Anda di halaman 1dari 18

Tugas Filsafat Matematika

“Hakekat Matematika”
Kelompok 2

Disusun oleh :
1. Arthur Imantoko (18310010)
2. Selvita Erviandita (18310029)
3. Salwa Safira (18310043)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
TAHUN 2018 / 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah dengan
judul “Hakekat Matematika ”. Serta shalawat dan salam selalu dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Filsafat Matematika. Pada masa kini, kebanyakan masyarakat bahkan hampir
semua kalangan masyarakat menganggap bahwa matematika adalah salah satu
mata pelajaran yang sangat sulit. Untuk menghilangkan paradigma tersebut, maka
kami menyusun makalah ini yang membahas tentang Hakekat Matematika.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada selaku dosen pengampu mata
kuliah Filsafat Matematika, kepada keluarga serta teman-teman yang banyak
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini banyak
mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami khususnya dan pembaca umumnya. Kami menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan demi
kemajuan penulisan makalah berikutnya.

Semarang, September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... 2


DAFTAR ISI ..................................................................................................... 3

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang. .............................................................................. 4
B. Permasalahan .................................................................................. 5
C. Tujuan ............................................................................................. 5

BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................ 6


A. Hakikat Matematika ...................................................................................... 6
B. Objek Matematika…………………………………………………… 7
C. Konsep dalam Matematika…………………………………………. 12
D. Simbol Matematika…………………………………………………. 13
E. Aksioma dan Tata Permainan Bahasa Matematika…………………. 13

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan…………………………………………………………. 16
B. Saran………………………………………………………………… 17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Apakah matematika itu? hingga saat ini belum ada kesepakatan yang
bulat di antara para matematikawan tentang apa yang disebut matematika itu.
Untuk mendiskripsikan definisi kata matematika para matematikawan belum
pernah mencapai satu titik “puncak” kesepakatan yang “sempurna”.
Banyaknya definisi dan beragamnya deskripsi yang berbeda dikemukakan oleh
para ahli, mungkin disebabkan oleh ilmu matematika itu sendiri, dimana
matematika termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas
sehingga masing-masing ahli bebas mengemukakan pendapatnya tentang
matematika berdasarkan sudut pandang, kemampuan, pemahaman, dan
pengalaman masing-masing. Oleh sebab itu matematika tidak akan pernah
selesai untuk didiskusikan, dibahas, maupun diperdebatkan. Penjelasan
mengenai apa dan bagaimana sebenarnya matematika itu, akan terus
mengalami perkembangan seiring dengan pengetahuan dan kebutuhan manusia
serta laju perubahan zaman.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sangat pesat
terutama dalam bidang informasi begitu cepat, sehingga informasi yang terjadi
di dunia dapat kita ketahui dengan segera yang mengakibatkan batas Negara
dan waktu sudah tidak ada perbedaan lagi. Akibat globalisasi, dalam era
globalisasi ini diperlukan sumber daya manusia yang handal dan mampu
berkompetisi secara global, sehingga diperlukan sumber daya manusia yang
kreatif berfikir sistematis logis, dan konsisten, dapat bekerja sama serta tidak
cepat putus asa. Untuk memperoleh sifat yang demikian perlu diberikan
pendidikan yang berkualitas dengan berbagai macam pelajaran. Salah satu
mata pelajaran yang merefleksikan sifat di atas adalah mata pelajaran
Matematika, karena matematika merupakan ilmu dasar dan melayani hampir
setiap ilmu. Sehingga ada ungkapan bahwa matematika itu adalah ratu dan
pelayan ilmu. Matematika juga merupakan ilmu yang deduktif dan ilmu yang
terstruktur. Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka kami
menyusun makalah tentang “HAKEKAT MATEMATIKA”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakekat matematika?
2. Apa yang dimaksud dengan objek matematika?
3. Apa yang dimaksud dengan konsep dalam matematika?
4. Apa yang dimaksud dengan simbol matematika?
5. Apa yang dimaksud dengan Aksioma dan Tata Permainan Bahasa
Matematika?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari disusunnya makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian hakekat matematika
2. Untuk mengetahui objek matematika
3. Untuk mengetahui konsep dalam matematika
4. Untuk mengetahui simbol matematika
5. Untuk mengetahui Aksioma dan Tata Permainan Bahasa Matematika
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Matematika
Secara etimologi, matematika berasal dari bahasa latin manthanein
atau mathemata yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Dalam Bahasa
Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti yang kesemuanya berkaitan dengan
penalaran.
Pendefinisian matematika sampai saat ini belum ada kesepakatan yang
bulat, namun demikian dapat dikenal melalui karakteristiknya. Ada yang
mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang,
matematika merupakan bahasa simbol, matematika adalah bahasa numerik,
matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, matematika adalah metode
berpikir logis, matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola,
bentuk dan struktur, matematika adalah ratunya ilmu dan juga menjadi pelayan
ilmu yang lain. Matematika adalah salah satu pengetahuan tertua yang
terbentuk dari penelitian bilangan dan ruang. Matematika adalah suatu disiplin
ilmu yang berdiri sendiri dan tidak merupakan cabang dari ilmu pengetahuan
alam.
Matematika merupakan ilmu yang tidak jauh dari realitas kehidupan
manusia. Seperti halnya dalam membedakan antara banyak dan sedikit, lebih
dengan kurang, orang perlu berhitung. Misalnya, seorang pengembala akan
menghitung apakah kambing yang akan masuk ke kandang pada sore hari
sudah lengkap atau belum, maka pengembala tersebut menggunakan tumpukan
batu yang jumlahnya sama dengan jumlah kambing. Setiap satu kambing yang
masuk ke kandang, maka tumpukan batu akan dipindah satu. Apabila ada
tumpukan batu yang tersisa berarti ada kambing yang belum masuk ke kandang
dan dengan demikian jumlah kambing yang masuk ke kandang kurang dari
jumlah semua. Praktik seperti ini adalah permulaan dari orang belajar
berhitung, yang merupakan salah satu dari cabang ilmu matematika. Akan
tetapi, hakikat matematika bukanlah sekedar berhitung melainkan suatu
bangunan pengetahuan yang terus berubah dan berkembang. Di samping itu,
matematika adalah sebuah bahasa yang dapat menemukan dan mempelajari
pola serta hubungan-hubungannya sehingga terbentuklah suatu kegiatan
pembangkitan masalah dan pemecahan masalah. Itulah sebabnya matematika
bermanfaat bagi semua orang.

B. Objek Matematika
Ada empat yang menjadi objek kajian matematika yaitu Fakta, Konsep,
Operasi dan Prinsip.

1)      Objek Kajian Matematika Berupa Fakta

Fakta adalah kovensi-kovensi dalam matematika yang biasanya di


ungkapkan dengan simbol-simbol tertentu. Contoh simbol bilangan “3” secara
umum sudah dipahami sebagai bilangan “tiga” sebaliknya kalau seorang
mengucapkan kata “tiga” dengan sendirinya dapat disimbulkan dengan “3” fakta
yang komplek sepertinya п ≈ 3,14 yang dipahami sebagai pi yang mendekati tiga
koma empat belas. 23 = 2 x 2 x 2  yang dipahami sebagai dua kali dua kali dua.
Dalam geometri biasanya juga terdapat simbol-simbol tertentu, seperti “⊥” yang
berarti tegak lurus, “//” yang berarti sejajar. Dalam trigonometri kita kenal “sin”
yang berarti perbandingan atau fungsi sinus. Dalam aljabar symbol “a,b”
menunjukkan pasangan berurutan, symbol f yang dipahami sebagai fungsi dan
masih banyak lagi lainnya.

Cara mempelajari fakta bisa dengan hafalan, drill (latihan terus menerus),
demontrasi tertulis dan lain-lain. Dengan demikian dalam memperkenalkan
simbol dan fakta matematika kepada siswa, guru seharusnya melalui beberapa
tahap yang memungkinkan siswa dapat menyerap makna simbol-simbol tersebut.

Penggunaan fakata yang berupa symbol bila terlalu capat diberikan kepada
siswa, dapat menyebabkan salah pengertian atau miskonsepsi terhadap symbol
tersebut. Selain itu, penekanan pada aspek teknis berupa perhitungan belaka, juga
dapat menimbulkan miskonsepsi tersebut. Contoh terjadinya miskonsepsi pada
symbol adalah siswa seringkali dibimbing hanya menggunakan fakta-fakta
matematika, tanpamem perhatikan pemahamannya. Salah satu contoh adalah
pemahaman terhadap bilangan pi (п). Ada siswa yang menganggap pi bernilai
sama dengan 3,14 atau  (22/7)  bukannya sekedar nilai pendekatan. Ada pula yang
lebih parah, menganggap nilai pi sama dengan 180 0, bukan memahami sebagai
kesetaraan antara radian dan derajat.

2)     Objek Kajian Matematika Berupa Konsep

Konsep adalah ide abstrak yang dapat menggolongkan atau


mengklasifikasi sekumpulan objek, apakah objek tertentu merupakan contoh
konsep atau bukan. Contoh “segi tiga” adalah nama suatu konsep. Dengan konsep
itu kita dapat membadakan mana yang merupakan contoh segi tiga dan mana yang
bukan segi tiga. “bilangan prima” juga nama suatu konsep, yang dengan konsep
ini kita dapat membedakan yang merupakan bilangan prima dan yang bukan
bilangan prima. Konsep bilangan prima lebih komplek dibandingkan konsep segi
tiga oleh karena itu didalam konsep bilangan prima memuat konsep-konsep lain
sseperti “bilangan”, “satu” dan lain-lain. Dalam matematika terdapat konsep yang
penting yaitu “fungsi”, “variabel”, dan “konstanta”. Konsep tersebut, seperti
halnya dengan bilangan, terdapat semua cabang matematika.Banyak konsep lain
dalam matematika yang lebih komplek misalnya matriks, vektor, determinan,
gradien, dan lainnya.

Cara menyatakan konsep dalam matematika.

Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari
kepada apa yang telah diketahui. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu meteri
matematika yang baru, penglaman belajar yang lalu dari seseorang itu akan
mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika tersebut. Menurut
Coney, ada beberapa cara yang dapat ditempuh dalam mengajarkan konsep
matematika, khususnya pada siswa yang berada pada tahap berpikir operasi
formal, yaitu:
Ø  Pendefenisian (defining).

Membuat defenisi adalah langkah baik karena defenisi menggunakan bahasa


yang singkat tetapai padat dan terstruktur.

Ø  Menyatakan syarat cukup.

Kita dapat melihat gaya bahasa dari syarat cukup, yaitu “jika” selain itu juga
kadang digunakan: asalkan, sebab, karena, dengan alasan. Dengan logika
syarat cukup, siswa diharapkan mampu mencari contoh objek yang
dinyatakan oleh konsep, sehingga langkah syarat cukup memudahkan
penerapan dari konsep.

Ø  Memberi contoh.

Hal  ini sangat penting, karena dengan contoh dapaat memperjelas siswa
tentang konsep yang dipelajarinya. Untuk itu contoh diharapkan contoh yang
dipillah adalah sederhana, kemudian siswa dituntut untuk mencari contoh-
contoh lainnya sendiri.

Ø  Memberi contoh disertai alasan.

Pemberian contoh yang disertai alasan releven dengan penyajian syarat


cukup. Dengan kata lain, alasan yang dikemukakan tidak lain adalah syarat
cukup dari defenisi. Selain itu, contoh yang dibuat siswa tidak dibuat secara
spekulatif dan menghindari unsure tebakan.

Ø  Memberi kesamaan atau perbedaan objek yang dinyatakan konsep.

Dalam mengajarkan suatu konsep, sedang konsep tersebut mempunyai


kesamaan/perbedaan dengan konsep lain, maka sebaiknya dituntut siswa
mengemukakan persamaan/perbedaan yang ada, sehingga siswa benar-benar
memahami konsep yang dipelajari itu dengan sebaik-baiknya.
Ø  Member suatu contoh penyangkal.

Yaitu contoh yang dinakan untuk menyangkal kesalahan generalisasi atau


defenisi.Misal seorang siswa menyatakan bahwa trapesium adalah segi empat
yang mempunyai sepasang sisi yang sejajar.

Ø  Menyatakan syarat perlu.

Untuk menunjukkan pernyataan merupakan suatu syarat perlu, biasanya


digunakan tanda linguistik “harus” atau “hanya jika”.Misal sebuah segi empat
jajaran genjang hanya jika (harus) kedua pasang sisi yang berlawanan sejajar.

Ø  Menyatakan syarat perlu dan cukup.

Untuk menyatakan objek suatu konsep mempunyai syarat perlu dan cukup
biasanya digunakan kata “jika dan hanya jika”, dengan menyatakan syarat
perlu dan cukup memungkinkan siswa menguasai konsep dengan baik, karena
syarat cukup dapat mengidentifikasi contoh, sedangkan syarat perlu dapat
mengidentifikasi bukan contoh.

Definisi

Defenisi adalah ungkapan yang membatasi suatu konsep. Dengan adanya


defenisi orang dapat membuat ilustrasi atau gambar atau lambang dari konsep
yang didefinisikan. Sehingga menjadi semakin jelas apa yang dimaksud dengan
konsep tertentu. Konsep lingkaran misalnya “lingkaran dapat didefinisikan
sebagai kumpulan titik-titik pada bidang datar yang memiliki jarak yang sama
terhadap titik tertentu” dengan definisi tersebut akan jelas apa yang disebut
dengan lingkaran. Dengan definisi tersebut pula orang mampu membuat sketsa
lingkaran.
3)  Objek kajian Matematika berupa operasi

            Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan pengerjaan


Matematika yang lain. Contoh misalnya “penjumlahan”, gabungan dan “irisan”
unsure-unsur yang dioperasikan juga abstrak. Pada dasarnya operasi dalam
matematika adalah suatu pungsi yang relasi khusus, karena operasi adalah aturan
untuk  memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang diketahui.

            Semesta dari elemen-elemen yang diketahui maupun elemen yang


diperoleh dapat sama dapat juga berbeda. Elemen tunggal yang diperoleh disebut
hasil operasi, sedangkan satu atau lebih elemen yang diketahui disebut elemen
yang dioperasikan. Dalam Matematika dikenal macam-macan operasi yaitu:
“Operasi unair”, kemudian operasi biner, operasi terner dan sebagainya.
Penjumlahan adalah operasi biner, karena elemen yang dioperasikan ada dua.
Tetapi “tambah lima” adalah operasi unair, karena elemen yang ditambah Cuma
satu. Dalam himpunan dikenal operasi “gabungan” adalah operasi biner, tetapi
“komplemen” adalah operasi unair seringkali operasi disebut skill bila yang
ditekankan adalah ketrampilannya.

4)  Objek kajian matematika berupa prinsip

            Prinsip adalah objek kajian matematika yang lebih komplek, prinsip dapat
terdiri atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi
ataupun operasi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa prinsip adalah
hubungan antara berbagai objek dasar Matematika. Prinsip dapat berupa aksioma,
teorema sifat dan sebagainya. Contohnya sifat komutatif dan sifat asosotiatiif
dalam aritmatika merupakan suatu prinsip, begitu pula dengan teorema
phytagoras. Contoh sebuah aksioma antara lain melalui “satu titik A diluar sebuah
garis g dapat dibuat tepat sebuah garis yang sejajar garis g”.

            Siswa dianggap telah memehami suatu prinsip apabila ia telah memahami
bagaimana prinsip itu dibentuk dan dapat menggunakannya pada situasi yang
cocok. Bila demikian dia telah memahami fakta konsep atau definisi, serta operasi
yang termuat dalam prinsip tersebut.
C. Konsep dalam Matematika

Konsep adalah dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk
merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Konsep adalah sesuatu
yang membantu mengatur pikiran kita. Konsep dapat menunjukkan objek,
aktivitas atau benda hidup. Konsep juga dapat menggambarkan properti seperti
tekstur (susunan) dan ukuran, contohnya adalah besar, merah, halus, dan
sebagainya (Kania, 2018: 6).  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
konsep diartikan sebagai sesuatu yang diterima dalam pikiran atau suatu ide yang
umum dan abstrak.

Gagne (Russefendi, 2006: 142) menyatakan pengertian konsep dalam


matematika sebagai ide abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan
objek-objek ke dalam contoh dan bukan contoh. Sedangkan pengertian konsep
menurut Rosser dalam Kania (2018:6) adalah sebuah abtraksi yang mewakili
suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan dan hubungan yang
mempunyai atribut yang sama. Konsep menurut Martin dan Caramazza (Nuraini,
dkk., 2016:170) didefinisikan sebagi suatu proses pengelompokkan atau
mengklasifikasikan sejumlah objek, peristiwa atau ide yang serupa menurut sifat-
sifat atau atribut nilai tertentu yang dimiliki ke dalam satu kategori.

Konsep-konsep matematika merupakan rangkaian sebab akibat. Suatu


konsep matematika disusun berdasarkan konsep-konsep sebelumnya dan akan
menjadi dasar bagi konsep-konsep selanjutnya, sehingga pemahaman yang salah
terhadap suatu konsep, akan berakibat pada kesalahpahaman terhadap konsep-
konsep selanjutnya. Oleh karena itu, penguasaan terhadap matematika mutlak
diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami betul dan benar sejak
dini khususnya konsep yang diberikan dalam pembelajaran matematika di
Sekolah Dasar (Dharma, dkk., 2016: 2).
Konsep adalah ide abstrak atau gagasan yang dibentuk dengan
memandang sifat-sifat yang sama dari sekumpulan ide abstrak yang dapat
digunakan untuk mengklasifikasikan sekumpulan objek. Selain itu, konsep dapat
diartikan sebagai ide atau gagasan yang abstrak yang terbentuk berdasarkan
pengalaman siswa dengan tujuan mempermudah siswa untuk berkomunikasi dan
memungkinkan siswa untuk berpikir sesuai dengan peristiwa dan fakta serta
mengidentifikasi setiap konsep. Terkait dengan hal ini, siswa sebenarnya telah
memiliki konsep awal yang berasal dari pengalaman hidup mereka sebelum
mereka mengikuti pembelajaran secara formal di sekolah. Konsep awal ini disebut
sebagai konsepsi.

D. Simbol Matematika
Matematika memiliki banyak simbol, baik huruf maupun bilangan. Model
matematika x + y = z, belum tentu bermakna atau berarti. Tidak selalu x, y, z
berarti bilangan. Bilangan-bilangan yang digunakan dalam pembelajaran pun
bebas dari arti atau makna real.  Makna huruf dan operasi tergantung
permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model matematika. Bahkan
tanda “+” tidak selalu berarti operasi tambah untuk dua bilangan, tetapi bisa jadi
operasi untuk vector, matriks dan lain-lain.  Secara umum, x + y = z masih kosong
dari arti, tergantung permasalahannya. Jadi, model atau symbol matematika
sesungguhnya kosong dari arti. Ia akan bermakna sesuatu bila kita mengaitkannya
dengan konteks tertentu. Secara umum, hal ini pula yang membedakan symbol
matematika dengan symbol bukan matematika. Kosongnya arti dari model-model
matematika itu merupakan “kekuatan” matematika, yang dengan sifat tersebut ia
bisa masuk pada berbagai macam bidang kehidupan.

E. Aksioma dan Tata Permainan Bahasa Matematika


Kebenaran atau kepastian matematika terletak pada aturan-aturan yang
diterima secara sosialdari pembicaraan yang berkembang dalam bentuk-bentuk
kehidupan. Konsep epistemologi tematika adalah meletakkan aksioma-aksioma
dipuncak dan merupakan self-evident truths yang berarti matematika bertumpu
pada konsep logika self evidensi. Sistem matematika nampak seperti jaringan atau
struktur yang berbeda yang dapat digunakan untuk mengukur atau
mendeskripsikan dunia. Konsep matematika bersifat abstrak, dapat dibentuk dari
konsep-konsep sebelumnya, berfungsi membantu untuk memahami sesuatu,
berperan mengkomunikasikan pengertian, menjelaskan sesuatu dan merupakan
suatu metode. Konsep matematika termuat dalam definisi, aksioma, dan bukti.
Definisi adalah suatu aturan yang kebenarannya didasarkan atas kesepakatan,
menjadi dasar komunikasi dalam suatu sistem matematika dan berperan sebagai
aturan penerjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain. Aksioma merupakan salah
satu unsur dalam suatu sistem matematika, menyatakan asumsi dasar dan
pernyataan hubungan dasar diantara unsur-unsur pokok di dalam suatu sistem,
ditetapkan apabila dapat digunakan untuk tujuan tertentu atau memiliki fungsi
tertentu tanpa melihat realisasinya, tidak menuntut bukti atau dianggap benar
dengan sendirinya, tidak mengekspresikan pengalaman, ditetapkan berdasarkan
kesepakatan, menentukan dan struktur matematika bagai dasar pengembangan
matematika. Teorema merupakan pernyataan matematis yang bersifat umum dan
jangkauan cukup luas, hasil dari struktur matematika berdasarkan aksioma-
aksioma yang telah ditetapkan, mengandung sifat-sifat stuktur matematika,
ungkapan kebenaran yang menuntut bukti, harus dipahami dengan memahami
bukti, dan memberikan aturan baru.
Matematika dapat dipandang sebagai suatu tata permainan bahasa yang
memuat berbagai jenis kalkulasi. Matematika juga dapat dipandang sebagai
keluarga jalinan tata permainan bahasa. Tata permainan bahasa matematika
membentuk permainan bahasa ketika orang melakukan pembuktian atau
menyusun bukti. Bukti-bukti yang digunakan dalam matematika serupa dengan
kebanyakan bahasa yang digunakan dalam bahasa sehari-hari. Bukti merupakan
batu uji bagi kebenaran matematika. Bukti bersifat logis diturunkan dari hukum-
hukum penarikan kesimpulan. Bukti didasarkan atas konsep, pengertian, atau
proposisi-proposisi yang telah dijamin kebenarannya dan harus jelas, logis, mudah
dilihat dan jelas, serta dapat ditulis kembali dan dapat diperiksa lagi. Eksperiman
bukan cara pembuktian matematis, yang berarti juga bukti empiris termasuk bukti
dengan gambar atau sketsa atau skema tidak sah dalam matematika. Penggunaan
metode empirik dapat diterima sebatas sebagai inspirasi dalam pembuktian.
Gambar atau skema hanya alat bantu untuk memahami atau menyusun bukti.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hakikat matematika bukanlah sekedar berhitung melainkan suatu bangunan
pengetahuan yang terus berubah dan berkembang. Di samping itu,
matematika adalah sebuah bahasa yang dapat menemukan dan mempelajari
pola serta hubungan-hubungannya sehingga terbentuklah suatu kegiatan
pembangkitan masalah dan pemecahan masalah. Itulah sebabnya
matematika bermanfaat bagi semua orang.
2. Ilmu matematika selalu terus berkembang. Perkembangan matematika
tersebut dimulai dari perkembangan pada zaman Yunani Kuno,
perkembangan zaman Islam dan perkembangan zaman modern.
3. Ada enam tahapan yang harus dilalui siswa agar dapat berpikir tingkat
tinggi, yaitu menggali informasi yang dibutuhkan, mengajukan dugaan,
melakukan inkuiri, membuat konjektur, mencari alternative, dan menarik
kesimpulan.
4. Banyak siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika. Faktor penyabab
rendahnya minat siswa dalam pelajaran matematika adalah faktor budaya,
faktor sistem pendidikan, faktor sistem penilaian, faktor orang tua dan
keluarga, faktor sifat bidang study, faktor guru.
5. Matematika memiliki karakteristik khas yang membedakan dengan ilmu-
ilmu lainnya, di antaranya:
a. Matematika memiliki objek kajian yang abstrak
b. Matematika bertumpu pada kesepakatan
c. Matematika berpola pikir deduktif
d. Symbol dalam matematika kosong dari arti
e. Matematika memperhatikan semesta pembicaraan
f. Matematika konsisten dalam sistemnya.
B. Saran
Sebagai seorang guru matematika yang professional hendaknya
memahami bagaimana hakikat dan karekteristik matematika yang sebenarnya
agar dapat meminimalisir berbagai persoalan yang terjadi, serta mengetahui
cara pengajaran yang dibutuhkan oleh siswa-siswanya agar matematika tidak
dianggap sulit dan disenangi oleh semua peserta didik. Ilmu matematika sangat
diperlukan untuk memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-
hari. Untuk itu seorang guru harus memberikan asupan ilmu matematika yang
sesuai dan bermanfaat seiring dengan kemajuan zaman sekarang ini kepada
siswa sebagai penerus generasi bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Supatmono,Catur. 2009. Matematika asyik. Jakarta: PT Grasindo


https://makalah-filsafat-matematika.blogspot.com/

http://www.bimbingan.org/sejarah-perkembangan-matematika.htm

http://pulungnanang.multiply.com/journal/item/8/Tahapan-Belajar-
Matematika&show_interstitial=I&u=%2Fjournal%2Fitem

Saiful Hamdani, dkk. 2008. Matematika 1. Surabaya: Learning Assistance


Program for Islamic Sch

Sumardyono. 2004. Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap


Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai