Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

INTEGRASI KONSEP MATEMATIKA DAN ISLAM DALAM SURAH AN- NISA’

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Integrasi Konsep Matematika dan Islam

Dosen Pengampu: Mohammad Mukhlis S.Pd M.Pd

Disusun oleh:

Vivin Nor Azizah (T20197098)

Putri Dewi Masyitoh (T20197118)

PRODI TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS NEGERI KIAI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW. Penulis mengucapkan syukur
kepada Allah SWT atas limpahan nikmat dan karunianya, sehingga penulis mampu menyelesaikan
pembuatan makalah yang berjudul ”INTEGRASI KONSEP MATEMATIKA DAN ISLAM”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Dosen yaitu
Mohammad Mukhlis S.Pd M. Pd. pada mata kuliah Integrasi Konsep Matematika dan Islam.
Penulis mengucapkan terima kasih berkat beliau yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan sesuai bidang mata kuliah.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi.

Jember, 20 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar..............................................................................................................................ii
Daftar isi.......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Konsep Matematika dalam Surah An-Nisa’ .....................................................................3
B. Matematika dalam Al-Qur’an..........................................................................................14
C. Surah An-Nisa’................................................................................................................18
BAB III PENUTUP......................................................................................................................20
A. Kesimpulan .....................................................................................................................20
B. Saran ...............................................................................................................................21
Daftar Pustaka..............................................................................................................................22

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran Matematika merupakan materi sekolah yang termasuk dalam
kurikulum pendidikan umum (sains) dalam pendidikan di Indonesia. Ali menyatakan bahwa
Kurikulum pendidikan umum (sains) sering dianggap sebagai “subjek sekuler”. Sebagai
subjek yang dianggap sekuler, Pendidikan umum dianggap sama sekali tidak terkait dengan
“subjek keagamaan”. Dengan kata lain matematika yang di pelajari di sekolah dianggap mata
pelajaran yang tidak berkaitan dengan nilai nilai moral budaya bangsa yang dikenal
pendidikan akhlak atau nilai Islam. Padahal pembentukan akhlak atau moral yang baik, juga
berkembang menurut lingkungan sekitar siswa, dalam hal ini adalah lingkungan sekolah
termasuk dalam pendidikan umum (matematika).
Pembelajaran matematika harus mengalami perubahan dalam konteks perbaikan
mutu pendidikan sehingga dapat meningkatkan hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena
itu, upaya terus dilakukan untuk terwujudnya suatu pembelajaran yang inovatif sesuai dengan
perkembangan zaman dan tekhnologi. Disamping pendidikan diselaraskan dengan kemajuan
teknologi, pendidikan juga diharapkan dapat membangun nilai dan watak dari setiap peserta
didik melalui nilai-nilai agama. Seperti yang tersurat dalam sebuah kata bijak bahwa “ilmu
tanpa agama buta dan agama tanpa ilmu pincang” sehingga keduanya harus menjadi fondasi
dalam setiap pembelajaran khususnya pada pembelajaran matematika yang kesemuanya itu
demi tercapainya tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi “ Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokrasi serta bertanggung jawab”.1
Keterkaitan Matematika dan Islam, secara langsung penulis temukan dalam salah satu
ayat An- Nisaa tepatnya ayat 101. Ayat tersebut membahas tentang ketentuan pengurangan
rakaat dalam shalat (mengqashar shalat). Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa meng-
qasar shalat yakni meringankan, dari segi rakaatnya, yang awalnya empat rakaat, dikurangi
dua sehingga hanya menjadi dua rakaat. Dari ayat surah An-Nisaa’ tersebut dapat dilihat
secara implisit konteks Matematika tepatnya konsep pengurangan yang diperlukan secara
praktis dalam menghitung jumlah rakaat shalat yang diqashar. Melalui satu ayat di atas,
penulis menjadi terpikir untuk mencari tahu lebih dalam konteks-konteks Matematika yang
1
Samsul Maarif, “Integrasi Matematika dan Islam dalam Pembelajaran Matematika”, Jurnal Ilmiyah vol 4 No
2, 2015, hal 224.

1
tertuang dalam Alquran khususnya dalam surah An-Nisaa. Dalam studi awal mengenai surah
An-Nisaa selanjutnya, penulis melihat pada Abdussakir (2009) yang menemukan beberapa
konteks Matematika yang terdapat dalam hukum waris atau secara Islam disebut dengan
(Faraidh). Konsep yang terkait antara lain: pecahan, pecahan senilai, konsep keterbagian,
FPB, dan KPK. 2
Ayat-ayat tersebut merupakan ayat yang konteks Matematika nya Allah sebutkan
secara eksplisit. Kitab Alquran termasuk surah An-Nisaa’di dalamnya bukan semata hanya
untuk memberitahukan para manusia tentang hukum Islam saja, tetapi juga segala bentuk
ilmu pengetahuan. Alquran yang merupakan pedoman manusia dan memegang salah satu
peranan untuk memberikan motivasi pada manusia, melakukan penalaran, penelitian,
membentuk dan menunjukan cara berpikir ilmiah, juga mengandung banyak konsep dan
konteks Matematika di dalamnya.3
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksut dengan konsep matematika dalam surah An-Nisa’ ?
2. Apa saja yang terdapat dimatematika dalam al-qur’an ?
3. Apa saja yang terdapat dalam surah An-Nisa’?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui apa itu konsep matematika dalam surah An-Nisa’
2. Untuk mengetahui hubungan antara matematika dan islam
3. Untuk mengetahui dan memahami kandungan- kandungan yang terdapat dalam surah An-
Nisa’

2
Febriarsita Eka Sasmita. Neni Mariana, “Eksplorasi Al-Qur’an Surah An-Nisa’ dalam Mentransformasi
Matematika SD yang Penuh Nilai”, Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar vol 06 No 04, 2018, hal 526-527
3
Febriarsita Eka Sasmita. Neni Mariana, “Eksplorasi Al-Qur’an Surah An-Nisa’ dalam Mentransformasi
Matematika SD yang Penuh Nilai”, Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar vol 06 No 04, 2018, hal 527

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Matematika dalam Surah An-Nisa’


Kata matematika berasal dari bahasa Latin mathematika, awalnya diambil dari bahasa
Yunani mathematike yang artinya mempelajari. Mathematika berasal dari kata mathema yang
berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula
dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar
(berpikir). Berdasarkan asal katanya, matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat
dengan berpikir (bernalar).4
Konsep matematika adalah suatu ide yang merupakan suatu generalisasi peristiwa
atau pengalaman yang dinyatakan dengan istilah atau simbol tertentu. Konsep harus mengacu
pada objek, benda-benda, ciri dan atribut yang lengkap dengan sesuatu dari suatu objek.
Menurut dahar konsep matematika segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang
bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat dan
inti/isi dari materi matematika.
Matematika merupakan mengkaji tentang cara menghitung atau mengukur sesuatu
dengan angka, simbol atau jumlah. Matematika menurut Abdurahman adalah bahasa simbolis
yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan
keruangan sehingga fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. 5
Pokok kajian matematika meliputi aljabar, statistika, logika, geometri, pengukuran
dan lain sebagainya. Matematika dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari baik secara
langsung maupun tidak langsung. Peranan matematika pun sangat penting karena matematika
sering disebut mother of science yaitu induk dari pengetahuan, yang artinya matematika bisa
menjadi pembuka jalan bagi penemuan pengetahuan lainnya. Motivasi mempelajari
matematika juga dijelaskan dalam Al-Qur’an yaitu surat Q.S Yunus ayat 5 :
‫ق‬ َ ِ‫ق هّٰللا ُ ٰذل‬
ِّ ۗ ‫ك اِاَّل بِ ْال َح‬ َ ]ۗ ‫َاز َل لِتَ ْعلَ ُموْ ا َع َد َد ال ِّسنِ ْينَ َو ْال ِح َس‬
َ َ‫اب َما َخل‬ ۤ ِ ‫س‬
ِ ‫ضيَا ًء و َّْالقَ َم َر نُوْ رًا َّوقَ َّد َر ٗه َمن‬ َ ‫ه َُو الَّ ِذيْ َج َع َل ال َّش ْم‬
ِ ‫يُفَصِّ ُل ااْل ٰ ٰي‬
َ‫ت لِقَوْ ٍم يَّ ْعلَ ُموْ ن‬
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah ( tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Alloh tidak menciptakan yang demikian itu
melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang
yang mengetahui”
1. Konsep bilangan
Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan dalam pencacahan
dan pengukuran. Adapun macam-macam bilangan seperti: bilangan asli, bilangan
4
Nur Rahmah, “Hakikat Pendidikan Matematika”, Jurnal Pendidikan, vol 2, 2013, hal 2.
5
Muhammad Daut Siagian, ” Pembelajaran Matematika Dalam Persfektif Konstruktivisme “, Jurnal Pendidik an
Islam Dan Teknologi Pendidikan,Vol. 7 No 2, 2017, hlm 6.

3
cacah, bilangat bulat, bilangan pecahan, bilangan rasional, bilangan irasional,
bilangan riil, dan lain-lain. Konsep bilangan dalam surat An-Nisa‟ terdapat pada
ayat 1, 3, 11, 12, 15, 20, 25, 43, 102, 152, 171, dan 176. Ayat-ayat tersebut
memuat bilangan bulat, bilangan cacah, bilangan pecahan, bilangan rasional,
maupun bilangan riil dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 1
Konsep Bilangan dalam Surah An-Nisa’

No Ayat Teks ayat Artinya Konsep bilangan


1 1 ْ‫…“ ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْ ا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي‬yang telah Bilangan asli,
ٍ ‫ خَ لَقَ ُك ْم ِّم ْن نَّ ْف‬menciptakan kamu
‫س َّوا ِحد ٍَة‬ bilangan cacah,
dari diri yang satu bilangan bulat
(Adam),..” positif, bilangan
rasional dan
bilangan riil.
2 3 َ ‫…“ ِّمنَ النِّ َس ۤا ِء َم ْث ٰنى َوثُ ٰل‬maka nikahilah
‫ث َو ُر ٰب َع‬ Bilangan asli,
perempuan (lain) bilangan cacah,
yang kamu senangi: bilangan bulat
dua, positif, bilangan
tiga atau empat…” rasional dan
ْ ‫…“ ۗ فَ َوا ِح َدةً اَوْ َما َملَك‬maka (nikahilah)
‫َت اَ ْي َمانُ ُك ْم‬ bilangan riil.
seorang saja, atau
hamba sahaya
perempuan yang
kamu miliki…”
3 11 ِ‫َر ِم ْث ُل َحظِّ ااْل ُ ْنثَيَ ْين‬ َّ ِ‫…“ ۚ اَوْ اَل ِد ُك ْم ل‬bagian seorang
ِ ‫لذك‬ Bilangan asli,
anak laki-laki sama bilangan cacah,
dengan bagian dua bilangan bulat
orang anak positif, bilangan
perempuan…” rasional dan
َ ْ‫“ فَاِ ْن ُك َّن نِ َس ۤا ًء فَو‬Dan jika anak itu
‫ق ا ْثنَتَ ْي ِن‬ bilangan riil.
semuanya
perempuan yang
jumlahnya lebih dari
dua,…”
‫احد ًَة‬ ْ ‫“ َواِ ْن كَان‬...jika dia (anak
ِ ‫َت َو‬
perempuan) itu

4
seorang saja,…”
َ‫ُس ِم َّما تَرَك‬ ُّ ‫“ ِّم ْنهُ َما ال‬...maka bagian
ُ ‫سد‬ Bilangan rasional,
mereka bilangan pecahan,
dua pertiga dari dan bilangan rill
harta yang
ditinggalkan…”
ُ‫…“ فَاِ ْن لَّ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ َولَ ٌد و ََّو ِرثَهٗ ٓ اَبَ ٰوه‬Jika dia (yang
‫ث‬ُ ُ‫ فَاِل ُ ِّم ِه الثُّل‬meninggal) tidak
mempunyai anak
dan dia diwarisi oleh
kedua ibu-bapaknya
(saja), maka ibunya
mendapat
sepertiga…”
“…Jika dia (yang Bilangan rasional,
meninggal) tidak bilangan pecahan,
mempunyai anak dan bilangan rill.
dan dia diwarisi oleh
kedua ibu-bapaknya
(saja), maka ibunya
mendapat
sepertiga…”
‫ُس‬ ُّ ‫…“ فَاِ ْن َكانَ لَهٗ ٓ اِ ْخ َوةٌ فَاِل ُ ِّم ِه ال‬Jika dia
ُ ‫سد‬
mempunyai
beberapa saudara,
maka ibunya
mendapat
seperenam….”
4 12 ‫ك اَ ْز َوا ُج ُك ْم‬ ْ ِ‫“ َولَ ُك ْم ن‬Dan bagianmu
َ ‫صفُ َما ت ََر‬ Bilangan rasional,
(suami-suami) bilangan Pecahan,
adalah dan bilangan riil.
seperdua dari harta
yang ditinggalkan
oleh istri-istrimu,..”
ُّ ‫…“ فَاِ ْن َكانَ لَه َُّن َولَ ٌد فَلَ ُك ُم‬Jika mereka
ُ‫الربُع‬
(istriistrimu) itu

5
mempunyai anak,
maka kamu
mendapat
seperempat…”
‫الربُ ُع ِم َّما تَ َر ْكتُ ْم اِ ْن لَّ ْم َي ُك ْن‬
ُّ ‫…“ َولَه َُّن‬Para istri
‫ لَّ ُك ْم َولَ ٌد‬memperoleh
seperempat harta
yang kamu
tinggalkan jika kamu
tidak mempunyai
anak….”
‫“ فَلَه َُّن الثُّ ُمنُ ِم َّما ت ََر ْكتُ ْم‬... jika kamu Bilangan rasional,
mempunyai anak, bilangan pecahan,
maka para istri dan bilangan rill
memperoleh
seperdelapan…”
ۚ‫ُس‬ ُّ ‫اح ٍد ِّم ْنهُ َما ال‬
ُ ‫سد‬ ِ ‫…“ فَلِ ُك ِّل َو‬maka bagi
masingmasing dari
kedua jenis saudara
itu
seperenam harta…”
‫…“ اِ ْن كَانُ ْٓوا اَ ْكثَ َر ِم ْن ٰذلِكَ فَهُ ْم‬Tetapi jika
ِ ُ‫ ُش َرك َۤا ُء فِى الثُّل‬saudara-saudara
‫ث‬
seibu itu lebih dari
seorang, maka
mereka bersama-
sama dalam bagian
yang sepertiga
itu…”
5 15 ‫…“ فَا ْستَ ْش ِه ُدوْ ا َعلَ ْي ِه َّن اَ ْربَ َعةً ِّم ْن ُك ْم‬hendaklah Bilangan asli,
terhadap mereka ada bilangan cacah,
empat orang saksi di bilangan bulat
antara kamu (yang positif dan
menyaksikannya)…” bilangan riil.
6 20 ‫…“ و َّٰاتَ ْيتُ ْم اِ ْح ٰدى ُهنَّ قِ ْنطَارًا فَاَل‬kamu telah Bilangan asli,
‫ ۗ تَْأ ُخ ُذوْ ا ِم ْنهُ َش ْيـًٔا‬memberikan kepada bilangan cacah,

6
seorang di antara bilangan bulat
mereka harta yang positif, bilangan
Bilangan rasional dan
asli, bilangan bilangan riil.
cacah, banyak, maka
janganlah kamu
mengambil kembali
sedikit pun
darinya…”
7 25 ِ ْ‫…“ فَاِ َذآ اُح‬tetapi melakukan
‫ص َّن فَاِ ْن اَتَ ْينَ بِفَا ِح َش ٍة‬ Bilangan rasional,
ْ ِ‫ فَ َعلَ ْي ِه َّن ن‬perbuatan keji
ُ‫صف‬ bilangan pecahan,
(zina), maka dan bilangan riil.
(hukuman) bagi
mereka setengah...”
8 43 ‫…“ اَوْ َج ۤا َء اَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمنَ ْالغ َۤا ِٕى ِط‬atau seorang dari Bilangan asli,
kalian datang dari bilangan cacah,
tempat buang air…” bilangan bulat
positif, bilangan
rasional dan
bilangan riil.
9 102 ‫…“ َو َّد الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا لَوْ تَ ْغفُلُوْ نَ ع َْن‬Orang-orang Bilangan asli,
‫ اَ ْسلِ َحتِ ُك ْم َواَ ْمتِ َعتِ ُك ْم فَيَ ِم ْيلُوْ نَ َعلَ ْي ُك ْم‬kafir ingin agar bilangan cacah,
ِ ‫ َّم ْيلَةً َّو‬kamu lengah
ً‫احدَة‬ bilangan bulat
terhadap senjatamu positif, bilangan
dan harta bendamu, rasional dan
lalu mereka bilangan riil.
menyerbu kamu
sekaligus...
10 152 ‫“ َولَ ْم يُفَرِّ قُوْ ا بَ ْينَ اَ َح ٍد ِّم ْنهُ ْم‬... dan mereka tidak Bilangan asli,
membeda-bedakan bilangan cacah,
satupun diatara bilangan bulat
mereka…” positif, bilangan
rasional dan
bilangan riil.
11 171 ‫…“ ۗ َواَل تَقُوْ لُوْ ا ثَ ٰلثَةٌ ۗاِ ْنتَهُوْ ا َخ ْيرًا لَّ ُك ْم‬janganlah kamu Bilangan asli,
mengatakan, bilangan cacah,

7
“(Tuhan itu) tiga,” bilangan bulat
berhentilah (dari positif, bilangan
ucapan itu). (Itu) rasional dan
lebih baik bilangan riil.
bagimu…”
‫هّٰللا‬
ِ ‫“ اِنَّ َما ُ اِ ٰلهٌ َّو‬...sesungguhnya
ٌ‫احد‬
Allah Tuhan Yang
Maha Esa…”
12 176 َ ۚ ‫صفُ َما ت ََر‬
‫ك‬ ْ ِ‫“ فَلَهَا ن‬.... maka baginya Bilangan rasional,
(saudara bilangan pecahan,
perempuannya itu) dan bilangan riil.
seperdua dari harta
yang
ditinggalkannya,...”
‫…“ فَاِ ْن كَانَتَا ْاثنَتَي ِْن فَلَهُ َما الثُّلُ ٰث ِن ِم َّما‬Tetapi jika
َ‫ تَرَك‬saudara perempuan
itu dua orang, maka
bagi keduanya dua
pertiga dari harta
yang
ditinggalkan…”
‫…“ فَاِ ْن كَانَتَا ا ْثنَتَ ْي ِن فَلَهُ َما الثُّلُ ٰث ِن ِم َّما‬Tetapi jika Bilangan asli,
َ‫ تَرَك‬saudara perempuan bilangan cacah,
itu dua orang, maka bilangan bulat
bagi keduanya dua positif, bilangan
pertiga dari harta rasional dan
yang bilangan riil.
ditinggalkan…”

Dalam surat An-Nisa‟ terdapat 12 ayat yang memuat konsep bilangan. Pada
beberapa ayat disebutkan ‫احدهن‬, ‫ احد‬,‫ واحدة‬kata yang berarti seseorang. Kata
seseorang ini sama dengan menunjukan satu orang, maka kata seseorang
bermakna bilangan satu. Adapula kata ‫ واحدة‬yang artinya sekaligus. Menurut
KBBI kata sekaligus bermakna dengan satu kali saja atau serentak pada saat yang
sama (melakukan sesuatu), dengan demikian kata sekaligus ini juga sama
memiliki makna bilangan satu. Begitupun dengan ‫ واحد‬yang artinya Esa bermakna
satu atau tunggal.

