Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MATEMATIKA SEBAGAI WARISAN BUDAYA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah dan Filsafat Matematika

Dosen Pengampu : Dr. Lilis Marina Angraini, M. Pd

Disusun Oleh :
JIHAN FADILLA

(216410766)

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Matematika Sebagai Warisan
Budaya” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah dan Filsafat Matematika. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang matematika sebagai warisan budaya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Lilis Marina Angraini, M. Pd selaku Dosen
Pengampu mata kuliah Sejarah dan Filsafat Matematika yang telah memberikan tugas ini sehinga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang ditekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 14 Maret 2022

Penyususn

Jihan Fadilla

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................ 1
BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................................................. 2
A. Pengertian matematika dan warisan budaya .............................................................. 2
B. Matematika Empiris ( Abad ke-6 SM -1850 ) ........................................................... 3
C. Matematika Kontemporer ( 1850 – Sekarang ) ......................................................... 12
BAB 3 PENUTUP ..................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 16

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak zaman purbakala, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan matematika
sangat diperlukan dan telah menyatu dalam kehidupan manusia dan merupakan kebutuhan
dasar dari setiap lapisan masyarakat, dalam pergaulan hidup sehari-hari. Mereka
membutuhkan matematika untuk perhitungan sederhana. Untuk keperluan tersebut
diperlukan bilangan-bilangan. Keperluan bilangan mula-mula sederhana tetapi makin lama
makin meningkat, sehingga manusia perlu mengembangkan sistem bilangan. Sistem
bilangan pun berkembang selama berabad-abad dari masa ke masa hingga saat ini.

Adanya bilangan membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan, mulai


dari perhitungan yang sederhana sampai perhitungan yang rumit. Masing-masing bangsa
memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol yang
ditemukan oleh orang-orang pada zamannya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah di dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Menjelaskan Pengertian matematika dan warisan budaya
2. Menjelaskan tentang Matematika Empiris ( Abad ke-6 SM -1850 )
3. Menjelaskan apa itu Matematika Kontemporer ( 1850 – Sekarang )

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini sebagai
berikut:
1. Untuk dapat mengetahui Pengertian matematika dan warisan budaya
2. Untuk dapat Menjelaskan tentang Matematika Empiris ( Abad ke-6 SM -1850 )
3. Untuk dapat mengetahui apa itu Matematika Kontemporer ( 1850 – Sekarang )

1
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Matematika Dan Warisan Budaya


Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) adalah studi besaran,
struktur, ruang, dan perubahan. Melalui penggunaan penalaran logika dan abstraksi,
matematika berkembang dari pencacahan, perhitungan, pengukuran, dan pengkajian
sistematis terhadap bangun dan pergerakan benda-benda fisika. Matematika praktis telah
menjadi kegiatan manusia sejak adanya rekaman tertulis. Argumentasi kaku pertama
muncul di dalam Matematika Yunani, terutama di dalam karya Euklides, Elemen.

Matematika selalu berkembang, misalnya di Cina pada tahun 300 SM, di India pada
tahun 100 M, dan di Arab pada tahun 800 M, hingga zaman Renaisans, ketika temuan baru
matematika berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru yang mengarah pada peningkatan
yang cepat di dalam laju penemuan matematika yang berlanjut hingga kini.

Secara khusus. Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema
yang berarti belajar atau hal yang dupelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut
wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama
matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan
diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep
atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.

Menurut etimologi Kata "matematika" berasal dari bahasa Yunani Kuno μάθημα
(máthēma), yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu yang ruang lingkupnya
menyempit, dan arti teknisnya menjadi "pengkajian matematika",

Bentuk jamak sering dipakai di dalam bahasa Inggris, seperti juga di dalam bahasa
Perancis les mathématiques (dan jarang digunakan sebagai turunan bentuk tunggal la
mathématique), merujuk pada bentuk jamak bahasa Latin yang cenderung
netral mathematica(Cicero), berdasarkan bentuk jamak bahasa Yunani τα μαθηματικά (ta
mathēmatiká), yang dipakai Aristoteles, yang terjemahan kasarnya berarti "segala hal yang
matematis". Tetapi, di dalam bahasa Inggris, kata benda mathematics mengambil bentuk
2
tunggal bila dipakai sebagai kata kerja. Di dalam ragam percakapan, matematika kerap kali
disingkat sebagai math di Amerika Utara dan maths di tempat lain.

Warisan budaya (culture heritage) merupakan bagian dari keberagaman dan


kekhasan yang dimiliki oleh setiap suku bangsa. Warisan budaya dapat pula ditafsirkan
sebagai bagian inti dari jati diri suatu bangsa. Dengan kata lain, martabat suatu bangsa
ditentukan oleh kebudayaannya yang mencakup unsur-unsur yang ada di dalamnya.
Warisn budaya adalah kekayaan yang harus kita pelihara dan kita kembangkan.

B. Matematika Empiris ( Abad ke-6 SM -1850 )

Empirisme secara etimologis berasal dara kata Yunani έμπειρία (empeiria) dan dari
kata experietie yang berarti “berpengalaman dalam”, “berkenalan dalam”, “berkenalan
dengan”, “terampil untuk”. Sementara menurut Lacey, Empirisme adalah aliran dalam
filsafat yang berpandangan bahwa pengetahuan secara keseluruhan atau parsial didasarkan
kepada pengalaman yang menggunakan indera.

Selanjutnya secara terminologis terdapat beberapa definisi mengenai empirisme,


diantaranya: doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman.
Pandangan bahwa semua ide merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan
apa yang dialami, pengalamn inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan
bukan akal.

Berdasarkan Honer dan Hunt (2003) aliran ini tidak mungkin untuk mencari
pengetahuan mutlak dan mencakup semua segi, apabila di dekat kiata terdapat kekuatan
yang dapat dikuasai untuk meningkatkan pengetahuan manusia, yang meskipun bersifat
lebih lambat namun lebih dapat diandalkan. Kaum empiris cukup puas dengan
mengembangkan

Sebuah sistem pengetahuan yang mempunyai peluang besar untuk benar, meskipun
kepastian mutlak tidak akan pernah dapat dijamin. Kaum empiris memegang teguh
pendapat bahwa pengetahuan manusia dapat diperoleh lewat pengalaman. Jika kita sedang
berusaha untuk menyakinkan seorang empiris bahwa sesuatu itu ada, dia akan berkata
“tunjukan hal itu kepada saya”. Dalam persoalan mengenai fakta maka dia harus
diyakinkan oleh pengalamannya sendiri. Tokoh yang dianggap sebagai benih dari

3
empirisme adalah Aristoteles, seperti juga pada rasionalisme, maka pada empirisme pun
terdapat banyak tokoh pendukungnya yang tidak kalah populernya. Tokoh filsuf empirisme
diantaranya adalah Thomas Hobbes (1588 – 1679), John Locke (1632 – 1704), George
Berkeley (1665 – 1753), dan David Hume (1711 – 1716).

1) 1000 SM – 600 SM
 Babilonia

Tulisan dan angka bangsa Babilonia sering juga disebut sabagai tulisan
paku karena bentuknya seperti paku.Orang Babilonia menulisakan huruf paku
menggunakan tongkat yang berbentuk segitiga yang memanjang (prisma segitiga)
dengan cara menekannya pada lempeng tanah liat yang masih basah sehingga
menghasilkan cekungan segitiga yang meruncing menyerupai gambar paku.

4
Babilonia menggunakan satu untuk mewakili satu, dua untuk mewakili dua,
tiga untuk tiga, dan seterusnya, sampai sembilan. Namun, mereka cenderung untuk
mengatur simbol-simbol ke dalam tumpukan rapi. Setelah mereka sampai
kesepuluh, ada terlalu banyak simbol, sehingga mereka berpaling untuk membuat
simbol yang berbeda. Sebelas itu sepuluh dan satu, dua belas itu sepuluh dan dua,
dua puluh itu sepuluh dan sepuluh. Untuk simbol enam puluh tampaknya persis
sama dengan yang satu. Enam puluh satu adalah enam puluh dan satu, yang
karenanya terlihat seperti satu dan satu, dan seterusnya.

Orang-orang Babilonia telah menemukan sistem bilangan sexagesimal yang


kemudian berguna untuk melakukan perhitungan berkaitan dengan ilmu-ilmu
perbintangan. Para astronom pada jaman Babilonia telah berusaha untuk
memprediksi suatu kejadian dengan mengaitkan dengan fenomena perbintangan,
seperti gerhana bulan dan titik kritis dalam siklus planet (konjungsi, oposisi, titik
stasioner, dan visibilitas pertama dan terakhir). Mereka menemukan teknik untuk
menghitung posisi ini (dinyatakan dalam derajat lintang dan bujur, diukur relatif
terhadap jalur gerakan jelas tahunan Matahari) dengan berturut-turut menambahkan
istilah yang tepat dalam perkembangan aritmatika. Matematika di Mesir Kuno
disamping dikarenakan pengaruh dari Masopotamia dan Babilonia, tetapi juga
dipengaruhi oleh konteks Mesir yang mempunyai aliran sungai yang lebar dan
panjang yang menghidupi masyarakat Mesir dengan peradabannya. Persoalan
hubungan kemasyarakatan muncul dikarenakan kegiatan survive bangsa Mesir

5
menghadapi keadaan alam yang dapat menimbulkan konflik diantara mereka,
misalnya bagaimana menentukan batas wilayah, ladang atau sawah dipinggir
sungai Nil himpunanelah banjir bandang terjadi yang mengakibatkan tanah mereka
tertimbun lumpur hingga beberapa meter. Dari salah satu kasus inilah kemudian
muncul gagasan atau ide tentang luas daerah, batas-batas dan bentuk-bentuknya.
Maka pada jaman Mesir Kuno, Geometri telah tumbuh pesat sebagai cabang
Matematika.

 Mesir Kuno

Menurut Berggren, JL, 2004, penemuan matematika pada jaman


Mesopotamia dan Mesir Kuno, didasarkan pada banyak dokumen asli yang masih
ada ditulis oleh juru tulis. Meskipun dokumen-dokumen yang berupa artefak tidak
terlalu banyak, tetapi mereka dianggap mampu mengungkapkan matematika pada
jaman tersebut. Artefak matematika yang ditemukan menunjukkan bahwa bangsa
Mesopotamia telah memiliki banyak pengetahuan matematika yang luar biasa,
meskipun matematika mereka masih primitif dan belum disusun secara deduktif
seperti sekarang. Matematika pada jaman Mesir Kuno dapat dipelajari dari artefak
yang ditemukan yang kemudian disebut sebagai Papyrus Rhind (diedit pertama
kalinya pada 1877), telah memberikan gambaran bagaimana matematika di Mesir
kuno telah berkembang pesat. Artefak-artefak berkaitan dengan matematika yang
ditemukan berkaitan dengan daerah-daerah kerajaan seperti kerajaan Sumeria 3000
SM, Akkadia dan Babylonia rezim (2000 SM), dan kerajaan Asyur (1000 SM),
Persia (abad 6-4 SM), dan Yunani (abad ke 3 - 1 SM).

6
 Sumeria

Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang


membangun peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem
rumit metrologi sejak tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa
Sumeria menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan
dengan latihan-latihan geometri dan soal-soalpembagian. Jejak terdini sistem
bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini.

2) 600 SM - 300 SM

Yunani

Matematika Yunani merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa


Yunani antara tahun 600 SM sampai 300 M.[28] Matematikawan Yunani tinggal di kota-
kota sepanjang Mediterania bagian timur, dari Italia hingga ke Afrika Utara, tetapi
mereka dibersatukan oleh budaya dan bahasa yang sama. Matematikawan Yunani pada
periode setelah Iskandar Agung kadang-kadang disebut Matematika Helenistik.

Matematika Yunani lebih berbobot daripada matematika yang dikembangkan


oleh kebudayaan-kebudayaan pendahulunya. Semua naskah matematika pra-Yunani
yang masih terpelihara menunjukkan penggunaan penalaran induktif, yakni
pengamatan yang berulang-ulang yang digunakan untuk mendirikan aturan praktis.
Sebaliknya, matematikawan Yunani menggunakan penalaran deduktif. Bangsa Yunani
menggunakan logika untuk menurunkan simpulan dari definisi dan aksioma, dan
menggunakan kekakuan matematika untukmembuktikannya.

Matematika Yunani diyakini dimulakan oleh Thales dari Miletus (kira-kira 624
sampai 546 SM) dan Pythagoras dari Samos (kira-kira 582 sampai 507 SM). Meskipun
perluasan pengaruh mereka dipersengketakan, mereka mungkin diilhami
oleh Matematika Mesir dan Babilonia. Menurut legenda, Pythagoras bersafari ke Mesir
untuk mempelajari matematika, geometri, dan astronomi dari pendeta Mesir.

Thales menggunakan geometri untuk menyelesaikan soal-soal perhitungan


ketinggian piramida dan jarak perahu dari garis pantai. Dia dihargai sebagai orang

7
pertama yang menggunakan penalaran deduktif untuk diterapkan pada geometri,
dengan menurunkan empat akibat wajar dariteorema Thales. Hasilnya, dia dianggap
sebagai matematikawan sejati pertama dan pribadi pertama yang menghasilkan temuan
matematika. Pythagoras mendirikan Mazhab Pythagoras, yang mendakwakan bahwa
matematikalah yang menguasai semesta dan semboyannya adalah "semua adalah
bilangan". Mazhab Pythagoraslah yang menggulirkan istilah "matematika", dan
merekalah yang memulakan pengkajian matematika. Mazhab Pythagoras dihargai
sebagai penemu bukti pertama teorema Pythagoras, meskipun diketahui bahwa teorema
itu memiliki sejarah yang panjang, bahkan dengan bukti keujudan bilangan irasional.

Eudoxus (kira-kira 408 SM sampai 355 SM) mengembangkan metoda


kelelahan, sebuah rintisan dari Integral modern. Aristoteles (kira-kira 384 SM sampai
322 SM) mulai menulis hukum logika. Euklides (kira-kira 300 SM) adalah contoh
terdini dari format yang masih digunakan oleh matematika saat ini, yaitu definisi,
aksioma, teorema, dan bukti. Dia juga mengkaji kerucut. Bukunya, Elemen, dikenal di
segenap masyarakat terdidik di Barat hingga pertengahan abad ke-20. Selain teorema
geometri yang terkenal, seperti teorem Pythagoras, Elemen menyertakan bukti bahwa
akar kuadrat dari dua adalah irasional dan terdapat tak-hingga banyaknya bilangan
prima. Saringan Eratosthenes (kira-kira 230 SM) digunakan untuk menemukan
bilangan prima.

Archimedes (kira-kira 287 SM sampai 212 SM)


dari Syracuse menggunakan metoda kelelahan untuk menghitung luas di bawah
busur parabola dengan penjumlahan barisan tak hingga, dan memberikan hampiran
yang cukup akurat terhadap Pi. Dia juga mengkaji spiral yang mengharumkan
namanya, rumus-rumus volume benda putar, dan sistem rintisan untuk menyatakan
bilangan yang sangat besar.

8
Thales dari Miletus Pythagoras dari Samos

3) 300 – 1200 SM

Stagnan

Stagnan adalah keadaan dimana perkembangan matematika tidak berjalan


kedepan dan cenderung berjalan di tempat pada masa ini perkembangan matematika
setelah periode yunani tidak ada lagi pergerakan dan suatu terobosan yang luar biasa

4) 1200 – 1800 SM
Eropa

Eropa (abad pertengahan) tertarik dalam matematika didorong oleh


keprihatinan yang cukup berbeda dengan matematikawan modern. Salah satu unsur
pendorong adalah keyakinan bahwa matematika menjadi kunci untuk
memahami urutan pencipataan alam, yang sering dibenarkan oleh Plato's Timaeus dan
bagian Alkitab (the Book of Wisdom) bahwa Allah telah memerintahkan segala sesuatu
dalam ukuran, dan jumlah, dan berat.

Budaya yang paling menonjol dapat dikatakan sebagai ciri khas budaya suatu
bangsa. Ciri khas bangsa Yunani kuno adalah ide-ide idealnya, bangsa Romawi dengan
budaya politik, militer dan suka menaklukkan bangsa lain. Bangsa Mesir kuno dengan seni
keindahan dan juga mistik. Tahun 600 - 1200 ciri khas budaya bangsa Eropa adalah
teologis. Tahun 1200 - 1800 budaya bangsa Eropa mulai eksplorasi alam sebelum revolusi

9
industri. Abad ke-19, dan 20 penciptaan mesin-mesin otomatis berbarengan dengan
kemajuan dalam bidang sains dan matematika.

Bangsa-bangsa Babilonia, Mesir, Sumeria dapat dipandang sebagai matematika


empiris. Nama ini berkaitan dengan perkembangan matematika yang selalu untuk
memenuhi keperluan dalam perdagangan, pengukuran, survei, dan astronomi. Dengan kata
lain matematika diangkat dari pengalaman manusia bergelut dengan masalah-masalah
praktis dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun demikian matematika empiris ini telah
mengantisipasi datangnya matematika non-empiris seperti telah digunakannya bilangan
negatif, dan sistem bilangan alam atau asli yang menuju ketakhingga.

Kontribusi paling menonjol bangsa Yunani terhadap perkembangan matematika


terletak pada dipilihnya metode deduktif dan kepercayaannya bahwa fenomena alam dapat
disajikan dalam lambang-lambang bilangan. Dan ini terbukti sekarang telah ditemukan
alat-alat elektronik digital.

Bangsa Eropa sendiri baru belakangan tertarik pada matematika. Selama 1000
tahun matematika berkembang di Asia kecil (Yunan, Arab). Tahun 400 - 120
perkembangan matematika dapat dikatakan berhenti, hanya beberapa gelintir orang
mengembangkan secara individual (tanpa ada komunikasi satu sama lain), di antara mereka
adalah Boethius, Alcuino, dan Gerberet, dan yang paling akhir Leonardo Fibonacci.

Barulah pada abad ke-16, pusat perkembangan matematika berada di Eropa.

 Pengaruh aliran empirisme terhadap perkembangan filsafat matematika

Filsafat matematika lahir di Yunani kuno yang ditemukan dan dikembangkan


oleh para filsuf seperti Socrates, Plato, Aristoteles dan juga oleh beberapa filsuf pra-
Socrates, masalah filsafat matematika ini masih menjadi kajian filsuf-filsuf masa kini.

Pada abad ke-18 muncul salah seorang filsuf, yaitu Immanuel Kant yang
termotivasi oleh perselisihan empirisme yang mengungkapkan bahwa kebenaran-
kebenaran dari geometri, aritmatika, dan aljabar bersifat ‘sintetik a priori’, yang
berdasarkan pada ‘intuisi’. Pada jaman Yunani. Filsafat pada matematika sangat
dipengaruhi oleh studi mereka yaitu geometri. Sedangkan pada abad 20, filsafat

10
matematika menyangkut hubungan antara logika dan matematika dan ditandai dengan
minat yang dominan dalam logika formal, teori himpunan, dan isu-isu mendasar.

Menurut Aristoteles, obyek matematika seperti segitiga dan lingkaran adalah


abstraksi dari percobaan, yaitu dari interaksi kita dengan berbagai benda-benda yang
kira-kira berbentuk bulat yang membentuk konsep bola yang sempurna.

 Dampak aliran empirisme terhadap perkembangan ilmu matematika


Menurut Kartasamita dan Wahyudin (2009) Matematika (geometri) sudah
mulai dikembangkan pada jaman Yunani klasik sepanjang tahun 600 sampai 300 SM,
tetapi kenyataanya sejarah matematika sendiri dimulai jauh sebelum itu. Matematika
yang paling kuno menurut Friberg (1981) adalah Plimpton 322 (Babel matematika
1900 SM) di Moskow Mathematical Papyrus (matematika Mesir sekitar 1850 SM), dan
Rhind Mathematical Papyrus (matematika Mesir sekitar 1650 SM), selanjutnya
menurut Sirotus (1990) perkembangan matematika tumbuh di pantai-pantai Asia kecil
di Gerim dan Italia ditemukan oleh saudagar kaya dari Mesir, yaitu Thales (640 – 546
SM), ia mempelajari Matematika mesir dan mengagumi piramida kemudian
menghitung tinggi piramida dengan bantuan bayangannya.
Salah seorang yang mengembangkan matematika di Eropa pada abad 17 adalah
Galileo Gallilei, ia mangamati lampu gantung di Gereja Pisa dan mendapatkan bahwa
periode ayunan lampu tidak bergantung pada panjang busur ayunannya dan
membuktikan bahwa periode ayunan tidak bergantung kepada beban bandulnya, dan
penemuan lainnya yaitu bahwa kecepatan benda jatuh tidak bergantung pada benda
berat itu. Penemuan Galileo ini memberi pandangan baru terhadap ilmu pengetahuan
yaitu keselarasan antara eksperimen dengan teori.
Perkembangan cabang-cabang matematika mulai zaman SM sampai sekarang
seperti aritmatika, geometri kalkulus, aljabar, statistik, dan analisis beserta
pembuktian-pembuktian yang telah ditemukan oleh para ahli matematika dapat kita
pelajari sampai sekarang. Apabila kita mengakaji baik teori maupun bukti-bukti dari
teorema-teorema cabang-cabang matematika tersebut, maka ini tidak terlepas dari
penemuan-penemuan para ahli matematika dan filsafat matematika beserta paham yang
dianutnya dalam hal ini adalah paham empirisme.

11
Berdasarkan paham empirisme kontribusi terhadap perkembangan matematika
antara lain dalam hal pembuktian-pembuktian suatu teorema, yaitu dengan
menggunakan akal (rasio) dan pengalaman indera (empirisis) untuk merangsang
ingatan dan membawa kesadaran terhadap pengetahuan yang selama ini sudah ada
dalam pikiran.
C. Matematika Kontemporer ( 1850 – Sekarang )
Aritmetika memiliki peranan ganda : sebagai alat bantu sains dan perdagangan, dan
sebagai uji komparatif landasan dasar tempat sistem matematika itu dibangun. Hogben,
Well, dan McKey dan lain-lain telah melukiskan peran aritmetika dengan indahnya.
Perkembangan kalkulasi yang paling spektakuler adalah diciptakannya “otak
elektronik”, komputer. Komputer lebih banyak memerlukan matematika daripada
aritmetika elementer. Penciptaan komputer memerlukan kolaborasi para pakar matematika,
aritmetika, dan ahli teknik pakar mesin.
Pada abad 20 perkembangan aritmetika makin abstrak dan tergeneralisasi.
Perkembangannya mengacu pada aljabar dan analisis guna lebih “mengeraskan”
aritmetika. Sebaliknya yang terakhir ini disebut “arimetisasi”.
Abstraksi dan generalisasi pada abad 20 telah diantisipasi oleh Lobachevsky
dengan munculnya geometri non-euclidnya. Selanjutnya pakar-pakar lain seperti Peacock,
Gregory, DeMorgan, memendang aljabar dan geometri sebagai “hipothetico-deductive”
dengan cara eucqlid.
Dengan kritikan tajam oleh Cantor, Dedekind, dan Weirstrass terhadap sifat-sifat
sistem bilangan (seperti faktorisasi, habis dibagi dan sebagainya) pada tahun 1875, pada
tahun 1899 Hilbert muncul dengan “metode postulatsional”. Dengan demikian, dari
pandangan ini, bilangan, titik, garis, dan sebagainya adalah abstrak murni, tidak
mempunyai kaitan dengan benda fisik. Akhirnya Peano berjaya menjelaskan bahwa sistem
bilangan 1, 2, 3, …… dapat diperluas (dalam arti dapat “menghasilkan”) sistem bilangan
bulat, rasional, real, dan kompleks hanya melalui postulat pada bilangan alam.
Matematika yang telah berkembang selama dua ribu lima ratus tahun oleh generasi
ke generasi, ternyata dapat diajarkan kepada anak-anak “hanya” dalam beberapa tahun di
sekolah. Oleh karena itu, Prof Judd (psikolog) mengatakan bahwa aritmetika adalah kreasi
manusia paling perfect (sempurna) dan alat untuk berkomunikasi sesama manusia. Dengan

12
demikian matematika perlu dijaga dan dikembangkan untuk mengantarkan manusia
menyongsong hari esok yang cerah.

13
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh
bangsa Mesopotamia yang kini bernama Iraq sejak permulaan Sumeria hingga permulaan
peradaban helenistik. Dinamai “Matematika Babilonia” karena peran utama kawasan
Babilonia sebagai tempat untuk belajar. Lebih dari 400 lempengan tanah liat ditemukan
sebagai sumber sejarah bangsa Babilonia yang digali sejak 1850-an. Lempengan-
lempengan tersebut ditulis dengan menggunakan tulisan berbentuk paku. Lempengan
tersebut diberi tulisan ketika tanah liat masih basah, dan kemudian dibakar dalam tungku
atau dijemur dibawah terik matahari bahkan beberapa diantaranya adalah karya rumahan.
Jasa orang Babilonia yang sangat penting artinya bagi kita yaitu atas hasil
penemuan tentang keliling lingkaran yang dibagi menjadi 360 bagian, keterangan ini belum
dapat dikemukakan sampai sekarang.
Perkembangan peradaban bangsa Mesir yang semakin maju mengharuskan bangsa
Mesir untuk menghitung dalam jumlah yang cukup besar untuk mengatur segala aspek
kehidupan mereka. Mulai dari sinilah bangsa Mesir menggunakan matematika sebagai
perhitungan dan mengembangkan suatu sistem bilangan. Sistem bilangan bangsa Mesir
kuno yang bersifat desimal, mengandalkan kekuatan bilangan 10. Kemudian untuk
menuliskan bilangan-bilangan tersebut, bangsa Mesir kuno menggunakan sistem penulisan
hieroglif, dengan menggunakan simbol seperti gambar setiap gambar, mewakili objek
konkret (suatu bilangan). Selain mengembangkan sistem bilangan, bangsa Mesir kuno
yang pertama kali menemukan geometri, disebabkan Negeri bangsa Mesir yang berada di
sepanjang sungai nil yang setiap tahun airnya meluap. Kemudian ditemukan dua Papyrus
yaitu Papyrus Rhind dan Papyrus Moskwa, yang mengandung perhitungan aritmatika dan
geometri.
Lalu Matematika masuk ke Eropa dipimpin oleh Italia, Eropa mulai untuk
mengeksplorasi perdagangan dengan bangsa timur. Fibonacci adalah matematikawan
terbaik yang dikenal dengan penemuannya akan beberapa angka yang disebut dengan deret
Fibonacci. Deret Fibonacci diciptakan ketika Fibonacci sedang memecahkan teka-teki

14
tentang kebiasaan kawin kelinci. Angka Fibonacci merupakan angka favorit alam. Bukan
hanya digunakan pada kelinci namun juga jumlah Kelopak pada bunga dimana selalu
bernomor Fibonacci. Dimanapun kita menemukan pertumbuhan di alam kita pasti akan
menemukan bilangan Fibonacci.

15
DAFTAR PUSTAKA
Wiriani, W. T. (2021). Sejarah Serta Perkembangan Matematika dalam Dunia Pendidikan. Jurnal
Dunia Ilmu, 1(2).
David M. Burton. (2011). The History of Mathematics: an Introduction. New York: McGrawHill
Companies, Inc., hal. 1
Dan, S.M. (2017). Sejarah Matematika dan Matematikawan Dunia.
Kartasmita, B. G., & Wahyudin. (2014). Matematika pada Awal Peradaban Manusia I. Sejarah
Dan Filsafat Matematika, 1-47
Manan, N.A. (2020). MESOPOTAMIA DAN MESIR KUNO: Awal Peradaban Dunia.
Jurnal Adabiya, 22 (1), 1.
Matematika, D. P. ( n.d ). MATEMATIKA, Hakikat dan Manfaatnya
Susilawati, W. (2017). Sejarah & Filsafat matematika
Wahyudin. (2013). Hakikat, Sejarah, dan Filsafat Matematika.
Rachman, T. (2018). Sejarah Perkembangan Matematika Eropa. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951-952., 10-27

16

Anda mungkin juga menyukai