Anda di halaman 1dari 3

Prinsip-Prinsip Dasar Logika

Logika pada prinsipnya merupakan cabang filsafat yang mempelajari asas, aturan
formal, prosedur, dan kriteria yang tepat agar tercapai kebenaran yang rasional. Dengan
mempelajari asas dan aturan formal untuk mencapai kebenaran yang rasional, kita diharapkan
bisa semakin berpikir kritis. Oleh karena itu, kita perlu menguasai ilmu berpikir. Seperti yang
kita ketahui berpikir adalah kegiatan manusia yang biasa dan normal. Setiap hari kita
berbicara, menulis, membaca suatu uraian, mendengar penjelasan, dan membuat suatu
simpulan. Semua kegiatan itu membutuhkan pemikiran yang tepat dan kritis. Tidak dapat
disangkal, kita kerap berhadapan dengan penalaran yang sebetulnya kurang begitu akurat,
maka kita mesti cermat, teliti, dan kritis melihat kaitan-kaitan dalam penalaran. Kita perlu
belajar bagaimana caranya berpikir kritis. Di sinilah logika dapat menolong kita untuk
meneliti asas yang mengatur pemikiran kita, sehingga kita bisa menarik simpulan yang benar
dan jitu.
Prinsip dasar adalah pernyataan kebenaran universal yang kebenarannya sudah
terbukti dengan sendirinya, artinya kebenaran universal yang tidak membutuhkan lagi hal-hal
lain untuk membuktikan kebenarannya. Prinsip-prinsip dasar ini walaupun tidak perlu lagi
dibukukan kebenarannya, merupakan dasar bagi semua pembuktian. Prinsip-prinsip atau
hukum-hukum ini oleh ahli pikir disebut dengan nama yang berbeda. Uberweg menyebutnya
“Axioms of Inference” sedangkan Mill menyebutnya “Universal Postulates of all Reasoning”
meskipun tidak terdapat perbedaan mengenai pokok-pokok prinsip-prinsip dasar ini, namun
ada perbedaan pendapat mengenai jumlah prinsip dasar yang terdapat dalam logika.
Aristoteles merumuskan 3 buah hukum, yaitu:
1. Hukum Identitas
2. Hukum Kontradiksi
3. Hukum Penyisihan Jalan Tengah
Sedangkan Leibnitz, seorang ahli filsafat modern menambahkan satu hukum lagi, yaitu:
Hukum Cukup Alasan.

1. Hukum Identitas
Suatu benda adalah benda itu sendiri, secara simbolis dapat dikatakan “A adalah A”.
Hukum ini menyatakan bahwa suatu benda adalah benda itu sendiri, tak mungkin
yang lain. Dan selanjutnya berarti bahwa arti yang seebenarnya dari suatu benda tetap
sama selama benda itu dibicarakan atau dipikirkan.

2. Hukum Kontradiksi
Suatu benda tidak dapat merupakan benda itu sendiri dan benda yang lain pada waktu
yang sama atau sesuatu tidak dapat positif dan negatif dalam waktu yang sama. Dalam
kalimat lain, bisa dikatakan “sesuatu tidak dapat ada dan tidak ada pada waktu yang
sama atau kita tak dapat mengatakan bahwa sesuatu itu ada dan tidak ada pada waktu
yang sama”.
3. Hukum Penyisihan Jalan Tengah
“Segala sesuatu haruslah positif atau negatif” arti dari hukum ini adalah bahwa dua
sifat yang berlawanan tak mungkin kedua-duanya dimiliki suatu benda. Hanya salah
satu dari pada keduanya yang dapat dimilikinya.

4. Hukum Cukup Alasan


Hukum ini merupakan hukum tambahan bagi hukum identitas. “Adanya sesuatu itu
mempunyai alasan yang cukup, demikian pula jika ada perubahan pada sesuatu”.

Syarat Berpikir Kritis


Berpikir kritis adalah kegiatan berpikir mendalam yang melibatkan berbagai macam
prinsip-prinsip penalaran. Dalam kehidupan modern saat ini, berpikir kritis sangat diperlukan
seseorang dalam pergaulan sehari-hari agar dapat membedakan antara alasan yang baik dan
yang buruk, membedakan kebenaran dari kebohongan, dan bagaimana kita dan orang lain
menggunakan bukti dan logika. Dalam menggunakan bukti dan logika, maka seseorang harus
memahami tentang metode dan prinsip-prinsip dalam berpikir dan menggunakan logika.
Seseorang yang dapat menggunakan logika dengan benar maka akan dapat berpikir lurus dan
tepat. Ketika seseorang dapat berpikir dengan lurus dan tepat, maka seseorang akan terhindar
dari kesesatan dan kekeliruan sehingga tidak terjadi kesalahpahaman.
Logika mempersyaratkan adanya tiga hal sebagai komponen berpikir kritis. Ketiga hal
tersebut meliputi: (1) pengertian (concept), (2) keputusan (decision), dan (3) penalaran
(reasoning). Ketiganya tersebut merupakan persyaratan (preconditions) yang harus ada dalam
berpikir lurus yang merupakan satu kesatuan. Ketiganya memiliki keterkaitan struktural satu
dengan lainnya dalam membentuk dan proses sahnya suatu penyimpulan pemikiran.

1. Pengertian (Concept)
Pengertian adalah hasil penangkapan dari inti suatu obyek. Istilah mengerti berarti
menangkap inti sesuatu, sedangkan pengertian berarti memiliki tangkapan terhadap inti
sesuatu (obyek). Oleh karenanya, seseorang dikatakan telah mengerti apabila ia telah
menangkap inti obyek (sesuatu yang dimengerti). Inti sesuatu di sini disebut “hakekat”.
Istilah lain dalam penyebutan pengertian adalah ide. Kata ‘ide’ berasal dari kata
‘idea’ yang artinya sebenarnya adalah gambar. Hal-hal yang tergambar secara abstrak
mengenai sesuatu benda atau bukan benda adalah ‘idea’. Orang yang telah memiliki ide sama
dengan telah memiliki gambaran tentang sesuatu, sehingga dapat menjelaskan secara panjang
lebar bila diminta menjelaskannya. Sebagaimana dikatakan di atas bahwa mengerti adalah
menangkap inti atau hakekat sesuatu, sedangkan hakekat sesuatu ini dapat dibentuk oleh akal
budi manusia dalam wujud ide yang memiliki kebenaran bersifat umum, maka istilah
pengertian juga dapat disamakan dengan istilah ide atau idea dan universale.
2. Keputusan (Decision)
Keputusan dalam logika diartikan sebagai aksi manusia dalam dan dengan mana ia
mengakui atau memungkiri suatu hal tentang hal lain. Keputusan merupakan kegiatan
rohani yang menyebabkan akal budi manusia menyatakan sesuatu tentang sesuatu yang
lain. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan adalah tindakan budi manusia yang
mengakui atau mengingkari sesuatu terhadap sesuatu yang lain. Keputusan yang
merupakan hasil Tindakan akal budi manusia dalam mengakui atau mengingkari sesuatu
terhadap sesuatu dapat dirumuskan dalam sebuah pernyataan kalimat terdiri dari unsur
subjek dan predikat. Misalnya: semua manusia akan meninggal. Pada contoh keputusan
tersebut, pengakuan akal budi tentang manusia terhadap kematian tersebut sesungguhnya
menggambarkan adanya pengakuan yang dapat dinyatakan dalam Bahasa yang berbunyi
“semua manusia akan meninggal”.

3. Penalaran (Reasoning)
Yang dimaksud dengan penalaran adalah suatu proses rangkaian kegiatan budi
manusia untuk sampai pada suatu kesimpulan (pendapat baru) dari satu atau lebih
pendapat yang telah diketahui. Hal-hal yang merupakan pendapat yang telah diketahui itu
disebut ‘data’, sedangkan hal-hal yang belum diketahui merupakan pendapat baru sebagai
kesimpulan. Dalam dunia ilmu pengetahuan, proses penalaran yang berpijak pada
beberapa data untuk selanjutnya ditarik suatu kesimpulan umum tersebut disebut “metode
ilmiah”. Data merupakan informasi empirik yang diketahui manusia, sedangkan data ini
bisa menjadi fakta kalau data tersebut diyakini kebenarannya.

Dapat disimpulkan bahwa suatu penyimpulan harus melibatkan komponen pertama


yaitu konsep atau ide atau pengertian dan komponen kedua yaitu keputusan atau pendapat.
Dalam penyimpulan disamping kedua komponen tersebut harus ada juga komponen ketiga
yaitu penalaran atau kegiatan penyimpulan itu sendiri. Penalaran merupakan proses kegiatan
pikir manusia dengan cara mengkait-kaitkan antarpendapat untuk sampai pada suatu konklusi
atau simpulan yang benar. Jadi, tanpa mengkaitkan secara kritis antarpendapat yang ada
tersebut, maka mustahil suatu proses penyimpulan berlangsung. Dari uraian di atas, akhirnya
dapat dimengerti dan dipahami bahwa ketiga komponen logika, yaitu (1) pengertian atau ide
atau konsep, (2) keputusan atau pendapat, serta (3) penalaran harus saling memiliki
keterkaitan satu sama lain, khususnya dalam proses melakukan penyimpulan untuk
memperoleh konklusi yang benar.

Anda mungkin juga menyukai