Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KEGIATAN PERKULIAHAN
MATA KULIAH HAKIKAT DAN SEJARAH MATEMATIKA

KEBENARAN EMPIRIS SERTA KEBENARAN MATEMATIKA


AKSIOMA PEANO DAN KONTRIBUSI MATEMATIKA DALAM SAINS
EMPIRIS

Disusun Oleh:

Nama : Septi Selviani Dewi


NIM : 2184202009
Sesi Kelas : 333301
Dosen Pengampu : Retno Andriani, M.Pd

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul "KEBENARAN EMPIRIS SERTA
MATEMATIKA AKSIOMA PEANO DAN KONTRIBUSI MATEMATIKA DALAM
SAINS EMPIRIS".

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Retno Andriani, M.Pd selaku Dosen
pengampu mata kuliah Hakikat dan Sejarah Matematika yang telah membantu penulis dalam
mengerjakan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang
telah berkontribusi dalam pembuatan karya ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran
dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga berharap semoga
makalah ini mampu memberikan pengetahuan tentang Matematika aksioma peano dan
kontribusi matematika dalam sains empiris.

Tangerang, 23 September 2021

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................................

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................

C. Manfaat dan tujuan penulisan...............................................................................................

D. Sumber data..........................................................................................................................

BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Mengubah Term-Term Aritmatika Ke Dalam Makna Biasa.................................................

B. Matematika Sebagai Cabang Logika....................................................................................

C. Kontribusi Matematika Dalam Sains Empiris......................................................................

D. Sifat Kebenaran Sains Empiris Dan Kebenaran Matematika...............................................

E. Kebenaran A priori Dan A Posteriori...................................................................................

F. Hubungan Term Positif Aksioma, Definisi, Dan Teorema...................................................

G. Aksioma Peano.....................................................................................................................

BAB III....................................................................................................................................13
PENUTUP...............................................................................................................................13
A. Kesimpulan.........................................................................................................................

B. Saran...................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Matematika adalah perkembangannya sampai pada tingkatan tertentu yang memiliki
keterkaitan dengan filsafat, logika, dan sains. Namun demikian, rentang luas dan
spesifikasi matematika yang ada saat ini telah menjadikan definisi matematika secara
pasti tidak dapat dipertahankan. Menurut C. F. Gauss, Matematika adalah Ratu dari Sains,
dan Aritmetik adalah Ratu dari Matematika.
Kebenaran merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan untuk membuktikan suatu
kebenaran dari teori ataupun pengetahuan yang diperoleh. Namun kebenaran itu sendiri
merupakan suatu bentuk dari rasa ingin tahu setiap individu. Rasa ingin tahu terbentuk
dari kekuatan dari adanya akal yang dimiliki manusia yang selalu ingin mencari,
memahami, serta memanfaatkan kebenaran yang telah ia dapatkan dalam hidupnya. Jadi
kebenaran merupakan persesuaian antara pengetahuan dan objeknya. Dengan berdasarkan
teori menguji kebenaran maka pertanyaan berikutnya adalah jenis kebenaran apakah yang
ingin diperoleh. Menurut Sulistyo Basuki (2010: 1-2), Kebenaran aktual atau kebenaran
empirik; artinya kebenaran yang merupakan kesesuaian antara sebuah pendapat dan hal
yang ada di alam dalam keadaan dan hubungan yang nyata. Dikatakan kebenaran empirik
karena kebenaran tersebut diperoleh melalui pengetahuan empiris, artinya berdasarkan
pancaindera. Dengan kata lain, pengetahuan inderawi merupakan tingkat terendah dalam
struktur pengetahuan manusia. Ilmu-ilmu sosial pada umumnya bertujuan memperoleh
kebenaran aktual atau empiris.
Matematika adalah sains yang paling pasti, dan konklusi-konklusinya memberi ruang
bagi bukti absolut. Tetapi ini terjadi demikian hanya karena matematika tidak berupaya
untuk menarik konklusi-konklusi yang absolut. Semua kebenaran matematis bersifat
relatif, kondisional (Steinmetz, 1923). Matematika adalah bidang studi di dalam mana
kita tidak tahu apa yang sedang kita bicarakan (Bertrand Russell, ).

Dari pernyataan-pernyataan di atas tersiratkan keperluan bahwa untuk memahami hakikat


matematika diperlukan pemahaman tentang sifat-sifat dari matematika itu sendiri. Untuk
itu, penulis telah mengumpulkan beberapa penjelasan terkait dengan beberapa
permasalahan yang ada untuk menjawab serta memenuhi rasa keingnintahuan pembaca.
1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengubah term-term aritmatika ke dalam makna biasa?


2. Mengapa matematika dapat dipandang sebagai cabang logika?
3. Apa kontribusi matematika dalam sains empiris?
4. Bagaimana sifat kebenaran sains empiris dan kebenaran matematika?
5. Apa saja perbedaan kebenaran Apriori dan Posteori?
6. Apa hubungan antara term positif aksioma, definisi, dan teorema?
7. Apa pengertian dari lima aksioma peano?

C. Manfaat dan tujuan penulisan


Makalah ini bertujuan untuk memberi wawasan terhadap pembaca mengenai Kebenaran
Empiris, Kebenaran Matematika Aksioma Peano, Kontribusi Matematika Dalam Sains
Empiris. Setelah membaca makalah, penulis berharap pembaca dapat mengetahui:
- Term-term aritmatika yang diubah ke dalam makna biasa
- Mengapa matematika dapat dipandang sebagai cabang logika
- Kontribusi matematika dalam sains empiris
- Sifat kebenaran sains empiris dan kebenaran matematika
- Kebenaran Apriori dan Posteori
- Hubungan antara term positif aksioma, definisi, dan teorema
- Lima aksioma peano

D. Sumber data
Tinjauan pustaka tentang Kebenaran Empiris Serta Matematika Aksioma Peano Dan
Kontribusi Matematika Dalam Sains Empiris dari literatur dan internet.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengubah Term-Term Aritmatika Ke Dalam Makna Biasa

Matematika harus menjadi teori yang benar untuk konsep-konsep matemtika


dalam makna yang diinginkan, tidak cukup validasinya telah ditunjukan dengan
mengatakan bahwa semua sistem telah dapat diturunkan dari postulat-postulat peano
plus definisi-definisi yang sesuai; kita harus meneliti lebih lanjut apakah postulat-
postulat peano sungguh-sungguh benar apabila primitif =primitif diganti dengan
makna biasa, permasalahan ini, tentu saja, dapat dijawab hanya setelah makna biasa
dari term-term “0”, ”bilangan alam”, dan “pengikut” didefinisikan dengan jelas. 
Definisi makna biasa terhadap konsep-konsep matematika dalam term-term
logika murni Definisi-definisi yang sangat ketat dari jenis yang diinginkan benar-
benar dapat dirumuskan, dan dapat ditunjukan bahwa dengan konsep-konsep yang
didefinisikan ini, semua postulat berubah menjadi pernyataan yang benar-benar dapat
diwujudkan. Hasil yang penting ini diberikan oleh hasil karya penelitian G. Frege
(1848-1925) logikawan bangsa jerman dan berikutnya karya yang lebih rinci dan
sistematis oleh logikawan dan bahasa Inggris kontemporer B. Russell dan AN
Whitehead. 

B. Matematika Sebagai Cabang Logika

Dua ahli matematika sekaligus ahli filsafat dari Inggris menjadi pioner aliran
atau landasan matematika ini, yaitu Bertrand Russell (1872-1970) dan Alfred North
Whitehead (1867-1947). Menurut mereka, matematika dapat diturunkan dari prinsip-
prinsip logika. Kebanyakan ide-ide logika juga diterima oleh kaum formalis, tetapi
mereka tidak percaya bahwa matematika dapat diturunkan dari logika saja.
Secara umum, ilmu merupakan pengetahuan yang mendasarkan kepada
analisis dalam menarik kesimpulan menurut suatu pola pikir tertentu. Matematika,
menurut Wittgenstein, tak lain adalah metode berpikir yang logis. Berdasarkan
perkembangannya, masalah yang dihadapi logika makin lama semakin rumit dan

3
membutuhkan struktur analisis yang lebih sempurna. Dalam perspektif inilah, logika
berkembang menjadi matematika, sebagaimana yang disimpulkan Bertrand Russell,
bahwa “Matematika merupakan masa kedewasaan logika, sedangkan logika adalah
masa kecil dari matematika”.
Menurut Johnson dan Rising dalam Russefendi (1972), Matematika adalah
pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah
bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat
representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide
daripada mengenai bunyi. Matematika adalah pengetahuan struktur yang
terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada
unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan
kebenarannya adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide, dan matematika itu
adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.

C. Kontribusi Matematika Dalam Sains Empiris

Penerapan matematika, dan khususnya beberapa cabang matematika seperti


statistika, dalam ilmu empiris sama dominan. tidak hanya dalam ilmu-ilmu alam
seperti fisika, biologi, astronomi, dan kimia, juga dalam ilmu-ilmu sosial seperti
sosiologis dan ekonomi. Dalam ekonomi, jumlah pemodelan matematika digunakan
secara luas untuk menjelaskan perilaku ekonomi agen ekonomi, dalam hal ini bisa
berupa individu, perusahaan, masyarakat, maupun negara. pemodelan matematika
berguna untuk menyusun eksplanasi dan prediksi atas realitas ekonomi. Penjelasan
adalah salah satu dari lima tujuan ilmu pengetahuan: tipologi, eksplanasi, prediksi,
pemahaman, dan kontrol.
Dalam perumusan direkayasasosial dan kebijakan umum, matematikapun
berperan penting dalam menyajikan data dan analisis terhadapnya bagi pembuat
kebijakan. Memang, pengambilan kebijakan umum sangat ditentukan oleh kehendak
politik, tetapi terlepas dari itu, matematika mampu menjadi instrumen untuk
menghasilkan direkayasa dan kebijakan yang lebih kuat. Disaat yang sama,
perkembangan multidisipliner telah sampai pada titik dimana matematika tidak hanya
diaplikasikan ke dalam metode ilmu-ilmu empiris (ilmu alam dan sosial)

4
D. Sifat Kebenaran Sains Empiris Dan Kebenaran Matematika

1. Sifat Kebenaran Sains empiris

Dalam sains, bukti empiris dibutuhkan bagi sebuah hipotesis untuk dapat diterima
dalam komunitas ilmiah. Secara normalnya, validasi tersebut dicapai dengan metode
ilmiah dari komitmen hipotesis, perancangan eksperimen, penelaahan sejawat,
penelaahan lawan, produksi ulang hasil, presentasi konferensi dan publikasi jurnal.
Hal ini membutuhkan komunikasi hipotesis yang teliti (biasanya diekspresikan dalam
matematika), kontrol dan batasan percobaan (diekspresikan dengan peralatan
eksperimen yang standar), dan sebuah pemahaman bersama dari pengukuran.
Kebenaran merupakan sifat dari pengetahuan, untuk membahas adanya berbagai
kebenaran, kita perlu mengetahui adanya berbagai macam pengetahuan. Kebenaran
sains empiris harus dibuktikan dengan sifat yang ada dalam obyek empiris (yang
didasarkan pengamatan inderawi) yang menjadi sumber atau asal pengetahuan
tersebut.

2. Sifat Kebenaran Matematika

Semua kebenaran matematis bersifat relatif, kondisional (Steinmetz, 1923).


Relatif adalah sesuatu yang tidak mutlak atau nisbi. Kondisional adalah
pengambilan keputusan ataupun eksekusi berdasarkan syarat-syarat yang
diajukan.
Penjelasan kebenaran secara sistematis merupakan elemen dari matematika itu
sendiri. Semua kebenaran matematika dapat dibuktikan dari aksioma dan aturan
melalui penarikan kesimpulan secara logika semata. Namun, kebenaran-kebenaran
aksioma tersebut memerlukan eksplorasi tanpa menyatakan benar atau salah, ini
dapat mengarah pada kekeliruan karena tidak semua kebenaran matematika dapat
dinyatakan sebagai pernyataan implikasi. Struktur logis merupakan elemen
matematika, sebagai pradigma untuk mendirikan benaran dan kepastian.
Penjelasan kebenaran secara sistematis merupakan elemen dari matematika itu
sendiri. Bukti deduktif tidak cukup untuk mendemonstrasikan kebenaran
matematika.

5
3.   
  
 
     

4. 
 
 
 
 

  
5.  
 
 
 
6
 

 
6. 
  
