Anda di halaman 1dari 15

PRESENTASI LOGIKA INFORMATIKA

INTERPRETASI YANG DIPERLUAS DAN VALDITAS

Dosen Pengampu: Pak Ravie Kurnia Laday, S.Kom, M.Kom.

Disusun Oleh: Kelompok Sesi 15

- Rafi Meyza Putra(202222016)


- Rani Kamala(202222018)
- Fadia Puspa Sari(202222006)
PEMBAHASAN MATERI

1. Bagian 1: Konsep Interpretasi yang diperluas

 Pengertian Interpretasi yang diperluas


 Jenis-jenis Interpretasi yang diperluas
 Aturan-aturan Interpretasi yang diperluas

2. Bagian 2: Validitas
 Pengertian Validitas
 Jenis-jenis Validitas
 Aturan-aturan Validitas

3. Bagian 3: Hubungan Antara Interpretasi Yang Diperluas dan Validitas

4. Kesimpulan
Pengertian Interpretasi yang diperluas

Interpretasi yang diperluas adalah sebuah metode untuk memberikan nilai kebenaran pada kalimat logika
predikat yang memiliki kuantifier universal atau eksistensial. Dalam interpretasi yang diperluas, kita dapat
menentukan nilai kebenaran dari kalimat logika predikat yang mengandung variabel, setiap variabel dalam
kalimat logika predikat dihubungkan dengan suatu objek dalam semesta pembicaraan. interpretasi yang
diperluas merujuk pada proses atau tindakan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam atau
menyeluruh terhadap suatu hal, seperti teks, data, informasi, atau konsep. interpretasi yang diperluas dapat
melibatkan beberapa aspek, antara lain:

• Kontekstualisasi: Menempatkan suatu konsep atau informasi dalam konteks yang lebih luas, termasuk
kondisi sejarah, budaya, atau lingkungan yang memengaruhinya

• Analisis Mendalam: Mengurai informasi atau teks menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk
memahami makna dan hubungan di antara mereka.

• Relevansi: Menentukan relevansi atau signifikansi suatu informasi dalam konteks tertentu, yang dapat
melibatkan penerapan konsep atau teori lain.
Jenis-jenis Interpretasi yang diperluas

Dalam logika informatika, terdapat beberapa jenis interpretasi yang diperluas yang sering digunakan. Berikut
ini adalah beberapa contoh jenis interpretasi tersebut beserta contoh masing-masing :

1. Interpretasi Kripke:

Interpretasi Kripke digunakan untuk memodelkan konsep pemahaman atau pengetahuan yang berubah
seiring waktu. Dalam hal ini, domain dan nilai kebenaran sebuah pernyataan dapat berubah tergantung
pada dunia atau situasi yang sedang diperhatikan.

Contoh: Misalkan terdapat pernyataan "Hujan membuat jalanan basah." Dalam interpretasi Kripke, jika
berada dalam dunia dimana sedang hujan, pernyataan tersebut memiliki nilai kebenaran benar. Namun,
jika berada dalam dunia dimana sedang cuaca yang cerah, pernyataan tersebut memiliki nilai kebenaran
salah.
2. Interpretasi Fuzzy:

Interpretasi Fuzzy digunakan untuk memodelkan konsep yang tidak memiliki nilai kebenaran
yang tegas atau kategorikal. Dalam hal ini, suatu pernyataan dapat memiliki tingkat
kebenaran yang dalam bentuk nilai antara 0 dan 1.

Contoh: Misalkan terdapat pernyataan "Suhu kopi panas." Dalam interpretasi Fuzzy, jika suhu
kopiadalah 100 derajat Celsius, pernyataan tersebut mungkin memiliki tingkat kebenaran 0.8,
yang menunjukkan bahwa kopi tersebut cukup panas. Jika suhu kopi hanya 50 derajat Celsius,
tingkat kebenaran pernyataan tersebut mungkin menjadi 0.2, yang menunjukkan bahwa kopi
tersebut tidak begitu panas.

3. Interpretasi Probabilistik:

Interpretasi Probabilistik digunakan untuk memodelkan ketidakpastian dan probabilitas dalam


pernyataan atau argumen. Dalam hal ini, suatu pernyataan memiliki nilai kebenaran yang
berkaitan dengan probabilitasnya.

Contoh: Misalkan terdapat pernyataan "Peluang hujan hari ini adalah 0.7." Dalam interpretasi
Probabilistik, pernyataan tersebut menyatakan bahwa berdasarkan data dan informasi yang ada,
terdapat kemungkinan 70% bahwa akan terjadi hujan hari ini.
4. Interpretasi Temporal:

Interpretasi Temporal digunakan untuk memodelkan, pernyataan yang berkaitan dengan waktu dan
urutan kejadian. Dalam hal ini, diperkenalkan konsep waktu dalam domain interpretasi.

Contoh: Misalkan terdapat pernyataan "Saya akan pulang setelah makan malam." Dalam interpretasi
Temporal, pernyataan tersebut menunjukkan urutan kejadian dimana makan malam
harus terjadi sebelum pulang.
ATURAN-ATURAN INTERPRETASI YANG DIPERLUAS

Aturan untuk Kuantifier dalam Interpretasi yang diperluas. Dalam logika predikat, kuantifier
digunakan untuk menyatakan bahwa suatu pernyataan berlaku untuk semua anggota himpunan atau
untuk beberapa anggota himpunan. Ada dua jenis kuantifier, yaitu universal kuantifier (∀) dan
eksistensial kuantifier (∃).

 Universal kuantifier (∀) menyatakan bahwa suatu pernyataan berlaku untuk semua anggota
himpunan. Artinya, pernyataan tersebut harus benar untuk setiap anggota himpunan. Digunakan untuk
menyatakan bahwa suatu pernyataan berlaku untuk semua anggota himpunan. Aturan semantik untuk
universal kuantifier dalam interpretasi yang diperluas adalah sebagai berikut:

∀x P(x) adalah benar jika dan hanya jika P(x) benar untuk semua x dalam D.

Contoh: ∀x (x > 0)

Kalimat ini menyatakan bahwa semua bilangan real lebih besar dari 0. Aturan semantiknya adalah
sebagai berikut:

∀x (x > 0) adalah benar jika dan hanya jika x > 0 untuk semua bilangan real x dalam D.
 Eksistensial kuantifier (∃) menyatakan bahwa suatu pernyataan berlaku untuk beberapa anggota
himpunan. Artinya, pernyataan tersebut hanya perlu benar untuk beberapa anggota himpunan, tetapi
tidak perlu benar untuk semua anggota himpunan. Digunakan untuk menyatakan bahwa suatu
pernyataan berlaku untuk beberapa anggota himpunan. Aturan semantik untuk eksistensial kuantifier
dalam interpretasi yang diperluas adalah sebagai berikut:

∃x P(x) adalah benar jika dan hanya jika P(x) benar untuk beberapa x dalam D.

Contoh: ∃x (x² = 9)

Kalimat ini menyatakan bahwa beberapa bilangan real kuadratannya sama dengan 9. Aturan
semantiknya adalah sebagai berikut:
∃x (x² = 9) adalah benar jika dan hanya jika x² = 9 untuk beberapa bilangan real x dalam D.
PENGERTIAN VALIDITAS

Dalam logika informatika, istilah "validitas" memiliki makna yang berbeda dan merujuk pada
kebenaran argumen atau pernyataan logika. Validitas dalam logika informatika berkaitan dengan kesesuaian
antara struktur argumen dan kebenaran dari premis-premisnya. Validitas dalam logika informatika juga
berkaitan dengan apakah suatu argumen atau pernyataan logika memenuhi aturan logika dan apakah
kesimpulan yang diambil dari premis-premisnya benar jika premis-premis tersebut benar. Dalam hal
ini, validitas terkait erat dengan ketepatan struktur argumen.

Contoh sederhana misalnya kita memiliki argumen sederhana yaitu:

• Semua manusia adalah makhluk mortal.

• Socrates adalah seorang manusia.Maka, kesimpulan logisnya adalah:

• Socrates adalah makhluk mortal.

Argumen ini dianggap valid jika hubungan logis antara premis-premis dan kesimpulan sesuai dengan aturan
logika. Dalam hal ini, validitas argumen didasarkan pada bentuk umumnya yang menunjukkan suatu pola
penalaran yang benar.
JENIS-JENIS VALIDITAS

Dalam logika informatika, ada dua jenis validitas, yaitu:

 Validitas formal adalah validitas yang didasarkan pada bentuk argumennya. Validitas formal tidak
bergantung pada kebenaran atau kepalsuan premis-premis argumen tersebut. Suatu argumen dikatakan
valid secara formal jika konklusinya pasti benar jika premis-premisnya benar.

Contoh argumen valid secara formal:

Premis 1: Jika saya belajar, maka saya lulus ujian.

Premis 2: Saya belajar.

Konklusi: Saya lulus ujian.

Argumen ini valid secara formal karena mengikuti bentuk argumen modus ponens. Modus ponens
adalah argumen yang konklusinya adalah negasi dari antecedent dari implikasi. Dalam
kasus ini, antecedent dari implikasi adalah "saya belajar" dan konklusinya adalah "saya lulus ujian".
 Validitas material adalah validitas yang didasarkan pada kebenaran atau kepalsuan premis-premis
argumen tersebut. Suatu argumen dikatakan valid secara material jika konklusinya benar jika premis-
premisnya benar.

Contoh argumen valid secara material:

Premis 1: Semua manusia adalah makhluk hidup.

Premis 2: Saya adalah manusia.

Konklusi: Saya adalah makhluk hidup.

Argumen ini valid secara material karena premis-premisnya benar. Premis pertama adalah pernyataan
umum yang benar, dan premis kedua adalah pernyataan khusus yang benar. Oleh karena itu,
konklusinya juga benar.
 Adapun perbedaan validitas formal dan validitas material, yaitu:

Perbedaan utama antara validitas formal dan validitas material adalah bahwa validitas formal tidak
bergantung pada kebenaran atau kepalsuan premis-premis argumen, sedangkan validitas material
bergantung pada kebenaran atau kepalsuan premis-premis argumen.

Validitas formal hanya memastikan bahwa konklusi suatu argumen pasti benar jika premis-premisnya
benar. Namun, validitas material memastikan bahwa konklusi suatu argumen benar jika premis-premisnya
benar dan premis-premisnya benar.
ATURAN-ATURAN VALIDITAS

Aturan kuantifier validitas adalah aturan-aturan yang digunakan untuk menentukan apakah argumen yang
menggunakan kuantifier adalah valid atau tidak. Berikut adalah beberapa aturan kuantifier validitas:

 Aturan kuantor universal

Aturan kuantor universal 1: Jika ∀x P(x) benar, maka P(a) juga benar untuk sembarang a.

Contoh: ∀x x > 0.

Maka, P(a) = a > 0 juga benar untuk sembarang a. Misalnya, P(5) = 5 > 0 = benar.

Aturan kuantor universal 2: Jika P(a) salah untuk sembarang a, maka ∀x P(x) salah.

Contoh: ∀x x + 1 = 0.

Maka, P(a) = a + 1 = 0 salah untuk sembarang a. Misalnya, P(1) = 1 + 1 = 2 = salah.


 Aturan kuantor eksistensial

Aturan kuantor eksistensial 1: Jika ∃x P(x) benar, maka P(a) benar untuk sembarang a yang memenuhi
P(x).

Contoh : ∃x x < 0.

Maka, P(a) = a < 0 benar untuk sembarang a yang memenuhi P(x), yaitu a < 0.

Misalnya, P(-1) = -1 < 0 = benar.

Aturan kuantor eksistensial 2: Jika P(a) benar untuk sembarang a, maka ∃x P(x) benar.

Contoh: ∀x x > 0.

Maka, P(a) = a > 0 benar untuk sembarang a. Oleh karena itu, ∃x P(x) juga benar.
Untuk menentukan validitas suatu kalimat dalam logika predikat, kita dapat menggunakan aturan semantik untuk
validitas. Jika kalimat tersebut benar untuk semua interpretasi, maka kalimat tersebut valid. Aturan semantik
untuk validitas kalimat dalam logika predikat adalah sebagai berikut:

Kalimat A adalah valid jika dan hanya jika A adalah benar untuk semua interpretasi I yang meliputi domain D.

Contoh: ∀x (x + 1 > 0)

Kalimat ini menyatakan bahwa semua bilangan real lebih besar dari 0 jika ditambah 1. Aturan semantiknya adalah
sebagai berikut:

∀x (x + 1 > 0) adalah valid jika dan hanya jika x + 1 > 0 untuk semua bilangan real x dalam D.

Kalimat ini benar untuk semua interpretasi I yang meliputi domain D, karena semua bilangan real lebih besar dari
0 jika ditambah 1. Oleh karena itu, kalimat ini valid.

Anda mungkin juga menyukai