A. Pengertian Empirisme
Beberapa pemahaman tentang pengertian empirisme cukup beragam, namun
intinya adalah pengalaman.Di antara pemahaman tersebut antara lain:
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua
pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa
manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan.
Empirisme lahir di Inggris dengan tiga eksponennya adalah David Hume, George
Berkeley dan John Locke.
Empirisme secara etimologis berasal dari kata bahasa
Inggris empiricism dan experience.Kata-kata ini berakar dari kata bahasa
Yunani έμπειρία (empeiria) yang berarti pengalaman Sementara menurut A.R.
Laceyberdasarkan akar katanya Empirisme adalah aliran dalam filsafat
yangberpandangan bahwa pengetahuan secara keseluruhan atau parsial
didasarkankepada pengalaman yang menggunakan indera.
Para penganut aliran empiris dalam berfilsafat bertolak belakang dengan para
penganut aliran rasionalisme. Mereka menentang pendapat-pendapat para penganut
rasionalisme yang didasarkan atas kepastian-kepastian yang bersifat apriori. Menurut
pendapat penganut empirisme, metode ilmu pengetahuan itu bukanlah bersifat a priori
tetapi posteriori, yaitu metode yang berdasarkan atas hal-hal yang datang, terjadinya
atau adanya kemudian.
Bagi penganut empirisme sumber pengetahuan yang memadai itu adalah
pengalaman. Yang dimaksud dengan pengalaman disini adalah pengalaman lahir yang
menyangkut dunia dan pengalaman bathin yang menyangkut pribadi manusia.
Sedangkan akal manusia hanya berfungsi dan bertugas untuk mengatur dan mengolah
bahan-bahan atau data yang diperoleh melalui pengalaman.
B. Ajaran-ajaran pokok Empirisme Yaitu:
a. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan
menggabungkan apa yang dialami.
b. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau
rasio.
c. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
d. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung
dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
e. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa
acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi
mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
f. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-
satunya sumber pengetahuan.
D. Tokoh-tokoh Empirisme
Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas Hobes
(1588-1679), namun mengalami sistematisasi pada dua tokoh berikutnya, John Locke dan
David Hume.
a. Jonh Locke (1673-1704)
Ia lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat tahun 1704 di Oates Inggris. Ia
juga ahli politik, ilmu alam, dan kedokteran. Pemikiran John termuat dalam tiga buku
pentingnya yaitu essay concerning human understanding, terbit tahun 1600; letters on
tolerantion terbit tahun 1689-1692; dan two treatises on government, terbit tahun
1690. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme. Bila rasionalisme
mengatakan bahwa kebenaran adalah rasio, maka menurut empiris, dasarnya ialah
pengalaman manusia yang diperoleh melalui panca indera. Dengan ungkapan singkat
Locke :
Segala sesuatu berasal dari pengalaman inderawi, bukan budi (otak). Otak tak lebih
dari sehelai kertas yang masih putih, baru melalui pengalamanlah kertas itu terisi.
Dengan demikian dia menyamakan pengalaman batiniah (yang bersumber dari akal
budi) dengan pengalaman lahiriah (yang bersumber dari empiri).
b. David Hume (1711-1776).
David Hume lahir di Edinburg Scotland tahun 1711 dan wafat tahun 1776 di
kota yang sama. Hume seorang nyang menguasai hukum, sastra dan juga filsafat.
Karya tepentingnya ialah an encuiry concercing humen understanding, terbit tahun
1748 dan an encuiry into the principles of moral yang terbit tahun 1751.
Pemikiran empirisnya terakumulasi dalam ungkapannya yang singkat yaitu I never
catch my self at any time with out a perception (saya selalu memiliki persepsi pada
setiap pengalaman saya). Dari ungkapan ini Hume menyampaikan bahwa seluruh
pemikiran dan pengalaman tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan (impression).
Pemikiran ini lebih maju selangkah dalam merumuskan bagaimana sesuatu
pengetahuan terangkai dari pengalaman, yaitu melalui suatu institusi dalam diri
manusia (impression, atau kesan yang disistematiskan ) dan kemudian menjadi
pengetahuan. Di samping itu pemikiran Hume ini merupakan usaha analisias agar
empirisme dapat di rasionalkan teutama dalam pemunculan ilmu pengetahuan yang di
dasarkan pada pengamatan “(observasi ) dan uji coba (eksperimentasi), kemudian
menimbulkan kesan-kesan, kemudian pengertian-pengertian dan akhirnya
pengetahuan.
Empirisme menganjurkan agar kita kembali kepada kenyataan yang
sebenarnya (alam) untuk mendapatkan pengetahuan, karena kebenaran tidak ada
secara apriori di benak kita melainkan harus diperoleh dari pengalaman. Melalui
pandangannya, pengetahuan yang hanya dianggap valid adalah bentuk yang
dihasilkan oleh fungsi pancaindra selain daripadanya adalah bukan kebenaran (baca
omong kosong). Dan mereka berpendapat bahwa tidak dapat dibuat sebuah klaim
(pengetahuan) atas perkara dibalik penampakan (noumena) baik melalui pengalaman
faktual maupun prinsip-prinsip keniscayaan. Artinya dimensi pengetahuan hanya
sebatas persentuhan alam dengan pancaindra, diluar perkara-perkara pengalaman
yang dapat tercerap secara fisik adalah tidak valid dan tidak dapat diketahui dan tidak
dianggap keabsahan sumbernya.
Usaha manusia untuk mencari pengetahuan yang bersifat, mutlak dan pasti
telah berlangsung dengan penuh semangat dan terus-menerus. Walaupun begitu,
paling tidak sejak zaman Aristoteles, terdapat tradisi epistemologi yang kuat untuk
mendasarkan din kepada pengalaman manusia, dan meninggalkan cita-cita untuk
mencari pengetahuan yang mutlak tersebut. Doktrin empirisme merupakan contoh dan
tradisi ini. Kaum empiris berdalil bahwa adalah tidak beralasan untuk mencari
pengetahuan mutlak dan mencakup semua segi, apalagi bila di dekat kita, terdapat
kekuatan yang dapat dikuasai untuk rneningkatkan pengetahuan manusia, yang
meskipun bersifat lebih lambat namun lebih dapat diandalkan. Kaum empiris cukup
puas dengan mengembangkan sebuah sistern pengetahuan yang rnempunyai peluang
yang besar untuk benar, meskipun kepastian mutlak takkan pernah dapat dijamin.
Kaum empiris memegang teguh pendapat bahwa pengetahuan manusia dapat
diperoleh lewat pengalaman. Jika kita sedang berusaha untuk meyakinkan seorang
empiris bahwa sesuatu itu ada, dia akan berkata “Tunjukkan hal itu kepada saya”.
Dalam persoalan mengenai fakta maka dia harus diyakinkan oleh pengalamannya
sendiri. Jika kita meng takan kepada dia bahwa ada seekor harimau di kamar
mandinya, pertama dia minta kita untuk menceriterakan bagairnana kita sampai pada
kesimpulan itu. Jika kemudian kita terangkan bahwa kita melihat harimau itu dalam
kamar mandi, baru kaum empiris akan mau mendengar laporan mengenai pengalaman
kita itu, namun dia hanya akan menerima hal tersebutjika dia atau orang lain dapat
memeriksa kebenaran yang kita ajukan, denganjalan melihat harimau itu dengan mata
kepalanya sendiri.
Dua aspek dan teori empiris terdapat dalam contoh di atas tadi. Pertama adalah
perbedaan antara yang mengetahui dan yang diketahui. Yang mengetahui adalah
subyek dan benda yang diketahui adalah obyek. Terdapat alam nyata yang terdiri dan
fakta atau obyek yang dapat ditangkap oleh seseorang. Kedua, kebenaran atau
pengujian kebenaran dan fakta atau obyek didasarkan kepada pengalaman manusia.
Agar berarti bagi kaum empiris, maka pernyataan tentang ada atau tidak adanya
sesuatu haruslah memenuhi persyaratan pengujian publik.
E. Telaah Kritis atas Pemikiran Filsafat Empirisme
Meskipun aliran filsafat empirisme memiliki beberapa keunggulan bahkan
memberikan andil atas beberapa pemikiran selanjutnya, kelemahan aliran ini cukup
banyak. Prof. Dr. Ahmad Tafsir mengkritisi empirisme atas empat kelemahan, yaitu:
1) Indera terbatas, benda yang jauh kelihatan kecil padahal tidak. Keterbatasan
kemampuan indera ini dapat melaporkan obyek tidak sebagaimana adanya.
2) Indera menipu, pada orang sakit malaria, gula rasanya pahit, udara panas
dirasakan dingin. Ini akan menimbulkan pengetahuan empiris yang salah juga.
3) Obyek yang menipu, conthohnya ilusi, fatamorgana. Jadi obyek itu sebenarnya
tidak sebagaimana ia ditangkap oleh alat indera; ia membohongi indera. Ini jelas
dapat menimbulkan pengetahuan inderawi salah.
4) Kelemahan ini berasal dari indera dan obyek sekaligus. Dalam hal ini indera (di
sisi meta) tidak mampu melihat seekor kerbau secara keseluruhan dan kerbau juga
tidak dapat memperlihatkan badannya secara keseluruhan.
Metode empiris tidak dapat diterapkan dalam semua ilmu, juga menjadi
kelemahan aliran ini, metode empiris mempunyai lingkup khasnya dan tidak bisa
diterapkan dalam ilmu lainnya. Misalnya dengan menggunakan analisis filosofis dan
rasional, filosuf tidak bisa mengungkapkan bahwa benda terdiri atas timbuanan
molekul atom, bagaimana komposisi kimiawi suatu makhluk hidup, apa penyebab dan
obat rasa sakit pada binatang dan manusia. Di sisi lain seluruh obyek tidak bisa
dipecahkan lewat pengalaman inderawi seperti hal-hal yang immaterial.
PEMIKIRAN INDUKTIF
Untukmemperolehpengetahuanilmiahdapatdigunakanduajenispenalaran,
yaituPenalaranDeduktifdanPenalaranInduktif.Untukmingguinisayaakanmencobamemba
hastentangpenalaranInduktif.
Penalaraninduktifmerupakanprosedur yang
berpangkaldariperistiwakhusussebagaihasilpengamatanempirikdanberakhirpadasuatukes
impulanataupengetahuanbaru yang
bersifatumum.Dalamhalinipenalaraninduktifmerupakankebalikandaripenalarandeduktif.
Untukturunkelapangandanmelakukanpenelitiantidakharusmemlikikonsepsecaracanggiht
etapicukupmengamatilapangandandaripengamatanlapangantersebutdapatditarikgeneralis
asidarisuatugejala.
Dalamkonteksini,
teoribukanmerupakanpersyaratanmutlaktetapikecermatandalammenangkapgejaladanme
mahamigejalamerupakankuncisuksesuntukdapatmendiskripsikangejaladanmelakukange
neralisasi.Didalampenalaraninduktifterdapattigabentukpenalaraninduktif,
yaitugeneralisasi, analogidanhubungankausal.
Jenis-jenispenalaraninduktifantaralain :
1. Generalisasi
Contohnya :
Generalisasi:
Semuabintangsinetronberparascantik.Pernyataan
“semuabintangsinetronberparascantik”
hanyamemilikikebenaranprobabilitaskarenabelumpernahdiselidikikebenarannya.
Contohkesalahannya:
Omasjugabintangiklan, tetapitidakberparascantik.
Macam-macamgeneralisasi :
Generalisasisempurna
Contoh: sensuspenduduk
b. Generalisasitidaksempurna
Generalisasidimanakesimpulandiambildarisebagianfenomenayangdiselidikidit
erapkanjugauntuksemuafenomena yang belumdiselidiki.
Generalisasi yang
tidaksempurnajugadapatmenghasilkankebenaranapabilamelaluiprosedurpengujian
yang benar.Prosedurpengujianatasgeneralisasitersebutadalah:
a) Jumlahsampel yang ditelititerwakili.
b) Sampelharusbervariasi.
c) Mempertimbangkanhal-hal yang menyimpangdarifenomenaumum/
tidakumum.
2. Analogi
Contohanalogi :
3. HubunganKausal
Macamhubungankausal :
Sebab- akibat.
a. Hujanturun di daerahitumengakibatkantimbulnyabanjir.
b. Akibat – Sebab.
c. Akibat – Akibat.
Metodeinduktif
Metodeberpikirinduktifadalahmetode yang
digunakandalamberpikirdenganbertolakdarihal-halkhususkeumum.
Generalisasiadalahbentukdarimetodeberpikirinduktif.
Metodededuktif
Contoh:
Contoh:
Generalisasi: Semuabintangsinetronberparascantik
Pernyataan “semuabintangsinetronberparascantik”
hanyamemilikikebenaranprobabilitaskarenabelumpernahdiselidikikebenarannya.
Contohkesalahannya:
Omasjugabintangiklan, tetapitidakberparascantik.
Macam-macamgeneralisasi
GeneralisasisempurnaAdalahgeneralisasidimanaseluruhfenomena yang
menjadidasarpenyimpulandiselidiki.
Contoh: sensuspenduduk
GeneralisasitidaksempurnaAdalahgeneralisasidimanakesimpulandiambildarise
bagianfenomena yang diselidikiditerapkanjugauntuksemuafenomena yang
belumdiselidiki.
Prosedurpengujiangeneralisasitidaksempurna
Generalisasi yang
tidaksempurnajugadapatmenghasilkankebenaranapabilamelaluiprosedurpengujian
yang benar.
Prosedurpengujianatasgeneralisasitersebutadalah: