Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Disusun untuk memenuhi tugas:

Mata Kuliah Pengembangan Pembelajaran SD

Yang diampu oleh Ibu Ari Metalin Ika Puspita, M.Pd.

Kelompok 8

1. Ayu Meilina Putri (1986206001)


2. Laras Ayunda Amalia (1986206008)
3. Ahmad Rizki Mahendra (1986206033)
4. Irfan Maulana (1986206036)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP PGRI TRENGGALEK

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pegasih lagi Maha
Penyayang, kami mengucapkan Puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Pendidikan Kepramukaan yang dibimbing oleh dosen Ari Metalin Ika
Puspita, M.Pd. dengan judul “Pengembangan Pembelajaran Matematika” sesuai
dengan waktu yang ditentukan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat melancarkan pembuatan makalah ini. Kami juga
menyampaikan banyak terima kasih kepada Ibu Ari Metalin Ika Puspita , M.Pd. yang
telah membimbing kami untuk membuat makalah yang baik.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat
untuk berbagai pihak.

Trenggalek , 29 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI .........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG..................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................5
C. TUJUAN PEMBAHASAN..........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Brunner ............................................................................................... 6


B. Teori Belajar Gagne................................................................................................... 10
C. Teori Belajar Van Hiele............................................................................................. 12
D. Merancang Pembelajaran Matematika.......................................................................18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................................................22
B. Saran..........................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam
suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran
deduktif (Sutawijaya,1997:176). Menurut Hudoyo (1990:3) matematika
berkenan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan
yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep
abstrak. Sebagai guru matematika dalam menanamkan pemahaman seseorang
belajar matematika utamanya bagaimana menanamkan pengetahuan konsep-
konsep dan pengetahuan prosedural. M Hubungan antara konseptual dan
prosedural sangat penting. Pengetahuan konseptual mengacu pada pemahaman
konsep, sedangkan pengetahuan prosedural mengacu pada keterampilan
melakukan suatu algoritma atau prosedur menyelesaikan soal-soal matematika.
Menurut Sutawijaya (1997:177), memahami konsep saja tidak cukup, karena
dalam praktek kehidupan sehari-hari siswa memerlukan keterampilan
matematika. Salah satu untuk dapat memahami konsep-konsep dan prosedural,
guru perlu mengetahui berbagai teori belajar matematika. Dalam unit akan
membicarakan bagaimana cara kondisiswa dengan memahami teori belajar yang
dikemukakan oleh Bruner. Unit ini akan terbagi dua subunit, yakni subunit 1
dasar dan konsep teori belajar Bruner, subunit 2 aplikasi teori belajar Bruner
dalam pembelajaran matematika. Setelah membaca materi dalam unit ini
diharapkan Anda dapat menjelaskan dasar dan konsep teori belajar matematika
Bruner, menyebutkan ciri-ciri pembelajaran matematika menurut teori belajar
Bruner. Unit ini dilengkapi pula dengan video pembelajaran matematika teori
Bruner di sebuah sekolah dasar. Pelajarilah unit ini dengan baik dan kerjakan
latihan dan tes formatif yang terdapat pada bagian akhir setiap subunit, lalu
bandingkan pekerjaan Anda dengan kunci jawaban yang ada pada bagian akhir
setiap subunit.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dasar dan konsep teori belajar Brunner ?
2. Bagaimana aplikasi teori belajar Brunner ?
3. Bagaimana dasar-dasar dan teori belajar Gagne ?
4. Bagaimana implementasi teori belajar Gagne ?
5. Bagaimana lima tahapan pemahaman geometrid an fase-fase pembelajaran
geometri ?
6. Bagaimana implementasi teori belajar Van Hiele ?
7. Apa pengertian dan ciri-ciri rencana pembelajaran matematika ?
8. Bagaimana langkah-langkah menyusun pembelajaran ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Dapat mengetahui dasar dan konsep teori belajar Brunner.
2. Dapat mengetahui aplikasi teori belajar Brunner.
3. Dapat mengetahui dasar-dasar dan teori belajar Gagne.
4. Dapat mengetahui implementasi teori belajar Gagne.
5. Dapat mengetahui lima tahapan pemahaman geometrid an fase-fase
pembelajaran geometri.
6. Dapat mengetahui implementasi teori belajar Van Hiele.
7. Dapat mengetahui pengertian dan ciri-ciri rencana pembelajaran matematika.
8. Dapat mengetahui langkah-langkah menyusun pembelajaran.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI BELAJAR BRUNNER


1. Dasar Teori Belajar Brunner
Teori Bruner adalah teori belajar matematika yang terdiri dari tiga tahap
yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik. Tahap enaktif adalah tahapan
belajar dimana siswa diberi kesempatan dalam memanipulasi objek konkrit
secara langsung. Tahap ikonik adalah tahapan belajar dimana siswa
memanipulasi objek konkrit kedalam bentuk gambar. Tahap simbolik adalah
tahapan belajar dimana siswa memanipulasi gambar pada tahapan
sebelumnya ke dalam simbol-simbol matematika. Pemahaman konsep
matematika pada materi perkalian dan pembagian merupakan kemampuan
peserta didik dalam menemukan dan membuat suatu pengertian yang benar
tentang konsep perkalian dan pembagian. Guru menggunakan ketiga tahapan
belajar menurut teori Bruner tersebut dalam meningkatkan pemahaman
konsep perkalian dan pembagian
Secara umum Gagne dan Briggs melukiskan pembelajaran sebagai
”upaya orang yang tujuannya adalah membantu orang belajar”
(Gredler,1991:205), secara lebih terinci Gange mendefinisikan pembelajaran
sebagai ”seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk
mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang sifatnya internal”
(Gredler, 1991:205). Suatu pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh
Corey bahwa pembelajaran adalah ” suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.
Pembelajaran merupakan sub-set khusus pendidikan.(Miarso dan kawan-
kawan,1977,195). Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran
adalah kata benda yang diartikan sebagai ”proses, cara, menjadikan orang
atau makluk hidup belajar” (Depdikbud). Kata ini berasal dari kata kerja
belajar yang berarti ”berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu,

6
berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman”(Depdikbud). Dari keempat pengertian pembelajaran tersebut
menunjukkan bahwa pembelajaran berpusat pada kegiatan siswa belajar dan
bukan berpusat pada kegiatan guru mengajar. Oleh karena itu pada
hakikatnya pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang
dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan
seseorang (sipelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika, dan proses
tersebut berpusat pada guru mengajar matematika. Pembelajaran matematika
harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari
pengalaman tentang matematika Dalam batasan pengertian pembelajaran
yang dilakukan di sekolah, pembelajaran matematika dimaksudkan sebagai
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar
matematika sekolah. Dari pengertian tersebut jelas kiranya bahwa unsur
pokok dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai salah satu
perancang proses, proses yang sengaja dirancang selanjutnya disebut proses
pembelajaran, siswa sebagai pelaksanaan kegiatan belajar, dan matematika
sekolah sebagai objek yang dipelajari dalam hal ini sebagai salah satu bidang
studi dalam pelajaran.

2. Konsep Teori Belajar Bruner


Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S.Bruner seorang ahli
psikologi (1915) dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah
mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan agar
pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir.
Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif
manusia, bagaimana manusia belajar atau memperoleh pengetahuan,
menyimpan pengetahuan dan menstransformasi pengetahuan. Dasar
pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemeroses, pemikir
dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses

7
aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar
informasi yang diberikan kepada dirinya.
Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu :
a. proses perolehan informasi baru,
b. proses mentransformasikan informasi yang diterima dan
c. menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Perolehan informasi baru dapat terjadi melalui kegiatan membaca,
mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan atau
mendengarkan audiovisual dan lain-lain. Informasi ini mungkin bersifat
penghalusan dari informasi sebelumnya yang telah dimiliki. Sedangkan
proses transformasi pengetahuan merupakan suatu proses bagaimana kita
memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan
kebutuhan. Informasi yang diterima dianalisis, diproses atau diubah menjadi
konsep yang lebih abstrak agar suatu saat dapat dimanfaatkan. Menurut
Bruner (dalam Hudoyo,1990:48) belajar matematika adalah belajar
mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di
dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep
dan strukturstruktur matematika itu. Siswa harus dapat menemukan
keteraturan dengan cara mengotak-atik bahan-bahan yang berhubungan
dengan keteraturan intuitif yang sudah dimiliki siswa. Dengan demikian
siswa dalam belajar, haruslah terlibat aktif Pembelajaran Matematika
Sekolah Dasar 1-5mentalnya agar dapat mengenal konsep dan struktur yang
tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan, anak akan memahami materi
yang harus dikuasainya itu. Ini menunjukkan bahwa materi yang mempunyai
suatu pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dipahami dan diingat
anak. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya
dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual
problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara
bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk
meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau

8
media lainnya. Bruner, melalui teorinya itu, mengungkapkan bahwa dalam
proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda
atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh
siswa dalam memahami suatu konsep matematika. Melalui alat peraga yang
ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola
struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu.
Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan intuitif yang
telah melekat pada dirinya. Peran guru dalam penyelenggaraan pelajaran
tersebut, (a) perlu memahami sturktur mata pelajaran, (b) pentingnya belajar
aktif suapaya seorang dapat menemukan sendiri konep-konsep sebagai dasar
untuk memahami dengan benar, (c) pentingnya nilai berfikir induktif.
Dengan demikian agar pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan
intelektual anak dalam mempelajari sesuatu pengetahuan (misalnya suatu
konsep matematika), maka materi pelajaran perlu disajikan dengan
memperhatikan tahap perkembangan kognitif/ pengetahuan anak agar
pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang
tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang
berarti proses belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari
itu dipelajari dalam tiga model tahapan yaitu model tahap enaktif, model
ikonik dan model tahap simbolik.
3. Aplikasi Teori Belajar Bruner
Teori belajar Bruner ini didasarkan pada dua asumsi, bahwa : 1.
Perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif, artinya
pengetahuan akan diperoleh siswa apabila yang bersangkutan berinteraksi
secara aktif dengan lingkungannya. 2. Orang mengkonstruksikan
pengetahuannya dengan cara menghubungkan hal-hal yang mempunyai
kemiripan dihubungkan menjadi suatu struktur yang memberi arti. Dengan
demikian setiap orang mempunyai model atau kekhususan dalam 1-20
Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar dirinya untuk mengelompokkan
hal-hal tertentu atau membangun suatu hubungan antara hal yang telah
diketahuinya. Dengan model ini seseorang dapat menyusun hipotesis untuk

9
memasukkan pengetahuan baru kedalam struktur yang telah dimiliki,
sehingga memperluas struktur yang telah dimilikinya atau mengembangkan
struktur baru.
Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan
dengan Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda
ajarkan. Misal: untuk contoh mau mengajar bentuk bangun datarempat,
sedangkan bukan contoh adalah menyediakan bangun datar segitiga, segi
lima atau lingkaran.
Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep.
Misalnya berikan pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini ”apakah
nama bentuk ubin yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah?
Berapa cm ukuran ubin yang dapat digunakan? Berikan satu pertanyaan dan
biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri. Misalnya Jelaskan ciri-
ciri / sifat-sifat dari bangun Ubin tersebut? Ajak dan beri semangat si belajar
untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari
dahulu atas jawaban siswa, pertanyaan gunakan pertanyaan yang dapat
memandu si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya.
(Anita W, 1995 dalam Paulina panen, 2003 3.16).

B. Teori Belajar Gagne


1. Dasar-dasar Teori
Gagne menggunakan matematika sebagai sarana untuk menyajikan
dan mengaplikasi teori-teorinya tentang belajar. Menurut Gagne (dalam
Ismail, 1998), objek belajar matematika terdiri dari objek langsung dan
objek tak langsung. Objek langsung adalah transfer belajar, kemampuan
menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah, disiplin pribadi dan
apresiasi pada struktur matematika. Sedangkan objek langsung belajar
matematika adalah fakta, keterampilan, konsep dan prinsip. 1. Fakta (fact)
adalah perjanjian-perjanjian dalam matematika seperti simbolsimbol
matematika, kaitan simbol “3” dengan kata “tiga” merupakan contoh fakta.
Contoh lainnya fakta : “+” adalah simbol dari operasi penjumlahan dan sinus

10
adalah nama suatu fungsi khusus dalam trigonometri. 2. Keterampilan
(skills) adalah kemampuan memberikan jawaban yang benar dan cepat.
Misalnya pembagian cara singkat, penjumlahan pecahan dan perkalian
pecahan. 3. Konsep (concept) adalah ide abstrak yang memungkinkan kita
mengelompokkan objek ke dalam contoh dan bukan contoh. Himpunan,
segitiga, kubus, dan jari-jari adalah merupakan konsep dalam matematika. 4.
Prinsip (principle) merupakan objek yang paling kompleks. Prinsip adalah
sederetan konsep beserta dengan hubungan diantara konsep-konsep tersebut.
3 - 2 Unit 3 Contoh prinsip adalah dua segitiga sama dan sebangun bila dua
sisi yang seletak dan sudut apitnya kongruen.
2. Implementasi Teori Belajar Gagne
Dalam pembelajaran menurut Gagne, peranan guru hendaknya lebih
banyak membimbing peserta didik. Guru dominan sekali peranannya dalam
membimbing peserta didik. Di dalam mengajar memberikan serentetan
kegiatan dengan urutan sebagai berikut :
a. Membangkitkan dan memelihara perhatian
b. Merangsang siswa untuk mengingat kembali konsep, aturan dan
keterampilan yang relevan sebagai prasyarat
c. Menyajikan situasi atau pelajaran baru
d. Memberikan bimbingan belajar
e. Memberikan Feedback atau balikan
f. Menilai hasil belajar
g. Mengupayakan transfer belajar
h. Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-
latihan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari. Dalam praktik
pembelajaran pada anak, urutan-urutan kegiatan-kegiatan yang
telah disebutkan dapat terjadi sebagian saja atau semuanya.
Menurut Gagne, sasaran pembelajaran adalah kemampuan. Yang
dimaksudkan kemampuan di sini adalah hasil belajar berupa perilaku yang
bisa dianalisis. Sasaran belajar yang dikemukakan Gagne sama dengan
tujuan instruksional atau tujuan yang perumusannya menunjukkan tingkah

11
laku. Misalnya seorang peserta didik diberi pertanyaan “Bentuk yang mana
dari gambar-gambar berikut ini merupakan belah ketupat?”.Tujuan belajar
yang menunjukkan tingkah laku yang dinyatakan dengan kata kerja
menunjukkan kapabilitas yang dipelajari. Misalnya, mengklasifikasikan
belah 3 - 12 Unit 3 ketupat, dengan menggunakan definisi belah ketupat.
Tindakan yang dilakukan peserta didik menunjukkan hasil belajar, misalnya
peserta didik memilah-milahkan bentuk-bentuk geometri yang berbentuk
belah ketupat. Sasaran pembelajaran menurut Gagne mengacu pada hasil
pembelajaran yang diharapkan, sebagai hasil pembelajaran yang diharapkan,
berarti tujuan pembelajaran ditetapkan terlebih dahulu. Berikutnya semua
upaya pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan ini. Sasaran
pembelajaran dibuat dengan jelas dan operasional. Sasaran-sasaran tersebut
akan menjadi landasan dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran menurut
Gagne, anak dibimbing dengan hati-hati, dan ia dapat bekerja dengan materi
terprogram atau program guru. Siswa harus dapat aktif dan tidak bisa pasif.
Ia mengerjakan banyak hal, mulai dari mengerjakan latihanlatihan sampai ia
memecahkan masalah, tetapi seluruhnya ditentukan dengan program.
Menurut Gagne, di saat anak berkemampuan di d dan e seperti pada gambar
di bawah ini, ia dianggap siap untuk belajar b. Gagne tidak memperhatikan
perkembangan genetik, jika anak berusia 5 tahun tak mempunyai
pengalaman lalu yang menjadi prasyaratnya. Menurut Gagne, pemecahan
masalah merupakan tipe belajar yang tingkatnya paling tinggi dan kompleks
dibandingkan dengan tipe belajar dimulai prasyarat yang sederhana, yang
kemudian meningkat pada kemampuan kompleks. Gagasan Gagne mengenai
rangkaian belajar cocok diterapkan dalam pembelajaran matematika, sebab
bila kita perhatikan konsep-konsep dalam matematika tersusun secara
hierarkis. Konsep baru terbentuk karena adanya pemahaman terhadap
konsep sebelumnya, untuk itu akan lebih baik jika rangkaian belajar itu
dimulai dari prasyarat yang sederhana, kemudian meningkat pada
kemampuan yang kompleks. Gagne mengemukakan bahwa transfer belajar
akan terjadi apabila pengetahuan dan keterampilan matematika yang telah

12
dipelajari dan yang berkaitan dengan konsep dan prinsip, berhubungan
langsung dengan permasalahan baru yang kita hadapi. Tetapi sebaliknya,
apabila konteks yang baru tersebut membutuhkan suatu konsep dan prinsip
yang berbeda dari kemampuan spesifik yang sudah dikuasai sebelumnya,
maka transfer belajar tidak akan terjadi.

C. Teori Belajar Van Hiele


1. Lima Tahapan Pemahaman Geometri
a. Tahap Pengenalan Pada tahap ini siswa hanya baru mengenal bangun-
bangun
geometri seperti bola, kubus, segitiga, persegi dan bangun-bangun
geometri lainnya. Seandainya kita hadapkan dengan sejumlah bangun-
bangun geornetri, anak dapat memilih dan menunjukkan bentuk segitiga.
Pada tahap pengenalan anak belum dapat menyebutkan sifat-sifat dari
bangun-bangun geometri yang dikenalnya sifat-sifat dari bangun-bangun
geometri yang dikenalnya itu. Sehingga bila kita ajukan pertanyaan
seperti "apakah pada sebuah persegipanjang, sisi-sisi yang berhadapan
panjangnya sama?", "apakah pada suatu persegipanjang kedua
diagonalnya sama panjang?". Untuk hal ini, siswa tidak akan bisa
menjawabnya. Guru harus memahami betul karakter anak pada tahap
pengenalan, jangan sampai, anak diajarkan sifat-sifat bangun-bangun
geometri tersebut, karena anak akan menerimanya melalui hafalan bukan
dengan pengertian.
b. Tahap Analisis Bila pada tahap pengenalan anak belum mengenal sifat-
sifat
dari bangunbangun geometri, tidak demikian pada tahap Analisis. Pada
tahap ini anak sudah dapat memahami sifat-sifat dari bangun-bangun
geometri. Pada tahap ini anak sudah mengenal sifat-sifat bangun
geometri, seperti pada sebuah kubus banyak sisinya ada 6 buah,
sedangkan banyak rusuknya ada 12. Seandainya 4-2 Pengembangan
Pembelajaran Matematika SDkita tanyakan apakah kubus itu balok?,

13
maka anak pada tahap ini belum bisa menjawab pertanyaan tersebut
karena anak pada tahap ini belum memahami hubungan antara balok dan
kubus. Anak pada tahap analisis belum mampu mengetahui hubungan
yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri
lainnya.
c. Tahap Pengurutan Pada tahap ini pemahaman siswa terhadap geometri
meningkat lagi dari sebelumnya yang hanya mengenal bangun-bangun
geometri beserta sifatsifatnya, maka pada tahap ini anak sudah mampu
mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan
bangun geometri lainnya. Anak yang berada pada tahap ini sudah
memahami pengurutan bangun-bangun geometri. Misalnya, siswa sudah
mengetahui jajargenjang itu trapesium, belah ketupat adalah layang-
layang, kubus itu adalah balok. Pada tahap ini anak sudah mulai mampu
untuk melakukan penarikan kesimpulan secara deduktif, tetapi masih
pada tahap awal artinya belum berkembang baik. Karena masih pada
tahap awal siswa masih belum mampu memberikan alasan yang rinci
ketika ditanya mengapa kedua diagonal persegi panjang itu sama,
mengapa kedua diagonal pada persegi saling tegak lurus.
d. Tahap Deduksi Pada tahap ini anak sudah dapat memahami deduksi,
yaitu mengambil kesimpulan secara deduktif. Pengambilan kesimpulan
secara deduktif yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat
khusus. Seperti kita ketahui bahwa matematika adalah ilmu deduktif.
Matematika, dikatakan sebagai ilmu deduktif karena pengambilan
kesimpulan, membuktikan teorema dan lain-lain dilakukan dengan cara
deduktif. Sebagai contoh untuk menunjukkan bahwa jumlah sudut-sudut
dalam jajargenjang adalah 360o secara deduktif dibuktikan dengan
menggunakan prinsip kesejajaran. Pembuktian secara induktif yaitu
dengan memotong-motong sudut-sudut benda jajargenjang, kemudian
setelah itu ditunjukkan semua sudutnya membentuk sudut satu putaran
penuh atau 360° belum tuntas dan belum tentu tepat. Seperti diketahui
bahwa pengukuran itu pada dasarnya mencari nilai yang paling dekat

14
dengan ukuran yang sebenarnya. Jadi, mungkin saja dapat keliru dalam
mengukur sudut-sudut jajargenjang tersebut. Untuk itu pembuktian
secara deduktif merupakan cara yang tepat dalam pembuktian pada
matematika. Anak pada tahap ini telah mengerti pentingnya peranan
unsur-unsur yang tidak didefinisikan, di samping unsur-unsur yang
didefinisikan, aksioma atau problem, dan teorema. Anak pada tahap ini
belum memahami kegunaan dari suatu sistem deduktif. Oleh karena itu,
anak pada tahap ini belum dapat menjawab pertanyaan “mengapa sesuatu
itu disajikan teorema atau dalil.”
e. Tahap Keakuratan Tahap terakhir dari perkembangan kognitif anak
dalam memahami geometri adalah tahap keakuratan. Pada tahap ini anak
sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar
yang melandasi suatu pembuktian. Anak pada tahap ini sudah memahami
mengapa sesuatu itu dijadikan postulat atau dalil. Dalam matematika kita
tahu bahwa betapa pentingnya suatu sistem deduktif. Tahap keakuratan
merupakan tahap tertinggi dalam memahami geometri. Pada tahap ini
memerlukan tahap berpikir yang kompleks dan rumit. Oleh karena itu,
jarang atau hanya sedikit sekali anak yang sampai pada tahap berpikir ini
sekalipun anak tersebut sudah berada di tingkat SMA.

2. Fase-Fase Pembelajaran Geometri


Menurut teori Pierre dan Dina Van Hiele (dalam Muharti, 1993)
tingkattingkat pemikiran geometrik dan fase pembelajaran siswa
berkembang atau maju menurut tingkat-tingkat sebagai berikut: dari tingkat
visual Gestalt-like melalui tingkat-tingkat sophisticated dari deskripsi,
analisis, abstraksi dan bukti.
Fase 1. Informasi Pada awal tingkat ini, guru dan siswa menggunakan
tanya-jawab dan kegiatan tentang objek-objek yang dipelajari pada tahap
berpikir siswa. Dalam hal ini objek yang dipelajari adalah sifat komponen
dan hubungan antar komponen bangunbangun segi empat. Guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa sambil melakukan observasi. Tujuan dari kegiatan

15
ini adalah: (1) guru mempelajari pengalaman awal yang dimiliki siswa
tentang topik yang dibahas. (2) guru mempelajari petunjuk yang muncul
dalam rangka menentukan pembelajaran selanjutnya yang akan diambil.
Fase 2: Orientasi Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-
alat yang dengan cermat telah disiapkan guru. Aktivitas ini akan berangsur-
angsur menampakkan kepada siswa struktur yang memberi ciri-ciri sifat
komponen dan hubungan antar komponen suatu bangun segi empat. Alat
atau pun bahan dirancang menjadi tugas pendek sehingga dapat
mendatangkan respon khusus.
Fase 3: Penjelasan Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa
menyatakan pandangan yang muncul mengenai struktur yang diobservasi. Di
samping itu, untuk membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat dan
akurat, guru memberi bantuan sesedikit mungkin. Hal tersebut berlangsung
sampai sistem hubungan pada tahap berpikir mulai tampak nyata.
Fase 4: Orientasi Bebas Siswa menghadapi tugas-tugas yang lebih
kompleks berupa tugas yang memerlukan banyak langkah, tugas yang
dilengkapi dengan banyak cara, dan tugas yang open-ended. Mereka
memperoleh pengalaman dalam menemukan cara mereka sendiri, maupun
dalam menyelesaikan tugas-tugas. Melalui orientasi di antara para siswa
dalam bidang investigasi, banyak hubungan antar objek menjadi jelas.
Fase 5: Integrasi Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang
telah dipelajari. Guru dapat membantu siswa dalam membuat sintesis ini
dengan melengkapi survey secara global terhadap apa yang telah dipelajari.
Hal ini penting, tetapi kesimpulan ini tidak menunjukkan sesuatu yang baru.
Pada akhir fase kelima ini siswa mencapai tahap berpikir yang baru. Siswa
siap untuk mengulangi fase-fase belajar pada tahap sebelumnya.

3. Implementasi Pembelajaran Van Hiele


Supaya anak dapat memahami geometri dengan pengertian,
pembelajaran geometri harus disesuaikan dengan tahap berpikir anak. Jadi,
jangan sekali-kali memberi pembelajaran materi yang sebenarnya berada di

16
atas tahap berpikirnya. Selain itu, hindarilah siswa untuk menyesuaikan
dirinya dengan tahap pembelajaran guru tetapi yang terjadi harus sebaliknya.
Agar topik-topik pada materi geometri dapat dipahami dengan baik, anak
dapat mempelajari topik-topik tersebut berdasarkan urutan tingkat
kesukarannya dimulai dari tingkat yang paling mudah sampai dengan tingkat
yang paling rumit dan kompleks. Mari kita perhatikan model pemahaman
segi empat menurut Van Hiele! Pengembangan.Segiempat terdiri dari
persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan
tapesium. Sifat-sifat masing-masing bangun yang dipelajari pada Skema 1
berikut:

a. Persegi
1. Keempat sisinya sama panjang
2. Keempat sudutnya sama besar
b. Persegi panjang
1. Sisi yang berhadapan sama panjang
2. Keempat sudutnya sama besar
c. Belah Ketupat
1. Keempat sisinya sama panjang
2. Sudut yang berhadapan sama panjang

d. Jajar Genjang

17
1. Sisi yang berhadapan sama panjang
2. Sudut yang berhadapan sama besar 4-14 Pengembangan Pembelajaran
Matematika SD.
e. Trapesium
1. Satu pasang sisi yang berhadapan sejajar.
f. Layang-layang
a. Dua pasang sisi yang tidak berhadapan sama panjang
b. Satu pasang sudut yang berhadapan sama besar.

D. Merancang Pembelajaran Matematika


1. Pengertian
Isnawan (2016: 415) Desain pembelajaran dalam pembelajaran
matematika adalah rancangan pembelajaran matematika yang disesuaikan
dengan kebutuhan peserta didik demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Rancangan tersebut meliputi rancangan tujuan pembelajaran, strategi
pembelajaran, bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran, dan penilaian
pembelajaran. Rancangan tersebut terdiri atas beberapa komponen, yaitu
peserta didik, tujuan pembelajaran, analisis pembelajaran, strategi
pembelajaran, bahan ajar, dan penilaian belajar. Rancangan dalam
pembelajaran matematika memiliki beberapa fungsi, yaitu menjadikan peserta
didik sebagai fokus dalam pembelajaran matematika; menciptakan
pembelajaran matematika yang efektif, efisien, dan menarik; mendukung
koordinasi antara perancang dan mereka yang menginstruksikan;
memfasilitasi diseminasi; dan memfasilitasi kesesuaian antara tujuan,
aktivitas, dan penilaian dalam pembelajaran matematika.
2. Ciri-ciri Rencana Pembelajaran Matematika
Ciri-ciri rencana pembelajaran matematika yang sekaligus merupakan
prinsip-prinsip dalam menyusun rencana Pengembangan Pembelajaran
Matematika SD pembelajaran matematika, yaitu ilmiah, relevan, sistematis,
konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, serta fleksibel.

18
a. Ilmiah
Keseluruhan materi baik fakta, konsep, prinsip, dan operasi berikut
kegiatan yang menjadi muatan dalam rencana pembelajaran harus
terjamin kebenarannya dan dapat dipertanggungjawabkan secara
keilmuan. Kesalahan materi di dalam penyusunan rencana pembelajaran
walaupun hanya sedikit tidak akan dapat ditolensi.
b. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi
dalam rencana pembelajarann sesuai dengan tingkat perkembangan fisik,
intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik. Tingkat
keluasan dan kedalaman materi disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik. Materi untuk siswa yang memiliki daya tangkap yang cepat tidak
akan sama dengan materi untuk siswa dengan daya tangkap yang lambat.
Begitupun materi untuk siswa yang mempunyai motivasi tinggi
sebaiknya tidak sama dengan materi untuk siswa dengan motivasi yang
rendah.
c. Sistematis
Komponen-komponen rencana pembelajarann saling berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi. Kompetensi dasar disusun
berdasarkan kepada standar kompetensi, dan indikator disusun
berdasarkan kompetensi dasar. Materi, kegiatan, sumber belajar, dan alat
penilaian disusun berdasarkan indikator pembelajaran. Penataan materi
juga harus disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran matematika
yang hirarkhis, kronologis, dan spiral.
d. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi
dasar, indikator, materi pokok, sumber belajar, dan sistem penilaian.
e. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, sumber belajar, dan sistem penilaian
cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. Pengembangan
Pembelajaran Matematika SD.

19
f. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, sumber belajar, dan sistem penilaian
memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam
kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi
g. Fleksibel
Keseluruhan komponen rencana pembelajarann dapat mengakomodasi
keragaman peserta didik, pendidik, dan dinamika perubahan yang terjadi
di sekolah, serta tuntutan masyarakat.

h. Menyeluruh
Komponen rencana pembelajaran mencakup keseluruhan ranah
kompetensi (kognitif, afektif, psikomotorik). Ranah kognitif akan
meliputi tingkat perkembangan intelektual (pengetahuan) siswa, ranah
afektif meliputi tingkat aktivitas, sikap, minat, dan motivasi siswa,
sedangkan ranah psimotorik meliputi kemampuan psikomotor (gerak)
siswa (misalnya melukis, membuat alat peraga, dan lain-lain).

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa untuk memperoleh rencana


pembelajaran yang sesuai dengan ciri-ciri di atas, guru harus mampu
mengenali karakteristik siswa, kondisi sekolah, dan lingkungannya. Hal ini
mengisyaratkan bahwa penyusunan rencana pembelajaran sebaiknya
dilakukan secara mandiri oleh guru yang akan menggunakan rencana
pembelajaran tersebut. Namun demikian, apabila guru karena sesuatu hal
belum dapat melaksanakan penyusunan rencana pembelajaran secara mandiri,
maka pihak sekolah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru
dalam mengembangkan rencana pembelajaran yang akan digunakan oleh
sekolah tersebut. Namun, kondisi ini merupakan pilihan terakhir bagi sekolah
tersebut.

3. Langkah-langkah Penyusunan Pembelajaran

20
Rencana pembelajaran yang sering kita singkat dengan RPP merupakan
administrasi yang harus dilengkapi oleh seorang guru. Dalam Permendikbud
Nomor 81A Tahun 2013 dinyatakan bahwa Rencana pelaksanaan
pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci
dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP
mencakup :

a. Data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester;


b. Materi pokok;
c. Alokasi waktu;
d. Tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi;
e. Materi pembelajaran; metode pembelajaran;
f. Media, alat dan sumber belajar;
g. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan
h. Penilaian.

21
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif, artinya
pengetahuan akan diperoleh siswa apabila yang bersangkutan berinteraksi
secara aktif dengan lingkungannya. Orang mengkonstruksikan
pengetahuannya dengan cara menghubungkan hal-hal yang mempunyai
kemiripan dihubungkan menjadi suatu struktur yang memberi arti. Dengan
demikian setiap orang mempunyai model atau kekhususan dalam 1-20
Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar dirinya untuk mengelompokkan
hal-hal tertentu atau membangun suatu hubungan antara hal yang telah
diketahuinya. Dengan model ini seseorang dapat menyusun hipotesis untuk
memasukkan pengetahuan baru kedalam struktur yang telah dimiliki,
sehingga memperluas struktur yang telah dimilikinya atau mengembangkan
struktur baru. Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat
dilakukan dengan Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang
anda ajarkan. Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, pertanyaan
gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar untuk berpikir dan
mencari jawaban yang sebenarnya.Keterampilan adalah kemampuan
memberikan jawaban yang benar dan cepat. Konsep adalah ide abstrak yang
memungkinkan kita mengelompokkan objek ke dalam contoh dan bukan
contoh. Prinsip merupakan objek yang paling kompleks. 3 - 2 Unit 3 Contoh
prinsip adalah dua segitiga sama dan sebangun bila dua sisi yang seletak dan
sudut apitnya kongruen.
pembuktian secara deduktif merupakan cara yang tepat dalam
pembuktian pada matematika. Anak pada tahap ini telah mengerti
pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan, di samping unsur-
unsur yang didefinisikan, aksioma atau problem, dan teorema. Pada tahap ini
anak sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip

22
dasar yang melandasi suatu pembuktian. Pada tahap ini memerlukan tahap
berpikir yang kompleks dan rumit. jangan sekali-kali memberi pembelajaran
materi yang sebenarnya berada di atas tahap berpikirnya. Selain
itu, hindarilah siswa untuk menyesuaikan dirinya dengan tahap pembelajaran
guru tetapi yang terjadi harus sebaliknya. Agar topik-topik pada materi
geometri dapat dipahami dengan baik, anak dapat mempelajari topik-topik
tersebut berdasarkan urutan tingkat kesukarannya dimulai dari tingkat yang
paling mudah sampai dengan tingkat yang paling rumit dan kompleks.
Ciri-ciri rencana pembelajaran matematika yang sekaligus merupakan
prinsip-prinsip dalam menyusun rencana Pengembangan Pembelajaran
Matematika, pada perinsip pengembengan pembelajaran matematika , yaitu
ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, serta
fleksibel. Keseluruhan materi baik fakta, konsep, prinsip, dan operasi berikut
kegiatan yang menjadi muatan dalam rencana pembelajaran harus terjamin
kebenarannya dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Kesalahan
materi di dalam penyusunan rencana pembelajaran walaupun hanya sedikit
tidak akan dapat ditolensi. Materi, kegiatan, sumber belajar, dan alat
penilaian disusun berdasarkan indikator pembelajaran.

B. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Harapannya pembaca dapat bijak dalam mengambil sikap dengan memberi
tanggapan yang konstruktif atau saran yang membangun guna perbaikan
makalah sehingga untuk kedepannya sehingga menjadi lebih baik lagi.

23
DAFTAR PUSTAKA
https://bagah.wordpress.com/2011/11/02/teori-bruner-dalam-pembelajaran-
matematika/

https://www.google.com/url?
q=http://staffnew.uny.ac.id/upload/132303693/pendidikan/PengembanganPembelaja
ranMatematika_UNIT_1_0.pdf&usg=AFQjCNFOQHsLeM0hDJ9AVP1O3A9Dqn4zoQ

https://www.google.com/url?
q=http://staffnew.uny.ac.id/upload/132303693/pendidikan/PengembanganPembelaja
ranMatematika_UNIT_4_0.pdf&usg=AFQjCNFxkNAy1iqVMBM2cuMrPkKCH4eAOA

https://www.google.com/url?
q=http://staffnew.uny.ac.id/upload/132303693/pendidikan/PengembanganPembelaja
ranMatematika_UNIT_8_0.pdf&usg=AFQjCNFxSD2wNP6qjRGeyE394pLDIqcWsQ

https://www.google.com/url?
q=http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/tarbiyah/article/download/224/192&us
g=AFQjCNEdtrmbYxyhcHLo26DeOkiNp_m6ww

https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/cendekia/article/download/865/677

https://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=199147#:~:text=Teori
%20Bruner%20adalah%20teori%20belajar,tahap%20enaktif%2C%20ikonik%20dan
%20simbolik.&text=Pemahaman%20konsep%20matematika%20pada%20materi
%20perkalian%20dan%20pembagian%20merupakan%20kemampuan,tentang
%20konsep%20perkalian%20dan%20pembagian.

https://www.google.com/url?
q=http://staffnew.uny.ac.id/upload/132303693/pendidikan/PengembanganPembelaja
ranMatematika_UNIT_3_0.pdf&usg=AFQjCNFjJcD6gqvKGM3bzIwnk8DC_6iYRw

Niar Nurul Arifin, Dr. Hj. Epon Nura'eni, H. Lyon Haki Pranata,M.Pd.2014.Peningkatan
Pemahaman Siswa terhadap Materi Geometri melalui Pembelajaran berbasis teori Van
Hiele.Tasikmalaya:Univ.Pendidikan Indonesia

Retno Widyaningrum.2011.Tahapan J. Brunner dalam Pembelajaran Matematika.


Ponorogo:IAIN Ponorogo

Rora Rizki Wandini,M.Pd.I.Oda Kinata Banurea,M.Pd.(Edt). 2019.Pembelajaran


Matematika untuk calon Guru SD MI/SD.Medan:CV Widya Puspita.

Rochmad.2012.Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Matematika.Semarang:Jurusan matematika FMIPA UNNES.

24
25

Anda mungkin juga menyukai