Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TENTANG EPISTEMOLOGI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

FILSAFAT ILMU

Oleh:

1. Muhammad Iqbal
2. Aan Abdullah Farhan
3. A. Gerinaldi Aqil Alqadri Anrom

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah swt. yang telah memberikan
kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini. Adapun tugas makalah dibuat ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok dari dosen pada mata kuliah “Filsafat Ilmu”. Makalah ini berjudul
“Epistimologi”.
Penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ini tanpa adanya dukungan, do’a,
dan nasehat dari semuanya. Selanjutnya, penyusun ingin mengucapkan salam dan
terima kasih kepada:
1. Semua yang sudah ikut andil membantu baik materil dan non materil serta
waktunya untuk melengkapi makalah ini.
Penyusun menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik yang membangun, dan saran dari pembaca sangatlah dihargai. Penyusun
sangat beharap bahwa makalah ini dapat memberikan kontribusi berharga bagi
para pembaca.

Makassar, 9 April 2023

Penulis
BAB I

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan pokok saja, akan tetapi

manusia juga memerlukan informasi untuk mengetahui keadaan di lingkungan

sekitar mereka. Dalam upaya untuk memperoleh informasi, manusia seringkali

melakukan komunikasi ataupun cara-cara lain yang bisa digunakan. Salah satu

informasi yang didapat dari komunikasi adalah pengetahuan. Pengetahuan

sangat diperlukan bagi kehidupan manusia karena dapat memberikan manfaat

yang sangat besar bagi kehidupan. Dalam mencari pengetahuan, tak jarang

manusia harus mempelajari Epistemologi.

Epistimologi merupakan cabang dari filsafat yang membicarakan

mengenai sumber-sumber, karakteristik, sifat dan kebenaran pengetahuan.

Epistimologi seringkali disebut dengan teori pengetahuan atau filsafat

pengetahuan, karena yang dibicarakan dalam epistimologi ini berkenaan

dengan hal-hal yang yang ada sangkut pautnya dengan masalah pengetahuan.

Misalnya, Apakah pengetahuan itu? Dari mana Asalnya? Apakah sumber-

sumber pengetahuan? Bagaimana manusia mendapatkan pengetahuan? Dari

mana pengetahuan yang benar? Apa yang menjadi karakteristik pengetahuan?

Apakah pengetahuan itu tergolong benar atau keliru, dan sebagainya.

Beberapa pertanyaan innilah yang kemuadian disebut dengan persoalan

epistimologi.
2. Rumusan Masalah

A. Pengertian Epistemologi?

B. Istilah Lain Epistemologi?

C. Cakupan Pokok Epistemologi?

3. Tujuan Masalah

Setelah membaca dan mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa dapat:

A. Mengetahui apa itu Epistimologi

B. Istilah Lain Epistemologi

C. Mengetahui Cakupan Pokok Epistimologi


BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Epistemologi

Epistemologi berasal dari kata Yunani, episteme dan logos. Episteme biasa

diartikan pengetahuan atau kebenaran dan logos diartikan pikiran, kata, atau teori.

Epistemologi secara etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang benar, dan

lazimnya hanya disebut teori pengetahuan yang dalam bahasa Inggrisnya menjadi

Theory of Knowledge. Epistemologi, secara garis besar membahas segenap proses

dalam usaha memperoleh kebenaran pengetahuan.

Epistemologi atau teori pengetahuan yaitu cabang filsafat yang berurusan

dengan hakikat dan ruang lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan

dasar- dasarnya serta pertanggung jawaban atas pertanyaan mengenai

pengetahuan yang dimiliki. Sebagian ciri yang patut mendapat perhatian dalam

epistemologi perkembangan ilmu pada masa modern adalah munculnya

pandangan baru mengenai ilmu pengetahuan. Pandangan itu merupakan kritik

terhadap pandangan Aristoteles, yaitu bahwa ilmu pengetahuan sempurna tak

boleh mencari untung, namun harus bersikap kontemplatif, diganti dengan

pandangan bahwa ilmu pengetahuan justru harus mencari untung, artinya dipakai

untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi ini.


B. Istilah Lain Epistemologi

1. Logika Material

Istilah logika material sudah mengandaikan adanya ilmu pengetahuan yang lain

yang disebut logika formal. Sesungguhnya istilah logika material ini secara khusus

hanya terdapat pada kepustakaan kefilsafatan Belanda. Apabila logika formal

menyangkut dengan bentuk pemikiran maka logika material menyangkut isi

pemikiran. Dengan perkataan lain, apabila logika formal yang biasanya disebut

logika, berusaha untuk menyelidiki dan menetapkan bentuk pemikiran yang masuk

akal, logika material berusaha untuk menetapkan kebenaran dari suatu pemikiran

ditinjau dari segi isinya.

Dapatlah dikatakan bahwa logika formal berhubungan dengan masalah kebenaran

formal yang acap kali juga dinamakan keabsahan (jalan) pemikiran. Adapun logika

material berhubungan dengan kebenaran materil, yang kadang kadang juga disebut

kebenaran autentik atau autentisitas isi pemikiran.

2. Kriteriologia

Istilah kriteriologia berasal dari kata kriterium yang berarti ukuran. Dalam hal ini

yang dimaksud adalah ukuran untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau

pengetahuan tertentu. Dengan demikian, kriteriologia merupakan suatu cabang

filsafat yang berusaha untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau

pengetahuan berdasarkan ukuran tentang kebenaran.


3. Kritika Pengetahuan

Istilah kritika pengetahuan sedikit banyak ada sangkut pautnya dengan istilah

kriteriologia. Yang dimaksud kritika di sini adalah sejenis usaha manusia untuk

menetapkan, apakah sesuatu pikiran atau pengetahuan manusia itu sudah benar atau

tidak benar dengan jalan meninjaunya secara sedalam-dalamnya. Jadi, secara singkat

dapatlah dikatakan bahwa kritika pengetahuan menunjuk kepada suatu ilmu

pengetahuan yang berdasarkan tinjauan secara mendalam berusaha menentukan

benar tidaknya sesuatu pikiran atau pengetahuan manusia. Kritika pengetahuan

dengan kriteriologi mempunyai arti yang sama dan tujuan yang sama yaitu, sama-

sama untuk menetapkan benar atau tidak benarnya sesuatu pikiran atau pengetahuan

manusia. Yang membedakan antara keduanya ialah kriteriologi melihat

kebenarannya itu berdasarkan ukuran, sedangkan kritika pengetahuan adanya

kegiatan yang dimana kegiatannya itu meninjau, mengkaji, dan menelitinya dengan

sedalam-dalamnya.

4. Gnoseologia

Istilah gnoseologia berasal dari kata gnosis dan logos. Dalam hal ini gnosis berarti

pengetahuan yang bersifat keilahian, sedangkan logos berarti ilmu pengetahuan.

Dengan demikian, gnoseologia berarti suatu ilmu pengetahuan atau cabang filsafat

yang berusaha untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakikat pengetahuan,

khususnya mengenai pengetahuan yang bersifat keilahian. Gnoseologia memiliki

peranan sebagai gabungan dari suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk mencari dan

memperoleh suatu hakikat pengetahuan, bisa juga dikatakan sebagai upaya untuk

menjawab pertanyaan yang berupa apa hakikat dari pengetahuan. Mengkaji hakikat

tujuan yang khusus yaitu dari pengetahuan yang bersifat keilahian.


pengetahuan yang kita miliki sendiri bukannya pengetahuan orang lain tentang

pengetahuan kita, atau pengetahuan yang kita miliki tentang pengetahuan orang lain.

Pendek kata epistemologi ialah pengetahuan kita yang mengetahui pengetahuan kita.

Abbas Hamami Mintarejo memberikan pendapat bahwa epistemologi adalah bagian

filsafat atau cabang filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan dan

mengadakan penilaian atau pembenaran dari pengetahuan yang telah terjadi itu.

Apabila kita perhatikan definisi itu tampak bahwa semuanya hampir senada,

epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya

pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat,

metode, dan kesahihan pengetahuan. Oleh karena itu, sistematika penulisan

epistemologi adalah terjadinya pengetahuan, teori kebenaran, metode ilmiah, dan

aliran teori pengetahuan.

Filsafat pengetahuan adalah istilah dari epistimologi yang dimana filsafat

pengetahuan ini mempunyai sedikit arti yang sama dengan gnoseologia yang

merupakan cabang filsafat yang sama-sama mempersoalkan mengenai masalah

hakikat pengetahuan.

Dapat disimpulkan bahwasanya epistimologi merupakan pembahasan mengenai

bagaimana kita mendapatkan pengetahuan, apakah sumber-sumber pengetahuan?

Apakah hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? Apakah manusia

dimungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan?


C. Cakupan Pokok Epistimologi

1. Terjadinya Pengetahuan

Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam

epistemologi, sebab jawaban terhadap terjadinya pengetahuan maka seseorang akan

berwarna pandangan atau paham filsafatnya. Jawaban yang paling sederhana tentang

terjadinya pengetahuan ini apakah berfilsafat apriori atau aposteriori.

Pengetahuan apriori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui

pengalaman, baik pengalaman indra maupun pengalaman batin. Adapun pengetahuan

aposteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman. Dengan

demikian, pengetahuan ini bertumpu pada kenyataan objektif. Di dalam epistimologi

ia juga membahas mengenai terjadinya pengetahuan dan ia dikatakan suatu cakupan

atau kumpulan pokok epistemologi. Dari pembahasan atau jawaban terhadap

terjadinya pengetahuan seseorang akan lebih memahami bahwasanya pengetahuan

itu bisa didapatkan melalui pengalaman baik pengalaman indra maupun batin yang

pada akhirnya pengetahuan itu bertumpu pada kenyataan yang objektif.

Menurut John Hospers dalam bukunya An Introduction to Philosophical Analysis

mengemukakan ada enam alat untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:

A. Pengalaman indra (sense experience)

Orang sering merasa bahwa pengindraan adalah alat yang paling vital

dalam memperoleh pengetahuan. Memang dalam hidup manusia tampaknya

pengindraan adalah satu-satunya alat untuk mencerap segala objek yang ada di

luar diri manusia.


Karena terlalu menekankan pada kenyataan, paham demikian dalam

filsafat disebut realisme. Realisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa

semua yang dapat diketahui hanya kenyataan. Jadi, pengetahuan berawal mula

dari kenyataan yang dapat diindrai. Tokoh pemula dari pandangan ini adalah

Aristoteles, yang berpendapat bahwa pengetahuan terjadi bila subjek diubah di

bawah pengaruh objek, artinya bentuk dari dunia luar meninggalkan bekas dalam

kehidupan batin. Objek masuk dalam diri subjek melalui persepsi indra (sensasi).

Yang demikian ini ditegaskan pula oleh Aristoteles yang berkembang pada abad

pertengahan adalah Thomas Aquinas yang mengemukakan bahwa tiada sesuatu

dapat masuk lewat ke dalam akal yang tidak ditangkap oleh indra.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengalaman indra merupakan sumber

pengetahuan berupa alat-alat untuk menangkap objek dari luar diri manusia

melalui kekuatan indra. Kekhilafan akan terjadi apabila ada ketidaknomalan

diantara alat itu.

B. Nalar (Reason)

Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran

atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru Hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam masalah ini tentang asas-asas pemikiran, yaitu

sebagai berikut:

1. Principium Identitas

Yaitu sesuatu itu mesti sama dengan dirinya sendiri (A=A). Asas ini biasa

disebut asas kesamaan.


2. Principium Contradictionis

Yaitu apabila dua pendapat yang bertentangan, tidak mungkin kedua-duanya

benar dalam waktu yang bersamaan. Dengan kata lain pada subjek yang

sama tidak mungkin terdapat dua predikat yang bertentangan pada satu

waktu. Asas ini biasa disebut asas pertentangan.

3. Principium Tertii Exclusi

Yaitu apabila dua pendapat yang berlawanan tidak mungkin keduanya benar

dan tidak mungkin keduanya salah. Kebenaran hanya terdapat satu di antara

kedua itu, tidak perlu ada pendapat yang ketiga. Asas ini biasa disebut asas

tidak adanya kemungkinan ketiga.

C. Otoritas (Authority)

Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diaku

oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan, karena

kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang mempunya

kewibawaan dalam pengetahuannya. Pengetahuan yang diperoleh melalui oteritas

ini biasanya tanpa diuji lagi karena orang yang telah menyampaikannya

mempunyai kewibawaan tertentu.

Jadi, kesimpulannya adalah bahwa pengetahuan karena adanya otoritas terjadi

melalui wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai pengetahuan.


D. Intuisi (Intuition)

Intuisi adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia melalui proses

kejiwaan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat

pernyataan berupa pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi tidak

dapat dibuktikan seketika atau melalui kenyataan karena pengetahuan ini muncul

tanpa adanya pengetahuan lebih dahulu. Dengan demikian, peran intuisi sebagai

sumber pengetahuan adalah adanya kemampuan dalam diri manusia yang dapat

melahirkan pernyataan-pernyataan berupa pengetahuan.

Selain mendapatkan pengetahuan dari pengalaman indra, nalar (corak berpikir)

yang terdapat dalam diri seseorang adalah cara untuk mendapatkan pengetahuan

yang baru yang dimana adanya upaya berpikir untuk membedakan salah satu

antara yang dua. Setelah nalar (corak berpikir) instuisi juga berperan sebagai alat

untuk mendapatkan pengetahuan dengan adanya kemampuan dalam diri seseorang

untuk melahirkan pernyatan-pernyataan berupa pengetahuan, pengetahuan yang

muncul dengan instuisi ini tidak dapat dibuktikan dengan seketika.

E. Wahyu (Revelation)

Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi-Nya untuk

kepentingan umatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu, karena ada

kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Seseorang yang mempunyai

pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan dengan baik.

Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan, karena kita

mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan kita.


F. Keyakinan (Faith)

Keyakinan adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh

melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan berupa wahyu dan

keyakinan ini sangat sukar untuk dibedakan secara jelas, karena keduanya

menetapkan bahwa alat lain yang dipergunakannya adalah kepercayaan.

Perbedaannya barangkali jika keyakinan terhadap wahyu yang secara dogmatik

diikutinya adalah peraturan yang berupa agama.

Adapun keyakinan melalui kemampuan kejiwaan manusia merupakan

pematangan (maturation) dari kepercayaan. Karena kepercayaan itu bersifat

dinamik mampu menyesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi. Sedangkan

keyakinan itu sangat statik, kecuali ada bukti-bukti baru yang akurat dan cocok

buat kepercayaannya.Wahyu dan keyakinan juga merupakan alat untuk

memperoleh pengetahua, wahyu merupakan adanya kepercayaan di dalam diri

seseorang mengenai sesuatu yang disampaikan, dalam artian jika kita mempercayai

sesuatu hal yang baru, melalui kepercayaan kita tersebut, kita bisa memperoleh

yang namanya pengetahuan, setelah kita mempercayainya maka akan timbul

rasa meyakini.sesuatu.hal.tersebuat.
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

Jadi, Epistemologi merupakan salah satu objek kajian dalam filsafat, dalam

pengembangannya menunjukkan bahwa epistemologi secara langsung berhubungan

secara radikal (mendalam) dengan diri dan kehidupan manusia. Pokok kajian

epistemologi akan sangat menonjol bila dikaitan dengan pembahasan mengenai

hakekat epistemologi itu sendiri. Kajian epistimologi ini bersumber dari beberapa hal

yaitu presepsi, ingatan, akal, intuisi dan otoritas. Serta penyctab timbulnya

epistimologi adalah pengalaman, dan pengamatan dari manusia itu sendiri.

B. Kritik dan Saran

Manusia dalam berbuat tentunya terdapat kesalahan yang sifatnya dari yang

seharusnya. Terlebih dalam kegiatan menyusun makalah ini. Untuk itu, penulis

harapkan dari pembaca dalam kritik dan saran guna perbaikan penyusunan

selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Erwin, Muhammad. 2013. Filsafat Hukum: Refleksi Kritis Terhadap Hukum.

Jakarta: Rajawali Pers.

Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sumarto. 2017. Filsafat Ilmu. Jambi: Pustaka Ma’arif Press.

Anda mungkin juga menyukai