Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PEMBAHASAN

A. Empirisme
Kata ini berasal dari bahasa Yunani emoeiria, empeiros (berarti berpengalaman dalam,
berkenalaan dengan, terampil ).1 Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang
menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Berbeda dengan
anggapan rasionalis yang mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio. Paham ini
berpendapat bahwa indera atau pengalaman adalah sumber satu-satunya atau paling tidak
sumber primer dari pengetahuan manusia, sehingga pengenalan inderawi merupakan
pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Sumber ilmu pengetahuan dalam teori
empirisme adalah pengalaman dan penginderaan inderawi.
Dalam sejarah filsafat, klaim empiris ialah tidak ada sesuatu dalam pikiran yang
mulanya tidak ada dalam indera. Hal tersebut mengandung makna bahwa:
1) Sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman
2) Semua ide (gagasan) merupakan abstraksi yang dibentuk lewat
menggabungkan apa yang di alami
3) Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan
4) Akal budi tidak dapat memberikan tentang realitas tanpa acuan dari
pengalaman inderawi.2
Empirisme berpendirian bahwa pengetahuan dapat di peroleh melalui indera. Indera
memperoleh kesan-kesan dari alam nyata. Untuk kemudian kesan-kesan tersebut
berkumpul dalam diri manusia sehingga menjadi pengalaman. Pengetahuan yang berupa
pengalaman terdiri dari penyusunan dan pengaturan kesan-kesan yang bermacam- macam.3
Kelemahan aliran ini cukup banyak, diantaranya yang pertama ialah indera terbatas.
Benda yang jauh kelihatan kecil. Apakah benda itu kecil? Tidak. Ketebatasan kemampuan
indera ini melaporkan bahwa tidak sebagaimana adanya; dari sini akan membentuk

1
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta : Gramedia, 1997), cet. I, 197-198
2
Lorens bagus, Kamus Filsafat, opcit,
3
Abd. Gafur, Filsafat Ilmu, (Malang: Kantor Jaminan Mutu (KJM) UIN Malang: 2007), 59

1
pengetahuan yang salah. Kemudian yang kedua ialah indera menipu. Pada orang sakit
malaria, gula rasanya pahit, udara panas dirasakan dingin. Ini juga akan menimbulkan
pengetahuan yang empiris. Yang ketiga ialah objek yang menipu, contohnya ilusi.
Kelemahan yang keempat ialah berasal dari indera atau objek sekaligus. Yang mana mata
(indera penglihatan) tidak dapat melihat keseluruhan seekor kerbau tersebut, dan seekor
kerbau tersebut juga tidak dapat memperlihatkan seluruh anggota badannya. Andaikan saja
ketika kita melihatnya dari depan, kita hanya dapat melihat kepalanya saja yang mana kita
tidak akan melihat ekornya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa aliran ini lemah karena
keterbatasan indera atau objek tersebut. Maka dari itu aliran empirisme sangatlah
bertentangan dengan aliran rasionalisme.
Penganut empirisme mengatakan bahwa pengalaman tidak lain akibat suatu objek yang
merangsang alat-alat indrawi, yang kemudian dipahami di dalam otak, dan akibat dari
rangsangan tersebut terbentuklah tanggapan-tanggapan mengenai objek telah merangsang
alat-alat indrawi tersebut. Empirisme memegang peranan yang amat penting bagi
pengetahuan. Penganut aliran ini menganggap pengalaman sebagai satu-satunya sumber
dan dasar ilmu pengetahuan. Pengalaman indrawi sering dianggap sebagai pengadilan yang
tertinggi.

1. Latar Belakang Empirisme dan Para Tokohnya


Orang pertama pada abad ketujuh belas yang mengikuti aliran empirisme di Inggris
adalah Thomas Hobbes (1588-1679), sebagaimana dikatakan dalam bukunya Sari Sejarah
Filsafat Barat 2 oleh Harun Hadiwijono (1990) Empirisme sendiri berasal dari kata Yunani
yang berarti pengalaman inderawi. Oleh karena itu empirisme dinisbatkan kepada faham
yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalanan dan yang dimaksudkan
dengannya adalah baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman
batiniah yang menyangkut pribadi manusia.
Pada dasarnya aliran ini muncul karena ada anggapan bahwa kaum rasionalis tidak
cukup mampu menstrukturkan kerangka pengetahuan berasal dari akal saja dan mereka
berpendapat akal itu bersifat polos dan ia akan terisi apabila diisi dengan bantuan indera
sebagai alat untukmendapatkan pengalaman. Namun aliran ini tetap memiliki kelemahan
seperti pada pengalaman inderawi yang sifatnya terbatas dan objek bisa saja menipu seperti

2
ilusi. Pada dasarnya fungsi dari kedua aliran tersebut tidak lepas hanya sebagai alat untuk
mempertanggungjawabkan suatu ilmu dan pengetahuan yang diajukan oleh seorang ilmuan
kepada khalayak umum baik berupa teori baru, hasil rekonstruksi, gagasan-gagasan, dan
ide sebagai hasil pikiran. Dengan demikian ilmu dan pengetahuan bisa dicapai secara benar
menurut akal dan dapat dibuktikan dengan pengamatan.
Pada dasarnya empirisme sangat bertentangan dengan rasionalisme. Rasionalisme
mengatakan bahwa pengenalan yang sejati berasal dari rasio, sehingga pengenalan
inderawi merupakan suatu bentuk pengenalan yang kabur, sebaliknya empirisme
berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman sehingga pengenalan inderawi
merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Empirisme merupakan suatu aliran
dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman
manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan
dalam dirinya ketika dilahirkan. Empirisme adalah aliran dalam bidang filsafat yang
berpengaruh dalam perkembangan filsafat abad ke-17.Aliran empirisme lahir di Inggris dan
dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas Hobes (1588-1679), lalu
mengalami sistematisasi pada dua tokoh berikutnya, John Locke dan David Hume. Toko
lainnya yang terkenal adalah David Hume dan John Locke.
Empirisme menurut Thomas Hobbes sebagai penganut empirisme, pengenalan atau
pengetahuan diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman adalah awal dari segala
pengetahuan, juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh
pengalaman. Segala pengetahuan diturunkan dari pengalaman. Dengan demikian, hanya
pengalamanlah yang memberi jaminan kepastian. erbeda dengan kaum rasionalis, Hobbes
memandang bahwa pengenalan dengan akal hanyalah mempunyai fungsi mekanis semata-
mata. Ketika melakukan proses penjumlahan dan pengurangan misalnya, pengalaman dan
akal yang mewujudkannya. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah keseluruhan atau
totalitas pengamatan yang disimpan dalam ingatan atau digabungkan dengan suatu
pengharapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa lalu.
Dan selanjutnya pemikiran hume merupakan penantangan terhadap rasionalisme,
terutama tentang gagasan ide-ide bawaan  yang selalu dijadikan landasan ontologism bagi
kaum rasionalis dalam memahami dunia sebagai satu kesatuan yang berinterrelasi. Hume
juga menolak empirisme  dengan mengakui dengan adanya keterbatasan metode empiris

3
itu. Hume mengemukakan bahwa seluruh ilmu pengetahuan berkaitan denga hakikat
manusia.bahkan, ia menganggap pengengetahuan tentang manusia merupakan pusat
seluruh ilmu pengetahuan. Meskipun demikian, ia beranggapan bahwa metode-metode
ilmu-ilmua alam atau eksperimen adalah metode yang paling tepat untuk ilmu pengetahuan
tentang manusia, karna metode ini telah dibuktikan keberhasilannya oleh ilmu-ilmu alam.

2. Ajaran pokok empirisme


Doktrin empirisme tersebut adalah lawan dari rasionalisme. Empirisme berpendapat
bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan
di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan
hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.
Ajaran-ajaran pokok dari empirisme, yaitu:
 Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk
dengan menggabungkan apa yang dialami.
 Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal
atau rasio.
 Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
 Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak
langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan
matematika).
 Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa
acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi
mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
 Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai
satu-satunya sumber pengetahuan.

B. Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakan akal (reason) adalalah terpenting
untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalisme, sesuatu pengetahuan
diperoleh dengan cara berpikir.4 Rasio adalah sumber kebenaran. hanya pada rasio sajalah
4
Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Metodologi sampai Teofilosofi, (Bandung,
Pustaka Setia,2008), 247

4
yang dapat membawa orang kepada kebenaran. Filsafat rasionalisme merupakan suatu
paham dalam filsafat mengatakan dalam memperoleh serta menyebarkan ilmu
pengetahuan, hal terpenting yang perlu ada adalah akal serta rasio. Rasionalisme percaya
bahwa cara untuk mencapai pengetahuan adalah bersandar pada logika dan intelektual.
Rasionalisme selalu berpendapat bahwa akal merupakan factor fundamental dalam
suatu pengetahuan. Sebagai aliran dalam filsafat yang mengutamakan rasio untuk
memproleh pengetahuan dan kebenaran. Dan menurut rasionalisme, pengalaman tidak
mungkin menguji kebenaran hukum “sebab-akibat”, karena pristiwa yang tak terhingga
dalam kejadian alam ini tidak mungkin dapat di observasi. Bagi aliran ini kekeliruan pada
aliran empirisme disebabkan kelemahan alat indra tadi, dan dapat di koreksi seandainya
akal digunakan. Tokoh-tokoh aliran ini adalah Rene Descartes (1596-1650 M), Nicholas
Malerbranche (1638-1775 M), B. De Spinoza (1632-1677 M), G.W. Leibniz (1646-1716
M), Christian Wolff (1679-1754 M), dan Blaise Pascal (1623-1662 M).
Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan,
pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal yang dapat memberikan bahan –
bahan yang menyebabkan akal tersebut bekerja. Akan tetapi untuk sampainya manusia
kepada kebenaran adalah semata – mata dengan akal. Laporan indera menurut
rasionalisme merupakan bahan yang belum jelas. Bahan ini kemudian dipertimbangkan
oleh akal dalam pengalaman berpikir. Akal membentuk bahan tersebut sehingga terbentuk
pengetahuan yang benar. Jadi akal bekerja karena bahan dari indera. Akan tetapi akal juga
dapat menghasilkan pengetahuan yang tidak berdasarkan bahan inderawi sama sekali, jadi
akal juga dapat menghasilkan pengetahuan tentang objek yang betul – betul abstrak.5
Ada dua macam rasionalisme yaitu dalam bidang agama dan bidang filsafat.
Dijelaskan bahwa bidang agama dalam rasionalisme ialah lawannya autoritas, sedangkan
dalam bidang filsafat lawannya ialah empirisme. Jelas sekali perbedaanya karena di
dalam agama rasionalisme mengkritik ajaran agama dan bidang filsafat rasionalisme
menjelaskan teori pengetahuan.
Dalam rasionalisme, pengetahuan tidak diperoleh dari pengalaman dan pancaindra
manusia. Setiap ide yang muncul harus dapat dinilai secara kuantitas khususnya
menggunakan matematika. Rasionalisme juga menerima setiap wujud pikiran dan wujud
5
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, (Bandung, Remaja Rosdakarya,
2013), 25

5
fisik yang berkaitan dengan mekanika dan hukum. Dalam rasionalisme, segala sesuatu
yang dirasakan oleh pancaindra bersifat tidak dapat diandalkan. Kemandirian pikiran juga
tidak dianggap memperoleh pengaruh dari hukum alam. Rasionalisme juga menerima
keberadaan manusia, tetapi menolak persepsi dan perasaan yang timbul darinya.
1. Mazhab pemikiran Rasionalisme kritis
Rasionalisme kritis merupakan salah satu mazhab pemikiran rasionalisme yang
menghubungkan antara rasionalisme dan empirisme. Salah satu tokoh pemikir
rasionalisme kritis adalah Karl Popper. Ia meyakini bahwa teori-teori yang berisi
pengetahuan-pengetahuan merupakan hasil buatan manusia yang diperoleh melalui
penemuan-penemuan. Popper memandang bahwa rasionalisme yang bersifat apriori dapat
saja memberikan gambaran mengenai dunia tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Karenanya kegiatan intelektual (rasionalisme) juga memerlukan pengamatan dan
percobaan (empirisme).
2. Mazhab pemikiran Rasionalisme Islam
Rasionalisme Islam berkembang dari prinsip Islam yang tidak menolak pemakaian
akal, persepsi pancaindra, dan penalaran terhadap teks. Metafisika Islam dibangun
melalui integrasi epistemologi dengan rasionalisme yang bersifat transenden. Islam
memandang puncak pencapaian kebenaran melalui akal hanya terdapat pada wahyu.
Dalam pandangan Islam, keberadaan wahyu ini tidak berasal dari alam. Fungsi alam
hanya sebagai perantara menuju kebenaran wahyu.
3. Mazhab pemikiran Rasionalisme psikologis
Rasionalisme psikologi merupakan pandangan bahwa rasionalisme merupakan sarana
yang dibutuhkan dalam psikologi perkembangan manusia. Dalam pandangan ini,
rasionalitas merupakan sifat bawaan manusia yang keberadaannya berbentuk penalaran.
Rasionalis psikologi memandang perkembangan moral sebagai tujuan akhir dari
perkembangan manusia. Pencapaiannya memerlukan pengalaman individu dalam
melakukan hubungan sosial dengan individu lainnya.

Contoh penerapan rasionalisme dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat di bawah ini,
yakni:

6
 Seorang penjahat akan dipenjara dan dihakimi secara hukum Agar mendapat
uang, manusia harus bekerja keras.
 Jika ingin nilai bagus, harus belajar dengan maksimal
C. Iluminasi
Istilah iluminasi adalah serapan dari kata dalam Bahasa Inggris Illumination yang
berarti penerangan dan atau cahaya. Diberi nama demikian karena memang salah
satualiran filsafat dalam islam ini memiliki kaitan yang erat dengan cahaya. Iluminasi
adalah paham tentang ‘pencerahan’ langsung dari Tuhan ke dalam diri manusia. Karena
berbicara tentang ‘pencerahan’ Tuhan, dalam uraian ber bagai teori filsafatnya banyak
menggunakan simbol cahaya dan hal-hal yang terkait dengannya.
Dalam filsafat iluminasi, kebenaran yang hakiki hanya berasal dari Tuhan.Cahaya
yang utuh dan murni berasal dari Tuhan. Manusia akan menemukan atauditemukan
dengan hakikat kebenaran melalui pencahayaan langsung dari Tuhan. Pencahayaan
Tuhan tersebut bisa diraih oleh si manusia dengan melihat ke dalamdirinya. Hal ini
berbeda dengan corak filsafat di Barat yang cenderung mencari kebenaran dengan melihat
ke luar diri. Mungkin karena kecenderungannya yang berbeda, sehingga pencerahan di
Timur ini pun kemudian menghasilkan sesuatu yangberbeda dengan pencerahan yang
dialami oleh barat.
Aliran iluminasi atau Illuminism adalah sebuah gerakan pemikiran yang berkembang
di Eropa pada abad ke-18. Gerakan ini berfokus pada pengembangan pengetahuan
melalui pengalaman dan rasionalitas, serta menolak dogma agama dan otoritas gereja
sebagai sumber kebenaran. Aliran iluminasi ini dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran
filsafat dari tokoh-tokoh seperti René Descartes, John Locke, dan Isaac Newton.
Para pemikir iluminasi menekankan pentingnya pengembangan pengetahuan dan ilmu
pengetahuan melalui metode ilmiah dan penalaran yang rasional. Mereka juga
menekankan pentingnya hak asasi manusia, kebebasan berbicara, dan pemisahan
kekuasaan dalam pemerintahan. Namun, tidak semua orang setuju dengan ideologi
iluminasi. Beberapa orang menganggap gerakan ini terlalu sekular dan menentang nilai-
nilai agama. Selain itu, beberapa orang juga mengkritik pemikiran iluminasi karena
kurang mempertimbangkan aspek emosional dan spiritual dalam kehidupan manusia.

7
1. Iluminasi dan Peripatetik

Filsafat iluminasi memiliki corak tersendiri dibandingkan dengan filsafat yang telah

muncul sebelumnya dalam peradaban Islam. Filsafat yang lebih dulu muncul dalam

peradaban Islam adalah filsafat yang terinspirasi oleh para filsuf Yunani, terutama

Aristoteles. Ini salah satu ditunjukkan dengan adanya pengakuan di kalangan filosof

Islam kepada Aristoteles sebagai ‘Guru Pertama’. Filsafat yang awal muncul ini

kemudian dikenal dengan nama filsafat Masya’I (jalan-jalan). Nama ini terkait dengan

bagaimana filosof Yunani dahulu mendidik para muridnya, yaitu dengan berjalan-jalan

berkeliling mendatangi murid-muridnya satu-persatu. Selain itu filsafat yang awal muncul

ini juga dikenal dengan istilah peripatetik, kalau penamaan yang ini lebih terkait dengan

Aristoteles.

2. Latar Belakang Kelahiran

Aliran filsafat iluminasi lahir sekitar abad 3 hijriyah. Pada masa itu kejayaan Islam

dalam ranah ilmu pengetahuan yang dasarnya adalah filsafat mulai surut. Kesurutan

dalam bidang ilmu pengetahuan ini terkait erat dengan kesurutan dalam bidang politik

karena memang dukungan politik yang kuat sangat membantu dalam pengembangan ilmu

pengetahuan. Pada masa ini dinasti Abbasiyah mulai keropos dan akan segera jatuh.

Tidak adanya kekuasaan politik yang dominan berdampak pada semakin besarnya

dampak yang dirasakan dari adanya konflik antara Arab dan Persia dalam politik. Dahulu

ketika Dinasti Abbasiyah masih kuat konflik yang demikian dapat dengan mudah diatasi.

Konflik yang sebenarnya akarnya sudah lama, yaitu sejak Persia dapat ditaklukkan oleh

islam pada masa khalifah Umar ibn Khattab. Tentu saja ketika itu ada sebagian

masyarakat Persia yang bersedia dengan rela hati bernaung dalam kekuasaan Islam,

8
namun pasti juga ada pihak yang tidak rela. Melemahnya kekuasaan politik Abbasiyah

sebagai simbol kekuasaan Islam dalam politik tentu saja memicu merebaknya kembali

konflik lama tersebut. Melemahnya Dinasti Abbasiyah menjadi kesempatan bagi

kalangan Persia yang tidak rela untuk memerdekaan diri.

3. Filsafat Iluminasi Menurut Suhrawardi Al-Maqtul

Kehadiran iluminasi merupakan reaksi terhadap aspek-aspek tertentu dalam teks-teks

filsafat Islam, yang sebagian besar terkait dengan korpus Avicennan (Ibnu Sina) sebagai

tokoh utama filsafat peripatetik. 13Suhrawardi sendiri mengakui bahwa tujuannya adalah

menjelaskan pendapat-pendapatanya selaras dengan metode peripatetik konvensional.

Definisi menurut iluminasi didasarkan pada perolehan pengetahuan langsung tentang

sesuatu yang riil dan “yang lebih dahulu” ada, yang disamakan dengan “cahaya”-suatu

prinsip riil mendasar dari metafisika iluminasionis. Bagi Suhrawardi, cahaya adalah

definisi yang menjelaskan dirinya sendiri. Melihat cahaya -atau mengalaminya- berarti

mengetahuinya: ”Jika ada sesuatu yang tak perlu didefinisikan atau dijelaskan, berarti

sesuatu itu sudah sangat jelas dengan sendirinya. Karena tidak ada yang lebih jelas

daripada cahaya, melebihi sesuatu yang lain. Cahaya tidak membutuhkan definisi.6

DAFTAR PUSTAKA

6
Hossein Ziai, “Syihab al-Din Suhrawardi, .....56

9
Ardian Fahri, Reyhan Ainun. 2023. Kajian Filsafat Ilmu. Jawa tengah: Penerbit

Lakeisha

Bima, 2018. “FILSAFAT ILUMINASI SUHRAWARDI AL-MAQTUL”, Vol. 2 (No. 2)

http://afi.unida.gontor.ac.id/2020/08/25/epistemologi-empirisme-david-hume-dalam-

pandangan-islam/ (diakses pada tanggal 28 Maret 2023)

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rasionalisme (diakses pada tanggal 28 Maret 2023)

Maghfur M Ramin. 2019. Dasar-dasar Memahami Mazhab Filsafat. Yogyakarta:

Anak Hebat Indonesia

Vera, Hambali. 2021, “Aliran Rasionalisme dan Empirisme dalam Kerangka Ilmu

Pengetahuan”, Vol. 1, (No. 2)

10

Anda mungkin juga menyukai