Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Hakikat Epistemologi
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu: Luthfatul Qibtiyah, S.Hum., M.Pd.I

Oleh:
Rif’atin Najabah
Zulha Fauli Majdi
Aan Mukarromah

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUAN
SUMENEP-MADURA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang, yang
telah memberikan petunjuk kepada kami semua dengan menurunkan Al-Quran
tanpa sedikitpun mengandung kesalahan.
Shalawat berangkaikan salam kami haturkan kepada nabi Muhammad
saw, yang mana telah membimbing kami semua dari zaman kegelapan menuju
zaman yang telah terang benderang seperti saat ini, dan juga yang telah mengajari
kami banyak pengetahuan tentang agama islam.
Doa kami selalu mengiringi seluruh keluarga, sahabat-sahabat yang telah
berpartisipasi untuk selalu mendukung serta memotivasi kami semua, sehingga
muncullah rasa semangat yang berkobar dalam diri kami untuk menuntut ilmu
yang lebih tinggi.
Alhamdulillah, di waktu yang sangat barokah ini, kami dianugerahi
kemampuan untuk sedikit bisa menyelesaikan tugas makalah khususnya materi
”Filsafat Ilmu” dengan judul “Hakikat Epistemologi”.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih untuk dosen yang telah memberi
kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu saran yang bersifat
membangun kami terima denagn senang hati, untuk penyusunan makalah ini. dan
kami berharap makalah ini bermanfaat bagi kita semua amien.
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam menjalani sebuah kehidupan, manusia tidak hanya bergantung pada


kebutuhan pokok saja. Akan tetapi rasa ingin tahu manusia yang begitu tinggi
tentu saja membutuhkan informasi-informasi untuk memecahkan sebuah masalah
atau rasa ingin tahunya melalui sebuah pengetahuan. Pengetahuan merupakan
sumber dari pemahaman dan penalaran yang dilakukan oleh manusia. Dengan
adanya pengetahuan dapat memberikan dampak yang luar biasa bagi kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu mayoritas orang mengkaji sebuah pengetahuan
dengan epistemologi. Epistemologi disebut juga sebagai teori pengetahuan karena
mengkaji seluruh tolak ukur ilmu-ilmu manusia, epistemology merupakan pondasi
segala ilmu dan pengetahuan.
Disamping itu pula, epistemology ini merupakan bagian dari Filsafat yang
mana dalam sub pembahasan filsafat ini berisi ontology (sesuatu yang dipikirkan),
Epistemologi (cara-cara memikirkannya), dan Aksiologi (hasil pemikiran yang
menghasilkan sebuah manfaat atau kegunaan). Oleh karena itu tak heran jika
dalam epistemology ini bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar
pengetahuan.
Maka dari itu adanya epistemology sangatlah penting untuk dipelajari
hingga diterapkan pada kehidupan sehari – hari. Agar bisa mempermudahkan kita
dalam mengkaji sebuah pengetahuan-pengetahuan dengan pemikiran yang handal
dan teruji kebenarannya. Dalam makalah filsafat ini, kami akan membahas
tentang hakikat epistemology yang mana berisi pengertian, ruang lingkup dalam
epistemology serta teori-teori epistemology.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Epistemologi

   Epistemologi berasal dari bahasa yunani “episteme” yang berarti


pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Istilah epistemology diperkenalkan
oleh filsuf skotlandia James Frederinck Farrier (1808-1864). Menurut
filsafat yunani kunu Aristoteles menjelaskan pengertian Epistem ialah “an
organized body of rational knowledge with its proper object yaitu suatu
kumpulan yang teratur dari pengetahuan rasional dengan objeknya sendiri
yang tepat. 1
Beberapa ahli telah mengungkapkan berbagai definisi tentang
epistemology seperti P. Hardono yang mana beliau menyatakan
epistemology adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba
menetukan kodrat pengetahuan, pengandaian-pengandaiannya dan
dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai
pengetahuan yang dimilikinya. Tak hanya itu, D.W. Hamlyn juga
berpendapat bahwa epistemology itu sebagai cabang filsafat yang
berurusan dengan hakikat dan ruang lingkup pengetahuan, dasar serta
secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang
memiliki pengetahuan. Tokoh lain juga berpendapat menurut Dogobett D.
Runes, epistemology adalah cabang filsafat yang membahas sumber,
struktur, metode-metode dan validitas pengetahuan. Lalu Azyumardi Azra
menambahkan bahwa epistemology adalah ilmu yang membahas tentang
keaslian, pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. 2
Disamping itu pula menurut Elvi Damayanti mengungkapkan
definisi epistemology menurut Amsal Bakhtiar bahwa epistemology
adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup
1
Dr. H. Mahfud Junaedi M.Ag. Mirza mahbub Wijaya M.Pd, Pengembangan Paradigma
Keilmuwan Perspektif Epistemologi Islam, Jakarta: Kencana, 2019., hal 31
2
Prof. Mujamil Qamar,M.Ag, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional Hingga
Metode Kritik, Jakarta: Penerbit Erlangga,. Hal 3-4
pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung
jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Tak
hanya itu, Adrun Armas juga berpendapat bahwa definisi epistemology
adalah cabang filsafat yang membahas proses atau cara mendapatkan ilmu,
sumber-sumber ilmu, dan klasifikasi ilmu, teori tentang kebenaran dan
hal-hal lain yang terkait dengan filsafat ilmu. 3 Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Epistemologi merupakan teori pengetahuan yang
membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek
yang dipikirkan dan memmbahasnya secara mendalam.

B. Ruang Lingkup Epistemologi


Dalam buku Epistemologi Pendidikan Islam, M. Arifin merinci
ruang lingkup epistemologi, meliputi hakekat, sumber dan validitas
pengetahuan. Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek, yaitu hakikat,
unsur, macam, tumpuan, batas, dan sasaran pengetahuan. Bahkan, A.M
Saefuddin menyebutkan, bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang
harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana asalnya, apa sumbernya, apa
hakikatnya, bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar, apa
kebenaran itu, mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat
kita ketahui, dan sampai dimanakah batasannya. Semua pertanyaan itu
dapat diringkat menjadi dua masalah pokok ; masalah sumber ilmu dan
masalah benarnya ilmu. Mengingat epistemologi mencakup aspek yang
begitu luas, sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan, bahwa
epistemologi sama luasnya dengan filsafat. Usaha menyelidiki dan
mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan
apa yang diketahui dibidang tertentu. 4
Dengan demikian Epistemologi ini selalu mengawali dimensi-
dimensi lainnya, terutama ketika dimensi-dimensi itu digali. Sehingga
dengan begitu epistemologi ini tidak hanya berkaitan dengan ontologi dan
3
Elvi Damayanti, Skripsi: “History Of Islam”, (Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2019),. 36.
4
Prof. Mujamil Qamar,M.Ag, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional Hingga
Metode Kritik, Jakarta: Penerbit Erlangga,. Hal 5
aksiologi melainkan bisa jadi sebaliknya. Serta dimensi lainnya seperti
psikologi yang selalu diiringi oleh epistemologi.
Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi, tidak semua aspek
menjadi perhatian para filosof, sehingga pembahasan dalam epistemologi
itu begitu singkat. Dikarenakan aspek-aspek lainnya terabaikan. M. Amin
Abdullah menilai, bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak
terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan
secara konseptual-filosofis. Sedangkan Paul Suparno menilai
epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk
pengetahuan ilmiah. Sementara itu, aspek-aspek lainnya justru diabaikan
dalam pembahasan epistemologi, atau kurang mendapat perhatian yang
layak. Namun, penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi
memudahkan pemahaman seseorang, terutama pada tahap pemula untuk
mengenali sistematika filsafat, khususnya bidang epistemologi.

C. Teori Epistemologi
Epistemologi tentu saja tidak akan lepas dari pengetahuan dan
segala hal yang berkaitan dengannya. Sudut pandang teori epistemology
pun dibagi menjadi dua yakni sudut pandang barat dan sudut pndang
islam. Dalam sudut pandang barat teori yang digunakan epistemology ini
berasal dari plato, rasionalis Rene Descartes, Empirisme Aristoteles, John
Locke dan David Hume. Sedangakan teori epistemology dalam sudut
pandang islam dibagi menjadi dua yakni Abu Hamid Al-Ghazali dalam
karyanya Al-Munqid Ad-Dalal,dan Ihya Ulumuddin, dan yang telah
dirumuskan oleh Muhammad Abed Al-Jabiri mengenai pembagian antara
bayani, Irfani, dan Burhani. Adapun teori-teori itu sebagai berikut:
1. Teori Idealisme
Teori ini berbicara bahwa pengetahuan sejati bersifat apriori, yaitu
manusia sebenarnya telah memiliki pengetahuan atas semua konsep
yang ada di dunia ini. Hanya karena terikat dengan materi, maka
manusia harus melakukan “pengingatan ulang” yaitu dengan belajar
untuk mempelajari konsep-konsep itu kembali. Teori ini digagaskan
oleh Plato kemudian dilanjutkan oleh Neo Platonis, yang salah satunya
dirumuskan oleh Plotinus.
2. Teori Rasionalisme
Teori ini dirumuskan oleh Rene Descartes. Teori ini menentang
teori yang telah dirumuskan oleh Plato yaitu berfokus pada
permasalahan bahwa pengetahuan manusia sejatinya tidak terlepas
dari materi. Manusia mengetahui konsep-konsep justru ketika melihat
material. Hanya saja teori ini masih menegaskan bahwa yang
memungkinkan adanya perbedaan terhadap suatu konsep bukan materi
itu sendiri melainkan karena adanya peran dari rasionalitas manusia.
3. Teori Empirisme
Teori ini membantah teori rasionalisme, yaitu menganggap bahwa
sejatinya manusia tidak memiliki pengetahuan semenjak dilahirkan.
Oleh karena itu dalam teori ini yang paling dominan memberika
pengetahuan adalah pengelaman dan panca indra manusia itu sendiri.
Teori digagaskan oleh John Locke dengan istilah Tabu Rasa-nya
4. Teori Wahyu
Teori ini begitu mudah, karena sumber dari pengetahuan tertinggi
itu berasal dari wahyu. dalam teori ini terdapat asumsi bahwa manusia
itu tidak bisa membedakan antara yang baik dan benar, maka dari itu
sangat dibutuhkan wahyu untuk mengisi kekosongan pengetahuan
tersebut. teori ini berasal dari Thomas Aquinas dan Abu Hamid Al-
Ghazali.
5. Akal Aktif
Teori ini disampaikan oleh Muhammad Abed Al-Jabiri, yang
didefinisikan dengan segala aktifitas berfikir dan kreatif manusia
dalam menghasilkan segala budaya baik produk konkrit ataupun
pemikiran abstrak.
6. Akal Pasif (Akal Dominan)
Akal pasif ini merupakan kebalikan dari akal aktif. Akal dominan
merupakan produk dari akal aktif baik berupa produk budaya yang
konkret ataupun pemikiran abstrak.
7. Bayani
Bayani merupakan suatu epistemology dalam dunia islam yang
menggunakan metode kebahasaan dalam menelaah sumber utama yaitu
Al-Qur’an.
8. Irfani
Irfani menekankan sisi instuisi seperti ilham dna mimpi yang benar
dalam memahami pesan-pesan yang disampaikan oleh Al-Qur’an.
9. Burhani
Burhani merupakan sebuah pendekatan yang sangat mirip dengan
pendekatan yang lazin didunia barat yaitu menggunakan akal sehat dan
panca indra dalam menelaah pesan-pesan Al-Qur’an.5

5
Naufal Syahrin Wibowo, Epistemologi Inkar As-Sunnah, Sidoarjo: Uwais Inspirasi
Indonesia,2020., hal 15
BAB III
KESIMPULAN

Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa Epistemologi merupakan teori


pengetahuan yang membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan
dari objek yang dipikirkan dan membahasnya secara mendalam.
Epistemologi ini juga selalu mengawali dimensi-dimensi lainnya, terutama
ketika dimensi-dimensi itu digali. Sehingga dengan begitu epistemologi ini tidak
hanya berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa jadi sebaliknya.
Serta dimensi lainnya seperti psikologi yang selalu diiringi oleh epistemologi.
Sehingga dengan begitu ruang lingkup dalam epistemologi ini saling berkaitan.
Sudut pandang teori epistemology pun dibagi menjadi dua yakni sudut
pandang barat dan sudut pndang islam. Dalam sudut pandang barat teori yang
digunakan epistemology ini berasal dari plato, rasionalis Rene Descartes,
Empirisme Aristoteles, John Locke dan David Hume. Sedangakan teori
epistemology dalam sudut pandang islam dibagi menjadi dua yakni Abu Hamid
Al-Ghazali dalam karyanya Al-Munqid Ad-Dalal,dan Ihya Ulumuddin, dan yang
telah dirumuskan oleh Muhammad Abed Al-Jabiri mengenai pembagian antara
bayani, Irfani, dan Burhani.
DAFTAR PUSTAKA

Elvi Damayanti. 2019. History Of Islam. Skripsi. Purwokerto: IAIN


Purwokerto
Junaedi Mahfud, Mirza mahbub Wijaya. 2019. Pengembangan Paradigma
Keilmuwan Perspektif Epistemologi Islam. Jakarta: Kencana.
Mujamil Qamar.Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional
Hingga Metode Kritik. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Naufal Syahrin Wibowo. 2020. Epistemologi Inkar As-Sunnah. Sidoarjo:
Uwais Inspirasi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai