Anda di halaman 1dari 19

Hakikat Belajar Matematika dan Teori – teori

Pendidikan Matematika

Disusun Oleh: Kelompok 1

Nama Anggota : Carlos Federico Tarigan (1213111128)


Chintia Sirait (1212411053)
Esrah Retorika Simanullang (1213111048)
Titin Theresia Nisalia Sinaga (1213111091)
Kelas : PGSD D 2021
Dosen Pengampu : Elvi Mailani., S.Si., M.Pd. / Nurhudayah, S.Pd., M.Pd.
Mata Kuliah : Pembelajaran Matematika SD

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
FEBRUARI 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-nya kami dapat menyelesaikan makalah Pembelajaran Matematika SD dengan judul
“Hakikat Belajar Matematika dan Teori – teori Pendidikan Matematika” ini dengan tepat
waktu. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen pengampu mata
kuliah Pembelajaran Matematika SD, Ibu Elvi Mailani., S.Si., M.Pd. dan Ibu Nurhudayah,
S.Pd., M.Pd yang sudah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.
Tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok tentang
“Hakikat Belajar Matematika dan Teori – teori Pendidikan Matematika” pada mata kuliah
Pembelajaran Matematika SD. Penyusunan makalah ini berdasarkan sumber referensi yang di
ambil dari buku dan jurnal yang berkaitan dengan pembahasan meteri tersebut. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca .

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun pembahasan di dalam makalah
ini. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
kami buat di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca.

Medan, 14 Februari 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1

C. Manfaat ............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 3

A. Pengertian Matematika ..................................................................................................... 3

B. Definisi Para Ahli Mengenai Matematika ........................................................................ 3

C. Teori – teori Pendidikan Matematika ............................................................................... 8

D. Matematika Sekolah......................................................................................................... 11

E. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Matematika .................................................................... 14

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 15

A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 15

B. Saran ................................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dijarkan di Sekolah. Baik
Sekolah dasar, Sekolah Mengengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum. Seorang guru
yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, hendaklah mengetahui dan memahami
objek yang akan diajarkannya, yaitu matematika. Untuk menjawab pertanyaan “Apakah
matematika itu ?” tidak dapat dengan mudah dijawab.

Hal ini dikarenakan sampai saat ini belum ada kepastian mengenai pengertian
matematika karena pengetahuan dan pandangan masing-masing dari para ahli yang berbeda-
beda. Ada yang mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang,
matematika merupakan bahasa simbol, matematika adalah bahasa numerik, matematika
adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, matematika adalah metode berpikir logis, matematika
adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, matematika adalah
ratunya ilmu dan juga menjadi pelayan ilmu yang lain.

Matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, sedangkan yang kita ketahui,
siswa SD yang berada pada usia 7 hingga 12 tahun masih berada pada tahap operasional
konkrit yang belum dapat berpikir formal. Oleh karena itu pembelajaran matematika di SD
selalu tidak terlepas dari hakikat matematika. Sejalan dengan hal tersebut maka Seorang guru
SD atau calon guru SD perlu mengetahui seperti apa hakikat dari belajar matematika dan
pembelajaran matematik beserta teori – teori dari pendidikan matematika tersebut agar
pembelajaran matematika dapat dipahami oleh siswa karena pada dasarnya ketika guru
mengajarkan pembelajaran, terlebih dahulu guru tersebut paham dan ,mengerti terlebih dahulu
mengenai materi yang mau di ajarkannya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam makalah ini akan dibahas mengenai (1)
Pengertian Matematika; (2) Definisi Para Ahli Mengenai Matematika; (3)Teori – teori
Pendidikan Matematika; (4) Matematika Sekolah ; dan (5) Fungsi dan Tujuan Pendidikan
Matematika .

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dari Matematika?

2. Apa saja Definisi Para Ahli Mengenai Matematika?

3. Apa saja Teori – teori Pendidikan Matematika?

4. Bagaimana Matematika di Sekolah ?

5. Apa saja Fungsi dan Tujuan Pendidikan Matematika ?

C. Manfaat

1. Agar kita mengetahui Pengertian dari Matematika.

2. Agar kita dapat mengetahui Definisi Para Ahli Mengenai Matematika.

3. Agar kita mengertahui Teori – teori Pendidikan Matematika.

4. Agar kita mengertahui Bagaimana Matematika di Sekolah.

5. Agar kita mengertahui Fungsi dan Tujuan Pendidikan Matematika .

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Matematika
Menurut (Russeffendi ET, 1980). Kata matematika berasal dari perkataan Latin
mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti
mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau
ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang
hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan
asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan
berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran),
bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena
pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran.
Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris.
Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan
penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep matematika
supaya konsep-konsep matematika yang terbentuk itu mudah dipahami oleh orang lain dan
dapat dimanipulasi secara tepat, maka digunakan bahasa matematika atua notasi matematika
yang bernilai global (universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena
itu logika adalah dasar terbentuknya matematika.
Pada awalnya cabang matematika yang ditemukan adalah Aritmatika atau Berhitung,
Aljabar, Geometri setelah itu ditemukan Kalkulus, Statistika, Topologi, Aljabar Abstrak,
Aljabar Linear, Himpunan, Geometri Linier, Analisis Vektor, dll.

B. Definisi Para Ahli Mengenai Matematika


1. Russefendi (1988 : 23)
Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-
definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya
berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.
2. James dan James (1976)
Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan
konsepkonsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian
besar yaitu aljabar, analisis dan geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa

3
matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, geometris dan analisis
dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.
3. Johnson dan Rising dalam Russefendi (1972)
Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,pembuktian yang logis,
matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat ,
jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol
mengenai ide daripada mengenai bunyi. Matematika adalah pengetahuan struktur yang
terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur
yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya adalah
ilmu tentang keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya
terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.
4. Reys - dkk (1984)
Matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola
berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.
5. Kline (1973)
Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya
sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami
dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

Pada Hakikat Matematika adalah


1. Matematika Adalah Ilmu Deduktif
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari kebenaran
(generalisasi) dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu
pengetahuan yang lain. Metode pencarian kebenaran yang dipakai adalah metode deduktif,
tidak dapat dengan cara induktif. Pada ilmu pengetahuan alam adalah metode induktif dan
eksperimen.
Walaupun dalam matematika mencari kebenaran itu dapat dimulai dengan cara
induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus dapat
dibuktikan dengan cara deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi dari sifat, teori atau
dalil itu dapat diterima kebenarannya sesudah dibuktikan secara deduktif.
Dalil-dalil dan rumus matematika itu ditentukan secara induktif (eksperimen), tetapi
begitu suatu dalil ditemukan maka generalisasi itu harus dibuktikan kebenarannya secara
deduktif.

4
Pada pembelajaran matematika di SD pembuktian dengan cara deduktif masih sulit
dilaksanakan. Karena itu siswa SD hanya melakukan eksperimen (metode induktif).
Percobaanpercobaan inipun masih menggunakan benda-benda konkrit (nyata). Untuk
pembuktian deduktif masih sulit dilaksanakan karena pembuktian deduktif lebih abstrak dan
menuntut siswa mempunyai pengetahuan-pengetahuan siswa yang sebelumnya. Contoh :
Pada pembuktian bilangan ganjil ditambah ganjil sama dengan bilangan genap siswa harus
sudah mengerti bilangan ganjil, genap, bulat dan dapat menyelesaikan dalam bentuk umum
bilangan-bilangan tersebut.
2. Matematika Adalah Ilmu Terstruktur
Matematika merupakan ilmu terstruktur yang terorganisasikan. Hal ini karena
matematika dimulai dari unsur yang tidak didefinisikan, kemudian unsur yang didefinisikan
ke aksioma / postulat dan akhirnya pada teorema. Konsep-konsep amtematika tersusun secara
hierarkis, terstruktur, logis, dan sistimatis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai
pada konsep yang paling kompleks. Oleh karena itu untuk mempelajari matematika, konsep
sebelumnya yang menjadi prasyarat, harus benar-benar dikuasai agar dapat memahami topik
atau konsep selanjutnya.
Dalam pembelajaran matematika guru seharusnya menyiapkan kondisi siswanya agar
mampu menguasai konsep-konsep yang akan dipelajari mulai dari yang sederhana sampai
yang lebih kompleks. Contoh seorang siswa yang akan mempelajari sebuah volume kerucut
haruslah mempelajari mulai dari lingkaran, luas lingkaran, bangun ruang dan akhirnya
volume kerucut. Untuk dapat mempelajari topik volume balok, maka siswa harus
mempelajari rusuk / garis, titik sudut, sudut, bidang datar persegi dan persegi panjang, luas
persegi dan persegi panjang, dan akhirnya volume balok.
Struktur matematika adalah sebagai berikut :
a. Unsur-unsur yang tidak didefinisikan
Misal : titik, garis, lengkungan, bidang, bilangan dll.
Unsur-unsur ini ada, tetapi kita tidak dapat mendefinisikannya.
b. Unsur-unsur yang didefinisikan
Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan maka terbentuk unsur-unsur yang didefinisikan.
Misal : sudut, persegi panjang, segitiga, balok, lengkungan tertutup sederhana,
bilangan ganjil, pecahan desimal, FPB dan KPK dll.
c. Aksioma dan postulat
Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan dan unsur-unsur yang didefinisikan dapat dibuat
asumsi-asumsi yang dikenal dengan aksioma atau postulat.
5
Misal : 1. Melalui 2 titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah garis.
2. Semua sudut siku-siku satu dengan lainnya sama besar.
3. Melalui sebuah titik hanya dapat dibuat sebuah garis yang tegak lurus ke
sebuah garis yang lain
4. Sebuah segitiga tumpul hanya mempunyai sebuah sudut yang lebih besar
dari 900 .
Aksioma tidak perlu dibuktikan kebenarannya tetapi dapat diterima kebenarannya
berdasarkan pemikiran yang logis.
d. Dalil atau Teorema
Dari unsur-unsur yangtidak didefinisikan dan aksioma maka disusun teorema-teorema atau
dalil-dalil yang kebenarannya harus dibuktikan dengan cara deduktif.
Misal : ~ Jumlah 2 bilangan ganjil adalah genap
~ Jumlah ketiga sudut pada sebuah segitiga sama dengan 1800
~ Jumlah kuadrat sisi siku-siku pada sebuah segitiga siku-siku sama dengan
Kuadrat sisi miringnya.
3. Matematika Adalah Ilmu Tentang Pola dan Hubungan
Matematika disebut sebagai ilmu tentang pola karena pada matematika sering dicari
keseragaman seperti keterurutan, keterkaitan pola dari sekumpulan konsep-konsep tertentu
atau model yang merupkan representasinya untuk membuat generalisasi.
Misal :
Jumlah a bilangan genap selamanya sama dengan a2 .
Contoh :
a = 1 maka jumlahnya = 1 = 12 .
Selanjutnya 1 dan 3 adalah bilangan-bilangan ganjil jumlahnya adalah 4 = 22 . Berikutnya 1,
3, 5, dan 7, maka jumlahnya adalah 16 = 42 dan seterusnya.

Dari contoh-contoh tersebut, maka dapat dibuat generalisasi yang berupa pola yaitu jumlah a
bilangan ganjil yang berurutan sama dengan a2 . Matematika disebut ilmu tentang hubungan
karena konsep matematika satu dengan lainnya saling berhubungan. Demikian juga cabang
matematika satu dengan lainnya saling berhubungan seperti aritmatika, aljabar, geometri dan
statistika, dan analisis.

6
4. Matematika Adalah Bahasa Simbol
Matematika yang terdiri dari simbol-simbol yang sangat padat arti dan bersifat internasional.
Padat arti berarti simbol-simbol matematika ditulis dengan cara singkat tetapi mempunyai arti
yang luas. Misal : √9 = 3 , 3 + 5 = 8, 3 ! = 1 x 2 x 3
log 100 = 2 lim 3
dx /dy , cos, tg, sin, →, ↔, ∪, ∩, ⊂, ⊃, =, >, < , ~, ∨, ∧
5. Matematika sebagai Ratu dan Pelayan Ilmu
Matematika sebagai ratu ilmu artinya matematika sebagai alat dan pelayan ilmu yang lain.
a. Matematika sebagai pelayan ilmu yang lain.
Banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari matematika
Contoh :
1. Penemuan dan pengembangan Teori Mendel dalam Biologi melalui konsep
Probabilitas.
2. Perhitungan dengan bilangan imajiner digunakan untuk memecahkan masalah
tentang kelistrikan.
3. Dengan matematika, Einstein membuat rumus yang dapat digunakan untuk
menaksir jumlah energi yang dapat diperoleh dari ledakan atom.
4. Dalam ilmu pendidikan dan psikologi, khususnya dalam teori belajar, selain
digunakan statistik juga digunakan persamaan matematis untuk menyajikan
teori atau model dari penelitian
5. Dalam ilmu kependudukan, matematika digunakan untuk memprediksi jumlah
penduduk dll.
6. Dalam seni grafis, konsep transformasi geometric digunakan untuk melukis
mosaik.
7. Dalam seni musik, barisan bilangan digunakan untuk merancang alat musik.
8. Banyak teori-teori dari Fisika dan Kimia (modern) yang ditemukan dan
dikembangkan melalui konsep Kalkulus.
9. Teori Ekonomi mengenai Permintaan dan Penawaran dikembangkan melalui
konsep Fungsi Kalkulus tentang Diferensial dan Integral.

b. Matematika digunakan manusia untuk memecahkan masalahnya dalam


kehidupan sehari-hari.
Contoh :
1. Memecahkan persoalan dunia nyata
7
2. Mengadakan transaksi jual beli, maka manusia memerlukan proses perhitungan
matematika yang berkaitan dengan bilangan dan operasi hitungnya
3. Menghitung luas daerah
4. Menghitung jarak yang ditempuh dari suatu tempat ke tempat yang lain
5. Menghitung laju kecepatan kendaraan
C. Teori – teori Pendidikan Matematika
Teori belajar yang dijadikan landasan proses belajar-mengajar matematika menurut
(Sumarmo 2010) :
1. Teori Jean Piaget
Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif sebagai skemata. Perkembangan
skemata berlangsung terus-menerus melalui adaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi ini
terdiri dari dua proses yang komplementer serta terjadi secara simultan, yaitu asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi adalah proses pengintegrasian secara langsungstimulus ke dalam
skemata yang telah terbentuk. Sedangkan akomodasi adalah proses pengintegrasian stimulus
baru ke dalam skema yang telah terbentuk secara tidak langsung. Dalam struktur kognitif
setiap individu mesti ada kesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Selain dari pada
itu perkembangan kognitif seorang individu dipengaruhi pula oleh lingkungan dan transmisi
sosial.
Berdasarkan hasil penelitiannya tahun 1950 di Negeri Swiss terhadap anak-anak dari
golongan menengah, Piaget mengemukakan bahwa ada empat tahap perkembangankognitif
dari setiap individu yang berkembang secara kronologis yaitu:
a) Tahap sensori motor, dari lahir sampai 2 tahun.
Anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui perbuatan
fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Pada
mulanya pengalaman bersatu dengan dirinya, berarti bahwa suatu objek
ada pada penglihatan kemudian menghilang dari pandangan. Ahirnya ia
mulai mencari objek yang hilang. Objek mulai terpisah dari dirinya dan
konsep objek dalam struktur kognitifnya mulai matang. Ia mulai mampu
melambungkan objek fisik ke dalam simbol misalnya mulai bisa berbicara
meniru suara kendaraan.
b) Tahap pra operasi, dari sekitar umur 2 tahun sampai dengan sekitar 7
tahun.
Tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit, berupa tindakan-
tindakan kognitif. Seseorang mengklasifikasikan sekelompok
8
objek,menata letak benda-benda, menurut urutan tertentu, dan membilang.
Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman
konkrit dari pada pemikiram logis sehingga jika ia melihat obyek-obyek
yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakannya berbeda. Contoh:
Perlihatkan lima buah kelereng yang sama besar di atas meja, kemudian
ubahlah kelereng itu menjadi agak berjauhan. Anak akan menjawab
kelereng yang berjauhan lebih banyak.
c) Tahap oprasi kongkrit, dari sekitar umur 7 tahun sampai sekitar umur 11
tahun.
Pada tahap ini anak sudah duduk di Sekolah Dasar. Umumnya anak pada
tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda
konkrit. Pada tahap ini baru mampu mengingat definisi dan
mengungkapkannya kembali, akan tetapi belum mampu untuk
merumuskan sendiri definisi-definisi tersebut secara tepat, belum mampu
menguasai simbol verbal dan ide-ide abstrak. Misalnya jika anak
diperlihatkan kubus, maka anak baru mengetahui bentuk kubus.
d) Tahap oprasi formal, dari sekitar umur 11 tahun dan seterusnya
Pada tahap ini anak sudah mampu melakukan penalaran dengan
menggunakan hal-hal yang abstrak. Penggunaan benda konkrit tidak
diperlukan lagi, tapi berhubungan dengan tipe berfikir. Misal anak mampu
mengemukakan karakteristik bentuk kubus tanpa menghadirkan bentuk
kubus.
2. Teori Bruner
Jerome Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil,
jika proses pembelajaranya dilengkapi dengan alat peraga, objek-objek untuk dimanipulasi
anak. Bruner mengungkapkan bahwa dalam proses belajar, anak akan melewati tiga tahap
yaitu:
a. Tahap inaktif , dalam tahap ini anak secara langsung terlihat dalam
memanipulasi (mengotak-atik) objek. Dari tahap ini muncul dalil
penyusunan construction theorem.Contoh anak diberi bentuk-bentuk
kubus enam buah. Anak diberi kebebasan untuk mengeksplor bentuk-
bentuk kubus tersebut menjadi bentuk balok, siswa bisa menentukan luas
balok, volume balok dengan cara menyusun kubus– kubus tersebut sesuai
dengan konsep yang disampaikan guru
9
b. Tahap ikonik , dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan anak
berhubungan dengan perkembangan mental, yang merupakan gambaran
dari objek-objek yang dimanipulasinya. Dari tahap ini muncul dalil notasi
notation theorem, yang mengungkapkan bahwa dalam penyajian konsep,
notasi memegang peranan penting. Misal untuk menyatakan sebuah
rumus, maka notasi harus dapat dipahami oleh anak dan mudah
dimengerti
c. Tahap simbolik , pada tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau
lambang- lambang objek tertentu. Siswa pada tahap ini sudah mampu
menggunakan notasi tanpa ketergantungan objek riil. Pada tahap ini
muncul dalil pengkontrasan dan keaneka ragaman. Siswa melakukan
pengubahan konsep dengan contoh-contoh yang banyak, sehingga mampu
mengetahui karakteristik konsep tersebut. Contoh. Untuk menjelaskan
pengertian persegi panjang, anak harus diberi contoh bujur sangkar, belah
ketupat, jajar genjang, dan segi empat lainnya. Dengan demikian anak
dapat membedakan bentuk tersebut
3. Teori Hebb
Kecerdasan manusia tergantung dari lingkungan dan bakat. Bakat susah diubah tetapi
kalo lingkungan bisa diubah.
4. Teori Cattel
Otak manusia ada yang kristal ada yang cair, maka agar otak mencairharus dipakai
untuk berpikir dan memecahkan masalah.
5. Teori Hoffer
Geometri menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan, yang sebelah kirianalisis yang
sebelah kanan hapalan
6. Teori Thurstone
Orang yang bisa menguasai matematika lebih cerdas dari pada orang yang tidak bisa
matematika.
7. Teori Gestalt, John Dewey
Pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar harus memperhatikan kesiapan intelektual
siswa, suasana kelas harus di tata dan diataur agar siswa siap belajar, penyajian konsep harus
lebih mengutamakan pemahaman.
8. Teori Brownell

10
Belajar matematika harus bermakna, harus paham konsep dulu,baru dihapalkan atau
di drill.
9. Teori Dienes (Zoltan P. Dienes)
Belajar diusahakan menggunakan alat peraga agar lebih konkrit, belajar melalui
permainan sangat berperan bila dimanipulasi
10. Teori Van Hiele
Menguraikan tahap-tahap perkembangan mental dalamgeometri. Terdapat 5 tahap:
a. Tahap pengenalan, contoh bangun kubus. Anak belum mengetahui sifat-
sifat kubus.
b. Tahap analisis, anak sudah mampu mengenal sifat-sifat kubus.
c. Tahap pengurutan, anak sudah bisa menarik kesimpulan, bahwa kubus
adalah balok istimewa.
d. Tahap deduksi, anak sudah bisa menyimpulkan secara deduktif.
e. Tahap akurasi, anak sudah mulai menyadari betapa pentingnya
ketepatandari prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian.
11. Teori Thorndike
Belajar bisa berhasil jika diikuti rasa senang. Rasa senang timbul jika anak mendapat
pujian.
12. Teori Skiner
Penguatan berupa pujian positif akan memotivasi anak untuk rajin belajar. Misal anak
mampu menjawab pertanyaan guru.
13. Teori Ausubel
Terkenal dengan belajar bermakna, sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai
hendaknya siswa membaca bahkan mengulangi hingga paham materi yang akan diajarkan
oleh guru.

D. Matematika Sekolah
Matematika yang diajarkan di jenjang persekolahan yaitu Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum disebut Matematika Sekolah. Sering juga
dikatakan bahwa Matematika Sekolah adalah unsur-unsur atau bagian-bagian dari
Matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi pada kepentingan kependidikan dan
perkembangan IPTEK. Matematika yang dipilih adalah matematika yang dapat menata nalar,
membentuk kepribadian, menanamkan nilai-nilai, memecahkan masalah, dan melakukan
tugas tertentu.
11
Hal tersebut menunjukkan bahwa Matematika Sekolah tidaklah sepenuhnya sama
dengan Matematika sebagai ilmu. Dikatakan tidak sepenuhnya sama karena memiliki
perbedaan antara lain dalam hal (1) penyajian, (2) pola pikir, (3) keterbatasan semesta, dan
(4) tingkat keabstrakan.
1. Penyajian Matematika
Penyajian atau pengungkapan butir-butir Matematika di Sekolah disesuaikan dengan
perkiraan perkembangan intelektual peserta didik dengan mengaitkan butir yang akan
disampaikan dengan realitas di sekitar siswa atau disesuaikan dengan pemakaiannya. Jadi
penyajian tidak langsung berupa butir-butir Matematika. Contohnya pada “ matematika
informal” yang diterapkan di jenjang Taman Kanak-Kanak (TK) dengan bentuk permainan
atau nyanyian. Anak-anak TK dibawa ke tempat-tempat yang biasa digunakan untuk bermain
tangga naik turun dapat ditanamkan “lebih tinggi” atau “lebih rendah” dengan mengajukan
pertanyaan “siapa yang lebih tinggi” atau “lebih rendah”. Kepada mereka yang bermain
jungkat-jungkit dapat ditanamkan pengertian “lebih berat” atau “lebih ringan” dengan
mengajukan pertanyaan “siapa yang lebih berat” atau “lebih ringan”. Kegiatan ini mungkin
secara tidak sadar membekali anak suatu pengetahuan yang kelak bermanfaat di bangku SD.
2. Pola Pikir Matematika
Telah dikemukakan bahwa pola pikir matematika sebagai ilmu adalah deduktif. Sifat
atau teorema yang ditentukan secara induktif ataupun empirik kemudian dibuktikan
kebenarannya dengan langkah-langkah deduktif sesuai strukturnya. Tidaklah demikian
halnya dengan matematika sekolah. Meskipun siswa pada akhirnya diharapkan mampu
berfikir deduktif namun dalam proses pembelajarannya dapat digunakan pola pikir induktif.
Pola pikir induktif yang digunakan dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan tahap
perkembangan intelektual siswa.
Contoh, di SD untuk mengenalkan konsep bangun datar misalnya persegi, guru dapat
menunjukkan berbagai bangun geometri atau gambar datar pada siswanya kemudian
menunjuk bangun yang berbentuk persegi, dengan mengatakan “ini namanya persegi”.
Selanjutnya menunjuk bangun lain yang bukan persegi dengan mengatakan “ini bukan
persegi”. Dengan demikian siswa dapat menangkap pengertian secara intuitif, secara visual,
sehingga dapat membedakan bangun yang persegi dan bangun mana yang bukan persegi. Ini
merupakan langkah induktif atau pola pikir induktif. Selanjutnya juga dapat ditanamkan pola
pikir deduktif secara amat sederhana misalnya siswa SD tersebut diajak ke suatu tempat yang
banyak bangunan-bangunan geometrinya. Bila kepada siswa itu ditanyakan manakah yang

12
merupakan persegi ternyata dia dapat menunjuk dengan benar berarti siswa tersebut telah
menerapkan pola pikir deduktif yang sederhana.
3. Keterbatasan Semesta
Sebagai akibat dipilihnya unsur atau elemen matematika sekolah dengan
memperhatikan aspek kependidikan, dapat terjadi “penyederhanaan” pada konsep
matematika yang kompleks. Pengertian semesta pembicaraan tetap diperlukan namun
mungkin sekali lebih dipersempit. Selanjutnya semakin meningkat usia siswa, yang berarti
meningkat juga tahap perkembangannya, maka semesta itu berangsur lebih diperluas lagi.
Contohny Dalam hal pembelajaran tentang bilangan mulai dari kelas 1 berturut-turut
hingga kelas 5 misalnya, di kelas 1 siswa diperkenalkan hanya bilangan cacah yang tidak
lebih dari 100, kemudian semakin luas meningkat. Pada saat siswa mengenal bilangan cacah
yang tidak lebih dari 100 tentu saja guru belum memberikan soal yang operasinya
menghasilkan bilangan di luar bilangan antara 0 dan 100 tersebut. Demikian juga dalam hal
memperkenalkan pecahan secara bertahap semesta dari penyebutnya dianekaragamkan atau
diperluas semestanya. Di SD tidak semua operasi terhadap bilangan bulat diperkenalkan,
hanya diperkenalkan operasi penjumlahan dan pengurangan. Belum diperkenalkan perkalian
dan pembagian bilangan bulat (khususnya untuk bilangan negatif). Dari SD hingga SMA
hanya dikenal bilangan prima yang positif
4. Tingkat Keabstrakan
Sifat abstrak objek matematika ada pada matematika sekolah. Hal itu merupakan
salah satu penyebab sulitnya seorang guru mengajarkan matematika sekolah. Seorang guru
matematika harus berusaha mengurangi sifat abstrak dari objek matematika itu sehingga
memudahkan siswa menangkap pelajaran matematika di sekolah. Dengan kata lain seorang
guru matematika sesuai dengan perkembangan penalaran siswanya harus mengusahakan agar
“fakta”, “konsep”, “operasi”, ataupun “prinsip” dalam matematika itu diusahakan lebih
banyak daripada di jenjang sekolah yang lebih tinggi. Semakin tinggi jenjang sekolahnya
semakin banyak sifat abstraknya. Jadi pembelajaran tetap diarahkan pada pencapaian
kemampuan berfikir para siswa.
Contohnya Dalam menjelaskan irisan sebuah bidang datar dengan bangun dimensi
tiga dapat diawali dengan peraga yang menunjukkan pemotongan bidang dengan sebuah
kubus. Baru beralih pada gambarnya disertai penggunaan sifat-sifat geometri yang diperlukan
seperti “dua garis adalah sebidang bila sejajar”, “dua garis adalah sebidang bila
berpotongan”, dan sebagainya.

13
E. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Matematika
Matematika sekolah berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur,
menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari diantaranya melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar dan trigonometri.
Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan
dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan
matematika, diagram, grafik, atau tabel.
Kecakapan dan kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar
matematika adalah:
1. Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik
atau diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah.
3. Menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
4. Menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat (merumuskan), menafsirkan,
dan meyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan

Hal yang sangat perlu diperhatikan adalah bahwa selama ini dalam praktek
pembelajaran di kelas guru lebih menekankan kepada tujuan yang bersifat material antara lain
tuntutan lingkungan yang sangat dipengaruhi oleh sistem regional atau nasional. Ini
mengakibatkan banyak orang beranggapan bahwa tujuan pendidikan matematika hanya di
domain kognitif saja. Sedangkan tujuan yang bersifat formal dianggap akan dicapai dengan
sendirinya atau dapat disebut akan dicapai “by change”. Perencanaan pembelajaraan seperti
itu masih tetap diperlukan, namun adanya perkembangan matematika yang demikian pesat
dan karena tuntutan masyarakat serta diperlukannya matematika dan pemikirannya di bidang
kerja yang tidak langsung menggunakan rumus-rumus matematika, diperlukan perencanaan
pembelajaraan matematika yang secara sengaja memasukkan pembelajaran nilai-nilai afektif

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Matematika disebut ilmu deduktif, karena dalam matematika tidak menerima
generalisasi berdasarkan pada pengamatan (induktif) seperti pada ilmu pengetahuan yang
lain. Kebenaran generalisasi matematika harus dibuktikan secara deduktif. Matematika
adalah ilmu terstruktur yang terorganisasikan dengan baik karena matematika dimulai
dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma / postulat
dan akhirnya ke dalil / teorema. Komponen-komponen matematika ini membentuk
sistem yang saling berhubungan dan terorganisasikan dengan baik. Hal ini dapat dilihat
dari konsep-konsep matematika yang tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan
sistematis dari konsep yang paling sederhana sampai ke konsep yang kompleks.
Matematika disebut juga ilmu tentang pola karena dalam matematika sering dicari
keseragaman seperti keterurutan, keteraturan, dan keterkaitan pola dari sekumpulan
konsep-konsep tertentu atau model-model tertentu yang merupakan representasinya
untuk dapat dibuat generalisasi yang dibuktikan secara deduktif. Matematika adalah ilmu
tentang hubungan karena konsep-konsep matematika satu dengan lainnya saling
berhubungan.
Matematika yang diajarkan di jenjang persekolahan yaitu Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum disebut Matematika Sekolah
Matematika Sekolah tidaklah sepenuhnya sama dengan Matematika sebagai ilmu.
Dikatakan tidak sepenuhnya sama karena memiliki perbedaan antara lain dalam hal (1)
penyajian, (2) pola pikir, (3) keterbatasan semesta, dan (4) tingkat keabstrakan.Kegunaan
Matematika adalah Banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya
bergantung dari matematika dan Matematika digunakan manusia untuk memecahkan
masalahnya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Saran
Dalam kesempatan ini kelompok bermaksud ingin menyampaikan saran yang
sekiranya dapat memberikan manfaat. Sebagai seorang guru kita harus bisa dituntut
untuk lebih kreatif serta inovatif dan menguasai materi pembelajaran yang kita ajarkan
kepada peserta didik kita.

15
DAFTAR PUSTAKA

Andi Hakim, N. (1980). Landasan Matematika. Jakarta: Bharata Aksara.


buku, A. (2022). Hakikat Matematika dan Pembelajarannya di SD.
Ekowati, D. W., & dkk. (2018). Ethnomatika ( Belajar Konsep Matematika Menggunakan
Budaya Nusantara). UMMPres, 1.
Nurbaiti Widyasari, M., & Muhammad Hayyun, M. (2017). Pengembangan Pembelajaran
Matematika SD. Jakarta : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
Rahma. (2013). Hakikat Pendidikan Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam , 1 -10.
Rahmah, N. (2013). MATEMATIKA, HAKIKAT PENDIDIKAN. Prodi Pendidikan
Matematika Jurusan Tarbiyah STAIN Papopo, 1- 10.
Ruseffendi, E. (1988). Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini Untuk Guru dan
SPG. Bandung: Tarsito.
Ruseffendi, E. d. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud.
Wragg, E. (1997). Keterampilan Mengajar Di Sekolah Dasar. Jakarta: Gramedia.

16

Anda mungkin juga menyukai