Anda di halaman 1dari 14

i

MAKALAH
HAKIKAT DAN KEDUDUKAN FILSAFAT DALAM
MATEMATIKA & PENDIDIKAN MATEMATIKA
Disusun dalam Rangka Memenuhi tugas Mata Kuliah
Filsafat Ilmu Pendidikan

Oleh

1. BUDI SANTOSO
2. YOSEPH WATRATAN

PASCASARJANA UNIVERSITAS PATTIMURA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
TAHUN 2021
ii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami yang tak terhingga kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

atas rahmatNya kepada kami kelompok 5 sehingga dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah

sebagai salah satu persyaratan tugas untuk mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan dengan judul

“Hakikat dan Kedudukan Filsafat dalam Matematika dan Pendidikan Matematika” ini tepat

pada waktunya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terlebih khusus untuk

para guru dan calon guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik bagi generasi penerus bangsa.

Menyadari sungguh keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan kami maka

selanjutnya kami mohon bagi pembaca dan juga Dosen Pengampu mata kuliah agar dapat

meberikan masukan dan saran demi kesempurnaan makalah ini agar dapat menjadi sumber

informasi publik.

Ambon, Oktober 2021

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

Hal

COVER………………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………….………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………… 2

C. Tujuan ………...………………………………………………………. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Matematika dan Pendidikan Matematika …………………………….. 4

B. Hakikat dan Kedudukan Filsafat dalam Matematika ………………….. 5

C. Hakikat dan Kedudukan Filsafat dalam Pendidikan Matematika …..... 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………….. 10

B. Saran…………………………………………………………………… 10

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 11

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara harafiah filsafat yaitu philosophy, dari bahasa yunani menerjemakan istilah

filsafat yaitu philosophia yang terdiri dari dua suku kata: philos yang artinya cinta atau philia

artinya persahabatan, pengalaman praktis dan inteligensi. Jadi secara etimologi, filsafat berarti

cinta kebiksanaan atau kebenaran. Filsafat juaga diartikan sebahgai suatu sikap seseorang

yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segalah sesuatu secara mendalam dan ingin

melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segalah hubungan. Menurut Widodo

(2015) filsafat adalah gambaran keseluruhan yang didapatkan dari usaha. Sehingga berfilsafat

berarti keberanian untuk terbuka, mengoreksi diri, seberapa jauh kebenaran telah dijangkau.

Segala aspek yang mendalam dibahas dalam filsafat, maka dapat diartikan kebenaran filsafat

kebenaran ilmu yang bersifat relatif yang dipertentangkan dengan kebenaran menyeluruh.

Pendidikan matematika adalah salah satu bidang ilmu yang sama dengan ilmu-ilmu

yang lainnya. Matematika menjadi penting dalam berbagai bidang ilmu, termasuk kaitannya

dengan filsafat matematika. Matematika adalah sebuah cabang dari ilmu pengetahuan yang

suda mucul berabat-abat lamanya dengan kajian yang berbeda beda sesuai permasalahan

matematika yang mucul dari tiap Negara diantaranya, Mesopotomia, Babilonia, Mesir dan

Yunani. Abstraksi dalam kajian matematika dapat dipelajari lebi lanjut untuk mencari fakta-

fakta bahwa ilmu matematika bersifat tetap atau berubah-ubah. Sehingga bentuk khusus dari
2

epistemologi adalah filsafat matematika, di mana pembentukan sistem ilmu matematika dan

asal matematika dibahas dalam filsafat matematika (Suyitno & Rochmad, 2015).

Cakupan matematika semakin komplek seiring perkembangan matematika dan waktu.

Bidang filsafat matematika terbagi oleh hubungan filsafat dan matematika. Pembagian bidang

sudah secara sistematis yaitu secara epistemologi dan ontologi. Menurut (Parnabhhakti et al.,

2020) secara epistemologi tujuan matematika merupakan asumsi dan dasar, asal-usul, sifat

alami dan refleksi pikiran pengetahuan, sedangkan secara ontologi merupakan pembahasan di

dalam matematika yang mencakup pernyataan matematika.

Matematika merupakan suatu ilmu yang abstrak. Dalam memahami matematika, perlu

adanya penalaran yang mendalam. Filsafat mencari kebenaran yang mendalam tentang suatu

ilmu meski terdapat pertentangan, sementara matematika mampu membuktikannya dengan

bukti-bukti.

Filsafat dan matematika merupakan sama-sama ilmu yang saling berhubungan, begitu

pun dengan filsafat dan pendidikan matematika yang juga saling terkait baik dalam hakikat

maupun kedudukannya.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis mencoba untuk Menyusun makalah berjudul

“Hakikat dan Kedudukan Filsafat dalam Matematika dan Pendidikan Matematika”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana hakikat dan kedudukan filsafat dalam matematika?

2. Bagaimana hakikat dan kedudukan filsafat dalam pendidikan matematika?


3

C. Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui hakikat dan kedudukan filsafat dalam matematika.

2. Mengetahui hakikat dan kedudukan filsafat dalam pendidikan matematika.


4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Matematika dan Pendidikan Matematika

Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari

perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal

katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike

berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang

artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti

ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Di dalam kehidupan sehari-hari

kata matematika sudah tidak asing lagi didengar. Apalagi dalam dunia pendidikan,

matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di TK, SD, SMP, SMA bahkan

sampai ketingkat perguruan tinggi.

Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai

satu tujuan, misalnya mencerdaskan siswa, tetapi dapat pula membentuk kepribadian siswa

serta mengembangkan keterampilan tertentu. Heris dan Utari (2014:4) menyatakan bahwa

“Matematika adalah ilmu tentang pola memuat kegiatan membuat sesuatu menjadi masuk akal

dan memerluakan kemampuan mengkomunikasikan idenya kepada orang lain”.

Samidi dan Istarani (2016:10) menyatakan bahwa “Matematika adalah pengetahuan

atau ilmu mengenai logika dan problem-problem numerik, matematika menolong manusia

menafsirkan secara eksak berbagai ide dan kesimpulan-kesimpulan”. Kemudian Yurniwati

(2019:8) menyatakan “Matematika tidak hanya mengembangkan keterampilan komputasi

(operasi hitung) tetapi juga soft skill, seperti menemukan konsep, mengolah informasi,
5

mengomunikasikan ide dalam bentuk simbol, bagan, gambar, atau kalimat secara lisan dan

tulisan”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah pelajaran yang

mempunyai peran penting dalam pendidikan, membuat sesuatu menjadi masuk akal,

mengembangkan keterampilan yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Selanjutnya adalah pembahasan mengenai pendidikan matematika. Ahmad Susanto

(2016:186-187) menyatakan “Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar

yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa, serta dapat

meningkatkan kemampuan mengontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan

penguasaan yang baik terhadap materi matematika”. Ali Hamzah dan Muhlisrarini

(2016:259) menyatakan “Pembelajaran matematika merupakan proses membangun

pemahaman peserta didik tentang fakta, konsep, prinsip, dan skill sesuai dengan, guru dosen

menyampaikan materi, peserta didik dengan potensinya masingmasing mengkontruksikan

pengertiannya tentang fakta, konsep, prinsip, dan skill serta problem solving”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika itu adalah

suatu usaha yang dilakukan guru agar siswa dapat membangun pemahaman anak sehingga

dapat meningkatkan kemampuan dan penguasaan pada materi matematika.

B. Hakikat dan Kedudukan Filsafat dalam Matematika

Filsafat dan matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Nurhayani

(2012) mengungkapkan bahwa dua bidang pengetahuan rasional yang tidak diragukan lagi

berhubungan sangat erat sejak dulu sampai sekarang ialah filsafat dan matematika. Namun,

hubungan itu sering diuraikan secara keliru oleh sebagian filsuf maupun ahli matematika. Hal
6

ini disebabkan karena banyak para ahli yang terkesan dengan perkembangan filsafat pada

zaman dulu, sehingga orang memberikan kedudukan utama kepada filsafat

Menurut perspektif filsuf sendiri misalnya Francis Bacon, tokoh pembaru zaman

Renaissance dari Inggris, menyebut filsafat sebagai “the great mother of sciences”. Jadi,

semua cabang ilmu termasuk matematika dianggap lahir dari “ayah” atau “ibu” yang terkenal

sebagai filsafat. Dapat dikatakan bahwa hal tersebut tidak benar. Filsafat dan Geometri

(cabang dari matematika) sesungguhnya lahir pada masa yang sama, di tempat yang sama,

dan dari ayah yang tunggal, yakni sekitar 640-546 sebelum masehi di Miletus (terletak di

pantai barat Negara Turki sekarang), dari pemikiran seorang ahli bernama Thales.

Thales oleh para penulis sejarah filsafat diakui sebagai ayah dari filsafat, “The Father

of Philosophy”. Orang-orang Yunani kemudian mengklasifikasikan Thales sebagai salah satu

dari tujuh orang arif Yunani, “The Seven Wise Men of Greece”. Adapun dalam sejarah

matematika Thales diakui sebagai pencipta dari geometri abstrak yang pertama berdasarkan

rangkaian petunjuk mengukur tanah yang telah dipraktikkan oleh bangsa-bangsa Babylonia

dan Mesir selama berabad-abad. Ia merupakan ahli matematika Yunani pertama yang oleh

Ward Bouwsma dinyatakan sebagai ayah dari penalaran deduktif, “The Father of Deductive

Reasoning” (Nurhayani, 2012).

Dari bukti historis tersebut ternyata pendapat bahwa filsafat merupakan ayah atau ibu

dari matematika adalah tidak benar. Matematika tidak pernah lahir dari filsafat, melainkan

keduanya berkembang bersama-sama dan saling memberikan persoalan-persoalan sebagai

bahan masukan serta umpan balik. Dalam lintasan sejarah, kedua saudara kembar ini,

selanjutnya tumbuh bersama-sama di bawah asuhan filsuf yang juga ahli matematika yaitu

Pythagoras. Dia mendirikan madzhab Pythagoreanisme di Crotona. Madzhab ini


7

menyimpulkan bahwa bilangan merupakan intisari dan dasar pokok dari sifat-sifat benda.

Seiring dengan filsafat yang mengagungkan bilangan itu, madzhab tersebut juga menelaah

dan mengembangkan pokok soal matematika yang kini termasuk teori bilangan.

Hubungan timbal balik antara filsafat dan matematika juga dipengaruhi oleh filsuf

Zeno dari Elea. Zeno memperbincangkan paradoks-paradoks yang bertalian dengan

pengertian-pengertian gerak, waktu, dan ruang yang kemudian selama berabad-abad

membingungkan para filsuf dan ahli matematika. Dua perbincangan paradoks yang terkenal

dari Zeno yaitu tentang keganjilan dikotomi dan keganjilan Achilles akhirnya dapat

diselesaikan oleh para ahli matematika abad ke-17. Penyelesaian dari paradoks-paradoks Zeno

dijawab setelah ahli-ahli matematika menciptakan pengertian limit dan seri tak berhingga.

Bila suatu rangkaian bilangan betapapun banyaknya menjurus pada suatu titik (disebut proses

konvergensi), seri tersebut mempunyai sebuah limit yang merupakan jumlah dari rangkaian

itu walaupun banyaknya tak terhingga. Berdasarkan konsep-konsep matematika yang baru itu,

perbincangan-perbincangan Zeno tidak lagi merupakan paradoks karena dapat dijawab secara

logis.

Seorang filsuf besar dari Yunani kuno setelah masa hidup Zeno yang menegaskan

hubungan erat antara matematika dan filsafat ialah Plato. Berbeda dengan Pythagoras yang

menekankan pentingnya matematika sebagai sarana atau alat bagi pemahaman filsafati, Plato

menegaskan bahwa geometri sebagai pengetahuan ilmiah berdasarkan akal murni (pure

reason) menjadi kunci ke arah pengetahuan dan kebenaran filsafati serta bagi pemahaman

mengenai sifat alami dari kenyataan terakhir (the nature of ultimate reality).

Seorang ahli astronomi terkenal yang berbicara tentang matematika dalam kaitannya

dengan filsafat ialah Galileo Galilei (1564-1642). Dia mengungkapkan filsafat sebagai sebuah
8

buku besar alam semesta yang menggunakan matematika sebagai bahasa penyusunnya.

Perkembangan filsafat dan matematika pada era modern semakin pesat. Adapun yang menjadi

faktor penyebabnya adalah pemikiran para ahli yang memiliki peran ganda yaitu seorang filsuf

dan juga ahli matematika seperti:

1. Rene Descartes

2. Gottfried Wilhelm Von Leibniz

3. Auguste Comte

4. Alfred North Whitehead

5. Bertrand William Arthur Russel

6. Luitzen Egbertus Jan Bouwer

Sejak permulaan sampai sekarang filsafat dan matematika terus-menerus saling

mempengaruhi. Filsafat mendorong perkembangan matematika dan sebaliknya matematika

juga memacu pertumbuhan filsafat. Perbincangan-perbincangan paradoks filsuf Zeno

mendorong lahirnya konsep-konsep matematika seperti variabel sangat kecil yang semakin

kecil mendekati nol (infinitecimal), limit, seri tak terhingga (infinite series), dan proses

konvergensi. Sebaliknya ahli-ahli matematika melalui metode aljabar, teknik simbolisme, dan

teori himpunan telah membuat logika yang semula termasuk bidang filsafat berkembang

begitu pesat. Selain itu, juga memperjelas pengertian-pengertian seperti kebenaran, denotasi,

konotasi, dan bentuk yang didiskusikan para filsuf (Nurhayani, 2012).

Interaksi antara filsafat dan matematika itu membuat pola adanya padanan dari konsep

dan problema pada masing-masing bidang pengetahuan tersebut. Adanya kesejajaran antar

keduanya sedikit banyak menunjukkan adanya persamaan dalam segi-segi tertentu antara

filsafat dan matematika. Berkaca pada pendapat Plato bahwa geometri berdasarkan akal
9

murni, bagi filsafat pun dapat dikatakan bahwa bidang pengetahuan ini hanya menggunakan

akal semata. Pada dasarnya filsafat dan matematika keduanya merupakan pengetahuan

rasional. Filsafat dan matematika bergerak pada tingkat generalitas dan abstraksi yang tinggi.

Filsafat dan matematika tidak hanya memiliki persamaan, namun juga terdapat

perbedaannya. Filsafat dan matematika merupakan pengetahuan rasional dengan jenis yang

berbeda. Pada hakikatnya keduanya menggunakan metode rasional yang tidak sama. Filsafat

dapat dikatakan bebas menerapkan serangkaian metode rasional yang bermacam-macam,

sedangkan matematika hanya bekerja dengan satu metode logis, yakni deduksi. Perbedaan

metode itu tampaknya disebabkan karena perbedaan ruang lingkup dari hal-hal yang dapat

ditelaah masing-masing.

C. Hakikat dan Kedudukan Filsafat dalam Pendidikan Matematika

Pendidikan matematika mengacu pada masalah belajar dan mengajar. Filsafat

memiliki peran yang penting terhadap pembelajaran dalam pendidikan matematika. Filsafat

turut berperan dalam menciptakan suatu pembelajaran matematika yang memungkinkan siswa

untuk membangun logika pikirnya serta membangun pengetahuan matematikanya.

Filsafat dapat dijadikan sebagai sebuah solusi yang efektif dan efisien untuk menjawab

persoalan pendidikan matematika dewasa ini. Kurangnya minat siswa akan matematika,

berdampak pada banyaknya siswa yang kurang memahami konsep-konsep matematika

meskipun telah diajarkan sehingga tidak bisa menerapkan matematika dengan baik. Guru yang

memahami filsafat, akan memiliki ciri khas tersendiri dalam mengajar sehingga mampu

menyajikan matematika sebagai sesuatu yang menarik dan mudah dipahami siswa

(Nurhayani, 2012).
10

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hakikat dan kedudukan filsafat dalam matematika adalah filsafat dan matematika

sesungguhnya lahir pada masa yang sama, di tempat yang sama, dan dari ayah yang tunggal.

Filsafat dan matematika berkembang bersama-sama dan saling memberikan persoalan-

persoalan sebagai bahan masukan serta umpan balik. Sejak permulaan sampai sekarang

filsafat dan matematika terus-menerus saling mempengaruhi. Filsafat mendorong

perkembangan matematika dan sebaliknya matematika juga memacu pertumbuhan filsafat.

Filsafat memiliki peran penting terhadap pembelajaran dalam pendidikan matematika.

Filsafat turut berperan dalam menciptakan suatu pembelajaran matematika yang

memungkinkan siswa untuk membangun logika pikirnya serta membangun pengetahuan

matematikanya. Filsafat dapat dijadikan sebagai sebuah solusi yang efektif dan efisien untuk

menjawab persoalan pendidikan matematika.

B. Saran

Guru hendaknya terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan diri dalam

mengembangkan pembelajaran matematika dan membuat siswa membangun logika berpikir

matematika yang baik, dengan tetap memperhatikan hakikat dan kedudukan filsafat dalam

matematika dan pendidikan matematika.


11

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Susanto. (2016). Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Hamzah, Ali & Muhlisrarini. 2016. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta:

Rajawali.

Nurhayani. (2012). Konstruksi Pemikiran Filsafat Matematika The Liang Gie dalam Dunia

Pendidikan. Skripsi, Tarbiyah dan Keguruan. http://idr.uin-antasari.ac.id/3452/

Parnabhhakti, L., Ulfa, M., & Indonesia, U. T. (2020). Perkembangan Matematika dalam Filsafat

dan Aliran Formalisme yang Terkandung dalam Filsafat Matematika. Jurnal Ilmiah

Matematika Realistik (JIMR), 1(1), 11–14.

Samidi., dan Istarani. 2016. Kompetensi & Profesionalisme Guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

dan Matematika. Medan: Larispa.

Suyitno, H., & Rochmad, R. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Filsafat

Widodo, S. A. (2015). Pendidikan dalam Perspektif Aliran-Aliran Filsafat. Idea Pres.

Yurniwati. 2019. Pembelajaran Aritmatika. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai