Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

MEMAHAMI DAN MENGANALISIS HAKIKAT ANAK DALAM BELAJAR


MATEMATIKA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pendidikan MM di Sd

DosenPengampu:
Ismail Saleh Nasution, SPd., M.Pd.

DisusunOleh :

1. Dizka Tri Ananda 2202090058


2. Risya Utami Matondang 2202090067

3. Mita Aprilia Lubis 2202090091


KELAS :PGSD IV B PAGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah –Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul “Memahami dan Menganalisis Hakikat Anak Dalam Belajar
Matematika“ ini tepat pada waktunya.

Kami beraharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekan dalam kehidupan sehari hari. Kami juga
berterimakasih kepada banyak pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Medan,21 Feb 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................5
C. Tujuan..................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
A. Bagaimana definisi matematika sesuai pendapat para ahli.................................6
B. Apa hakikat matematika .....................................................................................7
C. Apa arti anak sebagai suatu individu...................................................................8
D. Bagaimana minat belajar anak pada matematika................................................9
E. Bagaimana cara menumbuhkan minat anak dalam belajar matematika............10
F. Bagaimana karakteristik pembelajaran matematika di SD................................14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.


Banyak masalah dan kegiatan dalam kehidupan yang harus diselesaikan dengan ilmu
matematika seperti menghitung, mengukur, dsb. Karena matematika itu penting dalam
kehidupan, maka seharusnya matematika merupakan kebutuhan dan menjadi kegiatan
yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tujuan matematika yaitu melatih siswa
berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan aktifitas kreatif
yang melibatkan imajinasi, dan mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Seorang
guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, hendaklah mengetahui
dan memahami objek yang akan diajarkannya, yaitu matematika. Untuk menjawab
pertanyaan “Apakah matematika itu ?” tidak dapat dengan mudah dijawab.
Hal ini dikarenakan sampai saat ini belum ada kepastian mengenai pengertian
matematika karena pengetahuan dan pandangan masing-masing dari para ahli yang
berbeda-beda. Ada yang mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan
dan ruang, matematika merupakan bahasa simbol, matematika adalah bahasa numerik,
matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, matematika adalah metode
berpikir logis, matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan
struktur, matematika adalah ratunya ilmu dan juga menjadi pelayan ilmu yang lain.
Seorang guru SD atau calon guru SD harus memahami hakikat matematika,
dengan memahami hakikat matematika, diharapkan seoarnag guru dapat membuat
anak didiknya memahami apa itu matematika dan pentingnya mempelajari
matematika. Selain itu, seorang guru perlu mengetahui beberapa karakteristik
pembelajaran matematika di SD. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa
matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, sedangkan yang kita ketahui,
siswa SD yang berada pada usia 7 hingga 12 tahun masih berada pada tahap
operasional konkrit yang belum dapat berpikir formal. Oleh karena itu pembelajaran
matematika di SD selalu tidak terlepas dari hakikat matematika dan hakikat anak
didik di SD. Sejalan dengan hal tersebut.
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang penulis angkat dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana definisi matematika sesuai pendapat para ahli?
2. Apa hakikat matematika?
3. Apa kegunaan matematika?
4. Apa arti anak sebagai suatu individu?
5. Bagaimana minat belajar anak pada matematika?
6. Bagaimana cara menumbuhkan minat anak dalam belajar matematika?
7. Bagaimana karakteristik pembelajaran matematika di SD?

C. Tujuan Masalah

Beberapa hal yang menjadi tujuan dari penulis dalam menyusun makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi matematika sesuai pendapat para ahli.
2. Menjelaskan hakikat matematika.
3. Menjelaskan kegunaan matematika.
4. Menjelaskan arti anak sebagai suatu individu.
5. Menguraikan minat belajar anak pada matematika Menguraikan cara yang
harus dilakukan guru untuk menumbuhkan minat anak dalam belajar
matematika.
6. Menjelaskan karakteristik pembelajaran matematika di SD.
7. Menguraikan cara yang harus dilakukan guru untuk menumbuhkan minat
anak dalam belajar matematika.
8. Menjelaskan karakteristik pembelajaran matematika di SD.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI MATEMATIKA
Matematika berasal dari bahasa latin yaitu mathematika. Awal mulanya istilah ini
berasal dari bahasa Yunani yaitu mathematike yang berarti memelajari. Matematika lebih
menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil
eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia,
yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran (Russeffendi ET, 1980 :148).
1. Russefendi (1988 : 23)
Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-
definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di mana dalil-dalil setelah dibuktikan
kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu
deduktif.
2. James dan James (1976).
Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan
konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga
bagian besar yaitu aljabar, analisis dan geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan
bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, geometris dan
analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.
3. Johnson dan Rising dalam Russefendi (1972)
Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,pembuktian yang logis,
matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan
cermat , jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa
simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Matematika adalah pengetahuan struktur
yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada
unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan
kebenarannya adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah
suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.
4. Reys - dkk (1984)
Matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola
berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.
5. Kline (1973)
Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya
sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam
memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

B. HAKIKAT MATEMATIKA
1. Matematika sebagai ilmu deduktif
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari kebenaran
(generalisasi) dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu
pengetahuan yang lain.
Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari
hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus”. Ciri
utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau
pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya

2. Matematika Adalah Ilmu Terstruktur


Matematika merupakan ilmu terstruktur yang terorganisasikan. Hal ini karena
matematika dimulai dari unsur yang tidak didefinisikan, kemudian unsur yang
didefinisikan ke aksioma atau postulat dan akhirnya pada teorema. Konsep-konsep
matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistimatis mulai dari konsep
yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Misalnya untuk
mempelajari persamaan, sebelumnya harus sudah mempelajari kalimat matematika,
operasi hitung bilangan dan tentunya harus mempelajari tentang bilangan.

3. Matematika Adalah Ilmu Tentang Pola dan Hubungan


Matematika disebut sebagai ilmu tentang pola karena pada matematika sering
dicari keseragaman seperti keterurutan, keterkaitan pola dari sekumpulan konsep-
konsep tertentu atau model yang merupakan representasinya untuk membuat
generalisasi.
Misal : Jumlah a bilangan genap selamanya sama dengan a2
Matematika disebut ilmu tentang hubungan karena konsep matematika satu
dengan lainnya saling berhubungan. Misalnya : Antara persegi panjang dengan balok,
antara persegi dengan kubus, dll.
4. Matematika Adalah Bahasa Simbol
Matematika yang terdiri dari simbol-simbol yang sangat padat arti dan bersifat
internasional. simbol-simbol matematika ditulis dengan cara singkat tetapi
mempunyai arti yang luas.

5. Matematika Sebagai Ratu Dan Pelayan Ilmu


Matematika sebagai ratunya ilmu dimaksudkan bahwa matematika merupakan
sumber ilmu yang lain. Banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya
bergantung dari matematika. Oleh sebab itu, matematika berfungsi untuk melayani
ilmu pengetahuan. Dengan demikian matematika tumbuh dan berkembang untuk
dirinya sendiri juga melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan
operasionalnya.

C. KEGUNAAN MATEMATIKA
1. Matematika sebagai pelayan ilmu yang lain.
Banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari
matematika, seperti :
a. Penemuan dan pengembangan Teori Mendel dalam Biologi melalui konsep
Probabilitas.
b. Perhitungan dengan bilangan imajiner digunakan untuk memecahkan masalah
tentang kelistrikan.
c. Einstein membuat rumus yang dapat digunakan untuk menaksir jumlah energi
yang dapat diperoleh dari ledakan atom.

2. Matematika digunakan manusia untuk memecahkan masalahnya dalam


kehidupan sehari-hari.
Contoh :
a. Mengadakan transaksi jual beli, maka manusia memerlukan proses perhitungan
matematika yang berkaitan dengan bilangan dan operasi hitungnya
b. Menghitung luas daerah
c. Menghitung jarak yang ditempuh dari suatu tempat ke tempat yang lain
d. Menghitung laju kecepatan kendaraan
D. ANAK SEBAGAI SUATU INDIVIDU
Pada saat ini masih ada guru yang memberikan konsep-konsep matematika
sesuai jalan pikirannya, tanpa memperhatikan bahwa jalan pikiran siswa berbeda
dengan jalan pikiran orang dewasa dalam memahami konsep-konsep matematika
yang abstrak. Sesuatu yang dianggap mudah menurut logika orang dewasa dapat
dianggap sulit dimengerti oleh seorang anak. Anak tidak berpikir dan bertindak
sama seperti orang dewasa.
Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika di SD, konsep matematika
yang abstrak yang dianggap mudah dan sederhana menurut kita yang cara
berpikirnya sudah formal, dapat menjadi hal yang sulit dimengerti oleh anak.
Selain itu setiap anak merupakan individu yang berbeda. Perbedaan pada tiap
individu dapat dilihat dari minat, bakat, kemampuan kepribadian, pengalaman
lingkungan,dll. Karena itu seorang guru dalam proses pembelajaran matematika
hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan karakterisitik anak didik
tersebut.

E. MINAT BELAJAR
Minat belajar merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan proses
pembelajaran matematika. Minat yang timbul dari kebutuhan anak merupakan
faktor penting bagi anak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Oleh karena
itu minat belajar anak harus diperhatikan dengan cermat. Dengan adanya minat
belajar pada anak dapat memudahkan membimbing dan mengarahkan anak untuk
belajar matematika. Dengan demikian anak tidak perlu lagi mendapat dorongan
dari luar jika belajar yang dilakukannya cukup menarik minatnya.
Pada umumnya anak usia SD adalah anak yang berada pada usia sekitar 7
sampai 12 tahun. Menurut Piaget anak usia sekitar ini masih berpikir pada tahap
operasi konkrit artinya siswa SD belum berpikir formal.
Sebagaimana kita ketahui, matematika adalah ilmu deduktif, formal, hierarki
dan menggunakan bahasa simbol yang memiliki arti yang padat. Karena adanya
perbedaan karakteristik antara matematika dan anak usia SD, maka matematika
akan sulit dipahami oleh anak SD jika diajarkan tanpa memperhatikan tahap
berpkir anak SD. Seorang guru hendaknya mempunyai kemampuan untuk
menghubungkan antara dunia anak yang belum dapat berpikir secara deduktif
agar dapat mengerti matematika yang bersifat deduktif.
Matematika yang merupakan ilmu dengan objek abstrak dan dengan
pengembangan melalui penalaran deduktif telah mampu mengembangkan model-
model yang merupakan contoh dari sistem itu yang pada akhirnya telah digunakan
untuk memecahkan persoalan dalam kehidupan sehari-hari.
Faktor-faktor lain yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran
matematika, selain bahwa tahap perkembangan berpikir siswa SD belum formal
atau masih konkrit adalah adanya keanekaragaman intelegensi siswa SD serta
jumlah siswa SD yang cukup banyak dibandingkan guru yang mengajar
matematika.
Berdasarkan penjelasan diatas, matematika yang dipelajari oleh siswa SD
dapat digunakan oleh siswa SD untuk kepentingan hidupnya sehari-hari dalam
kepentingan lingkungannya, selain itu matematika juga untuk membentuk pola
pikir yang logis, sistimatis, kritis dan cermat dan akhirnya dapat digunakan untuk
mempelajari ilmu ilmu yang lain.

F. MENUMBUHKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA


Merencanakan dan menciptakan suatu situasi belajar matematika yang baik di
sekolah maupun di rumah, memerlukan beberapa pengertian antara lain tentang
proses belajar matematika yaitu memperbesar kesanggupan untuk situasi belajar
matematika. Makin baik cara belajar matematika, makin baik pula situasi belajar
matematika, makin lancar dan efektif proses belajar matematika itu berlangsung.
Menurut teori Bruner (Fadjar Shadiq, 2008: 29), ada tiga tahapan
belajar yang harus dilalui para siswa agar proses belajarnya dapat terjadi secara
optimal. Dalam arti akan terjadi internalisasi pada diri siswa tersebut, yaitu suatu
keadaan dimana pengalaman yang baru dapat menyatu kedalam struktur kognitif
siswa. Ketiga tahap pada proses belajar tersebut adalah:
a. Tahap Enaktif
Pada tahap ini, para siswa dituntut untuk mempelajari pengetahuan
(matematika tentunya) dengan menggunakan benda konkret atau menggunakan
situasi yang nyata bagi para siswa. Dapat ditambahkan bahwa istilah “konkret”
atau “nyata” berarti dapat diamati dengan menggunakan panca indera para siswa.
b. Tahap Ikonik
Pada tahap ini, siswa mempelajari suatu pengetahuan dalam bentuk gambar
atau diagram sebagai perwujudan dari kegiatan yang menggunakan benda konkret
atau nyata tadi.
c. Tahap Simbolik
Pada tahap ini, siswa sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan
terhadap objek real.
Selain itu proses belajar mengajar selalu berkaitan dengan siswa yaitu manusia
yang belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya, menurut Slameto (2003: 54 – 72)
dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu: faktor intern (faktor dari dalam
diri siswa) dan faktor ekstern (faktor dari luar siswa).
a. Faktor Intern
Faktor intern individu merupakan faktor yang paling penting dalam
pencapaian hasil belajar yang optimal. Dalam melakukan proses belajar, semua
kemampuan yang dimiliki individu dicurahkan untuk mencerna materi yang akan
dipelajari. Faktor yang berasal dari diri siswa sendiri meliputi dua faktor yaitu
faktor jasmaniah dan psikologis.
1) Faktor jasmaniah
Secara umum kondisi jasmaniah dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pembelajaran, kondisi tubuh yang lemah dapat
menurunkan kualitas belajar siswa.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor psikologis terdiri
dari tujuh faktor, yaitu :
a) Intelegensi
Intelegensi pada umumnya diartikan sebagai kemampuan psikofisik seseorang
dalam mereaksi rangsangan dengan cara yang tepat. Tingkat kecerdasan siswa
sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar.
b) Perhatian
Siswa yang mempunyai perhatian terhadap bahan yang akan dipelajari akan
mempengaruhi hasil belajar yang lebih baik dibanding dengan siswa yang tidak
mempunyai perhatian terhadap pelajaran tersebut.
c) Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai minat, maka
siswa tidak akan belajar dengan sungguh-sungguh.
d) Bakat
Menurut Hilgard (Slameto, 2003: 57) bakat adalah kemampuan untuk belajar.
Kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah
belajar atau berlatih. Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap
proses dan hasil belajar seseorang karena seseorang yang mempunyai bakat
dalam suatu pekerjaan akan lebih cepat mengerjakan pekerjaan tersebut jika
dibandingkan dengan orang yang kurang berbakat dibidang itu.
e) Motivasi
Motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang menodrong seseorang
untuk belajar. Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar
pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang,
dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
Kematangan akan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa karena siswa yang
cukup umur akan dapat menerima pelajaran dengan baik dibanding siswa yang
belum matang dalam berfikir.
g) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi. Kesediaan itu
timbul dari dalam diri seseorang dan berhubungan dengan kematangan.
Kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Siswa yang telah
memiliki kesiapan dalam menerima pelajaran akan mempunyai hasil yang cukup
baik.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern individu dapat dibagi menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga,
faktor sekolah dan faktor masyarakat. Ketiga faktor ini satu sama lain
memberikan warna tersendiri pada perkembangan individu, terutama dalam
kegiatan belajar.
1) Lingkungan Keluarga
Lingkungan ini memberikan kontribusi yang berarti terhadap perkembangan
individu. Keluarga ini merupakan lingkungan yang pertama dikenal oleh anak
dan sebagian besar waktunya dilalui bersama keluarga. Pengaruh keluarga bisa
berasal dari kepedulian orang tua berupa dukungan motivasi belajar.
2) Lingkungan Sekolah
Peranan sekolah dalam membekali seseorang dalam disiplin ilmu tertentu
merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang berpengaruh terhadap
kemampuan seseorang dalam mempelajari sesuatu.
3) Lingkungan Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga sangat berpengaruh terhadap
beajar siswa. Faktor-faktor masyarakat yang dapat mempengaruhi adalah sebagai
berikut :
a) kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan yang positif di masyarakat dapat membawa dampak yang positif pula
terhadap perkembangan pribadi siswa dalam belajar.
b) Mass media
Media terdiri dari media elektronik seperti televisi, radio, dan media cetak
seperti majalah, surat kabar, tabloid dan bukubuku. Mass media yang baik dapat
mendukung dalam perkembangan belajar siswa.
c) Teman bergaul
Teman bergaul sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi
siswa. Teman yang baik akan membawa pengaruh yang baik, sedangkan yang
berkelakuan buruk dapat membawa pengaruh yang buruk pula.
Dalam menumbuhkan minat siswa dalam belajar matematika guru sebagai
tenaga pengajar di kelas hendaknya berusaha sedapat mungkin untuk
membangkitkan minat belajar pada anak didiknya dengan berbagai cara, misalnya
dengan memperkenalkan kepada anak berbagai kegiatan belajar, seperti bermain
sambil belajar matematika, menggunakan alat peraga yang menarik atau
memanipulasi alat peraga, menggunakan bermacam-macam metode pembelajaran
pada saat mengajar matematika, mengaitkan pembelajaran matematika dengan
dunia anak.
Beberapa hal yang harus dilakukan guru dalam menumbuhkan minat anak
dalam belajar matematika :
1. Menyesuaikan bahan pelajaran yang diajarkan dengan dunia anak
misalnya dengan memanfaatkan lingkungan.
2. Pembelajaran dapat dilakukan dengan cara dari mudah ke yang sukar atau
dari konkret ke abstrak.
3. Menggunakan alat peraga
4. Pembelajaran hendaknya membangkitkan aktvitas anak.
5. Semua kegiatan belajar harus kontras.
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak didik secara aktif dan
sadar. Hal ini berarti bahwa aktivitas berpusat pada anak didik sedangkan guru
lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator (pembimbing) terjadinya proses belajar.
Oleh karena itu untuk mengaktifkan siswa dalam belajar maka seorang guru
matematika dapat membimbing anak secara baik dan memotivasi.

G. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD
Seorang guru SD atau calon guru SD perlu mengetahui beberapa karakteristik
pembelajaran matematika di SD. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa
matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, sedangkan yang kita ketahui
siswa SD yang berada pada usia 7 hingga 12 tahun masih berada pada tahap
operasional konkrit yang belum dapat berpikir formal. Oleh karena itu
pembelajaran matematika di SD selalu tidak terlepas dari hakikat matematika dan
hakikat anak didik di SD.
Beberapa karakteristik pembelajaran matematika di sekolah (Erman
Suherman, 2001) yaitu sebagai berikut:
1. Pembelajaran matematika berjenjang (bertahap)
Materi pembelajaran diajarkan secara berjenjang atau bertahap, yaitu dari hal
konkrit ke abstrak, hal yang sederhana ke kompleks, atau konsep mudah ke
konsep yang lebih sukar.
2. Pembelajaran matematika mengikuti metoda spiral
Setiap mempelajari konsep baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang
telah dipelajari sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang
telah dipelajari. Pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan cara memperluas
dan memperdalam adalah perlu dalam pembelajaran matematika (Spiral melebar
dan menaik).
3. Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif
Matematik adalah deduktif, matematika tersusun secara deduktif aksiomatik.
Namun demikian harus dapat dipilihkan pendekatan yang cocok dengan kondisi
siswa. Dalam pembelajaran belum sepenuhnya menggunakan pendekatan
deduktif tapi masih campur dengan induktif.
4. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi
Kebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya merupakan kebenaran
konsistensi, tidak bertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan yang
lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar bila didasarkan atas pernyataan-
pernyataan yang terdahulu yang telah diterima kebenarannya.
4. Pembelajaran matematika hendaknya bermakna
Pembelajaran secara bermakna merupakan cara mengajarkan materi pelajaran
yang mengutamakan pengertian daripada hafalan. Dalam pembelajaran bermakna
siswa mempelajari matematika mulai dari proses terbentuknya suatu konsep
kemudian berlatih menerapkan dan memanipulasi konsep-konsep tersebut pada
situasi baru. Konsep- konsep matematika tidak dapat diajarkan melalui definisi,
tetapi melalui contoh-contoh yang relevan.
Guru hendaknya dapat membantu pemahaman suatu konsep dengan
pemberian contoh-contoh yang dapat diterima kebenarannya secara intuitif.
Artinya siswa dapat menerima kebenaran itu dengan pemikiran yang sejalan
dengan pengalaman yang sudah dimilikinya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Begitu
pentingnya peranan matematika karena banyak masalah dan kegiatan dalam
kehidupan yang harus diselesaikan dengan ilmu matematika seperti menghitung,
mengukur, dsb. Dan juga perlunya memahami hakikat matematika karena dengan
memahami hakikat matematika, diharapkan siswa mampu memahami apa itu
matematika dan pentingnya mempelajari matematika. Karena pada umumnya siswa
SD yang berada pada usia 7 hingga 12 tahun masih berada pada tahap operasional
konkrit yang belum dapat berpikir formal. Oleh karena itu pembelajaran matematika
di SD selalu tidak terlepas dari hakikat matematika, hakikat anak didik di SD dan juga
karakteristik pembelajaran matematika di SD guna menumbuhkan minat dan motivasi
dalam belajar matematika.

B. SARAN
1. Bagi Guru

Diharapkan bagi semua guru lebih memahami hakikat anak sebagai individu
dengan pola pemikiran yang berbeda dengan orang dewasa serta banyak berfungsi
sebagai fasilitator (pembimbing) dan motivator dalam terjadinya proses belajar.

2. Siswa

Bagi siswa sendiri, diperlukan untuk meningkatkan diri dalam minat belajar
matematika, karena matematika merupakan salah satu ilmu yang dapat menyelesaikan
banyak masalah dalam kehidupan serta dengan matematika mampu mempelajari ilmu
yang lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Hakikat Matematika dan Hierarki


Matematika.http://educationblog95.blogspot.co.id/2015/10/v- haviorurldefaultvmlo.html.
diakses tanggal 03 Maret 2017.

Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung :Remaja


Rosdakarya

Hudojo, Herman. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang : IKIPMalang

Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang:


Universitas Negeri Malang.

Ngurah Wira, Gusti. 2012. Hakikat Matematika. http://sainsmatika.blogspot.co.id/2012/06/v-


behaviorurldefaultvmlo.html. Diakses tanggal 03 maret2017.

Soedjadi. 2007. Masalah Kontekstual sebagai Batu Sendi Matematika Sekolah.


Surabaya:PSMS.

Anda mungkin juga menyukai