MAKALAH
HAKIKAT DAN KEDUDUKAN FILSAFAT DALAM
MATEMATIKA & PENDIDIKAN MATEMATIKA
Disusun dalam Rangka Memenuhi tugas Mata Kuliah
Filsafat Ilmu Pendidikan
Oleh
1. BUDI SANTOSO
2. YOSEPH WATRATAN
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami yang tak terhingga kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas rahmatNya kepada kami kelompok 5 sehingga dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
sebagai salah satu persyaratan tugas untuk mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan dengan judul
“Hakikat dan Kedudukan Filsafat dalam Matematika dan Pendidikan Matematika” ini tepat
pada waktunya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terlebih khusus untuk
para guru dan calon guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik bagi generasi penerus bangsa.
selanjutnya kami mohon bagi pembaca dan juga Dosen Pengampu mata kuliah agar dapat
meberikan masukan dan saran demi kesempurnaan makalah ini agar dapat menjadi sumber
informasi publik.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
Hal
COVER………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………….………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………… 2
C. Tujuan ………...………………………………………………………. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………….. 10
B. Saran…………………………………………………………………… 10
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara harafiah filsafat yaitu philosophy, dari bahasa yunani menerjemakan istilah
filsafat yaitu philosophia yang terdiri dari dua suku kata: philos yang artinya cinta atau philia
artinya persahabatan, pengalaman praktis dan inteligensi. Jadi secara etimologi, filsafat berarti
cinta kebiksanaan atau kebenaran. Filsafat juaga diartikan sebahgai suatu sikap seseorang
yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segalah sesuatu secara mendalam dan ingin
melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segalah hubungan. Menurut Widodo
(2015) filsafat adalah gambaran keseluruhan yang didapatkan dari usaha. Sehingga berfilsafat
berarti keberanian untuk terbuka, mengoreksi diri, seberapa jauh kebenaran telah dijangkau.
Segala aspek yang mendalam dibahas dalam filsafat, maka dapat diartikan kebenaran filsafat
kebenaran ilmu yang bersifat relatif yang dipertentangkan dengan kebenaran menyeluruh.
Pendidikan matematika adalah salah satu bidang ilmu yang sama dengan ilmu-ilmu
yang lainnya. Matematika menjadi penting dalam berbagai bidang ilmu, termasuk kaitannya
dengan filsafat matematika. Matematika adalah sebuah cabang dari ilmu pengetahuan yang
suda mucul berabat-abat lamanya dengan kajian yang berbeda beda sesuai permasalahan
matematika yang mucul dari tiap Negara diantaranya, Mesopotomia, Babilonia, Mesir dan
Yunani. Abstraksi dalam kajian matematika dapat dipelajari lebi lanjut untuk mencari fakta-
fakta bahwa ilmu matematika bersifat tetap atau berubah-ubah. Sehingga bentuk khusus dari
2
epistemologi adalah filsafat matematika, di mana pembentukan sistem ilmu matematika dan
asal matematika dibahas dalam filsafat matematika (Suyitno & Rochmad, 2015).
Bidang filsafat matematika terbagi oleh hubungan filsafat dan matematika. Pembagian bidang
sudah secara sistematis yaitu secara epistemologi dan ontologi. Menurut (Parnabhhakti et al.,
2020) secara epistemologi tujuan matematika merupakan asumsi dan dasar, asal-usul, sifat
alami dan refleksi pikiran pengetahuan, sedangkan secara ontologi merupakan pembahasan di
Matematika merupakan suatu ilmu yang abstrak. Dalam memahami matematika, perlu
adanya penalaran yang mendalam. Filsafat mencari kebenaran yang mendalam tentang suatu
bukti-bukti.
Filsafat dan matematika merupakan sama-sama ilmu yang saling berhubungan, begitu
pun dengan filsafat dan pendidikan matematika yang juga saling terkait baik dalam hakikat
maupun kedudukannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut.
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari
perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal
katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike
berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang
artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti
ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Di dalam kehidupan sehari-hari
kata matematika sudah tidak asing lagi didengar. Apalagi dalam dunia pendidikan,
matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di TK, SD, SMP, SMA bahkan
Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai
satu tujuan, misalnya mencerdaskan siswa, tetapi dapat pula membentuk kepribadian siswa
serta mengembangkan keterampilan tertentu. Heris dan Utari (2014:4) menyatakan bahwa
“Matematika adalah ilmu tentang pola memuat kegiatan membuat sesuatu menjadi masuk akal
atau ilmu mengenai logika dan problem-problem numerik, matematika menolong manusia
(operasi hitung) tetapi juga soft skill, seperti menemukan konsep, mengolah informasi,
5
mengomunikasikan ide dalam bentuk simbol, bagan, gambar, atau kalimat secara lisan dan
tulisan”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah pelajaran yang
mempunyai peran penting dalam pendidikan, membuat sesuatu menjadi masuk akal,
teknologi.
yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa, serta dapat
penguasaan yang baik terhadap materi matematika”. Ali Hamzah dan Muhlisrarini
pemahaman peserta didik tentang fakta, konsep, prinsip, dan skill sesuai dengan, guru dosen
pengertiannya tentang fakta, konsep, prinsip, dan skill serta problem solving”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika itu adalah
suatu usaha yang dilakukan guru agar siswa dapat membangun pemahaman anak sehingga
Filsafat dan matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Nurhayani
(2012) mengungkapkan bahwa dua bidang pengetahuan rasional yang tidak diragukan lagi
berhubungan sangat erat sejak dulu sampai sekarang ialah filsafat dan matematika. Namun,
hubungan itu sering diuraikan secara keliru oleh sebagian filsuf maupun ahli matematika. Hal
6
ini disebabkan karena banyak para ahli yang terkesan dengan perkembangan filsafat pada
Menurut perspektif filsuf sendiri misalnya Francis Bacon, tokoh pembaru zaman
Renaissance dari Inggris, menyebut filsafat sebagai “the great mother of sciences”. Jadi,
semua cabang ilmu termasuk matematika dianggap lahir dari “ayah” atau “ibu” yang terkenal
sebagai filsafat. Dapat dikatakan bahwa hal tersebut tidak benar. Filsafat dan Geometri
(cabang dari matematika) sesungguhnya lahir pada masa yang sama, di tempat yang sama,
dan dari ayah yang tunggal, yakni sekitar 640-546 sebelum masehi di Miletus (terletak di
pantai barat Negara Turki sekarang), dari pemikiran seorang ahli bernama Thales.
Thales oleh para penulis sejarah filsafat diakui sebagai ayah dari filsafat, “The Father
dari tujuh orang arif Yunani, “The Seven Wise Men of Greece”. Adapun dalam sejarah
matematika Thales diakui sebagai pencipta dari geometri abstrak yang pertama berdasarkan
rangkaian petunjuk mengukur tanah yang telah dipraktikkan oleh bangsa-bangsa Babylonia
dan Mesir selama berabad-abad. Ia merupakan ahli matematika Yunani pertama yang oleh
Ward Bouwsma dinyatakan sebagai ayah dari penalaran deduktif, “The Father of Deductive
Dari bukti historis tersebut ternyata pendapat bahwa filsafat merupakan ayah atau ibu
dari matematika adalah tidak benar. Matematika tidak pernah lahir dari filsafat, melainkan
bahan masukan serta umpan balik. Dalam lintasan sejarah, kedua saudara kembar ini,
selanjutnya tumbuh bersama-sama di bawah asuhan filsuf yang juga ahli matematika yaitu
menyimpulkan bahwa bilangan merupakan intisari dan dasar pokok dari sifat-sifat benda.
Seiring dengan filsafat yang mengagungkan bilangan itu, madzhab tersebut juga menelaah
dan mengembangkan pokok soal matematika yang kini termasuk teori bilangan.
Hubungan timbal balik antara filsafat dan matematika juga dipengaruhi oleh filsuf
membingungkan para filsuf dan ahli matematika. Dua perbincangan paradoks yang terkenal
dari Zeno yaitu tentang keganjilan dikotomi dan keganjilan Achilles akhirnya dapat
diselesaikan oleh para ahli matematika abad ke-17. Penyelesaian dari paradoks-paradoks Zeno
dijawab setelah ahli-ahli matematika menciptakan pengertian limit dan seri tak berhingga.
Bila suatu rangkaian bilangan betapapun banyaknya menjurus pada suatu titik (disebut proses
konvergensi), seri tersebut mempunyai sebuah limit yang merupakan jumlah dari rangkaian
itu walaupun banyaknya tak terhingga. Berdasarkan konsep-konsep matematika yang baru itu,
perbincangan-perbincangan Zeno tidak lagi merupakan paradoks karena dapat dijawab secara
logis.
Seorang filsuf besar dari Yunani kuno setelah masa hidup Zeno yang menegaskan
hubungan erat antara matematika dan filsafat ialah Plato. Berbeda dengan Pythagoras yang
menekankan pentingnya matematika sebagai sarana atau alat bagi pemahaman filsafati, Plato
menegaskan bahwa geometri sebagai pengetahuan ilmiah berdasarkan akal murni (pure
reason) menjadi kunci ke arah pengetahuan dan kebenaran filsafati serta bagi pemahaman
mengenai sifat alami dari kenyataan terakhir (the nature of ultimate reality).
Seorang ahli astronomi terkenal yang berbicara tentang matematika dalam kaitannya
dengan filsafat ialah Galileo Galilei (1564-1642). Dia mengungkapkan filsafat sebagai sebuah
8
buku besar alam semesta yang menggunakan matematika sebagai bahasa penyusunnya.
Perkembangan filsafat dan matematika pada era modern semakin pesat. Adapun yang menjadi
faktor penyebabnya adalah pemikiran para ahli yang memiliki peran ganda yaitu seorang filsuf
1. Rene Descartes
3. Auguste Comte
mendorong lahirnya konsep-konsep matematika seperti variabel sangat kecil yang semakin
kecil mendekati nol (infinitecimal), limit, seri tak terhingga (infinite series), dan proses
konvergensi. Sebaliknya ahli-ahli matematika melalui metode aljabar, teknik simbolisme, dan
teori himpunan telah membuat logika yang semula termasuk bidang filsafat berkembang
begitu pesat. Selain itu, juga memperjelas pengertian-pengertian seperti kebenaran, denotasi,
Interaksi antara filsafat dan matematika itu membuat pola adanya padanan dari konsep
dan problema pada masing-masing bidang pengetahuan tersebut. Adanya kesejajaran antar
keduanya sedikit banyak menunjukkan adanya persamaan dalam segi-segi tertentu antara
filsafat dan matematika. Berkaca pada pendapat Plato bahwa geometri berdasarkan akal
9
murni, bagi filsafat pun dapat dikatakan bahwa bidang pengetahuan ini hanya menggunakan
akal semata. Pada dasarnya filsafat dan matematika keduanya merupakan pengetahuan
rasional. Filsafat dan matematika bergerak pada tingkat generalitas dan abstraksi yang tinggi.
Filsafat dan matematika tidak hanya memiliki persamaan, namun juga terdapat
perbedaannya. Filsafat dan matematika merupakan pengetahuan rasional dengan jenis yang
berbeda. Pada hakikatnya keduanya menggunakan metode rasional yang tidak sama. Filsafat
sedangkan matematika hanya bekerja dengan satu metode logis, yakni deduksi. Perbedaan
metode itu tampaknya disebabkan karena perbedaan ruang lingkup dari hal-hal yang dapat
ditelaah masing-masing.
memiliki peran yang penting terhadap pembelajaran dalam pendidikan matematika. Filsafat
turut berperan dalam menciptakan suatu pembelajaran matematika yang memungkinkan siswa
Filsafat dapat dijadikan sebagai sebuah solusi yang efektif dan efisien untuk menjawab
persoalan pendidikan matematika dewasa ini. Kurangnya minat siswa akan matematika,
meskipun telah diajarkan sehingga tidak bisa menerapkan matematika dengan baik. Guru yang
memahami filsafat, akan memiliki ciri khas tersendiri dalam mengajar sehingga mampu
menyajikan matematika sebagai sesuatu yang menarik dan mudah dipahami siswa
(Nurhayani, 2012).
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hakikat dan kedudukan filsafat dalam matematika adalah filsafat dan matematika
sesungguhnya lahir pada masa yang sama, di tempat yang sama, dan dari ayah yang tunggal.
persoalan sebagai bahan masukan serta umpan balik. Sejak permulaan sampai sekarang
matematikanya. Filsafat dapat dijadikan sebagai sebuah solusi yang efektif dan efisien untuk
B. Saran
matematika yang baik, dengan tetap memperhatikan hakikat dan kedudukan filsafat dalam
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Susanto. (2016). Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.
Hamzah, Ali & Muhlisrarini. 2016. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta:
Rajawali.
Nurhayani. (2012). Konstruksi Pemikiran Filsafat Matematika The Liang Gie dalam Dunia
Parnabhhakti, L., Ulfa, M., & Indonesia, U. T. (2020). Perkembangan Matematika dalam Filsafat
dan Aliran Formalisme yang Terkandung dalam Filsafat Matematika. Jurnal Ilmiah
Samidi., dan Istarani. 2016. Kompetensi & Profesionalisme Guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)