Pendidikan Matematika
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-nya kami dapat menyelesaikan makalah Pembelajaran Matematika SD dengan judul
“Hakikat Belajar Matematika dan Teori – teori Pendidikan Matematika” ini dengan tepat
waktu. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen pengampu mata
kuliah Pembelajaran Matematika SD, Ibu Elvi Mailani., S.Si., M.Pd. dan Ibu Nurhudayah,
S.Pd., M.Pd yang sudah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.
Tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok tentang
“Hakikat Belajar Matematika dan Teori – teori Pendidikan Matematika” pada mata kuliah
Pembelajaran Matematika SD. Penyusunan makalah ini berdasarkan sumber referensi yang di
ambil dari buku dan jurnal yang berkaitan dengan pembahasan meteri tersebut. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca .
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun pembahasan di dalam makalah
ini. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
kami buat di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
C. Manfaat ............................................................................................................................. 2
D. Matematika Sekolah......................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................................................. 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dijarkan di Sekolah. Baik
Sekolah dasar, Sekolah Mengengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum. Seorang guru
yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, hendaklah mengetahui dan memahami
objek yang akan diajarkannya, yaitu matematika. Untuk menjawab pertanyaan “Apakah
matematika itu ?” tidak dapat dengan mudah dijawab.
Hal ini dikarenakan sampai saat ini belum ada kepastian mengenai pengertian
matematika karena pengetahuan dan pandangan masing-masing dari para ahli yang berbeda-
beda. Ada yang mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang,
matematika merupakan bahasa simbol, matematika adalah bahasa numerik, matematika
adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, matematika adalah metode berpikir logis, matematika
adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, matematika adalah
ratunya ilmu dan juga menjadi pelayan ilmu yang lain.
Matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, sedangkan yang kita ketahui,
siswa SD yang berada pada usia 7 hingga 12 tahun masih berada pada tahap operasional
konkrit yang belum dapat berpikir formal. Oleh karena itu pembelajaran matematika di SD
selalu tidak terlepas dari hakikat matematika. Sejalan dengan hal tersebut maka Seorang guru
SD atau calon guru SD perlu mengetahui seperti apa hakikat dari belajar matematika dan
pembelajaran matematik beserta teori – teori dari pendidikan matematika tersebut agar
pembelajaran matematika dapat dipahami oleh siswa karena pada dasarnya ketika guru
mengajarkan pembelajaran, terlebih dahulu guru tersebut paham dan ,mengerti terlebih dahulu
mengenai materi yang mau di ajarkannya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam makalah ini akan dibahas mengenai (1)
Pengertian Matematika; (2) Definisi Para Ahli Mengenai Matematika; (3)Teori – teori
Pendidikan Matematika; (4) Matematika Sekolah ; dan (5) Fungsi dan Tujuan Pendidikan
Matematika .
1
B. Rumusan Masalah
C. Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Matematika
Menurut (Russeffendi ET, 1980). Kata matematika berasal dari perkataan Latin
mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti
mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau
ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang
hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan
asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan
berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran),
bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena
pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran.
Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris.
Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan
penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep matematika
supaya konsep-konsep matematika yang terbentuk itu mudah dipahami oleh orang lain dan
dapat dimanipulasi secara tepat, maka digunakan bahasa matematika atua notasi matematika
yang bernilai global (universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena
itu logika adalah dasar terbentuknya matematika.
Pada awalnya cabang matematika yang ditemukan adalah Aritmatika atau Berhitung,
Aljabar, Geometri setelah itu ditemukan Kalkulus, Statistika, Topologi, Aljabar Abstrak,
Aljabar Linear, Himpunan, Geometri Linier, Analisis Vektor, dll.
3
matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, geometris dan analisis
dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.
3. Johnson dan Rising dalam Russefendi (1972)
Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,pembuktian yang logis,
matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat ,
jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol
mengenai ide daripada mengenai bunyi. Matematika adalah pengetahuan struktur yang
terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur
yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya adalah
ilmu tentang keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya
terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.
4. Reys - dkk (1984)
Matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola
berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.
5. Kline (1973)
Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya
sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami
dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
4
Pada pembelajaran matematika di SD pembuktian dengan cara deduktif masih sulit
dilaksanakan. Karena itu siswa SD hanya melakukan eksperimen (metode induktif).
