Disusun Oleh :
JIHAN FADILLA
(216410766)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Matematika Sebagai Warisan
Budaya” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah dan Filsafat Matematika. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang matematika sebagai warisan budaya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Lilis Marina Angraini, M. Pd selaku Dosen
Pengampu mata kuliah Sejarah dan Filsafat Matematika yang telah memberikan tugas ini sehinga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang ditekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyususn
Jihan Fadilla
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak zaman purbakala, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan matematika
sangat diperlukan dan telah menyatu dalam kehidupan manusia dan merupakan kebutuhan
dasar dari setiap lapisan masyarakat, dalam pergaulan hidup sehari-hari. Mereka
membutuhkan matematika untuk perhitungan sederhana. Untuk keperluan tersebut
diperlukan bilangan-bilangan. Keperluan bilangan mula-mula sederhana tetapi makin lama
makin meningkat, sehingga manusia perlu mengembangkan sistem bilangan. Sistem
bilangan pun berkembang selama berabad-abad dari masa ke masa hingga saat ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah di dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Menjelaskan Pengertian matematika dan warisan budaya
2. Menjelaskan tentang Matematika Empiris ( Abad ke-6 SM -1850 )
3. Menjelaskan apa itu Matematika Kontemporer ( 1850 – Sekarang )
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini sebagai
berikut:
1. Untuk dapat mengetahui Pengertian matematika dan warisan budaya
2. Untuk dapat Menjelaskan tentang Matematika Empiris ( Abad ke-6 SM -1850 )
3. Untuk dapat mengetahui apa itu Matematika Kontemporer ( 1850 – Sekarang )
1
BAB 2
PEMBAHASAN
Matematika selalu berkembang, misalnya di Cina pada tahun 300 SM, di India pada
tahun 100 M, dan di Arab pada tahun 800 M, hingga zaman Renaisans, ketika temuan baru
matematika berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru yang mengarah pada peningkatan
yang cepat di dalam laju penemuan matematika yang berlanjut hingga kini.
Secara khusus. Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema
yang berarti belajar atau hal yang dupelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut
wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama
matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan
diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep
atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.
Menurut etimologi Kata "matematika" berasal dari bahasa Yunani Kuno μάθημα
(máthēma), yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu yang ruang lingkupnya
menyempit, dan arti teknisnya menjadi "pengkajian matematika",
Bentuk jamak sering dipakai di dalam bahasa Inggris, seperti juga di dalam bahasa
Perancis les mathématiques (dan jarang digunakan sebagai turunan bentuk tunggal la
mathématique), merujuk pada bentuk jamak bahasa Latin yang cenderung
netral mathematica(Cicero), berdasarkan bentuk jamak bahasa Yunani τα μαθηματικά (ta
mathēmatiká), yang dipakai Aristoteles, yang terjemahan kasarnya berarti "segala hal yang
matematis". Tetapi, di dalam bahasa Inggris, kata benda mathematics mengambil bentuk
2
tunggal bila dipakai sebagai kata kerja. Di dalam ragam percakapan, matematika kerap kali
disingkat sebagai math di Amerika Utara dan maths di tempat lain.
Empirisme secara etimologis berasal dara kata Yunani έμπειρία (empeiria) dan dari
kata experietie yang berarti “berpengalaman dalam”, “berkenalan dalam”, “berkenalan
dengan”, “terampil untuk”. Sementara menurut Lacey, Empirisme adalah aliran dalam
filsafat yang berpandangan bahwa pengetahuan secara keseluruhan atau parsial didasarkan
kepada pengalaman yang menggunakan indera.
Berdasarkan Honer dan Hunt (2003) aliran ini tidak mungkin untuk mencari
pengetahuan mutlak dan mencakup semua segi, apabila di dekat kiata terdapat kekuatan
yang dapat dikuasai untuk meningkatkan pengetahuan manusia, yang meskipun bersifat
lebih lambat namun lebih dapat diandalkan. Kaum empiris cukup puas dengan
mengembangkan
Sebuah sistem pengetahuan yang mempunyai peluang besar untuk benar, meskipun
kepastian mutlak tidak akan pernah dapat dijamin. Kaum empiris memegang teguh
pendapat bahwa pengetahuan manusia dapat diperoleh lewat pengalaman. Jika kita sedang
berusaha untuk menyakinkan seorang empiris bahwa sesuatu itu ada, dia akan berkata
“tunjukan hal itu kepada saya”. Dalam persoalan mengenai fakta maka dia harus
diyakinkan oleh pengalamannya sendiri. Tokoh yang dianggap sebagai benih dari
3
empirisme adalah Aristoteles, seperti juga pada rasionalisme, maka pada empirisme pun
terdapat banyak tokoh pendukungnya yang tidak kalah populernya. Tokoh filsuf empirisme
diantaranya adalah Thomas Hobbes (1588 – 1679), John Locke (1632 – 1704), George
Berkeley (1665 – 1753), dan David Hume (1711 – 1716).
1) 1000 SM – 600 SM
Babilonia
Tulisan dan angka bangsa Babilonia sering juga disebut sabagai tulisan
paku karena bentuknya seperti paku.Orang Babilonia menulisakan huruf paku
menggunakan tongkat yang berbentuk segitiga yang memanjang (prisma segitiga)
dengan cara menekannya pada lempeng tanah liat yang masih basah sehingga
menghasilkan cekungan segitiga yang meruncing menyerupai gambar paku.
4
Babilonia menggunakan satu untuk mewakili satu, dua untuk mewakili dua,
tiga untuk tiga, dan seterusnya, sampai sembilan. Namun, mereka cenderung untuk
mengatur simbol-simbol ke dalam tumpukan rapi. Setelah mereka sampai
kesepuluh, ada terlalu banyak simbol, sehingga mereka berpaling untuk membuat
simbol yang berbeda. Sebelas itu sepuluh dan satu, dua belas itu sepuluh dan dua,
dua puluh itu sepuluh dan sepuluh. Untuk simbol enam puluh tampaknya persis
sama dengan yang satu. Enam puluh satu adalah enam puluh dan satu, yang
karenanya terlihat seperti satu dan satu, dan seterusnya.
5
menghadapi keadaan alam yang dapat menimbulkan konflik diantara mereka,
misalnya bagaimana menentukan batas wilayah, ladang atau sawah dipinggir
sungai Nil himpunanelah banjir bandang terjadi yang mengakibatkan tanah mereka
tertimbun lumpur hingga beberapa meter. Dari salah satu kasus inilah kemudian
muncul gagasan atau ide tentang luas daerah, batas-batas dan bentuk-bentuknya.
Maka pada jaman Mesir Kuno, Geometri telah tumbuh pesat sebagai cabang
Matematika.
Mesir Kuno
6
Sumeria
2) 600 SM - 300 SM
Yunani
Matematika Yunani diyakini dimulakan oleh Thales dari Miletus (kira-kira 624
sampai 546 SM) dan Pythagoras dari Samos (kira-kira 582 sampai 507 SM). Meskipun
perluasan pengaruh mereka dipersengketakan, mereka mungkin diilhami
oleh Matematika Mesir dan Babilonia. Menurut legenda, Pythagoras bersafari ke Mesir
untuk mempelajari matematika, geometri, dan astronomi dari pendeta Mesir.
7
pertama yang menggunakan penalaran deduktif untuk diterapkan pada geometri,
dengan menurunkan empat akibat wajar dariteorema Thales. Hasilnya, dia dianggap
sebagai matematikawan sejati pertama dan pribadi pertama yang menghasilkan temuan
matematika. Pythagoras mendirikan Mazhab Pythagoras, yang mendakwakan bahwa
matematikalah yang menguasai semesta dan semboyannya adalah "semua adalah
bilangan". Mazhab Pythagoraslah yang menggulirkan istilah "matematika", dan
merekalah yang memulakan pengkajian matematika. Mazhab Pythagoras dihargai
sebagai penemu bukti pertama teorema Pythagoras, meskipun diketahui bahwa teorema
itu memiliki sejarah yang panjang, bahkan dengan bukti keujudan bilangan irasional.
8
Thales dari Miletus Pythagoras dari Samos
3) 300 – 1200 SM
Stagnan
4) 1200 – 1800 SM
Eropa
Budaya yang paling menonjol dapat dikatakan sebagai ciri khas budaya suatu
bangsa. Ciri khas bangsa Yunani kuno adalah ide-ide idealnya, bangsa Romawi dengan
budaya politik, militer dan suka menaklukkan bangsa lain. Bangsa Mesir kuno dengan seni
keindahan dan juga mistik. Tahun 600 - 1200 ciri khas budaya bangsa Eropa adalah
teologis. Tahun 1200 - 1800 budaya bangsa Eropa mulai eksplorasi alam sebelum revolusi
9
industri. Abad ke-19, dan 20 penciptaan mesin-mesin otomatis berbarengan dengan
kemajuan dalam bidang sains dan matematika.
Bangsa Eropa sendiri baru belakangan tertarik pada matematika. Selama 1000
tahun matematika berkembang di Asia kecil (Yunan, Arab). Tahun 400 - 120
perkembangan matematika dapat dikatakan berhenti, hanya beberapa gelintir orang
mengembangkan secara individual (tanpa ada komunikasi satu sama lain), di antara mereka
adalah Boethius, Alcuino, dan Gerberet, dan yang paling akhir Leonardo Fibonacci.
Pada abad ke-18 muncul salah seorang filsuf, yaitu Immanuel Kant yang
termotivasi oleh perselisihan empirisme yang mengungkapkan bahwa kebenaran-
kebenaran dari geometri, aritmatika, dan aljabar bersifat ‘sintetik a priori’, yang
berdasarkan pada ‘intuisi’. Pada jaman Yunani. Filsafat pada matematika sangat
dipengaruhi oleh studi mereka yaitu geometri. Sedangkan pada abad 20, filsafat
10
matematika menyangkut hubungan antara logika dan matematika dan ditandai dengan
minat yang dominan dalam logika formal, teori himpunan, dan isu-isu mendasar.
11
Berdasarkan paham empirisme kontribusi terhadap perkembangan matematika
antara lain dalam hal pembuktian-pembuktian suatu teorema, yaitu dengan
menggunakan akal (rasio) dan pengalaman indera (empirisis) untuk merangsang
ingatan dan membawa kesadaran terhadap pengetahuan yang selama ini sudah ada
dalam pikiran.
C. Matematika Kontemporer ( 1850 – Sekarang )
Aritmetika memiliki peranan ganda : sebagai alat bantu sains dan perdagangan, dan
sebagai uji komparatif landasan dasar tempat sistem matematika itu dibangun. Hogben,
Well, dan McKey dan lain-lain telah melukiskan peran aritmetika dengan indahnya.
Perkembangan kalkulasi yang paling spektakuler adalah diciptakannya “otak
elektronik”, komputer. Komputer lebih banyak memerlukan matematika daripada
aritmetika elementer. Penciptaan komputer memerlukan kolaborasi para pakar matematika,
aritmetika, dan ahli teknik pakar mesin.
Pada abad 20 perkembangan aritmetika makin abstrak dan tergeneralisasi.
Perkembangannya mengacu pada aljabar dan analisis guna lebih “mengeraskan”
aritmetika. Sebaliknya yang terakhir ini disebut “arimetisasi”.
Abstraksi dan generalisasi pada abad 20 telah diantisipasi oleh Lobachevsky
dengan munculnya geometri non-euclidnya. Selanjutnya pakar-pakar lain seperti Peacock,
Gregory, DeMorgan, memendang aljabar dan geometri sebagai “hipothetico-deductive”
dengan cara eucqlid.
Dengan kritikan tajam oleh Cantor, Dedekind, dan Weirstrass terhadap sifat-sifat
sistem bilangan (seperti faktorisasi, habis dibagi dan sebagainya) pada tahun 1875, pada
tahun 1899 Hilbert muncul dengan “metode postulatsional”. Dengan demikian, dari
pandangan ini, bilangan, titik, garis, dan sebagainya adalah abstrak murni, tidak
mempunyai kaitan dengan benda fisik. Akhirnya Peano berjaya menjelaskan bahwa sistem
bilangan 1, 2, 3, …… dapat diperluas (dalam arti dapat “menghasilkan”) sistem bilangan
bulat, rasional, real, dan kompleks hanya melalui postulat pada bilangan alam.
Matematika yang telah berkembang selama dua ribu lima ratus tahun oleh generasi
ke generasi, ternyata dapat diajarkan kepada anak-anak “hanya” dalam beberapa tahun di
sekolah. Oleh karena itu, Prof Judd (psikolog) mengatakan bahwa aritmetika adalah kreasi
manusia paling perfect (sempurna) dan alat untuk berkomunikasi sesama manusia. Dengan
12
demikian matematika perlu dijaga dan dikembangkan untuk mengantarkan manusia
menyongsong hari esok yang cerah.
13
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh
bangsa Mesopotamia yang kini bernama Iraq sejak permulaan Sumeria hingga permulaan
peradaban helenistik. Dinamai “Matematika Babilonia” karena peran utama kawasan
Babilonia sebagai tempat untuk belajar. Lebih dari 400 lempengan tanah liat ditemukan
sebagai sumber sejarah bangsa Babilonia yang digali sejak 1850-an. Lempengan-
lempengan tersebut ditulis dengan menggunakan tulisan berbentuk paku. Lempengan
tersebut diberi tulisan ketika tanah liat masih basah, dan kemudian dibakar dalam tungku
atau dijemur dibawah terik matahari bahkan beberapa diantaranya adalah karya rumahan.
Jasa orang Babilonia yang sangat penting artinya bagi kita yaitu atas hasil
penemuan tentang keliling lingkaran yang dibagi menjadi 360 bagian, keterangan ini belum
dapat dikemukakan sampai sekarang.
Perkembangan peradaban bangsa Mesir yang semakin maju mengharuskan bangsa
Mesir untuk menghitung dalam jumlah yang cukup besar untuk mengatur segala aspek
kehidupan mereka. Mulai dari sinilah bangsa Mesir menggunakan matematika sebagai
perhitungan dan mengembangkan suatu sistem bilangan. Sistem bilangan bangsa Mesir
kuno yang bersifat desimal, mengandalkan kekuatan bilangan 10. Kemudian untuk
menuliskan bilangan-bilangan tersebut, bangsa Mesir kuno menggunakan sistem penulisan
hieroglif, dengan menggunakan simbol seperti gambar setiap gambar, mewakili objek
konkret (suatu bilangan). Selain mengembangkan sistem bilangan, bangsa Mesir kuno
yang pertama kali menemukan geometri, disebabkan Negeri bangsa Mesir yang berada di
sepanjang sungai nil yang setiap tahun airnya meluap. Kemudian ditemukan dua Papyrus
yaitu Papyrus Rhind dan Papyrus Moskwa, yang mengandung perhitungan aritmatika dan
geometri.
Lalu Matematika masuk ke Eropa dipimpin oleh Italia, Eropa mulai untuk
mengeksplorasi perdagangan dengan bangsa timur. Fibonacci adalah matematikawan
terbaik yang dikenal dengan penemuannya akan beberapa angka yang disebut dengan deret
Fibonacci. Deret Fibonacci diciptakan ketika Fibonacci sedang memecahkan teka-teki
14
tentang kebiasaan kawin kelinci. Angka Fibonacci merupakan angka favorit alam. Bukan
hanya digunakan pada kelinci namun juga jumlah Kelopak pada bunga dimana selalu
bernomor Fibonacci. Dimanapun kita menemukan pertumbuhan di alam kita pasti akan
menemukan bilangan Fibonacci.
15
DAFTAR PUSTAKA
Wiriani, W. T. (2021). Sejarah Serta Perkembangan Matematika dalam Dunia Pendidikan. Jurnal
Dunia Ilmu, 1(2).
David M. Burton. (2011). The History of Mathematics: an Introduction. New York: McGrawHill
Companies, Inc., hal. 1
Dan, S.M. (2017). Sejarah Matematika dan Matematikawan Dunia.
Kartasmita, B. G., & Wahyudin. (2014). Matematika pada Awal Peradaban Manusia I. Sejarah
Dan Filsafat Matematika, 1-47
Manan, N.A. (2020). MESOPOTAMIA DAN MESIR KUNO: Awal Peradaban Dunia.
Jurnal Adabiya, 22 (1), 1.
Matematika, D. P. ( n.d ). MATEMATIKA, Hakikat dan Manfaatnya
Susilawati, W. (2017). Sejarah & Filsafat matematika
Wahyudin. (2013). Hakikat, Sejarah, dan Filsafat Matematika.
Rachman, T. (2018). Sejarah Perkembangan Matematika Eropa. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951-952., 10-27
16