Hakikat Epistemologi
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu: Luthfatul Qibtiyah, S.Hum., M.Pd.I
Oleh:
Rif’atin Najabah
Zulha Fauli Majdi
Aan Mukarromah
Segala puji bagi Allah yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang, yang
telah memberikan petunjuk kepada kami semua dengan menurunkan Al-Quran
tanpa sedikitpun mengandung kesalahan.
Shalawat berangkaikan salam kami haturkan kepada nabi Muhammad
saw, yang mana telah membimbing kami semua dari zaman kegelapan menuju
zaman yang telah terang benderang seperti saat ini, dan juga yang telah mengajari
kami banyak pengetahuan tentang agama islam.
Doa kami selalu mengiringi seluruh keluarga, sahabat-sahabat yang telah
berpartisipasi untuk selalu mendukung serta memotivasi kami semua, sehingga
muncullah rasa semangat yang berkobar dalam diri kami untuk menuntut ilmu
yang lebih tinggi.
Alhamdulillah, di waktu yang sangat barokah ini, kami dianugerahi
kemampuan untuk sedikit bisa menyelesaikan tugas makalah khususnya materi
”Filsafat Ilmu” dengan judul “Hakikat Epistemologi”.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih untuk dosen yang telah memberi
kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu saran yang bersifat
membangun kami terima denagn senang hati, untuk penyusunan makalah ini. dan
kami berharap makalah ini bermanfaat bagi kita semua amien.
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Epistemologi
C. Teori Epistemologi
Epistemologi tentu saja tidak akan lepas dari pengetahuan dan
segala hal yang berkaitan dengannya. Sudut pandang teori epistemology
pun dibagi menjadi dua yakni sudut pandang barat dan sudut pndang
islam. Dalam sudut pandang barat teori yang digunakan epistemology ini
berasal dari plato, rasionalis Rene Descartes, Empirisme Aristoteles, John
Locke dan David Hume. Sedangakan teori epistemology dalam sudut
pandang islam dibagi menjadi dua yakni Abu Hamid Al-Ghazali dalam
karyanya Al-Munqid Ad-Dalal,dan Ihya Ulumuddin, dan yang telah
dirumuskan oleh Muhammad Abed Al-Jabiri mengenai pembagian antara
bayani, Irfani, dan Burhani. Adapun teori-teori itu sebagai berikut:
1. Teori Idealisme
Teori ini berbicara bahwa pengetahuan sejati bersifat apriori, yaitu
manusia sebenarnya telah memiliki pengetahuan atas semua konsep
yang ada di dunia ini. Hanya karena terikat dengan materi, maka
manusia harus melakukan “pengingatan ulang” yaitu dengan belajar
untuk mempelajari konsep-konsep itu kembali. Teori ini digagaskan
oleh Plato kemudian dilanjutkan oleh Neo Platonis, yang salah satunya
dirumuskan oleh Plotinus.
2. Teori Rasionalisme
Teori ini dirumuskan oleh Rene Descartes. Teori ini menentang
teori yang telah dirumuskan oleh Plato yaitu berfokus pada
permasalahan bahwa pengetahuan manusia sejatinya tidak terlepas
dari materi. Manusia mengetahui konsep-konsep justru ketika melihat
material. Hanya saja teori ini masih menegaskan bahwa yang
memungkinkan adanya perbedaan terhadap suatu konsep bukan materi
itu sendiri melainkan karena adanya peran dari rasionalitas manusia.
3. Teori Empirisme
Teori ini membantah teori rasionalisme, yaitu menganggap bahwa
sejatinya manusia tidak memiliki pengetahuan semenjak dilahirkan.
Oleh karena itu dalam teori ini yang paling dominan memberika
pengetahuan adalah pengelaman dan panca indra manusia itu sendiri.
Teori digagaskan oleh John Locke dengan istilah Tabu Rasa-nya
4. Teori Wahyu
Teori ini begitu mudah, karena sumber dari pengetahuan tertinggi
itu berasal dari wahyu. dalam teori ini terdapat asumsi bahwa manusia
itu tidak bisa membedakan antara yang baik dan benar, maka dari itu
sangat dibutuhkan wahyu untuk mengisi kekosongan pengetahuan
tersebut. teori ini berasal dari Thomas Aquinas dan Abu Hamid Al-
Ghazali.
5. Akal Aktif
Teori ini disampaikan oleh Muhammad Abed Al-Jabiri, yang
didefinisikan dengan segala aktifitas berfikir dan kreatif manusia
dalam menghasilkan segala budaya baik produk konkrit ataupun
pemikiran abstrak.
6. Akal Pasif (Akal Dominan)
Akal pasif ini merupakan kebalikan dari akal aktif. Akal dominan
merupakan produk dari akal aktif baik berupa produk budaya yang
konkret ataupun pemikiran abstrak.
7. Bayani
Bayani merupakan suatu epistemology dalam dunia islam yang
menggunakan metode kebahasaan dalam menelaah sumber utama yaitu
Al-Qur’an.
8. Irfani
Irfani menekankan sisi instuisi seperti ilham dna mimpi yang benar
dalam memahami pesan-pesan yang disampaikan oleh Al-Qur’an.
9. Burhani
Burhani merupakan sebuah pendekatan yang sangat mirip dengan
pendekatan yang lazin didunia barat yaitu menggunakan akal sehat dan
panca indra dalam menelaah pesan-pesan Al-Qur’an.5
5
Naufal Syahrin Wibowo, Epistemologi Inkar As-Sunnah, Sidoarjo: Uwais Inspirasi
Indonesia,2020., hal 15
BAB III
KESIMPULAN