Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENELITIAN ANALISIS SOAL MATEMATIKA DAN

KESULITAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA

PADA SISWA KELAS V SD

“PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD”


Dosen Pengampu :

Dr. Jesi Alexander Alim, M.Pd.

Disusun Oleh :

KHAIRI SABILA 2005113638


NOVA RAHMADINNY 2005125312

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya yang telah
memberikan nikmat pengetahuan, pengalaman, dan kesempatan sehingga dapat menyelesaikan
laporan yang berjudul “Laporan Observasi Analisis Soal Matematika dan Kesulitan Siswa
Menyelesaikan Tugas Matematika” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari pembuatan
laporan ini ialah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika di
SD dengan dosen pengampu Ibu Dr. Jesi Alexander Alim, M.Pd. Peneliti berharap semoga
laporan ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca maupun peneliti.

Tidak lupa peneliti ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Pengembangan Pembelajaran Matematika di SD yang telah memberikan tugas laporan ini,
sehingga dapat menambah pengetahuan bagi kami selaku peneliti. Dan terimakasih kepada
semua pihak yang sudah terlibat dan bekerjasama, saling membantu untuk menyelesaikan
laporan ini.

Terlepas dari itu semua, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa dari laporan ini. Oleh karena itu, peneliti
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar peneliti dapat memperbaiki laporan
selanjutnya menjadi lebih baik lagi.

Pekanbaru, 28 Februari 2023

Peneliti

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................2

1.3 Tujuan...........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3

2.1 Pengertian dan Hakikat Matematika.............................................................................3

2.2 Hasi Penelitian..............................................................................................................5

2.2.1 Analisis Soal-Soal Matematika di SD Kelas V yang Tidak Sesuai Dengan


Kehidupan Sehari-Hari...................................................................................5

2.2.2 Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-Soal Matematika.......6

2.2.3 Analisis Soal Matematika yang tidak masuk diakal.......................................9

BAB III PENUTUP...............................................................................................................11

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................11

3.2 Saran...........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

LAMPIRAN............................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai
peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik sebagai
alat bantu dalam penerapan-penerapan bidang ilmu lain maupun dalam matematika itu
sendiri. Penguasaan materi matematika oleh peserta didik menjadi suatu keharusan
yang tidak bisa di tawar lagi di dalam penataan nalar dan pengambilan keputusan dalam
era persaingan yang kompetitif pada saat ini. Matematika bukanlah ilmu yang hanya
untuk keperluan dirinya sendiri, tetapi ilmu yang bermanfaat untuk sebagian amat besar
ilmu- ilmu lain. Dengan makna lain bahwa matematika mempunyai peranan yang
sangat esensial untuk ilmu lain, terutama dalam ilmu sains dan teknologi.

Matematika ini sering di cap sebagai mata pelajaran yang sulit di bandingkan
mata pelajaran lainnya oleh para peserta didik, maka dari itu untuk mempelajari
matematika diperlukan sebuah kecerdasan dan keuletan dalam memahami matematika
ini. Jika kita membaca dan cerna dengan teliti soa-soal cerita pada buku matematika di
sekolah dasar ada beberapa soal yang terkadang bisa dikatakan tidak masuk akal
ataupun sedikit membigungkan. Selain itu juga banyak faktor lain yang membuat
peserta didik menjadi malas dan tidak menyukai pembelajaran matematika ini,
misalnya cara penyampaian guru terhadap materi yang di ajarkan kurang menarik
ataupun cara menjelaskan guru terlalu cepat sehingga sulit untuk dicerna peserta didik.
Maka dari itu kami selaku peneliti membuat laporan ini yang bertujuan untuk 1).
Menganalisis dan mengetahui soal-soal matematika yang ada di kelas IV sekolah dasar
yang kurang sesuai dengan keadaan di lapangan/sesungguhnya, 2). Untuk mengetahui
kesulitan yang dihadapi peserta didik dan penyebab kesulitan yang dialami oleh peserta
didik.

Pendidikan matematika mempunyai potensi besar dalam mempersiapkan sumber


daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era globalisasi. Potensi ini bisa
terwujud jika pendidikan matematika mampu menjadikan siswa yang cakap dalam
penguasaan konsep-konsep matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar
merupakan pondasi yang kokoh untuk dapat memasuki jenjang pendidikan yang lebih
tinggi dan peranan matematika terus berlanjut hingga zaman globalisasi sekarang.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak terlepas dari peranan matematika,
1
karena pada dasarnya matematika mampu meningkatkan kemampuan untuk berpikir
dengan jelas, logis, teratur, dan sistematis.

Melihat betapa pentingnya matematika dalam perkembangan pengetahuan dan


teknologi, maka dalam pembelajarannya pun harus dikemas dengan sebaik mungkin
sehingga peserta didik senang dalam belajar dan menaruh perhatiannya secara utuh
terhadap pelajaran tersebut. Perhatian akan muncul jika adanya minat. Kemudian
karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan
pesrta didik lebih giat dan memahami pelajaran dengan baik

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dan hakikat matematika?
2. Apa saja ragam soal matematika di SD yang tidak sesuai dengan kehidupan normal
sehari-hari?
3. Apa yang membuat peserta didik mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-
soal matematika di sekolah dasar?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian dan hakikat matematika.
2. Dapat mengetahui apa saja bentuk soal yang kurang ataupun tidak sesuai dengan
keaadan kehidupan sehari-hari.
3. Dapat mengetahui apa saja yang membuat peserta didik kesulitan dan apa
penyebab peserta didik mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
matematika.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Hakikat Matematika

Matematika berasal dari bahasa Latin manthanein atau mathema yang berarti
belajar atau hal yang dipelajari. Dalam bahasa Belanda, Matematika disebut wiskunde
atau ilmu pasti, yang semuanya berkaitan dengan penalaran. Sedangkan secara
etimologi, Matematika berasal dari kata mathema yang berarti pengetahuan, matheis
yang berarti mempelajari, dan mathein yang berarti belajar. Jadi, hakekat Matematika
adalah ilmu tentang bagaimana mempelajari atau memahami pengetahuan (Jaelani,
1990 : 16).

Menurut Suriasumantri (Ramadani, 2009:12) “Matematika adalah salah satu


alat berpikir, bersama dengan bahasa, logika dan statistika”. Menurut pernyataan ini,
Ruseffendi (Ramadani, 2009:12) menyatakan bahwa "Matematika:ilmu deduktif,
bahasa, seni, ratu pengetahuan, ilmu struktur terorganisasi, dan ilmu pola dan
hubungan". Matematika disebut ilmu deduktif karena matematika tidak menerima
generalisasi berdasarkan pengamatan, percobaan, coba-coba (induktif). ) sebagai ilmu-
ilmu lain Kebenaran generalisasi matematika harus dibuktikan secara deduktif
Matematika sebagai bahasa, karena matematika merupakan simbol yang berlaku
secara universal (internasional) dengan pengertian dan pengertian yang sangat padat.
Matematika sebagai seni, matematika mempunyai keteraturan, keteraturan dan
koherensi, sehingga matematika itu indah dipandang dan meresap seperti karya seni.
Matematika adalah bahasa, ilmu deduktif, ilmu keteraturan, ilmu struktur yang
terorganisir dengan baik dan pelayan ilmu lain, itulah sebabnya matematika disebut
ratu ilmu.

Hakikat kehidupan sehari-hari seseorang tidak lepas dari masalah matematika.


Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern, berperan penting dalam berbagai bidang dan membangun kecerdasan
manusia. Dalam konteks ini, pembelajaran matematika harus difokuskan pada
pemecahan masalah matematika guna meningkatkan kemampuan berpikir peserta
didik sekolah dasar.

3
Adapun tujuan dari pembelajaran matematika di Sekolah Dasar menurut
kurikulum merdeka adalah agar peserta didik memiliki kemampuan dalam :

1) Memahami materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip,


operasi, dan relasi matematis dan mengaplikasikannya secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah matematis (pemahaman matematis),
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematis
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika (penalaran dan pembuktian matematis),
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematis, menyelesaikan model atau menafsirkan solusi yang
diperoleh (pemecahan masalah matematis).
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah, serta menyajikan suatu situasi kedalam
simbol atau model matematis (komunikasi dan representasi matematis),
5) Mengaitkan materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip,
operasi,dan relasi matematis pada suatu bidang kajian, lintas bidang kajian, lintas
bidang ilmu, dan dengan kehidupan (koneksi matematis), dan
6) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap kreatif, sabar, mandiri, tekun, terbuka, tangguh, ulet, dan percaya diri
dalam pemecahan masalah (disposisi matematis).

