Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SEMANTIK

KONDISI KEBENARAN DAN HAKIKAT PRAGMATIK

Dosen Pengampu:
Ni Wayan Ayu Permata Sari, M. Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 10

Ananda Gholfiaroh 201721500032


Evita Mahardika Putri 201721500236
Fajar Rizkianto 201721500306

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Jakarta Yang Maha Esa karena atas
limpahan karunia dan rahmatnya kami bisa menyelesaikan makalah mengenai
Kondisi Kebenaran dan Hakikat Pragmatik.

Kami sangat berharap makalah ini akan bermanfaat dalam rangka


menambah pengetahuan juga wawasan kita menyangkut dengan mata kuliah
Semantik Bahasa Indonesia. Kami pun menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
sudah kami buat.

Mudah-mudahan makalah ini bisa dipahami bagi siapa pun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang sudah disusun ini dapat bermanfaat bagi
kami ataupun Orang yang membacanya.

Depok, Mei 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Entailment.......................................................................................................................2
B. Presupposisi....................................................................................................................2
C. Kriteria-kriteria Kalimat Bermakna Empiris..................................................................2
D. Definisi Kebenaran Tarski dan Makna Kalimat.............................................................3
E. Logika Majemuk dalam Bahasa......................................................................................4
F. Konstan-konstan Logika.................................................................................................4
G. Kesinkronisan Makna.....................................................................................................4
H. Hakikat Pragmatik..........................................................................................................5
I. Rujukan...........................................................................................................................5
J. Referensi General............................................................................................................6
K. Acuan..............................................................................................................................6
L. Kata Sandang..................................................................................................................7
M. Kalimat Preposisi............................................................................................................7
N. Tutur Perfomatif..............................................................................................................8

BAB III
PENUTUP
SIMPULAN..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam lingusitik, semantik adalah subbidang yang dikhususkan untuk
kajian tentang makna, seperti yang melekat di tingkat kata, frasa, kalimat, dan
unit yang lebih besar dari wacana (disebut teks). Daerah kajian ini adalah arti
dari tanda-tanda, dan kajian tentang hubungan antara unit linguistik yang
berbeda dan senyawa: homonim, polisemi, sinonim, antonim, hipernim,
hiponim, meronim, metonimia, holonim, paronim.
Perhatian utama adalah bagaimana makna menempel pada potongan yang
lebih besar dari teks, mungkin sebagai akibat dari komposisi dari unit yang
lebih kecil dari makna. Secara tradisional, semantik sudah termasuk kajian
tentang arti dan referensi denitatif, kondisi kebenaran, struktur argumen,
peran tematik, analisis wacana, dan hubungan semua ini untuk sintaks. Kali
ini penulis akan membahas mengenai Kondisi Kebenaran dalam semantik
pada salah satu pembahasannya. Dalam teori kondisi kebenaran, makna suatu
pernyataan dapat diperikan dengan kondisi kebenaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kondisi Kebenaran?
2. Apa yang dimaksud pragmatik?
3. Bagaimana logika majemuk dalam bahasa?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang kondisi kebenaran dalam semantik.
2. Untuk mengetahui tentang pragmatik.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Entailment
Entailment adalah pertalian antara penutur dan lawan tutur dalam kalimat
yang bersifat mutlak. Contoh:
Parto : Badu menggoreng ikan.
Eko : Badu memasak ikan.
Tuturan Eko dalam kalimat tersebut merupakan bagian atau konsekuensi
mutlak (necessary sequence) dari tuturan Parto, karena menggoreng secara
mutlak berarti memasak. Sehubungan dengan kalimat itu, maka kalimat Eko
tidak dapat diterima. Walaupun Badu menggoreng ikan, tetapi ia tidak
memasaknya. Yang benar adalah jika Badu menggoreng ikan tentu ia harus
memasak ikan itu, karena menggoreng adalah salah satu cara memasak ikan.
B. Presupposisi
Istilah presuposisi berasal dari bahasa Inggris presupposition yang berarti
perkiraan, persangkaan, atau praanggapan. Istilah ini digunakan karena
sebuah kalimat ternyata dapat mempresuposisikan dan mengimplikasikan
kalimat yang lain.Sebuah kalimat dapat dikatakan mempresuposisikan
kalimat lain bila ketidakbenaran kalimat kedua (yang dipresuposisikan)
mengakibatkan kalimat pertama (yang mempresuposisikan) tidak dapat
dikatakan benar atau salah. Untuk memperoleh gambaran lebih jelas.
Contoh : Novel Kroco sangat menarik.
Kalimat tersebut mempresuposisikan bahwa ada novel yang berjudul
Kroco. Bila memang ada novel yang berjudul sepeti itu, kalimat ini dapat
dinilai benar dan salahnya. Akan tetapi, bila tidak ada novel yang berjudul
Kroco, maka kalimat pertama tidak dapat dinilai benar dan salahnya.
C. Kriteria-kriteria Kalimat Bermakna Empiris
Empiris adalah suatu keadaan yang berdasarkan pada kejadian nyata yang
pernah dialami. Kejadian tersebut bisa dilakukan melalui penelitian,observasi