Percobaanpercobaan inipun masih menggunakan benda-benda konkrit (nyata). Untuk
pembuktian deduktif masih sulit dilaksanakan karena pembuktian deduktif lebih abstrak dan
menuntut siswa mempunyai pengetahuan-pengetahuan siswa yang sebelumnya. Contoh :
Pada pembuktian bilangan ganjil ditambah ganjil sama dengan bilangan genap siswa harus
sudah mengerti bilangan ganjil, genap, bulat dan dapat menyelesaikan dalam bentuk umum
bilangan-bilangan tersebut.
2. Matematika Adalah Ilmu Terstruktur
Matematika merupakan ilmu terstruktur yang terorganisasikan. Hal ini karena
matematika dimulai dari unsur yang tidak didefinisikan, kemudian unsur yang didefinisikan
ke aksioma / postulat dan akhirnya pada teorema. Konsep-konsep amtematika tersusun secara
hierarkis, terstruktur, logis, dan sistimatis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai
pada konsep yang paling kompleks. Oleh karena itu untuk mempelajari matematika, konsep
sebelumnya yang menjadi prasyarat, harus benar-benar dikuasai agar dapat memahami topik
atau konsep selanjutnya.
Dalam pembelajaran matematika guru seharusnya menyiapkan kondisi siswanya agar
mampu menguasai konsep-konsep yang akan dipelajari mulai dari yang sederhana sampai
yang lebih kompleks. Contoh seorang siswa yang akan mempelajari sebuah volume kerucut
haruslah mempelajari mulai dari lingkaran, luas lingkaran, bangun ruang dan akhirnya
volume kerucut. Untuk dapat mempelajari topik volume balok, maka siswa harus
mempelajari rusuk / garis, titik sudut, sudut, bidang datar persegi dan persegi panjang, luas
persegi dan persegi panjang, dan akhirnya volume balok.
Struktur matematika adalah sebagai berikut :
a. Unsur-unsur yang tidak didefinisikan
Misal : titik, garis, lengkungan, bidang, bilangan dll.
Unsur-unsur ini ada, tetapi kita tidak dapat mendefinisikannya.
b. Unsur-unsur yang didefinisikan
Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan maka terbentuk unsur-unsur yang didefinisikan.
Misal : sudut, persegi panjang, segitiga, balok, lengkungan tertutup sederhana,
bilangan ganjil, pecahan desimal, FPB dan KPK dll.
c. Aksioma dan postulat
Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan dan unsur-unsur yang didefinisikan dapat dibuat
asumsi-asumsi yang dikenal dengan aksioma atau postulat.
5
Misal : 1. Melalui 2 titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah garis.
2. Semua sudut siku-siku satu dengan lainnya sama besar.
3. Melalui sebuah titik hanya dapat dibuat sebuah garis yang tegak lurus ke
sebuah garis yang lain
4. Sebuah segitiga tumpul hanya mempunyai sebuah sudut yang lebih besar
dari 900 .
Aksioma tidak perlu dibuktikan kebenarannya tetapi dapat diterima kebenarannya
berdasarkan pemikiran yang logis.
d. Dalil atau Teorema
Dari unsur-unsur yangtidak didefinisikan dan aksioma maka disusun teorema-teorema atau
dalil-dalil yang kebenarannya harus dibuktikan dengan cara deduktif.
Misal : ~ Jumlah 2 bilangan ganjil adalah genap
~ Jumlah ketiga sudut pada sebuah segitiga sama dengan 1800
~ Jumlah kuadrat sisi siku-siku pada sebuah segitiga siku-siku sama dengan
Kuadrat sisi miringnya.
3. Matematika Adalah Ilmu Tentang Pola dan Hubungan
Matematika disebut sebagai ilmu tentang pola karena pada matematika sering dicari
keseragaman seperti keterurutan, keterkaitan pola dari sekumpulan konsep-konsep tertentu
atau model yang merupkan representasinya untuk membuat generalisasi.
Misal :
Jumlah a bilangan genap selamanya sama dengan a2 .
Contoh :
a = 1 maka jumlahnya = 1 = 12 .
Selanjutnya 1 dan 3 adalah bilangan-bilangan ganjil jumlahnya adalah 4 = 22 . Berikutnya 1,
3, 5, dan 7, maka jumlahnya adalah 16 = 42 dan seterusnya.
Dari contoh-contoh tersebut, maka dapat dibuat generalisasi yang berupa pola yaitu jumlah a
bilangan ganjil yang berurutan sama dengan a2 . Matematika disebut ilmu tentang hubungan
karena konsep matematika satu dengan lainnya saling berhubungan. Demikian juga cabang
matematika satu dengan lainnya saling berhubungan seperti aritmatika, aljabar, geometri dan
statistika, dan analisis.
6
4. Matematika Adalah Bahasa Simbol
Matematika yang terdiri dari simbol-simbol yang sangat padat arti dan bersifat internasional.
Padat arti berarti simbol-simbol matematika ditulis dengan cara singkat tetapi mempunyai arti
yang luas. Misal : √9 = 3 , 3 + 5 = 8, 3 ! = 1 x 2 x 3
log 100 = 2 lim 3
dx /dy , cos, tg, sin, →, ↔, ∪, ∩, ⊂, ⊃, =, >, < , ~, ∨, ∧
5. Matematika sebagai Ratu dan Pelayan Ilmu
Matematika sebagai ratu ilmu artinya matematika sebagai alat dan pelayan ilmu yang lain.
a. Matematika sebagai pelayan ilmu yang lain.
Banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari matematika
Contoh :
1. Penemuan dan pengembangan Teori Mendel dalam Biologi melalui konsep
Probabilitas.
2. Perhitungan dengan bilangan imajiner digunakan untuk memecahkan masalah
tentang kelistrikan.
3. Dengan matematika, Einstein membuat rumus yang dapat digunakan untuk
menaksir jumlah energi yang dapat diperoleh dari ledakan atom.
4. Dalam ilmu pendidikan dan psikologi, khususnya dalam teori belajar, selain
digunakan statistik juga digunakan persamaan matematis untuk menyajikan
teori atau model dari penelitian
5. Dalam ilmu kependudukan, matematika digunakan untuk memprediksi jumlah
penduduk dll.
6. Dalam seni grafis, konsep transformasi geometric digunakan untuk melukis
mosaik.
7. Dalam seni musik, barisan bilangan digunakan untuk merancang alat musik.
8. Banyak teori-teori dari Fisika dan Kimia (modern) yang ditemukan dan
dikembangkan melalui konsep Kalkulus.
9. Teori Ekonomi mengenai Permintaan dan Penawaran dikembangkan melalui
konsep Fungsi Kalkulus tentang Diferensial dan Integral.
10
Belajar matematika harus bermakna, harus paham konsep dulu,baru dihapalkan atau
di drill.
9. Teori Dienes (Zoltan P. Dienes)
Belajar diusahakan menggunakan alat peraga agar lebih konkrit, belajar melalui
permainan sangat berperan bila dimanipulasi
10. Teori Van Hiele
Menguraikan tahap-tahap perkembangan mental dalamgeometri. Terdapat 5 tahap:
a. Tahap pengenalan, contoh bangun kubus. Anak belum mengetahui sifat-
sifat kubus.
b. Tahap analisis, anak sudah mampu mengenal sifat-sifat kubus.
c. Tahap pengurutan, anak sudah bisa menarik kesimpulan, bahwa kubus
adalah balok istimewa.
d. Tahap deduksi, anak sudah bisa menyimpulkan secara deduktif.
e. Tahap akurasi, anak sudah mulai menyadari betapa pentingnya
ketepatandari prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian.
11. Teori Thorndike
Belajar bisa berhasil jika diikuti rasa senang. Rasa senang timbul jika anak mendapat
pujian.
12. Teori Skiner
Penguatan berupa pujian positif akan memotivasi anak untuk rajin belajar. Misal anak
mampu menjawab pertanyaan guru.
13. Teori Ausubel
Terkenal dengan belajar bermakna, sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai
hendaknya siswa membaca bahkan mengulangi hingga paham materi yang akan diajarkan
oleh guru.
D. Matematika Sekolah
Matematika yang diajarkan di jenjang persekolahan yaitu Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum disebut Matematika Sekolah. Sering juga
dikatakan bahwa Matematika Sekolah adalah unsur-unsur atau bagian-bagian dari
Matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi pada kepentingan kependidikan dan
perkembangan IPTEK. Matematika yang dipilih adalah matematika yang dapat menata nalar,
membentuk kepribadian, menanamkan nilai-nilai, memecahkan masalah, dan melakukan
tugas tertentu.
11
Hal tersebut menunjukkan bahwa Matematika Sekolah tidaklah sepenuhnya sama
dengan Matematika sebagai ilmu. Dikatakan tidak sepenuhnya sama karena memiliki
perbedaan antara lain dalam hal (1) penyajian, (2) pola pikir, (3) keterbatasan semesta, dan
(4) tingkat keabstrakan.
1. Penyajian Matematika
Penyajian atau pengungkapan butir-butir Matematika di Sekolah disesuaikan dengan
perkiraan perkembangan intelektual peserta didik dengan mengaitkan butir yang akan
disampaikan dengan realitas di sekitar siswa atau disesuaikan dengan pemakaiannya. Jadi
penyajian tidak langsung berupa butir-butir Matematika. Contohnya pada “ matematika
informal” yang diterapkan di jenjang Taman Kanak-Kanak (TK) dengan bentuk permainan
atau nyanyian. Anak-anak TK dibawa ke tempat-tempat yang biasa digunakan untuk bermain
tangga naik turun dapat ditanamkan “lebih tinggi” atau “lebih rendah” dengan mengajukan
pertanyaan “siapa yang lebih tinggi” atau “lebih rendah”. Kepada mereka yang bermain
jungkat-jungkit dapat ditanamkan pengertian “lebih berat” atau “lebih ringan” dengan
mengajukan pertanyaan “siapa yang lebih berat” atau “lebih ringan”. Kegiatan ini mungkin
secara tidak sadar membekali anak suatu pengetahuan yang kelak bermanfaat di bangku SD.
2. Pola Pikir Matematika
Telah dikemukakan bahwa pola pikir matematika sebagai ilmu adalah deduktif. Sifat
atau teorema yang ditentukan secara induktif ataupun empirik kemudian dibuktikan
kebenarannya dengan langkah-langkah deduktif sesuai strukturnya. Tidaklah demikian
halnya dengan matematika sekolah. Meskipun siswa pada akhirnya diharapkan mampu
berfikir deduktif namun dalam proses pembelajarannya dapat digunakan pola pikir induktif.
Pola pikir induktif yang digunakan dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan tahap
perkembangan intelektual siswa.
Contoh, di SD untuk mengenalkan konsep bangun datar misalnya persegi, guru dapat
menunjukkan berbagai bangun geometri atau gambar datar pada siswanya kemudian
menunjuk bangun yang berbentuk persegi, dengan mengatakan “ini namanya persegi”.
Selanjutnya menunjuk bangun lain yang bukan persegi dengan mengatakan “ini bukan
persegi”. Dengan demikian siswa dapat menangkap pengertian secara intuitif, secara visual,
sehingga dapat membedakan bangun yang persegi dan bangun mana yang bukan persegi. Ini
merupakan langkah induktif atau pola pikir induktif. Selanjutnya juga dapat ditanamkan pola
pikir deduktif secara amat sederhana misalnya siswa SD tersebut diajak ke suatu tempat yang
banyak bangunan-bangunan geometrinya. Bila kepada siswa itu ditanyakan manakah yang
12
merupakan persegi ternyata dia dapat menunjuk dengan benar berarti siswa tersebut telah
menerapkan pola pikir deduktif yang sederhana.
3. Keterbatasan Semesta
Sebagai akibat dipilihnya unsur atau elemen matematika sekolah dengan
memperhatikan aspek kependidikan, dapat terjadi “penyederhanaan” pada konsep
matematika yang kompleks. Pengertian semesta pembicaraan tetap diperlukan namun
mungkin sekali lebih dipersempit. Selanjutnya semakin meningkat usia siswa, yang berarti
meningkat juga tahap perkembangannya, maka semesta itu berangsur lebih diperluas lagi.
Contohny Dalam hal pembelajaran tentang bilangan mulai dari kelas 1 berturut-turut
hingga kelas 5 misalnya, di kelas 1 siswa diperkenalkan hanya bilangan cacah yang tidak
lebih dari 100, kemudian semakin luas meningkat. Pada saat siswa mengenal bilangan cacah
yang tidak lebih dari 100 tentu saja guru belum memberikan soal yang operasinya
menghasilkan bilangan di luar bilangan antara 0 dan 100 tersebut. Demikian juga dalam hal
memperkenalkan pecahan secara bertahap semesta dari penyebutnya dianekaragamkan atau
diperluas semestanya. Di SD tidak semua operasi terhadap bilangan bulat diperkenalkan,
hanya diperkenalkan operasi penjumlahan dan pengurangan. Belum diperkenalkan perkalian
dan pembagian bilangan bulat (khususnya untuk bilangan negatif). Dari SD hingga SMA
hanya dikenal bilangan prima yang positif
4. Tingkat Keabstrakan
Sifat abstrak objek matematika ada pada matematika sekolah. Hal itu merupakan
salah satu penyebab sulitnya seorang guru mengajarkan matematika sekolah. Seorang guru
matematika harus berusaha mengurangi sifat abstrak dari objek matematika itu sehingga
memudahkan siswa menangkap pelajaran matematika di sekolah. Dengan kata lain seorang
guru matematika sesuai dengan perkembangan penalaran siswanya harus mengusahakan agar
“fakta”, “konsep”, “operasi”, ataupun “prinsip” dalam matematika itu diusahakan lebih
banyak daripada di jenjang sekolah yang lebih tinggi. Semakin tinggi jenjang sekolahnya
semakin banyak sifat abstraknya. Jadi pembelajaran tetap diarahkan pada pencapaian
kemampuan berfikir para siswa.
Contohnya Dalam menjelaskan irisan sebuah bidang datar dengan bangun dimensi
tiga dapat diawali dengan peraga yang menunjukkan pemotongan bidang dengan sebuah
kubus. Baru beralih pada gambarnya disertai penggunaan sifat-sifat geometri yang diperlukan
seperti “dua garis adalah sebidang bila sejajar”, “dua garis adalah sebidang bila
berpotongan”, dan sebagainya.
13
E. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Matematika
Matematika sekolah berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur,
menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari diantaranya melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar dan trigonometri.
Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan
dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan
matematika, diagram, grafik, atau tabel.
Kecakapan dan kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar
matematika adalah:
1. Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik
atau diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah.
3. Menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
4. Menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat (merumuskan), menafsirkan,
dan meyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan
Hal yang sangat perlu diperhatikan adalah bahwa selama ini dalam praktek
pembelajaran di kelas guru lebih menekankan kepada tujuan yang bersifat material antara lain
tuntutan lingkungan yang sangat dipengaruhi oleh sistem regional atau nasional. Ini
mengakibatkan banyak orang beranggapan bahwa tujuan pendidikan matematika hanya di
domain kognitif saja. Sedangkan tujuan yang bersifat formal dianggap akan dicapai dengan
sendirinya atau dapat disebut akan dicapai “by change”. Perencanaan pembelajaraan seperti
itu masih tetap diperlukan, namun adanya perkembangan matematika yang demikian pesat
dan karena tuntutan masyarakat serta diperlukannya matematika dan pemikirannya di bidang
kerja yang tidak langsung menggunakan rumus-rumus matematika, diperlukan perencanaan
pembelajaraan matematika yang secara sengaja memasukkan pembelajaran nilai-nilai afektif
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Matematika disebut ilmu deduktif, karena dalam matematika tidak menerima
generalisasi berdasarkan pada pengamatan (induktif) seperti pada ilmu pengetahuan yang
lain. Kebenaran generalisasi matematika harus dibuktikan secara deduktif. Matematika
adalah ilmu terstruktur yang terorganisasikan dengan baik karena matematika dimulai
dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma / postulat
dan akhirnya ke dalil / teorema. Komponen-komponen matematika ini membentuk
sistem yang saling berhubungan dan terorganisasikan dengan baik. Hal ini dapat dilihat
dari konsep-konsep matematika yang tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan
sistematis dari konsep yang paling sederhana sampai ke konsep yang kompleks.
Matematika disebut juga ilmu tentang pola karena dalam matematika sering dicari
keseragaman seperti keterurutan, keteraturan, dan keterkaitan pola dari sekumpulan
konsep-konsep tertentu atau model-model tertentu yang merupakan representasinya
untuk dapat dibuat generalisasi yang dibuktikan secara deduktif. Matematika adalah ilmu
tentang hubungan karena konsep-konsep matematika satu dengan lainnya saling
berhubungan.
Matematika yang diajarkan di jenjang persekolahan yaitu Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum disebut Matematika Sekolah
Matematika Sekolah tidaklah sepenuhnya sama dengan Matematika sebagai ilmu.
Dikatakan tidak sepenuhnya sama karena memiliki perbedaan antara lain dalam hal (1)
penyajian, (2) pola pikir, (3) keterbatasan semesta, dan (4) tingkat keabstrakan.Kegunaan
Matematika adalah Banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya
bergantung dari matematika dan Matematika digunakan manusia untuk memecahkan
masalahnya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Saran
Dalam kesempatan ini kelompok bermaksud ingin menyampaikan saran yang
sekiranya dapat memberikan manfaat. Sebagai seorang guru kita harus bisa dituntut
untuk lebih kreatif serta inovatif dan menguasai materi pembelajaran yang kita ajarkan
kepada peserta didik kita.
15
DAFTAR PUSTAKA
16