8
Penyebutan bilangan satu (‫احدهن‬, ‫ احد‬,‫)واحدة‬, dua (‫ االنثيين‬,‫ مثنى‬,‫)اثنتين‬, tiga (
‫وثلث‬, ‫)ثلثة‬, dan empat (‫ الربع‬,‫ ربع‬,‫ )اربعة‬merupakan bilangan asli, bilangan cacah,
bilangan bulat positif, bilangan rasional dan bilangan riil karena
{1,2,3,4 ∈ N ,W , Z , Q }. Hal ini sejalan dengan himpunan bilangan asli adalah
subset dari himpunan bilangan cacah. Himpunan bilangan Cacah adalah subset
dari himpunan bilangan Rasional. Sedangkan himpunan bilangan baik Rasional
maupun Irrasional disebut himpunan bilangan Riil.6
2 1
Kemudian ada bilangan (‫)ثلثا‬, (‫ )النصف‬yang merupakan bilangan rasional,
3 2
bilangan pecahan dan bilangan riil. Termasuk bilangan rasional karena bilangan
a
tersebut merupakan himpunan bilangan yang berbentuk , dengan a, b adalah
b
bilangan bulat dan b ≠ 0. Termasuk pula kedalam bilangan pecahan karena
a
bilangan tersebut berbentuk , dengan a, b adalah bilangan bulat dan b ≠ 0 dan a
b
tidak habis dibagi b. Bilangan pecahan tersebut terdiri dari pembilang dan
penyebut.7 Dan karena bilangan ini termasuk ke dalam bilangan rasional maka
bilangan ini disebut pula bilangan riil.
2. Konsep relasi
Setelah adanya bilangan, perlu adanya sesuatu aturan yang dapat digunakan
untuk membandingkan dua bilangan. Adapun aturan ini bisa disebut relasi yang
merupakan hubungan antara anggota suatu himpunan dengan anggota himpunan
yang lain. Ayat yang memuat konsep relasi bilangan secara langsung misalnya
kurang dari (<), lebih dari (>), sama dengan (=), kurang dan atau dari sama
dengan (≤), da n lebih dan atau dari sama dengan (≥). 77 Adapun penjelasan
konsep relasi dalam surat An-Nisa terdapat pada ayat 11 dan 12, dengan
perincian sebagai berikut:
a. Surat An-Nisa’ Ayat 11
َ ‫ق ْاثنَتَ ْي ِن فَلَه َُّن ثُلُثَا َما ت ََر‬ َ ْ‫َر ِم ْث ُل َحظِّ ااْل ُ ْنثَيَي ِْن ۚ فَاِ ْن ُك َّن نِ َس ۤا ًء فَو‬ ‫هّٰللا‬
‫َت‬ْ ‫ك ۚ َواِ ْن كَان‬ ِ ‫ص ْي ُك ُم ُ فِ ْٓي اَوْ اَل ِد ُك ْم لِل َّذك‬ ِ ْ‫يُو‬
‫ك اِ ْن َكانَ لَهٗ َولَ ٌد ۚ فَاِ ْن لَّ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ َولَ ٌد َّو َو ِرثَ ٗ ٓه‬ َ ‫اح ٍد ِّم ْنهُ َما ال ُّسدُسُ ِم َّما ت ََر‬ ِ ‫َوا ِح َدةً فَلَهَا النِّصْ فُ ۗ َواِل َبَ َو ْي ِه لِ ُك ِّل َو‬
‫ص ْي بِهَٓا اَوْ َد ْي ٍن ۗ ٰابَ ۤاُؤ ُك ْم َواَ ْبن َۤاُؤ ُك ۚ ْم اَل‬
ِ ْ‫صيَّ ٍة يُّو‬ ِ ‫ث ۚ فَاِ ْن َكانَ لَ ٗ ٓه اِ ْخ َوةٌ فَاِل ُ ِّم ِه ال ُّسدُسُ ِم ۢ ْن بَ ْع ِد َو‬ ُ ُ‫اَبَ ٰوهُ فَاِل ُ ِّم ِ]ه الثُّل‬
‫ضةً ِّمنَ هّٰللا ِ ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ َعلِ ْي ًما َح ِك ْي ًما‬َ ‫تَ ْدرُوْ نَ اَيُّهُ ْم اَ ْق َربُ لَ ُك ْم َن ْفعًا ۗ فَ ِر ْي‬
“Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan
untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan
bagian dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan

6
Mohammad Faizal Amir dan Bayu Hari Prasojo, Buku Matematika Dasar,…, hlm 5
7
Abdussakir, Matematika 1 Kajian Integratif Matematika dan Al-Quran, …, 94.

9
yang jumlahnya lebih dari dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta
yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang saja, maka dia
memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak,
bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang
meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai
anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat
sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara, maka
ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah
(dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya.
(Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di
antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan
Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha bijaksana”.
Ayat diatas menjelaskan tentang perincian hak waris, salah satunya
hak waris yang diberikan kepada lebih dari dua anak perempuan yang
ditinggal mati oleh orang tuanya.8 Berdasarkan hal tersebut maka ayat ini
َ ْ‫فَاِ ْن ُك َّن نِ َس ۤا ًء فَو‬...”
memuat konsep relasi yaitu pada kata ‫ فوق‬di kalimat “...‫ق ْاثنَتَي ِْن‬
yang dimaknai “lebih dari”. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh
Abdussakir bahwa konsep relasi “lebih dari dalam al-Qur’an menggunakan
redaksi ‫ اكثر‬atau ‫ فوق‬.9 Sejalan juga dengan pengertian relasi yang merupakan
sesuatu aturan yang dapat digunakan untuk membandingkan dua bilangan.
Secara langsung ayat ini memuat konsep relasi lebih dari (>). Jika x
dimisalkan banyaknya perempuan maka secara matematika dapat dituliskan:
x >2 x ∈ N
x = banyaknya anak perempuan
n = bilangan asli
3. Konsep operasi bilangan
Setelah mengenal konsep bilangan dan relasi kemudian diperlukan
pemahaman tentang operasi hitung. Begitupun dalam surat An-Nisa‟, konsep
yang selanjutnya adalah tentang operasi hitung. Operasi hitung yang paling
sederhana adalah operasi hitung dasar bilangan. Adapaun operasi hitung dalam
surat An-Nisa‟ terdapat pada ayat sebagai berikut:
a. Ayat 11
َ ‫ق ْاثنَتَ ْي ِن فَلَه َُّن ثُلُثَا َما ت ََر‬ َ ْ‫َر ِم ْث ُل َحظِّ ااْل ُ ْنثَيَي ِْن ۚ فَاِ ْن ُك َّن نِ َس ۤا ًء فَو‬ ‫هّٰللا‬
‫َت‬ْ ‫ك ۚ َواِ ْن كَان‬ ِ ‫ص ْي ُك ُم ُ فِ ْٓي اَوْ اَل ِد ُك ْم ِلل َّذك‬
ِ ْ‫يُو‬
‫ك اِ ْن َكانَ لَهٗ َولَ ٌد ۚ فَاِ ْن لَّ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ َولَ ٌد َّو َو ِرثَ ٗ ٓه‬ َ ‫اح ٍد ِّم ْنهُ َما ال ُّسدُسُ ِم َّما ت ََر‬ ِ ‫َوا ِح َدةً فَلَهَا النِّصْ فُ ۗ َواِل َبَ َو ْي ِه لِ ُك ِّل َو‬

8
Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, …, hlm 121.
9
Abdussakir, Matematika 1 Kajian Integratif Matematika Dan Al-Quran,…, hlm 78.

10
‫ص ْي بِهَٓا اَوْ َد ْي ٍن ۗ ٰابَ ۤاُؤ ُك ْم َواَ ْبن َۤاُؤ ُك ۚ ْم اَل‬ ِ ‫ث ۚ فَاِ ْن َكانَ لَ ٗ ٓه اِ ْخ َوةٌ فَاِل ُ ِّم ِه ال ُّسدُسُ ِم ۢ ْن بَ ْع ِد َو‬
ِ ْ‫صيَّ ٍة يُّو‬ ُ ُ‫اَبَ ٰوهُ فَاِل ُ ِّم ِ]ه الثُّل‬
‫ضةً ِّمنَ هّٰللا ِ ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ َعلِ ْي ًما َح ِك ْي ًما‬
َ ‫تَ ْدرُوْ نَ اَيُّهُ ْم اَ ْق َربُ لَ ُك ْم نَ ْفعًا ۗ فَ ِر ْي‬
Selanjutnya masih ayat 11 yang menjelaskan perincian hak waris,
selain memuat konsep bilangan pecahan, bilangan rasional, dan konsep relasi
memuat tentang operasi pembagian yaitu pembagian harta waris yang
memuat bilangan pecahan. Hal ini sesuai pada penelitian oleh Abdussakir
dimana bilangan pecahan didalam AlQur’an mewakili konsep operasi
2
pembagian.10 Adapun pembagian harta waris dalam ayat ini adalah untuk
3
bagian anak perempuan jika yang meninggal memiliki anak perempuan lebih
1
dari dua. Kemudian jika anak perempuan dari orang yang meninggal itu
2
satu orang. Selanjutnya apabila seorang meninggal dunia dan ia
meninggalkan anak, baik laki-laki maupun perempuan, maka masing-masing
1
orangtua yaitu bapak dan ibu mendapatkan dari jumlah harta. Sebaliknya
6
1
apabila ia tidak memiliki anak maka ibu mendapat bagian dan sisanya
6
diberikan kepada ayahnya. Akan tetapi apabila yang meninggal itu juga
memiliki saudara-saudaranya yang lain, baik lakilaki maupun perempuan dua
1
ke atas maka ibu mendapatkan dan bapak mendapatkan sisanya.85
6
Perincian konsep operasi pembagian dalam ayat ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Pertama secara umum bagian untuk seorang anak laki-laki sama
dengan bagian dua anak perempuan. Artinya bagian anak perempuan adalah
separuh dari bagian anak laki-laki. Jika bagian anak laki-laki dimisalkan x,
1 x
maka bagian anak perempuan x atau .
2 2
Kedua, jika ahli waris adalah anak perempuan yang jumlahnya lebih
2
dari dua orang dan tidak ada anak laki-laki maka mereka mendapatkan dari
3
jumlah harta waris. Jika harta waris dimisalkan x, maka bagian mereka
2 2x
adalah x atau .
3 3

10
Abdussakir, Matematika 1 Kajian Integratif Matematika Dan Al Quran, …, hlm 83.

11
Ketiga, jika ahli waris merupakan anak perempuan tunggal, maka
1
bagian yang dia terima dari jumlah harta waris. Jika harta waris dimisalkan
2
1 x
x, maka bagian dia adalah . x atau .
2 2
Keempat, jika orang yang meninggal masih memiliki orang tua,
1
maka bagian bapak dan ibu masing-masing dari jumlah harta waris. Jika
6
harta waris dimisalkan x, maka bapak dan ibu masing-masing bagian adalah
1 x
. x atau .
6 6
Kelima, jika ahli waris hanya kedua orang tuanya saja baik ibu atau
1
bapak dan tidak mempunyai anak maka bagian ibunya mendapatkan dari
3
jumlah harta waris kemudian sisanya diberikan kepada bapak. Jika harta
1 x
waris dimisalkan x, maka bagian ibu adalah . x atau .
3 3
Keenam, jika yang meninggal masih memiliki beberapa saudara
1
maka ibunya mendapatkan dari jumlah harta waris. Jika harta waris
6
1 x
dimisalkan x, maka bagian ibu adalah . x atau .
6 3
Ayat ini memuat operasi pembagian karena terdapat bilangan-bilangan
2 1
diantaranya adalah berarti 2 dibagi 3 atau 2 : 3, berarti 1dibagi 2 atau 1 :
3 2
1 1
2, berarti 1 dibagi 6 atau 1 : 6, dan berarti 1 dibagi 3 atau 1 : 3.
6 3
2x x
Sedangkan jika adalah berarti 2x dibagi 3 atau 2x : 3, artinya x dibagi
3 2
x x
2 atau x : 2, berarti x dibagi 6 atau x : 6, dan begitupun jika berarti x
6 3
dibagi 3 atau x : 3.
4. Konsep pengukuran
Setelah membaca dan mencermati dalam surat An-Nisa‟ terdapat pula konsep
pengukuran. Adapun ayat yang memuat konsep pengukuran dijelaskan sebagai
berikut:
a. Ayat 40
‫ت ِم ْن لَّ ُد ْنهُ اَجْ رًا َع ِظ ْي ًما‬
ِ ‫ُّض ِع ْفهَا َويُْؤ‬
ٰ ‫ك َح َسنَةً ي‬ ْ َ‫اِ َّن هّٰللا َ اَل ي‬
ُ َ‫ظلِ ُم ِم ْثقَا َل َذ َّر ٍة ۚ َواِ ْن ت‬

12
”Sungguh, Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun sebesar dzarrah,
dan jika ada kebajikan (sekecil dzarrah), niscaya Allah akan
melipatgandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya.” 11
Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa barang siapa berbuat kebaikan
walaupun berat timbangan amalnya nanti hanya seberat biji dzarrah, maka
Allah pasti akan melipatgandakan dan memberinya pahala. Dzarrah disini
merupakan satuan tradisional yang tidak baku, yang digunakan pada jaman
itu yaitu pengukuran unsur terkcil. Maka ayat ini memuat konsep
pengukuran, hal ini sesuai dengan pengertian pengukuran yaitu kegiatan
membandingkan suatu besaraan yang diukur dengan alat ukur yang
digunakan sebagai satuan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Abdussakir
bahwa pengukuran dalam Al-Qur‟an salah satunya menggunakan dzarrah.12
Dimana membandingkan suatu amal dengan satuan pengukuran yang
digunakan adalah dzarrah. Karena Al-Qur‟an diturunkan sekitar abad ke 6
Maesehi, yang pada saat itu belum ditetapkan satuan-satuan baku untuk
pengukuran seperti yang dikenal saat ini yaitu kilogram (kg), gram (g),
ataupun ons. Dengan demikian, jika Al-Qur‟an membicarakan tentang
masalah pengukuran, maka satuan ukur yang digunakan adalah satuan-satuan
tradisional.
5. Konsep limit
Dalam surat An-Nisa‟ terdapat konsep limit pada ayat 29 tentang jual beli.
‫ْأ‬ ٰ ٓ
ٍ ‫ٰياَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ا َمنُوْ ا اَل تَ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َجا َرةً ع َْن ت ََر‬
‫اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ اِ َّن‬
‫هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang
berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu”
Ayat diatas menjalaskan bahwa jual beli akan sah jika antar pembeli dan
penjual saling rida terhadap proses transaksinya. Jika pihak pembeli tidak rida
maka proses transaksi tidak akan terjadi dan sebaliknya jika penjual tidak rida
maka transaksi juga tidak akan terjadi. Proses ini kemudian dalam Islam disebut
dengan ijab qobul. Hal ini sejalan dengan konsep limit, suatu fungsi f mempunyai
limit untuk xmendekati c jika dan hanya jika limit kiri dan limit kanannya ada dan
sama.13

11
Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, …, hlm 176.
12
Abdussakir, Matematika dalam Al-Qur‟an, …, hlm 108.
13
Muzzakkir Syamaun, Ayat-ayat matematika,…hlm 53.

13
Fungsi dalam proses ijab qobul pada ayat 29 ini diibaratkan konsep limit,
misal penjual sebagai limit kiri dan pembeli sebagai limit kanan. Jika limit kiri
dan limit kanan menuju titik yang sama dalam proses transaksi yaitu kualitas dan
harga dari suatu barang telah memiliki kata sepakat, maka fungsi ini akan
bernilai. Artinya, transaksi akan terjadi dan sah secara islam. Limit menjadi salah
satu materi dalam matematika yang dianggap sulit bahkan ditakuti oleh sebagian
pelajar karena perhitungannya yang sulit. Akan tetapi, jika pelajar bisa paham
akan konsep limit pengajar akan terbantu dalam menguraikan materi limit.
Konsep ini dapat membuka pemikiran para pelajar tentang konsep limit.
Kemudian adalah melakukan substitusi yaitu mensubstitusikan nilai limit
kedalam fungsi maka akan menghasilkan sebuah nilai. Dalam konsep limit hal ini
tidaklah dibenarkan, akan tetapi harus dilakukan sedikit manipulasi agar fungsi
ini bernilai dengan angka yang didekati. Manipulasi jika dikaitkan dengan ayat 29
adalah tawar menawar yang dilakukan oleh kedua belah pihak sehingga fungsi ini
bernilai atau barang yang dijual dapat diterima oleh pembeli. Perubahan konsep
abstrak kedalam dunia riil sangat dibutuhka oleh pengajar agar membangkitkan
motivasi pelajar untuk memahami materi.
B. Matematika dalam Al-Qur’an
1. Bilangan dalam Al-Qur’an
Dalam Al-Qur‟an ternyata disebutkan sebanyak 38 bilangan yang berbeda. Dari 38
bilangan tersebut, 30 bilangan merupakan bilangan ordinal dan 8 bilangan merupakan
bilangan pecahan (rasional).14
a. Bilangan ordinal
Adalah angka yang menunjukan urutan atau posisi suatu benda. Ayat yang

menyebut bilangan ordinal misal pertama (‫االولى‬,‫)االول‬, kedua (‫)ثانى‬, ketiga (‫)ثالثة‬,...
dan seterusnya. 30 bilangan ordinal yang disebutkan dalam Al-Qur‟an adalah :
1 ( wahid ), 2 ( itsnain ), 3 (tsalats), 4 (arba’), 5 (khamsah), 6 (sittah), 7 (sab’a), 8
(tsamaniyah), 9 (tis’a), 10 (‘asyarah), 11 (ahada asyarah), 12 (istna asyarah), 19
(tis’ata asyarah), 20 (‘isyrun), 30 (tsalatsun), 40 (‘arba’un), 50 (khomsun), 100
(mi’ah), 1000 (alf).
Tabel 2
Bilangan Ordinal dalam Al-Qur’an

Bilangan Asal Kata Pengulangan


1 Waahid atau waahidah 61
2 Itsnaani, itsnaaini atau itsnaatain 15
14
Abdussakir, Matematika 1 Kajian Integratif Matematika Dan Al Quran…Hlm 59.

14
3 Tsalaatsah atau tsalaats 17
10 Asyar, asyara, asyarah atau asyiru 8
30 Tsalaatiin atau Tsalaastuun 2
50 Khamsiina 1
100 Mi’ah 5
1000 Alf 8
b. Bilangan kardinal
Adalah sebuah bilangan yang menunjukan sebuah kuantitas. Bilangan ini
digunakan untuk menyatakan hitungan dalam benda, menghitung umur, menghitung
waktu, menghitung himpunan, dan lain lain. Ayat yang menyebut bilangan kardinal
misal satu (‫واحدة‬,‫واحد‬,‫ احد‬,‫)احدى‬, dua (‫ اِ ْثنَ ْي ِن‬, ‫َان‬
ِ ‫)اِ ْثن‬, tiga (ٌ‫ثَالَثَة‬,‫ث‬
َ َ‫)ثَال‬,... dan seterusnya.
c. Bilangan rasional
Adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai a/b dimana a,b merupakan
bilangan bulat dan b tidak sama dengan 0. Ayat yang menyebut bilangan rasional
yaitu dua pertiga (‫ ثلثين‬,‫ ثلثان‬,‫)ثلث‬, seperdua (‫)نفص‬, sepertiga (‫)ثلث‬,... dan seterusnya.
2 2
Bilangan diambil dari kata “tsulusta” atau “tsuluustaani”. Bilangan disebutkan
3 3
2
sebanyak 3 kali. Secara rinci penyebutan bilangan sebagai berikut:
3
Tabel 3
2
Bilangan Rasional dalam Al-Qur’an
3

Bilangan Surat dan Ayat Pengulangan


2 Q.S An-Nisa’ (4) ayat 11 dan 176 3
3 Q.S Al- Muzammil (73) ayat 20

d. Relasi dalam Al-Qur’an


Relasi bilangan dalam Al-Qur‟an disebutkan dalam beberapa redaksi, misalnya :
1. Adnaa (kurang dari)
Perhatikan Al-Qur‟an surat an-Najm ayat 9 :
‫اب قَوْ َسي ِْن اَوْ اَ ْد ٰن ۚى‬
َ َ‫فَ َكانَ ق‬
“Maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau
lebih dekat (lagi)”.
Pada ayat diatas, kata adnaa dimaknai lebih dekat karena berkaitan dengan
jarak. Jika diteliti lebih detail, pada ayat tersebut berbicara tentang bilangan yaitu

15
dua, dua ujung busur panah. Dengan demikian, sebenarnya kata adnaa bermakna
kurang dari dua. Jadi terdapat relasi bilangan x <2 dengan x menyatakan bilangan
jarak dalam satuan ujung busur panah.
2. Aktsara (lebih dari)
Pada surat surat al Mujadalah ayat 7
‫ض َما يَ ُكوْ نُ ِم ْن نَّجْ ٰوى ثَ ٰلثَ ٍة اِاَّل هُ َو َرابِ ُعهُ ْم َواَل َخ ْم َس ٍة اِاَّل هُ َو‬ ‫هّٰللا‬
ِ ۗ ْ‫ت َو َما فِى ااْل َر‬ ِ ‫اَلَ ْم ت ََر اَ َّن َ يَ ْعلَ ُم َما فِى السَّمٰ ٰو‬
‫هّٰللا‬
ْ ‫ك َوٓاَل اَ ْكثَ َر اِاَّل ه َُو َم َعهُ ْ]م اَ ْينَ َما كَانُوْ ۚا ثُ َّم يُنَبُِّئهُ ْم بِ َما َع ِملُوْ ا يَوْ َم ْالقِ ٰي َم ۗ ِة اِ َّن َ بِ ُك ِّل ش‬
‫َي ٍء‬ َ ِ‫َسا ِد ُسهُ ْم َوٓاَل اَ ْد ٰنى ِم ْن ٰذل‬
‫َعلِ ْي ٌم‬
“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Alloh mengetahui apa yang
ada dilangit dan di bumi ? tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan
Dialah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-
lah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu
atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka
berada. Kemudian Dia akan memebritahukan kepada mereka pada hari kiamat
apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.”
Konteks yang digunakan dalam ayat tersebut adalah banyak orang, yang
dalam ayat disebutkan bilangan 3,4,5, dan 6. Jadi, dapat diambil suatu relasi
bilangan x >6 dengan x menyatakan banyak orang.
3. Fauqa (lebih dari)
Dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 11 disebutkan :
َ ‫ق ْاثنَتَ ْي ِن فَلَه َُّن ثُلُثَا َما ت ََر‬ َ ْ‫َر ِم ْث ُل َحظِّ ااْل ُ ْنثَيَي ِْن ۚ فَاِ ْن ُك َّن نِ َس ۤا ًء فَو‬ ‫هّٰللا‬
‫َت‬ْ ‫ك ۚ َواِ ْن كَان‬ ِ ‫ص ْي ُك ُم ُ فِ ْٓي اَوْ اَل ِد ُك ْم ِلل َّذك‬ ِ ْ‫يُو‬
ُ‫ك اِ ْن َكانَ لَهٗ َولَ ٌد ۚ فَاِ ْن لَّ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ َولَ ٌد َّو َو ِرثَ ٗ ٓه اَبَ ٰوه‬ َ ‫اح ٍد ِّم ْنهُ َما ال ُّسدُسُ ِم َّما ت ََر‬ ِ ‫َوا ِح َدةً فَلَهَا النِّصْ فُ ۗ َواِل َبَ َو ْي ِه لِ ُك ِّل َو‬
َ‫ص ْي بِهَٓا اَوْ َدي ٍْن ۗ ٰابَ ۤاُؤ ُك ْم َواَ ْبن َۤاُؤ ُك ۚ ْم اَل تَ ْدرُوْ ن‬ِ ْ‫صيَّ ٍة يُّو‬ ِ ‫ث ۚ فَاِ ْن َكانَ لَ ٗ ٓه اِ ْخ َوةٌ فَاِل ُ ِّم ِ]ه ال ُّسدُسُ ِم ۢ ْن بَ ْع ِد َو‬ ُ ُ‫فَاِل ُ ِّم ِه الثُّل‬
‫ْضةً ِّمنَ هّٰللا ِ ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ َعلِ ْي ًما َح ِك ْي ًما‬ َ ‫اَيُّهُ ْم اَ ْق َربُ لَ ُك ْم نَ ْفعًا ۗ فَ ِري‬
“Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan
untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian
dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang
jumlahnya lebih dari dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang saja, maka dia memperoleh
setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-
masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal)
mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia
diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga. Jika
dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat
seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat

16
yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya. (Tentang) orang tuamu dan
anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak
manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahabijaksana.”
Pada ayat tersebut digunakan kata fauqa untuk menyatakan lebih dari.
Konteks yang digunakan dalam ayat tersebut adalah banyak orang. Pada ayat itu
terdapat relasi bilangan x >2 dengan x menyatakan banyaknya anak perempuan.
e. Operasi dalam Al-Qur’an
Pada ayat tersebut digunakan kata fauqa untuk menyatakan lebih dari. Konteks
yang digunakan dalam ayat tersebut adalah banyak orang. Pada ayat itu terdapat relasi
bilangan.15
1. Operasi penjumlahan
Dalam Q.S Al-Kahfi ayat 25 yaitu:
َ ‫َولَبِثُوْ ا فِ ْي َك ْهفِ ِه ْم ثَ ٰل‬
ْ ‫ث ِماَئ ٍة ِسنِ ْينَ َو‬
‫ازدَا ُدوْ ا تِ ْسعًا‬
“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah
Sembilan tahun ( lagi ).”
Pada surat ini disebutkan operasi bilangan penjumlahan yaitu : 300+9
2. Operasi pengurangan
Dalam Q.S Al-‘Ankabut ayat 14 yang berbunyi:
َ‫الطوْ فَانُ َوهُ ْم ٰظلِ ُموْ ن‬ َ ِ‫َولَقَ ْد اَرْ َس ْلنَا نُوْ حًا اِ ٰلى قَوْ ِم ٖه فَلَب‬
ُّ ‫ث فِ ْي ِه ْم اَ ْلفَ َسنَ ٍة اِاَّل َخ ْم ِس ْينَ عَا ًما ۗفَا َ َخ َذهُ ُم‬
“Dan sesungguhnya Kami mengutus Nuh kepasa kaumnya, maka ia tinggal
di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka
ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.”
Pada ayat disebutkan operasi bilangan pengurangan yaitu : 1000-5
3. Operasi perkalian
Dalam Al-Qur‟an tidak berbicara operasi perkalian bilangan secara eksplisit
(tegas), ternyata Al-Qur‟an memberikan suatu gambaran yang akan
memunculkan operasi perkalian bilangan.16 Pada surat al-Baqarah ayat 261
disebutkan :
ُ ‫َت َس ْب َع َسنَابِ َل فِ ْي ُك ِّل ُس ۢ ْنبُلَ ٍة ِّماَئةُ َحبَّ ٍة ۗ َوهّٰللا‬
ْ ‫َمثَ ُل الَّ ِذ ْينَ يُ ْنفِقُوْ نَ اَ ْم َوالَهُ ْم فِ ْي َسبِ ْي ِل هّٰللا ِ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة اَ ۢ ْنبَت‬
‫ُض ِعفُ لِ َم ْن يَّش َۤا ُء ۗ َوهّٰللا ُ َوا ِس ٌع َعلِ ْي ٌم‬ ٰ ‫ي‬
“Perumpaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya dijalan Alloh adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Alloh

15
Abdussakir, Matematika dalam Al Quran, (Malang: UIN Maliki Press, 2012), hlm 67.
16
Abdussakir,Matematika 1 Kajian Integratif Matematika Dan Al-Quran…Hlm 82.

17
melipatkgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
Maha Luas (karunianya-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa satu benih akan menumbuhkan 7 bulit,
dimana tiap-tiap bulir akan terdapat 100 biji. Sehingga ada 100 bulir
sebanyak 7 kali, atau dapat dituliskan sebagai berikut :
100+100+100+100+100+100+100 Dengan demikian, muncul operasi
perkalian bilanga dari operasi penjumlahan yaitu penjumlahan berulang.
Karena konsep penjumlahan berulang inilah yang merupakan konsep operasi
perkalian bilangan.
4. Operasi pembagian
Operasi pembagian sebenarnya dalam Al-Qur‟an diwakili dengan
penyebutan bilangan pecahan. Operasi pembagian dalam AlQur‟an sangat
berkaitan dengan masalah pembagian harta warisan dan pembagian harta
rampasan perang.65 Seperti dalam surat AnNisa‟ siebutkan bilangan pecahan
2 1 1
yaitu : , , dan
3 2 10
Bilangan pecahan ini dapat bermakna pembagian yaitu pembagian antara
2
penyebut, seperti bilangan bermakna 2 dibagi 3 atau 2 : 3.
3
C. Surah An-Nisa’
1. Sebab turunnya surah An-Nisa’
Surah An-Nisa’ merupakan surat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad setelah
hijrah ke Madinah sehingga surat ini digolongkan kedalam surat Madaniyah. Surat An-
Nisa’ terdiri dari 176 surat dan merupakan surat terpanjang setelah surat al-Baqarah.
Dinamakan surat AnNisa karena banyak membahas tentang perihal masalah perempuan
serta merupakan surat yang paling banyak membahas perempuan dibandingkan dengan
surat yang lainnya. Karena ada surat lain yang juga membicarakan wanita yaitu surat at-
Talaq, maka An-Nisa’ ini dinamakan juga An-Nisa’ al Kubra (surat An-Nisa’ besar), dan
surat at-Talaq dinamakan An-Nisa’ as Sugra (surat An-Nisa’ Kecil).
Surat An-Nisa’ dimulai dengan perintah bertakwa dan menyatakan bahwa asal
manusia itu adalah satu, kemudian menerangkan hukumhukum yang berhubungan dengan
anak yatim, rumah tangga, warisan, wanita yang haram dinikahi serta hak-kewajiban laki-
laki dan perempuan. Selanjutnya disebut tentang hukum-hukum perang serta pelajaran
yang harus diambil dari Perang Badar dan Uhud. Akhir surah ini ditutup dengan perintah
kepada para mukmin supaya mereka bersabar, mengeratkan hubungan sesame manusia
dan betakwa kepada Allah agar mendapatkan keberuntungan dunia akhirat.
2. Kandungan surah An-Nisa’

18
Tema utama surat An-Nisa‟ menurut Quraish Shihab, ialah:
1) Tuntutan kehidupan rumah tangga dan perlunya memberi perhatian tentang hak-hak
perempuan dan kaum lemah.
2) Pengenalan terhadap musuh-musuh Islam dan tuntutan menghadapi mereka.
3) Kewajiban taat kepada Allah SWT, Rasul, dan Ulil Amri, yakni yang memiliki
wewenang memerintah.
4) Perlunya berhijrah meninggalkan tempat atau kondisi yang tidak kondusif untuk
melaksanakan tuntutan agama.
5) Kisah umat terdahulu guna memerik pelajaran dari pengalaman mereka. 17

Pokok-pokok isi dari surat An-Nisa‟ adalah sebagai berikut:

a. Keimanan
Mencakup syirik, kekafiran dan hari kemudian.
b. Hukum-hukum
Kewajiban para wasi dan para wali, hukum poligami, maskawin, memakan harta
anak yatim dan orang-orang yang tidak dapat mengurus hartanya, pokok-pokok
hukum warisan, perbuatanperbuatan keji dan hukumannya, perempuan yang haram
dikawini, hukum mengawini budak perempuan, larangan memakan harta secara batil,
hukum syiqaq dan nusyuz, kesucian lahir batin dalam salat, hukum suaka, hukum
membunuh seorang muslim, salat khauf, larangan melontarkan ucapan-ucapan buruk,
masalag pusaka kalalah, dan lain-lain.
c. Kisah-kisah
Kisah-kisah tentang Nabi Musa dan pengikut-pengikutnnya.
d. Lain-lain
Asal manusia satu, keharusan menjauhi adat zaman jahiliyah dalam menggauli
perempuan, cara menggauli istri, hak seorang istri, hak seorang sesuai dengan
kewajibannya, perlakuan Ahli Kitab terhadap kitab-kitab yang diturunkan kepadanya,
dasar-dasar pemerintahan, cara mengadili perkara, keharusan siap-siaga terhadap
musuh, sikapsikap orang munafik dalam menghadapi peperangan, berperang dijalan
Allah adalah kewajiban tiap-tiap mukallaf, adab dalam peperangan, cara menghadapi
orang-orang munafik, derajat-derajat orang yang berjihad.

17
Mustakimah, Skripsi: “Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur‟An Surat An-NisᾹ‟ Ayat 1” ( Salatiga: IAIN
Salatiga,2018), hlm 21.

19
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah mempelajari konsep matematika pada ayat-ayat surat An-Nisa’, diperoleh
kesimpulan bahwa ada beberapa konsep matematika yang termuat didalamnya yaitu konsep
bilangan, konsep relasi, konsep operasi bilangan, konsep geometri, dan konsep limit. Adapun
perincian konsep matematika dalam surat An-Nisa’ adalah sebagai berikut:
1. Konsep Bilangan
Ayat-ayat dalam surat An-Nisa’ yang memuat konsep bilangan baik konsep bilangan
asli, bilangan bulat, bilangan cacah, bilangan rasional bilangan pecahan, maupun bilangan
riil terdapat pada ayat 1, 3, 11, 12, 15, 20, 25, 43, 102, 152, 171, dan 176. Ada bilangan
satu, dua, tiga, dan empat yang merupakan bilangan asli, bilangan cacah, bilangan bulat
2 1 1
positif, bilangan rasional dan bilangan riil. Kemudian ada bilangan (‫)ثلثا‬, (‫)النصف‬, (
3 2 3
‫ )الثلث‬yang merupakan bilangan rasional, bilangan pecahan, dan bilangan rii.
2. Konsep relasi
Konsep relasi dalam surat An-Nisa’ terdapat pada ayat 11 dan 12. Konsep relasi pada
kedua ayat tersebut memuat konsep relasi lebih dari (>).
3. Konsep operasi bilangan

20
Ayat-ayat dalam surat An-Nisa’ yang memuat konsep operasi bilangan yaitu terdapat
pada ayat: 11, 12, 25, 102, dan 176. Konsep operasi bilangan yang termuat meliputi
operasi pembagian pada pembagian harta waris, konsep operasi penjumlahan dan
perkalian terdapat pada praktik menghitung bagian harta waris dan operasi pengurangan
yang didapat secara implisit pada konteks mengqasar sholat.
4. Konsep pengukuran
Ayat-ayat dalam surat An-Nisa’ yang memuat konsep geometri yaitu tentang
pengukuran terdapat pada ayat 40 dan 92. Konsep pengukuran pada ayat ini meliputi
pengukuran berat yang menggunakan alat ukur dazzrah (alat ukur tradisional) dan
pengukuran waktu yang menggunakan alat ukur bulan.
5. Konsep limit
Ayat-ayat dalam surat An-Nisa’ yang memuat konsep limit terdapat pada ayat 29,
dimana pada ayat ini diperkenalkan konsep pengertian limit secara sederhana yaitu
menjelaskan bahwa jual beli akan sah jika antar pembeli dan penjual saling rida terhadap
proses transaksinya. Hal ini sejalan dengan konsep limit, suatu fungsi f mempunyai limit
untuk x mendekati c jika dan hanya jika limit kiri dan limit kanannya ada dan sama.

B. Saran
Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera
melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa
sumber dan kritik dari pembaca.

21
DAFTAR PUSTAKA

Sasmita, F. E., & Mariana, N. (2018). Eksplorasi Alquran Surah An-Nisaa dalam Mentransformasi
Matematika SD yang Penuh Nilai (Doctoral dissertation, State University of Surabaya).
Maarif, S. (2015). Integrasi matematika dan islam dalam pembelajaran matematika. Infinity Journal,
4(2), 223-236.
Rahmah, N. (2013). Hakikat pendidikan matematika. Al-Khwarizmi: Jurnal Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, 1(2), 1-10.
Siagian, M. D. (2017). Pembelajaran matematika dalam persfektif konstruktivisme. Jurnal pendidikan
islam dan teknologi pendidikan, 7(2), 61-73.
Abdussakir. 2009. Matematika 1 Integratif Matematika & Al-Qur‟an. Malang: UIN Malang Press.
Abdussakir. 2012. Matematika dalam Al-Qur‟an. Malang: UIN Malang Press.
Amir Hamzah. 2020. Metode Penelitian Kepustakaan Library Research. Malang: Literasi Nusantara.
Amir, Mohammad Faizal dan Bayu Hari Prasojo. 2016. Buku Matematika Dasar. Sidoarjo: UMSIDA
PRESS.
Mustakimah, M. (2018). NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN SURAT AN-NISᾹ’AYAT
1 (Doctoral dissertation, IAIN SALATIGA).
Kementrian Agama RI. 2012.Al-Qur‟an dan Tafsirnya. Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia.

22
23

Anda mungkin juga menyukai