2
atau eksperimen. Didalam empiris pengalaman (kejadian nyata) menjadi
dasar yang sangat mutlak dan peran akal sangat sedikit. Bila .ada pernyataan
data itu empiris berarti data tersebut didasarkan pada penelitian ataupun
eksperimen yang telah dilakukan. Kalimat bermakna empiris memimili
kriteria yaitu :Keterujian dan atau kedapatterujian.
Sebuah kalimat empiris ialah kalimat yang dapat diuji dan dimungkinkan
untuk dapat diuji dengan fakta dan data secra empiris berdasarkan
pengalaman empiris. Berarti ada kalimat yang dapat diuji langsung diuji
dengan fakta/data.
Contoh :
1. Dalam menulis skripsi atau tesis kita harus bisa menyajikan data yang
bersifat empiris itu artinya perlu melakukan penelitian untuk
mendudukung teori kita.
2. Ketika sedang mempelajari sejarah, didalam pelajaran tersebut tercantum
keterangan empiris, berarti fakta dari kisah sejarah tersebut berdasarka
kisah nyata yang benar-benar terjadi.
D. Definisi Kebenaran Tarski dan Makna Kalimat
Teori kondisi kebenaran ini dikemukakan oleh seorang ahli logika bernama
Tarski. Sampai sekarang teori ini dipelajari secara meluas oleh para filusuf
(Kempson, 1977). Dalam teori ini, Traski mengemukakan sebuah postulat,
bahwa makna suatu pernyataan dapat diberikan dengan kondisi kebenaran.
Sebuah pernyataan mempunyai arti bila ada kondisi kebenaran yang
menjamin kebenaran pernyataan itu. Jika kondisi kebenaran itu tidak ada,
maka pernyataan itu tidak bermakna apa-apa (Wahab, 1999a). Dalam
melogikan teorinya, Traski menggunakan rumus sebagai berikut.
1. S benar, jika dan hanya jika P
Di mana S adalah makna kalimat dan P merupakan kondisi yang dapat
menjamin kebenaran kalimat itu (Kempson, 1977). Contoh klasik yang dijadikan
ilustrasi oleh Traski dalam menjelaskan rumus tersebut adalah:
2. Snow is white benar, jika dan hanya jika salju itu putih.

3
Kalimat tersebut memiliki kondisi kebenaran makna (truth condition),
karena memang salju tersebut hanya berwarna putih, tidak ada salju yang
berwarna selain putih. Berbeda dengan kalimat berikut ini.
3. Kuning itu warna pelangi.
Kalimat tersebut bila dilihat dari ‘kaca mata’ Traski, jelas tidak memiliki
kebenaran makna. Hal ini karena kalimat tersebut tidak memiliki kondisi
yang menjamin kebenaran pernyataan tersebut. Artinya, bahwa pelangi itu
berwarna selain warna kuning, yakni berwarna biru, merah, dan hijau.
E. Logika Majemuk dalam Bahasa
Logika bernilai majemuk ialah sistem logika yang dalam penafsirannya
mengandung lebih dari dua makna atau mengandung sejumlah makna pasti
atau tidak pasti.
Contoh : “Suaramu bagus, tetapi lebih bagus lagi jika kamu diam”
Pada contoh tersbeut, terdapat logika majemuk yang ditandai dengan jata
perangkai tetapi dan jika. Kata tetapi adalah kata penghubung intrakalimat
untuk menyatakan hal yang bertentangan atau tidak selaras , dan kata Jika
adalah kata penghubung untuk menandai syarat.
Berdasarkan contoh kalimat tersebut, terdapat dua logika. Logika pertama
ialah suaramu bagus dan logika kedua ialah lebih bagus jika kamu diam.
Kedua logika tersebut digabungkan dengan kata perangkai tetapi dan jika
sehingga terbentuk kalinat logika majemuk.
F. Konstan-konstan Logika
Konstan logika tidak mempunyai rujukan secara empiris tetapi berfungsi
untuk menghubungkan dan merangkaikan proposisi-proposisi yang
mempunyai rujukan empiris.
Contoh : Jika lampu itu menyala, tandanya mesin rusak.
Kalimat yang mempunyai unsur `jika…..maka…` kalimat hipotetsis.
Kalimat hipotesis ini perlu diuji lagi untuk memperoleh kebenaran secara
empiris. Sedangkan kalimat yang mengandung `ketika…maka…` tidak perlu
diujikan lagi.
G. Kesinkronisan Makna

4
Kesinkronisan makna ditemukan oleh pemakainya untuk tempat aman
tertentu. Makna akan selalu berubah seiring dengan perkembangan jaman.
Contoh:
1. Kata `bekas` untuk manusia seperti `bekas menteri` tidak digunakan lagi,
tetapi diganti dengan `mantan`.
2. Kata`wanita` yang tadinya tidak menimbulkan masalah, sekarang
dipersoalkan oleh kaum feminis agar diganti menjadi `perempuan` saja.

H. Hakikat Pragmatik

Pragmatik ialah kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks yang
mendasari penjelasan pengertian bahasa. Di sini, pengertian atau pemahaman
bahasa menghunjuk kepada fakta bahwa untuk mengerti sesuatu ungkapan
atau ujaran bahasa diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata dan
hubungan tata bahasanya, yakni hubungannya dengan konteks pemakaiannya.

Pragmatik ialah kajian tentang kemampuan pemakai bahsa mengaitkan


kalimat-kalimat dengan konteks-konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat
itu. (Nababan, 1987:2).

Pragmatik juga diartikan sebagai syarat-syarat yang mengakibatkan serasi-


tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; aspek-aspek pemakaian
bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna
ujaran (Kridalaksana, 1993: 177).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan tentang batasan


pragmatik. Pragmatik adalah suatu telaah umum mengenai bagaimana
caranya konteks mempengaruhi peserta tutur dalam menafsirkan kalimat atau
menelaah makna dalam kaitannya dengan situasi ujaran.

I. Rujukan

Rujukan adalah sesuatu yang digunakan pemberi informasi (pembicara)


untuk menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Dikenal juga
dengan sebutan referensi. Rujukan mungkin menggunakan faktual ataupun

5
non faktual. Rujukan faktual terdiri atas kesaksian, statistik contoh, dan objek
aktual. Rujukan dapat berwujud dalam bentuk bukti, nilai-nilai, dan atau
kredibilitas. Sumber materi rujukan adalah tempat materi tersebut ditemukan.

J. Referensi General

Verhaar (1996:390) membedakan istilah referensi ke dalam dua arti yang


berbeda, yakni referensi ekstralingual (ektoforis) dan referensi intralingual
(endoforis). Referensi ekstralingual merupakan referen yang berada di luar
bahasa/ tuturan. Bisa dijelaskan dari contoh “Saya makan roti”. Roti sebagai
referen ekstralingual ialah bahan makanan yang terbuat dari terigu yang dapat
dimakan, bukannya makan kata roti. Referen yang berada di luar bahasa
dinamakan ektoforis. Lainnya adalah referensi dalam tuturan (intralingual),
disebut juga endoforis. Referen yang satu ini dibagi dua jenis, yaitu anaforis
dan kataforis. Perujukan anaforis adalah hal perujukan kepada teks yang
mendahului. Kata –nya dalam contoh kalimat “Roti yang kita beli kemarin,
saya sudah memakannya”, mengacu kembali pada roti. Perujukan kataforis
adalah hal perujukan kepada teks yang mengikuti. Contoh klausa orang yang
mendaftarkan diri harus membawa kartu penduduk. Kata orang pada klausa
tersebut, bergantung pada konteks yang mengikutinya.

Dengan demikian referensi berhubungan erat dengan makna. Referensi


merupakan salah satu sifat makna leksikal, seperti penjelasan Verhaar
(1996:389). Referensi ektoforislah yang berada dalam wilayah semantik
leksikal, sehingga menjadi salah satu sifat makna leksikal, sedangkan
referensi endoforis yang berada di dalam bahasa (intralingual) berada dalam
wilayah semantik gramatikal. Hal tersebut dapat dihubungkan dengan
pembagian endoforis yang meliputi anaforis dan kataoris.

K. Acuan

Acuan memiliki 4 arti. Acuan berasal dari kata dasar acu. Acuan memiliki
arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga acuan dapat menyatakan
nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan.

6
Acuan adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan
pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Contoh:

Nomina (kata benda)

1. Cetakan (kue, peluru, dan sebagainya)

2. Pola dasar penafsiran yang ditetapkan terlebih dahulu

3. Rujukan

4. Referensi

Acuan adalah cetakan (kue, peluru, dan sebagainya). Arti lainnya dari acuan
adalah pola dasar penafsiran yang ditetapkan terlebih dahulu.

L. Kata Sandang

Kata sandang adalah salah satu jenis keragaman kata dalam bahasa
Indonesia yang cukup sering kita dengar namun tidak memiliki makna
khusus. Secara pengertian tidak ditemukan definisi yang konkret mengenai
pengertian kata sandang. Dalam kamus KBBI (2016) pengertian kata sandang
hanya dipaparkan sebagai “artikel”. Kata artikel yang dimaksudkan disini
adalah kata yang difungsikan sebagai pengiring yang mengikuti kata-kata
tertentu, sehingga makna dari kata sandang selaras dengan kata benda yang
diikutinya. Dapat dikatakan kata sandang adalah kata yang menentukan dan
membatasi suatu kata benda.

Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa macam kata sandang yang


banyak ditemukan pada proses komunikasi. Artikula atau lebih dikenal
dengan artikel (nama lain kata sandang) adalah kata yang pada dasarnya tidak
memiliki arti namun mampu menjelaskan nomina. Keistimewaan kata
sandang adalah dapat digunakan sebagai pendamping kata benda dasar, kata
benda yang terbentuk dari kata kerja, pronomina, atau kata kerja pasif.

M. Kalimat Preposisi

7
Proposisi merupakan satu tutur atau pernyataan yang melukiskan beberapa
keadaan yang belum tentu benar atau salah dalam bentuk sebuah kalimat
berita. Proposisi dalam istilah yang dipergunakan dalam analisis logika.
Keadaan dan peristiwa-peristiwa itu pada umumnya melibatkan pribadi atau
orang yang dirujuk oleh ujaran dalam kalimat.

Kebenaran sebuah proposisi berkorespondensi dengan fakta, sebuah


proposisi yang salah tidak berkorespondensi dengan fakta. Proposisi terdiri
atas empat unsur, dua di antaranya merupakan materi pokok proposisi,
sedangkan dua yang lain sebagai hal yang menyertainya. Empat unsur yang
dimaksudkan ialah term sebagai subjek, term sebagai predikat, kopula dan
kuantor.

N. Tutur Perfomatif

Kalimat tutur adalah kalimat yang biasa digunakan pada kehidupan sehari-
hari sehingga tidak bisa digunakan dalam situasi atau keadaan yang formal.
Tuturan performatif (performative utterance) adalah tuturan yang
memperlihatkan bahwa suatu perbuatan telah diselesaikan pembicara dan
bahwa dengan mengungkapkannya berarti perbuatan itu diselesaikan pada
saat itu juga; misalnya: dalam ujaran Saya mengucapkan terima kasih,
pembicara mengujarkannya dan sekaligus menyelesaikan perbuatan
“mengucapkan” (Kridalaksana, 1984: 2001). Performative (in speech act
theory): an utterance which performs an act, such as Watch out (=a warning),
I promise not to be late (= a promise). ((Richards dkk., 1989: 212). Secara
ringkas dikatakan pula bahwa tuturan performatif adalah tuturan untuk
melakukan sesuatu (perform the action).
Tuturan performatif tidak dievaluasi sebagai benar atau salah, tetapi
sebagai tepat atau tidak tepat, misalnya: I promise that I shall be there (Saya
berjanji bahwa saya akan hadir di sana) dan performatif primer atau tuturan
primer I shall be there (Saya akan hadir di sana) (Geoffrey Leech
(terjemahan), 1993: 280).
Ciri-Ciri Tindakan Performatif

8
1. Diucapkan oleh orang pertama
2. Orang yang mengucapkannya hadir dalam situasi tertentu
3. Bersifat indikatif (mengandung pernyataan tertentu)
4. Orang yang mengucapkannya terlibat secara aktif dengan isi pernyataan
tersebut.

BAB III

9
PENUTUP

SIMPULAN
1. Entailment adalah pertalian antara penutur dan lawan tutur dalam kalimat
yang bersifat mutlak
2. Kalimat dapat dikatakan mempresuposisikan kalimat lain bila ketidakbenaran
kalimat kedua (yang dipresuposisikan) mengakibatkan kalimat pertama (yang
mempresuposisikan) tidak dapat dikatakan benar atau salah.
3. Sebuah kalimat empiris ialah kalimat yang dapat diuji dan dimungkinkan
untuk dapat diuji dengan fakta dan data secra empiris berdasarkan
pengalaman empiris. Berarti ada kalimat yang dapat diuji langsung diuji
dengan fakta/data.
4. Tarski mengemukakan sebuah postulat, bahwa makna suatu pernyataan dapat
diberikan dengan kondisi kebenaran. Sebuah pernyataan mempunyai arti bila
ada kondisi kebenaran yang menjamin kebenaran pernyataan itu.
5. Logika bernilai majemuk ialah sistem logika yang dalam penafsirannya
mengandung lebih dari dua makna atau mengandung sejumlah makna pasti
atau tidak pasti.
6. Konstan logika tidak mempunyai rujukan secara empiris tetapi berfungsi
untuk menghubungkan dan merangkaikan proposisi-proposisi yang
mempunyai rujukan empiris.
7. Kesinkronisan makna ditemukan oleh pemakainya untuk tempat aman
tertentu. Makna akan selalu berubah seiring dengan perkembangan jaman.
8. Pragmatik adalah suatu telaah umum mengenai bagaimana caranya konteks
mempengaruhi peserta tutur dalam menafsirkan kalimat atau menelaah
makna dalam kaitannya dengan situasi ujaran.
9. Rujukan adalah sesuatu yang digunakan pemberi informasi (pembicara) untuk
menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas.
10. berhubungan erat dengan makna. Referensi merupakan salah satu sifat
makna leksikal, seperti penjelasan Verhaar (1996:389).

10
11. Acuan adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan
pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda.
12. Kata sandang adalah kata yang menentukan dan membatasi suatu kata benda.
13. Proposisi merupakan satu tutur atau pernyataan yang melukiskan beberapa
keadaan yang belum tentu benar atau salah dalam bentuk sebuah kalimat
berita.
14. Kalimat tutur adalah kalimat yang biasa digunakan pada kehidupan sehari-
hari sehingga tidak bisa digunakan dalam situasi atau keadaan yang formal.
Tuturan performatif (performative utterance) adalah tuturan yang
memperlihatkan bahwa suatu perbuatan telah diselesaikan pembicara dan
bahwa dengan mengungkapkannya berarti perbuatan itu diselesaikan pada
saat itu juga.

DAFTAR PUSTAKA

11
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/03/semantik-kondisi-kebenaran.html
https://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-empiris-dan-contohnya/
https://www.scribd.com/document/392617166/Makalah-Problem-Dan-
Perkembangan-Kriteria-Empiris-Tentang-Makna
http://herlinseeayin.blogspot.com/2014/05/presuposisi-implikatur-dan-
entailment.html
https://lektur.id/arti-logika-bernilai-majemuk/
http://bhinekamedia.blogspot.com/2016/03/makalah-pragmatik-hakikat-
pragmatik.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rujukan
http://agustinsda.blogspot.com/2017/05/artikel-semantik-makna-dan-
referensi.html?m=1
https://lektur.id/arti-acuan/
https://dosenbahasa.com/jenis-jenis-kata-sandang/amp
http://www.gurupendidikan.co.id/proposisi-pengertian-jenis-bentuk-contoh/
http://abusirahmat.blogspot.com/2012/10/ananalisis-tuturan-performatif-
dan_15.html?m=1

12

Anda mungkin juga menyukai