita sama sekali tidak memiliki
ingatan akan apa-apa yang belum pernah kita alami melalui indra
Munculnya filsafat empirisme, yang tentu bersangkutan dengan ilmu
pengetahuan positif yang maju dengan pesat, seorang empiris akan
mendapatkan pengetahuan mengenai dunia dan apa yang dikatakan indra.
Rumusan klasik dari pendekatan empiris berasal dari Aristoteles. Dia
berkata, “Tidak ada sesuatu dalam pikiran, kecuali yang sebelumnya telah
diserap oleh indra”. Pandangan ini menyiratkan berbeda dengan Plato,
yang berpendapat bahwa manusia membawa serta ide-ide bawaan dari
dunia ide. Artinya, pengetahuan diperoleh lewat ide bukan daei indra.
Empirisme berpendapat bahwa, pengetahuan (knowledge) berasal
dari pengalaman (experiences), sehingga pengalaman indrawi merupakan
suatu bentuk pengalaman yang paling jelas dan sempurna atau nyata.
Artinya, emperisme ini menolak kebenaran apriori (kebenaran-kebenaran
yang benar dengan sendirinya) yang diperoleh lewat intuisi rasional.
1
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta : Gramedia, 1997), cet. I, hlm. 197-198

2
Sebaliknya, ia mengakui kebenaran yang diperoleh lewat observasi. Jadi,
merupakan kebenaran a posteriori.2
Dalam sejarah filsafat, klaim empiris ialah tidak ada sesuatu dalam
pikiran yang mulanya tidak ada dalam indera. Hal tersebut mengandung
makna bahwa:
a. Sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman
b. Semua ide (gagasan) merupakan abstraksi yang dibentuk lewat
menggabungkan apa yang dialami
c. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan
d. Akal budi tidak dapat memberikan tentang realitas tanpa acuan dari
pengalaman inderawi.

Empirisme berpendirian bahwa pengetahuan dapat di peroleh melalui


indera. Indera memperoleh kesan-kesan dari alam nyata. Untuk kemudian
kesan-kesan tersebut berkumpul dalam diri manusia sehingga menjadi
pengalaman. Pengetahuan yang berupa pengalaman terdiri dari
penyusunan dan pengaturan kesan-kesan yang bermacam- macam.3
Namun aliran ini lemah karena keterbatasan indera atau objek tersebut.
Maka dari itu aliran empirisme sangatlah bertentangan dengan aliran
rasionalisme.

2. Teori aliran empirisme


Berikut akan dikemukankan pandangan tiga orang pendukung
aliran emperisme yang terkenal:
a. John Locke.
Menurut John Locke mengarang buku yang terpenting yaitu
“Essay Concerning Human Understanding” berpendapat bahwa

2
Sumarna, Filsafat Ilmu dari Hakekat Menuju Nilai, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy,
2004), Hlm. 162
3
Abd. Gafur, Filsafat Ilmu, (Malang: Kantor Jaminan Mutu (KJM) UIN Malang: 2007),
hlm. 59

3
pengetahuan itu bukanlah telah ada pada kita, tetapi ada diluar diri kita
dan datang kepada kita melalui alat indra.
Sesuatu yang berada dibelakang pengalaman. Locke menolak
adanya innate (bawaan) idea. Locke juga mengatakan pengetahuan
kita itu diperoleh lewat intuisi. Eksistensi Tuhan, akallah yang
memberitahukannya kepada kita. Akan tetapi, ia mengatakan juga,
sebagai seorang empiris, bahwa pengetahuan kita hanyalah yang
datang lewat penginderaan. Dan pada akhirnya ia mengatakan bahwa
kita mengetahui sesuatu dengan cara memahaminya sesuai dengan
yang dikirim oleh pengindera kita.4
b. George Berkeley
Berkeley tidak percaya akan adanya idea-idea di luar fikiran.
Suatu objek ada berarti objek itu dapat dipersepsi oleh fikiran kita dan
segala pandangan metafisis tetang adanya kenyataan-kenyataan yang
tidak dapat dipersepsi oleh fikiran kita adalah omong kosong. Dia
terkenal dengan ucapannya “Esse est percipi” (being is being
perceived) artinya, dunia material sama saja dengan dunia idea-idea.
Jadi, sebenarnya dunia material di luar kesadaran itu, substansi
material, tidak ada; yang ada hanya penangkapan persepsi kita, karena
itu, “being is being perceived” sama dengan “being is seeming”, atau
“duniaku adalah duniaku”. Adanya sesuatu adalah karena kesan-kesan
yang teramati oleh subjek.
c. David Hume
Hume mengusulkan, untuk kembali pada pengalaman spontan
kita menyangkut dunia. Hume memulai dengan menetapkan bahwa
manusia mempunyai dua jenis persepsi, yaitu kesan dan ide (gagasan).
Dengan kesan yang di maksudkannya adalah pengindraan langsung
atas realitas lahiriah. Dengan gagasan yang di maksudkannya adalah
ingatan akankesan-kesan semacam itu. 149-154

4
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati, (Bandung: Rosdakarya, 2013) hlm.

4
B. Aliran Positivisme
Positivisme berasal dari kata “positip” yang berarti factual, yaitu apa
yang berdasarkan fakta. Menurut positivisme, pengetahuan kita tidak boleh
melebihi fakta-fakta. Filsafat positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal
dari fakta positif yang diluar fakta atau kenyataan yang dikesampingkan dalam
pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan.5
1. Pemikiran aliran positivism
Filsafat positivisme adalah filsafat yang berorientasi pada realitas
dan menolak pembahasan mengenai sesuatu yang ada di balik realitas,
dengan dasar bahwa akal manusia tidak memiliki kemampuan untuk
mengetahui entitas apapun yang melintasi alam inderawi (persepsi) dan
alam kasat mata, (Isma’il. 2012: 136). Kelahirannya hampir bersamaan
dengan empirisme. Kesamaan diantara keduanya antara lain bahwa
keduanya mengutamakan pengalaman Perbedaanya hanyalah positivisme
membatasi diri pada pengalaman yang objektif dan hana mengandalkan
fakta-fakta belaka, sedangkan empirisme menerima juga pengalaman
batiniah atau pengalaman yang subjektif.6
Jadi, positivesme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu
alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak
aktivitas yang berkenaan dengan metafisik. Positivism tidak mengenal
spekulasi, semua hars didasarkan pada data empiris. Positivism dianggap
bisa memberikan sebuah kunci pencapaian hidup manusia.
2. Teori aliran positivisme
1. August Comte
Tokoh utama aliran positivisme ini adalah Auguste Comte (1798-
1857), kata “Rasional” bagi Comte terkait dengan masalah yang
bersifat empirik dan positif, yakni pengetahuan riil yang diperoleh
5
Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2010), hlm. 182
6
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, (Yogyakarta, Kanisius, 1980),
hlm. 110

5
melalui observasi (pengalaman indrawi), eksperimentasi, komparasi,
dan generalisasi-induktif diperoleh hukum yang sifatnya umum
sampai kepada suatu teori.
Menurut Comte, ilmu pengetahuan termasuk ilmu masyarakat,
haruslah bersemangat positivisme, artinya dapat dialami dan dapat
dibuktikan dengan fakta-fakta. Menurut positivisme Comte, kita harus
menjahui diri dari pertanyaan yang melampai bidang-bidang ilmu
positif. Positivisme ingin mengetahui tentang gejala, bukan hakikat
kenyataan.7
2. John Stuart Mill
John adalah seorang filsafat inggris yang menggunakan system
positivisme pada ilmu jiwa, logika, dan kesusilaan. John memberikan
landasan psikologi terhadap filsafar positivisme. Karena psikoloi
merupakan pengetahuan dasar bagi filsafat. Sama seperti yang lain
John mengakui bahwa yang menjadi satu-satunya yang menjadi
sumber pengetahuanialah pengalaman.
.
C. Aliran Pragmatisme
Kata pragmatisme diambil dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti
tindakan, perbuatan. Sedangkan isme adalah paham, atau ajaran. Dengan
demikian pragmatisme adalah paham atau ajaran filsafat yang mengutamakan
tindakan yang bermanfaat bagi pelakunya secara praktis. Pragmatisme mula-
mula diperkenalkan oleh Charles Sanders Peirce (1839 – 1914), filosof
Amerika yang pertama kali menggunakan pragmatisme sebagai metode
filsafat.
1. Pemikiran aliran pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa yang benar
adalah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan

7
Anda Juanda, Aliran-Aliran Filsafat Landasan Kurikulum dan Pembelajaran,
(Bandung: CV.Confident, 2016), hlm.121

6
akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima
sesuatu asal membawa akibat praktis “manfaat bagi hidup praktis”
Abidin (2011: 123) mengemukakan bahwa pragmatisme adalah
aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu
ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.
Pragamtisme berpandangan bahwa substansi kebenaran adalah jika segala
sesuatu memiliki fungsi dan manfaat bagi kehidupan.
2. Teori aliran pragmatisme
Berikut akan dikemukankan pandangan tiga orang pendukung
aliran pragmatisme yang tekenal yaitu:
a. C.S. Peirce (1839-1914 M)
Pierce banyak memberikan sumbangan pemikiran yang penting
bagi filsafat pragmatisme. Pemikiran Peirce dalam pragmatisme
adalah teori tentang makna (theory of meaning)sebagai salah satu
aspek epistimologi, khususnya dalam bahasa. Teori tentang makna
mengajarkan bahwa segala sesuatu memiliki “arti” penting atau tidak
percuma (mubadzir) bagi kehidupan pelakunya.
Pragmatisme berusaha menemukan asal mula serta hakikat
terdalam segala sesuatu merupakan kegiatan yang sangat menarik
(berarti), meskipun kegiatan tersebut luar biasa sulitnya. Penganut
pragmatisme menaruh perhatian pada hal-hal yang bersifat praktis
bagi pelakuknya. Mereka memandang hidup manusia sebagai suatu
perjuangan untuk hidup yang berlangsung terus- menerus dan yang
terpenting ialah konsekuensi yang bersifat praktis. Yang dipentingkan
oleh penganut pragmatis bukan teori-teori yang muluk-muluk,
melaikan kemanfaatan yang bersifat praktis, berguna atau bermanfaat
secara praktis begi kehidupan pelakunya. Apa artinya sebuah teori
yang muluk-muluk jika tidak memberi manfaat secara praktis bagi
kita. Dengan demikian yang dicari penganut pragmatis adalah “asas
manfaat”.
b. Wiliam James (1862 – 1910 M

7
James memang berbeda dengan Peirce. Peirce tidak bersedia
menggunakan pragmatism dan filsafat ilmiahnya pada masalah
penting atau vital seperti masalah agama, moral, atau kehidupan
personal. Akan tetapi, justru disinilah filsafat pragmatisme James
memfokuskan diri terhadap berbagai persoalan kehidupan yang
dihadapi manusia.
Bagi James misalnya kepercayaan (agama) bukanlah sekadar
aturan-aturan untuk bertindak atau idea yang dengannya kita siap
untuk melakukan suatu tindakan. Melainkan selagi agama
memberikan kemanfaatan bagai kehidupan pelakukunya bisa
dimanfaatkan. Termasuk ilmu-ilmu yang lain selagi berguna dan
bermanfaat secara nyata dan praktis dapat diambil dan digunakan
untuk memechkan berbagai peroslan kehidupan, (Tafsir, 2001: 194).
Dengan demikan singkat kata, filsafat pragmarisme James tidak
fanatik (menolak) sesuatu, selagi sesuatu itu memberi manfaat bagi
pelakunya.8

8
Anda Juanda, Aliran-Aliran Filsafat Landasan Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung:
CV.Confident, 2016), hlm. 187-190

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa
semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Kemudian
Emperisme juga merupakan suatu aliran dalam filsafat yang tertuju pada
keduniaan, yang menentang sikap mentingkan dogma agama yang kaku.
Empiris berpendapat bahwa pikiran kita sama sekali tidak memiliki
ingatan akan apa-apa yang belum pernah kita alami melalui indra.
Teorinya yaitu ada teori dari John Locke, George Berkeley dan David
Hume.
2. Filsafat positivisme adalah filsafat yang berorientasi pada realitas dan
menolak pembahasan mengenai sesuatu yang ada di balik realitas, dengan
dasar bahwa akal manusia tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui
entitas apapun yang melintasi alam inderawi (persepsi) dan alam kasat
mata. Menurut positivisme, pengetahuan kita tidak boleh melebihi fakta-
fakta. Teori utama aliran positivisme ini adalah Auguste Comte.
3. pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa
kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan
bagi kehidupan nyata. Pragamtisme berpandangan bahwa substansi
kebenaran adalah jika segala sesuatu memiliki fungsi dan manfaat bagi
kehidupan.teorinya yaitu ada teori dari C.S. Peirce, Wiliam James, dan
John Dewey.

B. Saran
Demikian pembahasan makalah yang dapat saya sampaikan mengenai
materi pemikira dan teori aliran filsafat yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini. tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan kami, maka dari itu kami menerima kritik beserta
saran yang membangun.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia, 1997.

Ghafur, Abd. Filsafat Ilmu. Malang: Kantor Jaminan Mutu KJM UIN Malang,
2007.

Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius, 1980.

Ihsan, Fuad. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.

Juanda, Anda. Aliran-Aliran Filsafat Landasan Kurikulum dan Pembelajaran.


Bandung: CV.Confident, 2016.

Musdiani, Aliran-Aliran Dalam Filsafat, Volume II. Nomor 2. 2011

Sumarna, Cecep. Filsafat Ilmu dari Hakekat Menuju Nilai. Bandung: Pustaka
Bani Quraisy, 2004.

Sumarna, Cecep. (2004). Filsafat Ilmu dari Hakekat Menuju Nilai. Bandung:
Pustaka Bani Quraisy.

10
11

Anda mungkin juga menyukai