Anda di halaman 1dari 14

1

MAKALAH MATEMATIKA

HIERARKI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

DOSEN PEMBIMBING :

Linda, M.Pd

DISUSUN OLEH :

1. Dwi Siti Haryani (226820600121)


2. Neng Suryati

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) SYEKH MANSUR TAHUN AJARAN 2023/2024


i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya

sehingga makalah dengan judul “Hierarki Pembelajaran Matematika” ini dapat tersusun

hingga selesai.

Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah

berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Pendidikan

Matematika SD 1.

Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan

wawasan bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka

kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah

ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Pandeglang, 25 September 2023

i
ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. Latar Belakang .........................................................................................................1


B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................3


A. Hierarki Pembelajaran Matematika.........................................................................3
B. Hierarki Dalam Matematika....................................................................................4
C. Hierarki Kemampuan Matematika..........................................................................5
D. Hubungan Matematika Dengan Kurikulum............................................................6
E. Tujuan Pembelajaran Matematika...........................................................................7
F. Jenis-jenis Pembelajaran Matematika......................................................................8

BAB III PENUTUP.......................................................................................................9

A. Kesimpulan...............................................................................................................9
B. Saran.........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................10

ii
iii

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika adalah ilmu terstruktur yang terorganisasikan. Hal ini karena matematika

dimulai dari unsur yang tidak didefinisikan, kemudian unsur yang didefinisikan ke

aksioma atau postulat dan akhirnya pada teorema. Konsep-konsep matematika tersusun

secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling

sederhana sampai pada konsep yang kompleks.

Matematika merupakan displin ilmu yang digunakan dalam setiap aspek kehidupan di

dunia, mulai dari bidang olahraga, seni, ekonomi, fisika, kimia, biologi, astronomi, dll.

Sehingga matematika menjadi disiplin ilmu yang unik dan sangat berpengaruh dalam

bidang lainnya. Dan dengan demikian, kami akan membahas makalah yang berjudul

“Hirarki Dalam Pembelajaran Matematika”.

Mengapa kita perlu mengetahui apa itu hierarki dalam pembelajaran matematika?

Karena agar kita memahami mengenai tingkatan pembelajaran matematika di Sekolah

Dasar serta mengetahui bahwa matematika merupakan pembelajaran yang bersyarat

sehingga ada dasar yang harus dikuasai sebelum belajar ke tingkat berikutnya.

B. Rumusan Masalah

Dalam rangka menyelesaikan tugas makalah kami, maka kami menemukan beberapa

rumusan masalah sebagai berikut :

1. apa itu hierarki pendidikan matematika?

2. bagaimana hubungan antara matematika dengan kurikulum?

3. Apa tujuan pendidikan matematika?

4. Apa saja jenis-jenis pembelajaran matematika di SD?

1
2

5. Apa saja ruang lingkup pendidikan matematika di SD?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu hierarki pendidikan matematika

2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara matematika dengan kurikulum

3. Untuk mengetahui tujuan pendidikan matematika

4. Untuk mengetahui jenis-jenis pembelajaran matematika di SD

D. MANFAAT

Adapun Manfaat nya adalah agar Mahasiswa dapat memahami dan mempelajari terhadap

uraian di atas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. HIERARKI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Hierarki matematika adalah urutan tingkatan dalam merencanakan pembelajaran
matematika atau sebuah proses belajar yang dilakukan secara tersusun dari bawah ke
atas. Menurut Ernest 2004 bahwa belajar matematika bersifat hierarki (susunan
bertingkat), artinya item pengetahuan dan keterampilan merupakan persyaratan penting
untuk pembelajaran matematika selanjutnya. Teori Ernest juga didukung oleh teori
Gagne yang menyatakan bahwa belajar sifatnya hierarkis, dia mengemukakan bahwa
topik hanya bisa dipelajari Ketika hierarki persyaratnya telah di pelajari. Jadi, hierarki
merupakan susunan bertingkat, bersyarat sebagai item pengetahuan dan keterampilan
dalam pembelajaran matematika yang mana hierarki tersebut merupakan acuan untuk
tahap pembelajaran selanjutnya.
Hirarki dalam matematika dapat didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan
matematika dengan keseluruhan struktur. Hal ini karena matematika dimulai dari unsur
yang tidak didefenisikan, kemudian unsur yang didefenisikan ke aksioma atau postulat
dan akhirnya pada teorema. Sehingga kumpulan pengetahuan matematika bisa menjadi
bentuk hirarkis resmi yang menetapkan sistem atau struktur matematika tunggal, yang
dihubungkan oleh hubungan inferensial atau definisional. Hubungan inferensial adalah
hubungan yang paling tepat untuk dipertimbangkan, karena menunjukkan adanya
hubungan antara dalil dan rumus matematika, yang memberikan struktur teori aksiomatik
deduktif.
Matematika memiliki perbedaan antara level formal dengan informal. Dalam teori
matematika formal yang tepat, hirarki bisa didefinisikan karena teori matematika formal
memiliki sekumpulan aksioma tetap, maka ada struktur hirarkis, pilihan aksioma,
bersamaan dengan spesifikasi aturan interferensi dan latar belakang bahasa formal,
menentukan teori matematika hirarkis. Sedangkan dalam matematika informal, hal ini
mungkin tidak dapat dilakukan atau didefinisikan. Karena dalam matematika informal
memiliki dasar aksiomatik yang mungkin tidak akan ditetapkan sepenuhnya, dan
hubungan logis antara dalil matematika informal mungkin tidak dibuat dengan
meyakinkan. Namun, matematika dibentuk oleh banyak teori yang berbeda, kebanyakan
memiliki formulasi aksiomatik yang berbeda. Akibatnya, tidak ada keseluruhan struktur

3
4

bagi matematika formal, karena terbentuk dari banyak sekali teori yang berbeda dan
pembentukan teori, semuanya dengan struktur dan hirarkinya sendiri.
Dengan membedakan masalah formal dengan informal matematika merupakan bukti
bahwa klaim ini paling baik dibuat untuk matematika formal. Untuk dua domain yang
mengisyaratkan konteks makna, akan dikemukakan berikut ini. Karena struktur
merupakan salah satu karakteristik pengetahuan matematika, klaim ini bisa juga berada
dalam asumsi yang tidak dibenarkan dimana ada struktur yang unik pada matematika.
B. HIRARKI DALAM BELAJAR MATEMATIKA

Seringkali diklaim bahwa belajar matematika sifatnya hirarkis, berarti bahwa ada item
pengetahuan dan keterampilan yang memerlukan prasyarat untuk belajar item
pengetahuan matematika. Pandangan semacam ini diwujudkan dalam teori Piaget tentang
perkembangan intelektual. Piaget menyatakan rangkaian empat tahap (sensori motor,
pre-operasional, operasional konkrit, operasi formal) yang membentuk hirarki
perkembangan. Pelajar harus menguasai operasi pada satu tahap sebelum dia siap
berpikir dan menjalankan level selanjutnya. Namun aspek hirarki yang kaku dari teori
Piaget telah dikritisi oleh Brown dan Desforges. Sehingga Piaget menciptakan istilah
“decalage” untuk menggambarkan kompetensi hirarki yang melampaui (transgressing).
Psikolog lain yang menyatakan bahwa belajar sifatnya hirarkis adalah Gagne. Dia
mengemukakan bahwa topik hanya bisa dipelajari ketika hirarki prasyaratnya telah
dipelajari. Topik pada (item pengetahuan) pada level tertentu harus didukung oleh satu
atau lebih topik pada level selanjutnya yang lebih rendah. Setiap orang tidak akan
mampu belajar topik tertentu jika dia gagal mencapai topik bawahnya yang mendukung.
Dua psikolog representatif yang berpengaruh dari tradisi perkembangan dan
behaviorist telah membuat penelitian spesial tentang matematika. Dalam pendidikan
matematika, ada penelitian empirik yang mempunyai pokok isi untuk menemukan hirarki
belajar dalam matematika.
Teori dan karya empirik merupakan pilihan kecil dari penelitian yang berkaitan
dengan identifikasi hirarki dalam belajar matematika. Penelitian semacam ini, bisa
dipasangkan dengan pandangan sifat matematika dari para absolutist-foundationist, telah
mengarahkan pada kepercayaan yang luas bahwa belajar matematika mengikuti urutan
hirarki.
Pandangan hirarkis belajar matematika berada dalam dua asumsi. Pertama, selama
belajar, konsep dan keterampilan diperlukan. Sehingga menurut beberapa pengalaman

4
5

belajar sebelumnya seorang pelajar akan kekurangan konsep dan keterampilan, dan
setelah pengalaman belajar yang tepat dan berhasil, pelajar akan memiliki atau mendapat
konsep dan keterampilan. Kedua, kemahiran konsep dan keterampilan matematika
tergantung pada kepemilikan konsep dan keterampilan sebelumnya. Hubungan
ketergantungan ini berada diantara konsep dan keterampilan yang memberikan struktur
pada hirarki belajar. Sehingga untuk mempelajari konsep level n +1, pelajar harus sudah
mendapat konsep yang tepat dari level n (namun tidak perlu semua level). Dalam
pembelajaran matematika, guru seharusnya menyiapkan kondisi peserta didiknya agar
mampu menguasai konsep – konsep yang akan dipelajari mulai dari yang sederhana
sampai yang lebih kompleks. Akibatnya, berdasarkan pandangan ini, pengetahuan
matematika diatur secara unik. Akan tetapi dari dua asumsi tersebut sifatnya problematik
dan terbuka pada kritik.
C. HIERARKI KEMAMPUAN MATEMATIKA
Intelgensi umum merupakan kekuatan mental yang dibawa sejak lahir yang sedikit
berubah dalam tingkatannya karena lingkungan meskipun perwujudan dan arahnya
ditentukan oleh pengalaman. Dalam Intelegensi umum, kemampuan matematika telah
diidentifikasi sebagai faktor utama, sehingga menimbulkan persepsi bahwa kemampuan
matematika dari seseorang sifatnya tetap dan kekal. Akibatnya kemampuan matematika
mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya kemampuan dibidang lainnya.
Dalam kemampuan matematis, terdapat kritikan terhadap pandangan hirarki
kemampuan matematis yang didasari adanya teori sosiologis dan psikologis. Argumen
sosiologis yang menolak pandangan hirarakis tentang kemampuan dalam matematika
berasal dari teori labelling. Teori Labelling merupakan teori yang memiliki kaitan yang
kuat antara latar belakang sosial dan kinerja pendidikan dari hampir semua jenis
merupakan yang paling lama dibangun dan merupakan hasil yang paling didukung dalam
penelitian sosial dan pendidikan. Segi utama dari pemberian label seseorang sebagai
orang yang mencapai kemampuan matematika rendah, misalnya seringnya pemenuhan
diri, sehingga kemampuan yang tersebar luas dalam pengajaran matematika, meskipun
hanya terkait dengan ukuran pencapaian, telah memiliki pengaruh pemberian label
dengan dasar kemampuan, dan akhirnya akan mempengaruhi prestasi dalam bidang
matematika, dan menjadi pemenuhan diri.
Dasar teoritis kedua untuk menolak pandangan kemampuan hirarkis adalah
psikologis. Hal ini karena ada tradisi dalam psikologi untuk menolak gagasan
kemampuan tetap, dan menghubungkan perkembangan psikologis dengan pengalaman

5
6

sosial. Sehingga menurut teori psikologis konsep kemampuan matematis yang sifatnya
lebih tidak tetap dan tidak begitu hirarkis.

D. HUBUNGAN MATEMATIKA DENGAN KURIKULUM


Matematika memiliki hubungan dengan kurikulum karena matematika merupakan

pembelajaran yang bersifat hierarki yaitu tersusun dan bertingkat. Sedangkan kurikulum

adalah suatu perangkat atau sistem rencana dalam aktivitas belajar mengajar. Oleh karena

itu, mereka memiliki hubungan agar memiliki sebuah tahapan kegiatan rencana

pelaksanaan pembelajaran matematika. Tahapan kegiatan rencana pembelajaran

matematika yaitu:

1. Materi matematika

• Memilih dan menamai pokok atau sub pokok bahasan

• Mengidentifikasikan objek matematika dalam pokok atau sub pokok bahasan

• Mengurutkan setiap pokok atau sub pokok bahasan dan hierarkinya

2. Tujuan belajar matematika

• Mengidentifikasi tujuan kognitif

• Memilih tujuan afektif

• Memberi tahu siswa tujuan belajar

3. Sumber belajar

• Menyediakan materi untuk digunakan siswa

• Menentukan sumber pendukung

4. Strategi pra asesmen

• Mengidentifikasi materi matematika prasyarat

• Menguji kesiapan siswa untuk belajar pokok atau sub pokok bahasan

5. Strategi belajar mengajar

• Memilih strategi pembelajaran yang sesuai

6
7

• Mengatur lingkungan belajar

6. Strategi postasesmen

• Menguji hasil belajar murid

• Mengevaluasi efektivitas pengajaran

E. TUJUAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Matematika diajarkan di sekolah membawa misi yang sangat penting, yaitu mendukung

ketercapaian tujuan pendidikan nasional. Secara umum tujuan pendidikan matematika di

sekolah dapat digolongkan menjadi:

1. Tujuan yang bersifat formal, menekankan kepada menata penalaran dan membentuk

kepribadian siswa

2. Tujuan yang bersifat material menekankan kepada kemampuan memecahkan masalah

dan menerapkan matematika. Secara lebih terinci, tujuan pembelajaran matematika

dipaparkan pada buku standar kompetensi mata pelajaran matematika sebagai berikut:

 Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui

kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan,

konsistensi dan inkonsistensi.

 Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan

dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat

prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. Mengembangkan kemampuan

memecahkan masalah.

 Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan

gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam

menjelaskan gagasan.

7
8

F. JENIS JENIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD

1. Fakta, yaitu segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran. Fakta dipelajari dengan

cara menghafal, drill, Latihan, dan permainan .

2. Konsep, yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai

hasil pemikiran, meliputi definisi pengertian, ciri khusus, hakikat, inti atau isi dan lain

sebagainya. Siswa dikatakan telah mempelajari suatu konsep jika ia telah dpat membedakan

contoh dan bukan contoh.

3. Prinsip, yaitu berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil,

rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antar konsep yang

menggambarkan implikasi sebab akibat.

4. Prosedur, merupakan Langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan

suatu aktivitas dan kronologi suatu system.

8
BAB III

A. PENUTUP

Hierarki pembelajaran matematika adalah urutan bertingkat sebagai proses belajar

yang dilakukan secara tersusun dari bawah ke atas. Matematika memiliki hubungan dengan

kurikulum dikarenakan agar terciptanya tahapan kegiatan dalam belajar mengajar dan

matematika memiliki tujuan pembelajaran di sekolah yaitu, (1)Tujuan yang bersifat formal,

menekankan kepada menata penalaran dan membentuk kepribadian siswa (2.) Tujuan yang

bersifat material menekankan kepada kemampuan memecahkan masalah dan menerapkan

matematika. Secara lebih terinci, tujuan pembelajaran matematika dipaparkan pada buku

standar kompetensi mata pelajaran matematika sebagai berikut: Melatih cara berpikir dan

bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi,

eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.

Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan

mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan,

serta mencoba-coba. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Mengembangkan

kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui

pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

selain itu matematika memiliki jenis-jenis pembelajaran seperti berdasarkan fakta,

konsep, prinsip, prosedur. Ruang lingkup matematika adalah aljabar, pengukuran dan

geomerti, peluang dan statistik, trigonometri, serta kalkulus. a. Kompetensi aljabar

ditekankan pada kemampuan melakukan dan menggunakan operasi hitung pada persamaan,

pertidaksamaan dan fungsi. b. Pengukuran dan geometri ditekankan pada kemampuan

menggunakan sifat dan aturan dalam menentukan porsi, jarak, sudut, volume, dan

tranfrormasi. c. Peluang dan statistika ditekankan pada menyajikan dan meringkas data

9
10

dengan berbagai cara. d. Trigonometri ditekankan pada menggunakan perbandingan, fungsi,

persamaan, dan identitas trigonometri. e. Kalkulus ditekankan pada mengunakan konsep limit

laju perubahan fungsi.

B. SARAN

Semoga makalah dapat bermanfaat serta bisa menambah pengetahuan bagi pembaca

mengenai hierarki pembelajaran di SD.

DAFTAR PUSTAKA

a. https://fliphtml5.com/qkgyb/kxmq/basic
b. https://docs.google.com/document/u/0/d/1P__WbFGKTwgP4_Adk2geHem7jkjLX1G/

mobilebasic

c. https://rafikaterritory.wordpress.com/2017/03/01/makalah-hierarkipembelajaran-

matematike/

d. http://sunahermi.blogspot.com/2014/03/belajar-pembelajaran-hirarkibelajar.html?

m=1

e. https://arfisuhanda.wordpress.com/2016/03/14/hirarki-dalam-pembelajaran-matematika/
f. Ernest, Paul. 1991. The Philosophy of Mathematics Education. Routledge Falmer,Taylor &
Francis Group.
g. Lubis, Asnarni. 2014. Dasar – Dasar Pendidikan MIPA. Medan: Universitas Muslim
Nusantara.

10

Anda mungkin juga menyukai