2.2 Hasil Penelitian

2.2.1 Analisis Soal-Soal Matematika di SD Kelas IV yang Tidak Sesuai Dengan


Kehidupan Sehari-Hari

Soal cerita adalah pertanyaan yang berbentuk kalimat naratif yang


menggunakan kalimat sehari-hari yang dapat diubah menjadi kalimat matematika
atau persamaan matematika (Umam dkk, 2017). Soal cerita juga dapat digunakan
sebagai bentuk penilaian setelah peserta didik menerima sebuah pembelajaran
(Wahyuddin, 2016). Oleh karena itu, soal cerita dapat disimpulkan sebagai kalimat
naratif yang dapat diubah menjadi persamaan matematika dan digunakan untuk
mengevaluasi peserta didik setelah mendapatkan sebuah pembelajaran.

Adapun karakteristik dari soal cerita yaitu :


4
1) Berupa uraian yang memuat beberapa konsep matematika. Tugas peserta didik
adalah mendeskripsikan secara rinci konsep-konsep yang terkandung di
dalamnya mengajukan pertanyaan.

2) Biasanya, uraian soal merupakapenerapan konsep matematika dalam


kehidupan sehari-hari/situasi nyata sehingga peserta didik seolah-olah
menghadapi permasalahan yang sebenarnya.

3) Peserta didik harus mampu menguasai dan mengungkapkan materi yang ada
pada soal ke dalam penulisan yang baik dan benar.

4) Baik untuk membuat pengetahuan yang ada pada peserta didik

Dalam soal cerita terdapat situasi dan kondisi yang sering kali disangkut-
pautkan dengan kehidupan sehari-hari. Tidak memungkinkan bahwa terkadang soal
cerita matematika tidak sesuai dengan kehidupan yang sebenarnya. Dalam hal ini
peneliti mengunjungi 2 sekolah dasar yaitu SDN 021 Kapau Jaya dan SDN 6
Pekanbaru.

Nama Sekolah Observasi

1. SDN 6 Pekanbaru
2. SD 021 Kapau Jaya

2.2.2 Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-Soal Matematika

Pada umumnya “kesulitan” merupakan kondisi tertentu yang ditandai


dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan untuk mencapai suatu tujuan,
sehingga memerlukan usaha yang lebih berat lagi untuk dapat mengatasinya.
Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang
ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menghasilkan hasil
belajar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar
adalah keadaan dimana peserta didik mengalami hambatan dalam belajar, sehingga
tidak memenuhi harapan-harapan yang diinginkan dalam berbagai jenis mata
pelajaran termasuk Matematika. Kesulitan-kesulitan tersebut dapat disebabkan oleh
masalah karakteristik Matematika, masalah peserta didik, ataupun masalah guru.

Dalam kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik, tidaklah selalu lancar
seperti apa yang diharapkan. Kadang-kadang mereka mengalami berbagai kesulitan
5
atau hambatan yang harus dihindari. Dan pengaruh tersebut sebaiknya bukanlah
faktor penghambat yang harus dihindari, tetapi harus dicari jalan penyelesaian yang
terbaik dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang ada, sehingga prestasi yang
diharapkan bisa tercapai. Dalam menganalisis kesulitan peserta didik ini ada 2
sekolah yang kami kunjungi.

1. SDN 6 Pekanbaru
Pada SDN 6 Pekanbaru peneliti mewawancarai 5 orang peserta didik
kelas V mengenai permasalahan kesulitan yang dialami peserta didik dalam
menyelesaikan soal matematika ini. Hasilnya adalah Sp3 dan Sp4 adalah siswa
yang tergolong tidak menyukai matematika. Mereka mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan soal matematika pada materi geometri dan bangun
ruang. Kesulitan disebabkan karena cara guru menjelaskan yang terlalu cepat
dan monoton, serta guru tidak menjelaskan secara terperinci kepada peserta
didik, hal ini menyebabkan peserta didik menjadi kurang memahami bahkan
tidak memahami sama sekali mengenai materi ini. Adapun faktor lainnya yaitu
dikarenkan memang ada peserta didik yang sama sekali tidak menyukai
matematika. Serta kurang nya dukungan dan fasilitas dari orng tua untuk
menyelesaikan masalah kesulitan anank pada pelajaran matematika..

Sedangkan untuk Sp1, Sp2 dan Sp5 merupakan golongan siswa yang
menyukai matematika. Namun, mereka masih mengalami kesulitan pada
materi bangun ruang. Mereka mengaku kesulitan bagaimana mencari volume
sebuah bangun datar khususnya pada soal cerita. Faktor yang menyebabkan
kesulitan peserta didik dalam menentukan volume bangun ruang ini ialah
peserta didik yang kurang memahami inti dari soal soal yang disajikan.
Apalagi mengingat sesuai perkembangan kurikulum, banyak buku yang lebih
banyak menciptkan soal soal dalam bentuk soal cerita yang memenuhi standar
soal HOTS atau High Order Thingking Skills.

Dalam hal ini, peserta didik mengaku kesulitan dalam memahami


maksud dari soal cerita, kurangnya perhatian (konsentrasi) peserta didik dalam
belajar. Faktor lainnya yaitu, guru yang mengajar matematika di kelas tersebut
mengalami kesulitan berbicara atau cara pengucapan (artikulasi) kata yang
tidak jelas. Jadi untuk menanggulangi permasalaahan kesulitan peserta didik
dalam menyelesaikan soal matematika ini peserta didik menginginkan cara
pembelajaran yang lebih menarik, peserta didik menginginkan agar guru lebih
6
menjelaskan pembelajaran secara terperinci dan dijelaskan secara perlaha-
lahan agar peserta didik yang penalarannya rendah juga dapat memahami
materi dengan baik, peserta didik juga menginginkan pembelajaran yang
bervariasi dengan metode-metode baru tidak monoton hanya dengan
mendengar penjelasan guru dan terpaku pada papan didepan kelas, tetapi
peserta didik juga harus berkonsentrasi saat belajar dan mengulangi
pembelajaran di rumah.

2. SD 021 Kapau Jaya

Pada SDN 021 Kapau Jaya Pekanbaru peneliti mewawancarai 5 orang


peserta didik kelas V mengenai permasalahan kesulitan yang dialami peserta
didik dalam menyelesaikan soal matematika ini. Hasilnya adalah Sp1 dan Sp4
adalah siswa yang tergolong menyukai matematika. Kendati demikian, mereka
juga masih sering mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika
pada materi garis, dan pecahan. Kesulitan disebabkan karena cara guru
menjelaskan yang terlalu cepat dan monoton, serta guru tidak menjelaskan
secara terperinci kepada peserta didik, hal ini menyebabkan peserta didik
menjadi kurang memahami bahkan tidak memahami sama sekali mengenai
materi ini. Adapun faktor lainnya yaitu dikarenkan memang ada peserta didik
yang sama sekali tidak menyukai matematika.

Selain itu, banyak anak yang belum hapal perkalian juga menyulitkan
anak untuk menyelesaikan tugas dari guru berupa soal cerita. Selain itu, soal
dalam bentuk soal cerit juga merupakan soal soal yang sangat anak anak
hindari. Karena tak jarang dari soal soal tersebut yang di buat dengan bahasa
yang menjebak dan menyulitkan anak untuk paham akan maksud dan tujuan
dari soal tersebut. Karena hal ini lah banyak anak yang tidak menyukai soal
cerita.

Sedangkan untuk Sp3, Sp2 dan Sp5 merupakan golongan siswa yang
tidak menyukai matematika. Mereka masih mengalami kesulitan pada materi
bangun ruang. Mereka mengaku kesulitan bagaimana mencari volume sebuah
bangun datar khususnya pada soal cerita. Faktor yang menyebabkan kesulitan
peserta didik dalam menentukan volume bangun ruang ini ialah peserta didik
yang kurang memahami inti dari soal soal yang disajikan. Apalagi mengingat

7
sesuai perkembangan kurikulum, banyak buku yang lebih banyak menciptkan
soal soal dalam bentuk soal cerita yang memenuhi standar soal HOTS atau
High Order Thingking Skills. Dalam hal ini, peserta didik mengaku kesulitan
dalam memahami maksud dari soal cerita, kurangnya perhatian (konsentrasi)
peserta didik dalam belajar.

Faktor lainnya yaitu, guru yang mengajar matematika di kelas tersebut


mengalami kesulitan berbicara atau cara pengucapan (artikulasi) kata yang
tidak jelas. Jadi untuk menanggulangi permasalaahan kesulitan peserta didik
dalam menyelesaikan soal matematika ini peserta didik menginginkan cara
pembelajaran yang lebih menarik, peserta didik menginginkan agar guru lebih
menjelaskan pembelajaran secara terperinci dan dijelaskan secara perlaha-
lahan agar peserta didik yang penalarannya rendah juga dapat memahami
materi dengan baik, peserta didik juga menginginkan pembelajaran yang
bervariasi dengan metode-metode baru tidak monoton hanya dengan
mendengar penjelasan guru dan terpaku pada papan didepan kelas, tetapi
peserta didik juga harus berkonsentrasi saat belajar dan mengulangi
pembelajaran di rumah.
Ada beberapa kesulitan yang di alami peserta didik yang disebabkan
karena cara guru menjelaskan yang terlalu cepat dan monoton, serta guru
tidak menjelaskan secara terperinci kepada peserta didik, hal ini
menyebabkan peserta didik menjadi kurang memahami bahkan tidak
memahami sama sekali

mengenai materi ini. Adapun faktor lainnya yaitu dikarenkan memang minat
anak terhadap pelajaran matematika itu sendiri.
Harapan dari para narasumber kali ini adalah agar guru bisa
menciptakan suasana atau metode yang lebih kreatif lagi di damping dengan
adanya media pembelajaran yang interaktif yang bisa memicu rasa semangat
dan tak mudah bosan pada anak agar pembelajaran bisa dilaksanakan dan
dengan hasil yang maksimal.

2.2.3 Analisis Soal Matematika yang tidak masuk diakal

8
Analisis pada soal pengukuran dari buku Matematika kelas V buku cetak
kurikulum 2013. Didalam buku ini memiliki soal yang membahas pengukuran dari
sebuah soal, dimana didalam soal tersebut meceritakan tentang seorang ibu
membuat kue yang berbentuk kubus. Dari soal tersebut menurut kami tidak masuk
akal dimana soal cerita tersebut bisa lebih detail tentang pengukuran saja tanpa
membuat soal dengan membagikan Sebagian ke tetangga lagi karena tanpa itu
sudah dapat dicari.

Analisis pada soal Operasi Hitung Pecahan dari buku Matematika ESPS kelas V
nomor 4. Didalam buku ini membahas soal pecahan dimana soal tersebut kami rasa tidak
masuk akal untuk dikerjakan oleh siswa sd karena soalnya tidak masuk akal dimana
soalnya membahas sebuah tali milik faria yang sepanjang 3 ½ m, setelah itu dipotong
lagi dan lagi, Bagaimana cara anak sd untuk dapat mempraktikan dulu baru bisa
mengerjakannya. Maka dari itu soal tersebut kurang masuk diakal untuk anak sekolah
dasar.

9
Analisis pada soal Operasi Hitung Pecahan dari buku Matematika ESPS kelas V
dimana soal tersebut merupakan penugasan untuk siswa. Soal tersebut kami rasa kurang
masuk diakal karena soal tersebut menyuruh siswa untuk mengukur lantai sepanjang 4
meter dan lebar 3 meter, Dan setelah itu dihitung mengukur dengan pita. Soal seperti itu
kurang relefan untuk siswa sd dimana soal tersebut membuat siswa mengukur sebuah
lantai yang Panjang.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada umumnya “kesulitan” atau “kesukaran” ialah suatu kondisi tertentu dimana
seseorang akan mendapatkan hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu
tujuan, sehingga memerlukan usaha atau kerja keras untuk dapat mengatasinya.
Kesulitan belajar bisa diartikan sebagai suatu kondisi di dalam proses
pembelajaran yang mengalami hambatan untuk memperoleh hasil belajar yang baik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwasanya maksud dari kesulitan belajar tersebut adalah
keadaan dimana peserta didik mengalami hambatan (problem) dalam belajar yang
menyebabkan tidak terpenuhinya harapan atau tujuan yang ingin dicapai dalam berbagai
jenis mata pelajaran termasuk Matematika. Kesulitan-kesulitan tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

Bisa dikarenakan oleh karakteristik matematika yang dikarenakan objeknya yang


abstrak, konsep dan prinsipnya berjenjang, dan prosedur pengerjaannya banyak
memanipulasi bentuk-bentuk sehingga eserta didik memerlukan waktu dan peragaan
dalam menangkap konsep yang abstrak itu.

Masalah dari peserta didik itu sendiri, mulai dari daya tangkap peserta didik yang
berbeda, sulit untuk berkonsentrasi, kecenderungan untuk membentuk konsep sendiri
yang akhirnya terjadi misskonsepsi, dan juga kurangnya berlatih soal-soal Matematika.

Maslah ketiga datang dari tenaga pendidik, yang mana guru memiliki gaya
mengajar masing-masing, ada yang mudah diterima oleh sisw ada juga yang sulit, guru
juga terkadang menyampaikan materi terlalu cepat, membosankan dan monoton. Hal
inilah yang menyebabkan siswa sulit mencerna pembelajaran terutama Matematika.

3.2 Saran

Berdasarkan keseluruhan dari laporan observasi ini, maka pandangan dari peneliti
sekiranya bisa dijadikan sebagai saran baik untuk peserta didik maupun tenaga
pendidik, yaitu:

11
 Peserta Didik

Peserta didik hendaknya dapat lebih mengasah kemampuan pribadi secara


mandiri dengan rajin mengerjakan soal-soal matematika yang di anggap sulit. Apabila
tidak mengerti bisa langsung ditanyakan kepada guru ataupun utuk lebih mudah
dipahami dapat dengan meminta penjelasan dari teman. Peserta didik hendaknya
tidak bermain-main dan berkonsentrasi sewaktu guru menjelaskan, serta
menggunakan waktu dengan baik untuk menyelesaikan soal yang telah diberikan oleh
guru.

 Tenaga Pendidik (Guru)

Guru diharapkan mampu menerapkan metode, model, dan strategi


pembelajaran yang tepat agar dapat menciptakan proses kegiatan belajar
mengajar ang lebih efektif dan efisien.

Guru hendaknya memahami perbedaan kemampuan peserta didik dalam


menerima pembelajaran, jangan hanya terpaku kepada siswa yang sudah bisa saja
akan tetapi lebih di optimalkan lagi agar siswa yang memiliki kemampuan slow
leaner dapat memahami materi dengan baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Andi. (2001). Faktor-Faktor Kesulitan Belajar. Jakarta : Bumi Aksara. Zuhro, Romli.

1998. Kalimat Efektif dan Teknik Menulis Makalah. Yogyakarta : Andi Oset.

Dimyanti. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Dores, Olenggius Jiran., Dkk. 2019. Analisis Minat Belajar Matematika Siswa Kelas

IV Sekolah Dasar Negeri 4 Sirang Setambang Tahun Pelajaran 2018/2019. J-

PIMat Vol. 1 No.1.

Fakhrurrazi. 2018. Hakikat Pembelajaran Yang Efektif. Jurnal at-Tafkir. Vol. XI No. 1.

Koesmartono dan Rawuh. (1972). Matematika Pendahuluan. Bandung : ITB.

Rika Joni, T. (1984). Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta : UGM.

Sudjana, Nana. (1990). Identitas Kesulitan Belajar Matematika. Jakarta : Gramedia.

Syaikat, Tatik. (2000). Jenis-Jenis Kesulitan Peserta didik SD dalam Belajar

Matematika. Semarang : IKIP Semarang.

13
LAMPIRAN

Gambar Buku Pembelajaran Matematika

14
15

Anda mungkin juga menyukai