 
 

   
 
7. 





7
8. self-evident 

 !" 
# 

9. 
 

  
 

10. 



self-
8
11. evident  
  
 

Pertama 

12.  

  
 
 
 

13. 


9



14. 
se
lf-evident"Kedua,


15.  
 
 

  
 


10
16. 

$



17.  
 
 
  
 
 

18. 
  
  
11
 self-
evidence.
19. Ketiga, 
 
 
  
 

20.  
 Fermat,
 

  

21.  
 
12
 
 

$

22. 





23. 


 

13
self-evident. %
 
24.  
 
 
 self-evident
 

25.  
$
 
 
 

 

14
26.  
$
  



$

27. 

 





15
28.  
 
 
 self-
evident 
 
29. 
&




30. 



16


31.  
 
 
 
' 
 

32. 

a. Kebenaran Postulat Peano
Dalam Interpretasi Biasa Kita menuliskan lagi postulat peano dibawah ini untuk
memudahkan mengacu:
P1. 0 adalah suatu bilangan
P2. Pengikut sembarang bilangan adalah bilangan
P3. Tidak ada dua bilangan yang menjadi pebgikut yang sama
P4. 0 bukanlah pengukut bilangan apaun
P5. Jika P adalah suatu sifat sehingga (a) 0 bersifat P, dan (b) apabila suatu suatu
bilangan n bersifat P, maka pengikut n juga bersifat P, maka setiap bilangan
bersifat P.
Dapat ditunjukan bahwa postulat-postulat peano semuanya berubah menjadi
proposisiproposisi yang benar jika perimitif-primitif menyukai dengan definisi-
17
definisi yang menyatakan itu. 
Jadi, P1 (0 adalah suatu bilangan) adalah benar karena himpunan semua blangan –
yakni, bilangan alam – didefinisikan sebagai terdiri atas 0 beserta pengikut-
pengikutnya. Kebenaran P2. (Pengikut sembarang bilangan adalah bilangan)
mengikuti definisi yang sama. P5, prinsip induksi matematika benar pula. P4. 0
(buknlah pengukut bilangan apaun) kebenarannya dapat dilihat. Bukti P3. (Tidak
ada dua bilangan yang menjadi pebgikut yang sama) menyajikan essulit
tertentu. ini dapat diatasi dengan mengintroduksi “aksioma infinitif” yang
menyatakan, kebenaran objek tak hingga (tak terbatas), sehingga membuat
kebenaran P3 yang ditunjukan. 

b. Semua teori matematika dapat dideduksi


Dengan melalui prinsip logika (termasuk aksioma pilihan dan aksioma
infinitas). Dalam arti ini dapat dikatakan bahwa proposisi-proposisi sistem
matematika, seperti batasan dalam definisi, adalah benar-benar definisi konsep
matematika yang terlibat, atau bahwa proposisi secara eksplisit menyatakan ciri-
ciri tertentu tempat kita memberikan konsep konsep matematika dengan
definisi. Dengan demikian, proposisi matematika telah memilikikepastian yang
tidak dapat dipermasalahkan yang merupakan ciri khasnya. Proposisi-proposisi
matematika adalah kosong dari konten faktual; mereka tidak membawa informasi
apapun atas materi subjek empiris.

c. Kegunaan Atas Materi Objek Empiris


Hasil matematika ini tidak cocok dengan hasil yang menyatakan bahwa semua
matematika telah membuktikan keunggulannya untuk diterapkan pada materi
subjek. Sebenarnya sebagian besar pengetahuan ilmiah masa kini telah diperoleh
melalui kesadaran kesadaran terus-menerus atas penerapan proposisi-proposisi
matematika. Fungsi matematika sama sekali bukan untuk prediksi, melainkan
fungsi analisisis atau eksplikatif. Penalaran matematis telah membuka bhawa
premis-premis berisi tersembunyi didalamnya, seperti suatu kasus asersi yang
belum terungkap. Penalaran matematis dan juga logis adalah suatu teknik
konseptual dalam membuatnya menjadi eksplisit dari apa yang semula tersirat
yang termuat dalam seperangkat premis konklusi-konklusi yang diberikan oleh
teknik ini tidak mengasersikan apa yang secara teoritis baru dalam tidak termuat
18
didalam isi premis-premis. Analisis yang serupa dapat dilakukan dalam semua
kasus penerapan matematika, termasuk yang melibatkan, umpamanya,
kalkulus. Dan sebenarnya dalam kasus kegagalan prediksi yang terjadi akan
dipandang sebagai indikasi sebagai ketidakbenaran faktual paling sedikit didalam
premis-premis yang terlibat, tetapi tidak akan pernah mengindikasi bahwa prinsip-
prinsip matematis yang terlibat tidak bermanfaat. Jadi dalam membangun ilmu
pengatahuan empiris, matematika dan logika mempuyai fungsi, demikian
dikatakan, sebagai bumbu ekstrak teoritis. Teknik-teknik teori matematis dan
logistik dapat menghasilkan tidak lebih dari bumbu informasi faktual dan bukan
termuat dalam asumsi-asumsi yang diterapkan. Akan tetapi mungkin dan
matematika logika dapat menghasilkan lebih banyak bumbu daripada apa yang
dipilih sebagai tambahan atas pemikiran yang asumsi asumsi kasar untuk di
atas. Ada baiknya kita perhatikan secara singkat disiplin matematis yang sejalan
dengan matemika dan logika. Masing-masing disiplin ilmu ini dapat
dikembangkan sebagai sistem deduktif murni atas dasar seperangkat postulat yang
sesuai. Dalam kasus aritmatika terbukti kemungkinan satu langkah lebih maju,
yakni mendefinisikan makna biasa dari primitif-primitif dalam istilah konsep-
konsep logika murni dan menunjukan bahwa postulat-postulat aritmatika dalah
benar tanpa syarat menurut definisi definisi.
Analisis, yang membawakan koleksi yang diberikan tetapi tidak menambah
apapun isinya. Selain itu tidak ada kaitannya dengan pengetahuan tentang konten
dalam materi empiris kita, matematika sama sekali tidak dapat dikesampingkan
sebagai suatu instrumen untuk validasi dan bahkan untuk ungkapan bahasa
pengetahuan-pengetahuan. Maka garis besar pada analisis pada bagian ini
menunujukan situs matematika sebagai konseptual raksasa dan cerdik tanpa
konten empiris dan bahkan sangat perlu. Dan merupakan instrumen teoritis yang
sangat kuat bagi pemahaman ilmiah dan penguasaan dunia tempat kita
berpengalaman.

E. Kebenaran A priori Dan A Posteriori

"A priori" dan "A posteriori" dialihkan ke sini. Untuk kegunaan lain, lihat A
priori (disambiguasi) dan A posteriori (disambiguasi). Apriori dan a posteriori
(masing-masing 'dari yang' dan 'dari yang belakangan sebelumnya') adalah frasa Latin

19
yang digunakan dalam filsafat untuk membedakan jenis pengetahuan, pembenaran,
atau argumendengan mengandalkan bukti atau pengalaman empiris. Pengetahuan
apriori adalah pengetahuan yang tidak bergantung pada pengalaman. Contohnya
termasuk matematika, [i] tautologi, dan deduksi dari alasan murni. [ii] Pengetahuan
posteriori adalah pengetahuan yang bersandar pada bukti empiris. Contohnya
mencakup sebagian besar bidangilmu pengetahuan dan aspek pengetahuan pribadi.
Istilah tersebut berasal dari metode analitik organon Aristoteles: analitik sebelumnya
yang tercakup dalam logika deduktif dari definisi dan prinsip pertama, dan analitik
posterior yang mencakup logika induktif dari pengamatan.
Kedua istilah muncul dalam Euclid 'S Elemen tapi dipopulerkan
oleh Immanuel Kant 'S Critique of Pure Reason, salah satu karya paling berpengaruh
dalam sejarah filsafat. [1] Kedua istilah terutama digunakan sebagai pengubah ke kata
benda "pengetahuan" (yaitu " apriori pengetahuan"). Sebuah apriori juga dapat
digunakan untuk memodifikasi nomina lain seperti 'kebenaran'". Filsuf juga dapat
menggunakan apriori ekonomi, apriorist, dan aprioritas sebagai kata yang mengacu
pada kualitas menjadi apriori.

F. Hubungan Term Positif Aksioma, Definisi, Dan Teorema

1. Aksioma
Adalah sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa kita menerima sebagai suatu
kebenaran dan bersifat umum, tanpa perlu adanya pembuktian dari k ita. Bisa juga
dikatakan adalah ketentuan yang pasti atau mutlak kebenarannya. Untuk Aksioma
misalnya seperti "Garis adalah himpunan titik-titik yang memuat paling sedikit
dua titik", dan "Dua titik yang berlainan termuat dalam tepat satu garis".
2. Definisi
Merupakan sebuah pernyataan yang dibuat dengan menggunakan konsep yang tak
terdefinisi atau konsep yang telah terdefinisi sebelumnya. Konsep yang tak
terdefinisi didalam geometri misalnya adalah titik, garis, bidang dan ruang.
Sedangkan Definisi misalnya adalah definisi Sinar. Di dalam geometri kita
mengenal sinar, dan definisi sinar adalah himpunan titik-titik yang merupakan
gabungan suatu titik tetap dan titik yang sepihak terhadap titik tetap itu.
3. Teorema

20
Merupakan suatu pernyataan yang masih memerlukan pembuktian dan
pernyataannya dapat ditunjukkan nilai kebenarannya atau benar-benar layak.
Misalnya adalah "Jika dua sudut masing-masing sudut siku-siku maka kedua
sudut itu konkruen", dan "Jika dua sudut masing-masing besuplemen dengan
suatu sudut (yang sama) maka mereka konkruen".
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan ketiganya
terletak pada kegunaan dari masing-masing term. yang dimana Aksioma, Definisi, dan
Teorama merupakan suatu pernyataan matematika yang digunakan untuk
membuktikan suatu kebenaran dalam matematika.

G. Aksioma Peano

1. Aksioma Peano Pertama

Gambar 1 – Rantai tak terbatas peano

Nol adalah bilangan asli.


Tentang sesederhana itu, bukan? Aksioma pertama ini hanya berfungsi untuk
menentukan titik awal rantai tak hingga, dan titik awal ini adalah nol.

2. Aksioma Peano Ke-dua


Aksioma kedua mendefinisikan panah dari rantai tak hingga.

Setiap bilangan asli memiliki tepat satu penerus yang juga merupakan bilangan
asli.
Sekali lagi, sangat sederhana dan mudah dimengerti. Kita entah bagaimana perlu
melakukan perjalanan di sepanjang rantai tak terbatas dan aksioma ini memungkinkan
kita melakukan hal itu. Setiap kali kita memiliki bilangan asli, dan aksioma pertama
secara eksplisit memberi kita bilangan nol, kita juga memiliki penerus yang lagi-lagi
adalah bilangan asli. Nomor ini kemudian memiliki penerusnya sendiri dan
seterusnya. Kami dapat terus memainkan game ini untuk selama-lamanya dan jika

21
kami memainkannya cukup lama, kami dapat mencapai nomor alami pilihan kami.

3. Aksioma Peano Ke-tiga


Sejauh ini kita memiliki titik awal dan cara berjalan di sepanjang rantai yang tak
terbatas untuk selama-lamanya. Bukankah itu struktur yang ingin didefinisikan oleh
Peano? Bukankah kita seharusnya sudah selesai sekarang? Nah, dua aksioma pertama
memang menggambarkan apa yang dicari Peano. Masalahnya adalah masih ada
beberapa struktur lain di sekitarnya yang juga memenuhi dua aksioma pertama, dan
ini masih perlu dikesampingkan. Mari kita lihat struktur yang ingin kita singkirkan.
Ini adalah struktur melingkar, dan ini pasti bukan yang kita inginkan. Namun, kedua
aksioma yang disebutkan sebelumnya terpenuhi. Ini berisi angka nol sebagai tuntutan
aksioma pertama. Selain itu, setiap nomor memiliki tepat satu penerus. Dalam contoh
di atas, penerus lima kebetulan nol, dan karena itu kita akan berputar-putar selamanya.
Tidak persis seperti yang kita cari. Jadi inilah aksioma ketiga yang akan menangani
masalah ini.

Gambar 2 - Aksioma Peano ke-tiga

Nol bukanlah penerus bilangan asli apa pun.


Ini segera menyelesaikan masalah. Dalam contoh kita, penerus lima adalah nol, dan
aksioma ketiga dengan jelas menyatakan bahwa ini tidak diperbolehkan. Ini secara
efektif menghilangkan semua struktur melingkar semacam itu.

4. Aksioma Peano Ke-empat


Mari kita lihat struktur lain yang tidak terlalu kita pedulikan. Ketiga aksioma yang
disebutkan sebelumnya dipenuhi oleh struktur di atas. Ada nol aksioma pertama,
setiap bilangan memiliki penerusnya, dan nol bukanlah penerus bilangan apa pun.

22
Gambar 3 - Aksioma Peano Ke-empat
Namun, ini jelas tidak terlihat seperti rantai tak terbatas yang ingin kita definisikan.
Akhirnya, kami sekali lagi terjebak berputar-putar. Jadi apa sebenarnya masalah yang
perlu kita selesaikan? Nah, ternyata angka dua dan lima sama-sama memiliki penerus
yang sama yaitu tiga. Jadi apa yang dilakukan aksioma keempat adalah
menghilangkan kemungkinan ini.

Jika dua bilangan asli memiliki penerus yang sama, maka kedua bilangan asli
tersebut adalah sama.
Ini menghilangkan struktur di atas dan semua yang serupa. Dalam contoh kita, angka
dua dan lima memiliki penerus yang sama, tetapi keduanya adalah angka yang
berbeda. Ini melanggar aksioma keempat.

5. Aksioma Peano Ke-lima


Sekarang, tampaknya satu-satunya struktur tersisa yang masih memenuhi keempat
aksioma adalah yang sebenarnya kita inginkan yang merupakan rangkaian bilangan
tak hingga. Kita benar-benar harus selesai, bukan? Hampir saja. Hanya ada satu
aksioma yang tersisa dan kami membutuhkannya untuk mengesampingkan satu lagi
kasus yang tidak terlalu jelas. Mari kita lihat kasus terakhir ini.
Betapa konyolnya contoh ini, empat aksioma pertama memungkinkan adanya struktur
seperti itu. Kami memiliki rantai bilangan asli yang tak terbatas, dan di bawahnya ada
struktur melingkar yang sangat kecil namun tampak gila. Apakah Anda percaya atau
tidak, tanpa aksioma kelima, apel dan jeruk mungkin juga merupakan bilangan asli!
Mari kita konfirmasikan ini dengan memeriksa apakah memang keempat aksioma
terpenuhi.
- Ada nol, seperti tuntutan aksioma pertama.
- Setiap angka memiliki tepat satu penerus, jadi tidak ada masalah dengan aksioma
kedua.
- Seperti yang dinyatakan dalam aksioma ketiga, nol bukanlah penerus bilangan asli
apa pun.

23
- Bahkan aksioma keempat tidak dilanggar. Secara khusus, penerus apel adalah
jeruk dan sebaliknya.

Gambar 4 - Aksioma Peano ke-lima

Bilangan yang dapat dicapai dari titik awal, yaitu nol, dengan berjalan di
sepanjang rantai tak hingga adalah satu-satunya bilangan asli yang ada.
Masalah terakhir diurus! Dalam contoh di atas, apel dan jeruk tidak dapat dijangkau
dengan berjalan di sepanjang rantai yang tak terbatas dan oleh karena itu keduanya
tidak dapat menjadi bilangan asli.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian dan analisis yang telah dilakukan pada makalah ini maka
dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Kebenaran matematika dimulai dengan aksioma dan teori matematika yang
diturunkan secara logis dengan logika maka matematika disebut kebenaran
kondisional. Kebenaran perangkat aksioma matematika bukan kebenaran yang
terbukti dengan sendirinya bukan pula sains yang lebih umum tetapi apriori,

24
benar-benar empiris untuk selamanya.
2. Matematika adalah metode berpikir yang logis. Berdasarkan perkembangannya,
masalah yang dihadapi logika makin lama semakin rumit dan membutuhkan
struktur analisis yang lebih sempurna. Dalam perspektif inilah, logika berkembang
menjadi matematika. “Matematika merupakan masa kedewasaan logika,
sedangkan logika adalah masa kecil dari matematika”.
3. Penerapan matematika, dan khususnya beberapa cabang matematika seperti
statistika, dalam ilmu empiris sama dominan. tidak hanya dalam ilmu-ilmu
alamseperti fisika, biologi, astronomi, dan kimia, juga dalam ilmu-ilmu sosial
seperti sosiologisdan ekonomi. dalam perumusan direkayasasosial dan kebijakan
umum, matematika-pun berperan penting dalam menyajikan data dan analisis
terhadapnya bagi pembuat kebijakan. Matematika mampu menjadi instrumen
untuk menghasilkan direkayasa dan kebijakan yang lebih kuat.
4.
a) Dalam sains, bukti empiris dibutuhkan bagi sebuah hipotesis untuk dapat
diterima dalam komunitas ilmiah. Secara normalnya, validasi tersebut dicapai
dengan metode ilmiah dari komitmen hipotesis, perancangan eksperimen,
penelaahan sejawat, penelaahan lawan, produksi ulang hasil, presentasi
konferensi dan publikasi jurnal. Kebenaran sains empiris harus dibuktikan
dengan sifat yang ada dalam obyek empiris (yang didasarkan pengamatan
inderawi) yang menjadi sumber atau asal pengetahuan tersebut.
b) Semua kebenaran matematis bersifat relatif, kondisional (Steinmetz, 1923).
Relatif adalah sesuatu yang tidak mutlak atau nisbi. Kondisional adalah
pengambilan keputusan ataupun eksekusi berdasarkan syarat-syarat yang
diajukan.
5. A priori dan a posteriori adalah frasa Latin yang digunakan dalam filsafat untuk
membedakan jenis pengetahuan, pembenaran, atau argument dengan
mengandalkan bukti atau pengalaman empiris.
6. - Aksioma, sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa kita menerima sebagai
suatu kebenaran dan bersifat umum, tanpa perlu adanya pembuktian.
- Definisi, sebuah pernyataan yang dibuat dengan menggunakan konsep yang
tak terdefinisi atau konsep yang telah terdefinisi sebelumnya.
- Teorama, suatu pernyataan yang masih memerlukan pembuktian dan

25
pernyataannya dapat ditunjukkan nilai kebenarannya atau benar-benar layak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan ketiganya terletak pada kegunaan
dari masing-masing term. yang dimana Aksioma, Definisi, dan Teorama
merupakan suatu pernyataan matematika yang digunakan untuk membuktikan
suatu kebenaran dalam matematika
7. Aksioma Peano dimaksudkan untuk memberikan dasar yang kuat untuk bilangan
asli (0, 1, 2, 3, …) yang digunakan dalam aritmatika, teori bilangan, dan teori set.
Secara khusus, Aksioma peano memungkinkan himpunan tak hingga dihasilkan
oleh himpunan simbol dan aturan yang terbatas. Terdapat 5 (lima) Aksioma Peano
yaitu,
a. Nol adalah bilangan asli
b. Setiap bilangan asli memiliki tepat satu penerus yang juga merupakan
bilangan asli
c. Nol bukanlah penerus bilangan asli apa pun.
d. Jika dua bilangan asli memiliki penerus yang sama, maka kedua bilangan asli
tersebut adalah sama.
e. Bilangan yang dapat dicapai dari titik awal, yaitu nol, dengan berjalan di
sepanjang rantai tak hingga adalah satu-satunya bilangan asli yang ada.
B. Saran

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya dalam makalah penulisan ini masih terdapat
banyak kekurangan, untuk itu penulis berharap pembaca dapat menyempurnakan
makalah ini. Penulis juga menyarankan para pembaca untuk memiliki sumber lain
selain dari makalah ini, dengan menambah sumber yang dapat dicapai tentunya dapat
lebih membuat pembaca memahami bahasan dan juga membuat makalah ini lebih
bermanfaat.

26
DAFTAR PUSTAKA

Wahyudin. (2019). Hakikat Dan Sejarah Matematika, 2, 1-10

Emild, Herva. (2016). Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran Ilmiah. Diakses pada 25 September
2021, dari https://mti.raharja.ac.id/2016/11/10/ilmu-pengetahuan-dan-kebenaran-
ilmiah/

Russel B (1993) Introduction to mathematical philosopy, London

27
UT. Modul 1 Hakikat dan sejarah matematika,

28

Anda mungkin juga menyukai