Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SIFAT KEBENARAN MATEMATIKA BAGIAN 1


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah dan Filsafat
Matematika

Dosen Pengampu : Dr. Lilis Marina Angraini, M. Pd

Disusun Oleh :
Jihan Fadilla (216410766)

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Sifat kebenaran matematika bagian 1” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Sejarah dan Filsafat Matematika. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Sifat kebenaran matematika bagian 1.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Lilis Marina Angraini, M.
Pd selaku Dosen Pengampu mata kuliah Sejarah dan Filsafat Matematika yang
telah memberikan tugas ini sehinga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang ditekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Pekanbaru, 16 April 2022

Penyusun

Jihan Fadilla

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................
A. Latar Belakang............................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C. Tujuan.........................................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN..............................................................................................................
A. Aksioma dan Proposisi Matematika............................................................................
B. System Aksioma Peano Sebagai Basis Matematika....................................................
BAB 3 PENUTUP........................................................................................................................
A. Kesimpulan ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kebenaran Matematika adalah kebenaran menurut definisi atau


persyaratan yang menentukan makna dari term-term kunci. Persyaratan ini
memberikan ciri khas bahwa validitas kebenaran matematika tidak
memerlukan bukti empiris. Kebenaran matematika semata-mata dapat
ditunjukkan dengan menganalisis makna yang terkandung dalam term-
term di dalamnya, yang di dalam logika disebut sebagai benar secara
apriori yang mengindikasikan bahwa nilai kebenarannya bebas secara
logis dari atau apriori secara logis pada barang bukti eksperimental.
Kebenaran Matematika adalah kebenaran yang tidak dapat diganggu gugat
tidak dapat direvisi, mutlak benar dan pasti yang didasarkan pada deduksi
murni yang merupakan satu-satunya metode pembuktian dalam
matematika bahwa proposisi-proposisi itu pasti benar asalkan postulat atau
aksioma yang mendasarinya itu benar. Jadi proposisi adalah implikasi
logis dari postulat-postulat nya yang digunakan.

Dalam ilmu pengetahuan Matematika adalah ratu dari seluruh ilmu


pengetahuan, di mana matematika hadir atau tercipta sudah dari zaman
dahulu dahulu kala digunakan untuk membantu dalam kehidupan. Dalam
dunia pendidikan matematika merupakan aspek yang sangat penting. Di
perguruan tinggi matematika dipelajari untuk mempersiapkan mahasiswa
sebagai calon pengajar ataupun calon ilmuwan untuk itu mahasiswa pun
harus tahu tentang sejarah dan filsafat matematika agar pengetahuan
mahasiswa tentang matematika tidak hanya sebatas kepada materi saja
akan tetapi asal usul, filsafat dan sejarahnya mereka ketahui agar
pengetahuan matematika mereka mendalam.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah di dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana Aksioma dan Proposisi Matematika?

1
2. Bagaimana System Aksioma Peano Sebagai Basis Matematika?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah
1. Untuk dapat mengetahui Aksioma dan Proposisi Matematika.
2. Untuk dapat mengetahui System Aksioma Peano Sebagai Basis
Matematika.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Aksioma dan Proposisi Matematika


1. Aksioma dalam Matematika
Kata aksioma berasal dari bahasa yunani, yang berarti dianggap
berharga atau sesuai atau dianggap terbukti dengan sendirinya. Di antara
banyak filsuf yunani, suatu aksioma adalah suatu pernyataan yang bisa
dilihat kebenarannya tanpa perlu adanya bukti. Kata aksioma juga
dimengerti dalam matematika. Akan tetapi, aksioma dalam matematika
bukan berarti proposisi yang terbukti dengan sendirinya. Melainkan, suatu
titik awal dari sistem logika. Misalnya, nama lain dari aksioma adalah
postulat.

Suatu aksioma adalah basis dari sistem logika formal yang


bersama-sama dengan aturan inferensi mendefinisikan logika. Aksioma
adalah pendapat yang dijadikan pedoman dasar dan merupakan dalil
pemula, sehingga kebenarannya tidak perlu dibuktikan lagi. Aksioma atau
pernyataan pangkal adalah pernyataan yang kita sepakati kebenarannya
agar suatu kumpulan aksioma dapat merupakan suatu sistem diperlukan
syarat-syarat yang penting. Syarat-syarat yang penting itu adalah (1)
Konsisten (taat asas), (2) Independen, (3) Lengkap, (4) Ekonomi.

Contoh aksioma :

a) Dengan Melalui 2 titik sembarang hanya bisa dibuat suatu garis lurus.
b) Apabila sebuah garis serta sebuah bidang itu memiliki dua titik
persekutuan, maka garis itu seluruhnya terletak pada suatu bidang.
c) Dengan melalui tiga buah titik sembarang hanya bisa dibuat sebuah
bidang.
d) Dengan sebuah titik yang ada di luar sebuah garis tertentu, hanya bisa
dibuat sebuah garis yang sejajar dengan garis tertentu.

3
2. Persyaratan Proposisi

Di dalam matematika, tidak semua kalimat berhubungan dengan


logika. Hanya kalimat yang bernilai benar atau salah saja yang digunakan
dalam penalaran. Kalimat tersebut dinamakan kalimat proposisi. Sebuah
proposisi atau statement ialah sebuah kalimat deklaratif yang memiliki
tepat satu nilai kebenaran, yaitu “benar” (B) atau “salah” (S). Kalimat
tanya atau kalimat perintah tidak dianggap sebagai pernyataan.

Berikut ini adalah beberapa contoh Proposisi:

a) 1 + 2 = 3
b) Presiden RI tahun 2005 adalah SBY
c) 6 adalah bilangan prima
d) Warna bendera RI adalah biru dan merah

Kalimat-kalimat diatas adalah kalimat proposisi karena dapat diketahui


benar/salahnya.

Kalimat-kalimat berikut bukan pernyataan

a) x + 2 = 10
b) Minumlah sirup ini dua kali sehari
c) Alangkah cantiknya gadis itu!
B. System Aksioma Peano Sebagai Basis Matematika
Sekarang marilah kita pelajari lebih dekat sebuah sistem matematika
aksiomatis atau sistem postulat yang dari sistem ini seluruh aritmetika
bilangan alam (cacah) dapat diturunkan. Sistem ini diciptakan oleh
matematikawan dan logikawan bangsa Italia G. Peano (1858-1932) term-term
takdidefinisikan dalam sistem ini adalah “0”, “bilangan”, dan “pengikut” atau
“successor”. Sementara itu, tentu saja tidak ada defoinisi yang diberikan
kepada term-term inidalam teorinya, lambang “0” dimaksud menandakan
bilangan 0 dalam makna biasa, sedangkan term “bilangan” dimaksud kepada
bilangan alam 0,1,2,3,… ekslusif. Dengan pengikut suatu bilangan
alam n, yang bisa tandakan dengan n; dimaksud bilangan alam tepat sesudah

4
bilangan alam n dalam urutan biasa. Sistem Peano memuat 5 postulat berikut
ini:

P1. 0 adalah suatu bilangan

P2. Pengikut sembarang bilangan adalah suatu bilangan

P3. Tidak ada dua bilangan yang mempunyai  pengikut sama

P4. 0 bukanlah pengikut bilngan mana pun

P5. Jika P adalah suatu sifat sedemikin sehingga (a) 0 bersifat P, dan (b)
apabila suatu bilangan n bersifat P maka pengikut n’ juga bersifat P, maka
setiap bilangan bersifat P.

Postulat yang terlahir ini mengandung prinsip induksi matematis dan


mengganbarkan dengan cara yang sangat jelas cara memperkuat “kebenaran”
matematis dengan persyaratan. Konstruksi aritmetika elementer pada basisi ini
dimulai dengan definisi berbagai bilangan alam. 1 didefinisikan sebagai
pengikut 0, atau disingkat sebagai 0’,2 sebagai 1’,3 sebagai 2’, dan seterusnya.
Menurut P2, proses ini dapat dilanjutkan takterbatas; sebab P3 (dengan
kombinasi P5), proses ini tida pernah kembali ke satu bilangan yang telah
didefinisikan terdahulu, dan menurut P4, prose situ tidak juga kembali ke 0.

Langkah selanjutnya kita dapat membangun definisi penjumlahan yang


dinyatakan dalam bentuk yang persis dengan suatu ide bahwa penjumlahan
sembarang bilangan alam dengan bilangan alam yan diketahui dapat
dipandang sebagai penjumlahan berulang-ulang dari 1; operasi yang terakhir
ini sipa dinyatakan dengan hubungan pengikut. Definisi penjumlahan ini
berjalan sebagai berikut.

D1. (a) n + 0 = n;                         (b) n + k’ = (n + k)’,

Kata syarat pada definisi rekrusif ini menentukan dengan lengkap


jumlah sembarang dua bilangan. Perhatikan umpamannya, jumlah 3 + 2.
Menurut definisi bilangan 2 dan 1, kita peroleh 3 + 2 = 3 + 1’ = 3 + (0)’, akan
tetapi menurut D1 (b), 3 + (0’)’ = (3 + 0’)’ = ((3 + 0’)’ sedangakan menurut
D1 (a), dan menurut definisi bilangan 4 dan 5, ((3 + 0’)’- (3’)’ = 4’ = 5. Bukti

5
ini juga menjelaskan lebih eksplisitdan persis komentar yang diberikan
terdaulu aatas kebenaran proposisi bahwa 3 + 2 = 5: Di dalam sistem
aritmetika Peano, kebenaranya mengalir bukan semata-mata dari definisi
konsep-konsepyang terlibat, akan tetapi juga dari postulat-postulat yang
berlaku atasnya. Dalam contoh ini postulat P1 dan P2 dan jaminan bahwa
1,2,3,4,5 adalah bilangan-bilangan dalam sistem Peano, bukti umm bahwa D1
menentukan jumlah smbarang dua bilangan juga menggunakkan P5.

Jika postulat-postulat dan definisi-definisi dalam teori aksiomatik itu


kita sebut “syarat-ayarat” yang terkait dengan konsep-konsep dalam teori itu,
maka sekarang kita dapat menggunakkan bahwa proposisi-proposisi dalam
aritmetika bilangan alam adalah benar menurut persyaratan-persyaratan yang
telah ditetapkan sejak awal untuk konsep-konsep aritmetika. (ingat,
khususnya, bahwa bukti untuk rumus “3 + 2 = 5” beberapa kali menggunakan
identitas transivitas; yang terakhir ditrima disini salah satu aturan dalam logika
yang dapat diggunakkan dalam bukti sembarang teorema dalam aritmetika;
dengan demikian, aturan-aturan logika ini ang termasuk di antara postulat-
postulat. Peano tidak lain adalah aturan logika).

Sekarang, perkalian bilangan alam dapat didefinisikan dengan definisi


rekrusif sebagai berikut, yang dinyatakan dalam bentuk ide yang rigor bahwa
hasil kali n.k dari dua bilangan dapat dipandang sebagai jumlah k kali masing-
masing sama dengan n.

D2 (a) n.0 = 0;                            (b) nk’ = n.k + n.

Sekarang ada jalan membuktikan hukum-hukum umium untuk


penjumlahan dan perkalian, seperti hukum-hukum komutatif, asosiatif, dan
distributif, [yakni: n + k = k + k,n.k = k n; n +(k + 1) = (n + k) + l. n.(k.l) =
(n.k).l. n.(k + l) = (n.k) + (n.l)]. Kemudian dalam term-term penjumlahan dan
perkalian, operasi invers pengurangan dan pembagian dapatlah didefinisikan.
Tetapi dalam masalah ini “tidak selalu dapat dilaksanakan”, umpamnya,
berbeda dengan penjumlahan dan perkalian, selisih dari hasil bagi tidak untuk
setiap pasang bilangan terdefinisikan; umpamanya, 7 – 10 dan 7 : 10 tidak

6
terdefinisikan. Situasi ini menyarankan perlunya suatu perluasan sistem
bilangan dengan memperkenalkan bilangan-bilangan negative dan rasional.

Sering kali dilakukan bahwa agar perluaan itu efektif, kita harus
“berasumsi” atau “mempostulatkan” keberadaan jenis bilangan tambahan yang
diinginkan dengan sifat-sifat yang membuatnya cocok untuk mengisi
kesenjangan operasi pengurangan dan perkalian. Metode ini sederhan saja
dengan mempostulatkan apa yang diinginkan demi kemajuan-kemajuan.
Sangat dihargai bahwa bilangan negative dan rasional yang diperoleh dari
term-term primitive dalam sistem Peano dengan memasukan definisi ekspisit
tanpa tambahan satu pun postulat maupun asumsi-asumsi baru. Setiap
bilangan positif dan negative – berbeda dengan bilangan alam yang tidak
mempunyai tanda  - dapat didefinisikan sebagai himpunan semua pasangan
terutama bilangan-bilangan alam; jadi, bilangan + 2 didefinisikan sebagai
himpunan semua pasangan terutama (m, n) dari bilangan-bilangan alam
dengan sifat m = n + 2, bilangan -2 (negatif 2) adalah himpunan semu
pasangan terutama bilangan alam (m, n) dengan sifat n = m + 2. Hal yang
serupa, bilangan rasional dapat didefinisikan sebagai pasangan terutama
bilangan-bilangan alam. Berbagai operasi aitmetika kemudian dapat
didefinisikan dengan mengacu pada jenis-jenis bilangan baru ini, dan
validitasi semua hukum aritmetika yang berlaku pada operasi-operasi ini
dapat  dibuktikan dengan menggunakan,tidak lain, dari pada postulat-postulat
Peano dan definisi-definisi dari berbagai konsep aritmtetika yang terlibat.

Sedemikian jauh perluasan yang kita peroleh ini masih belum


lengkapdalam arti tidak setiap ilangan di dalamnya mempunyai suatu nilai
akar kuadrat, dan lebih umum lagi, tidak setiap persamaan aljabar dengan
koefisien semua bilangan dalam sistem mempunyai solusi dalam sistem. Hal
ini mengisyaratkan masih perlunya memperluas lagi sistem bilangan itu
dengan megintroduksi sistem bilangan nyata dan akhrnya sistem bilangan
komples. Lagi, dalam berbagai perluasan ini dapat dibuat efektif hanya dengan
definisi tanpa menambahkan posulat pun. Berdasarkan apa yang telah
diperoleh, berbagai operasi aritmetika dan aljabar dapa didefinisikan bagi
bilangan-bilangan dalam sistem baru ini, konsep-konsep fungsi, limit,

7
derivative dan integral dapat dintrodusir, dan teorema-teorema yang bisa di
jumpai dalam konsep-konsep ini dapat dibuktikan, disini hanya tergantung
pada basis sistem Peano yang sedalam itu: Setiap konsep matematika dapat
didefinisikan dengan tiga primitif Peano, dan setiap proposisi matematika
dapat dideduksi dari lim postulat yang diperkaya dengan definisi-definisi atau
term-term non primitif. Dalam banyak kasus, deduksi ini dapat dilakukan,
dengan menggunakan tidak lebih dari prinsip-prinsip logika formal; bukti
beberapa teorema yang berkaitkan  dengan bilangan real, bagaimana pun,
menghendaki sebuah asumsi yang biasanya tidak termasuk di antara yang
terakhir itu. Inilah aksioma yang bisa disebut aksioma pilihan (axioma of
choice). Aksioma ini berbunyi bahwa diberikan suatu himpunan terdidi atas
himpunan-himpunn eksklusif, masing-masing tidak hampa, terdapatlah
sekurang-kurangnya satu himpunan yang tepat mempunyai satu elemen
bersekutu dengan masing-masing himpunan yang diberi. Menurut prinsip ini
dan aturan-aturan logika formal, konten semua matematika dapat turunkan
dari sistem. Peano yang sederhana – suatu prestasi yang perlu di catat dengan
mensistematisasikan konten matematika diklarivikasi validitas landasannya.

8
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Matematika memiliki sifat aksiomatis berarti bahwa satu pernyataan
matematis diperoloh dari pernyataan matematis lain dalam urutan logis yang
ketat, yang bercirikan pilihan aksioma-aksioma, penyusunan proposisi-
proposisi, dan ketegasan demontrasi. Suatu aksioma atau postulat dapat
diartikan sebagaik kebenaran yang terbukti dengan sendirinya, diasumsikan
begitu saja, atau diterima tanpa justifikasi lebih lanjut sebagai fondasi untuk
penalaran, untuk menghindari sirkularitas dan memberikan titik awal.
Suatu sistem pengetahuan aksiomatis dapat disempurnakan dengan
cara menambahkan aksioma-aksioma atau postulat-postulat yang dapat
memberikan eksplisitas dan bentuk bagi gagasan-gagasan yang pada awalnya
bersifat intuitif.

9
DAFTAR PUSTAKA
Sukardjono. (2000). Filsafat dan Sejarah Matematika. Jakarta: Universitas
Terbuka

Susilawati, W. (2017). Sejarah & Filsafat matematika

Rahmah, N. (2013). Hakikat pendidikan matematika. Al-Khwarizmi: Jurnal


Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 1(2), 1-10.
Suyitno, A. (2010). Sistem deduktif aksiomatis dalam matematika dan matematika
sekolah. AKSIOMA: Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika, 1(2/Septembe).
Gauss, M. C. Hakikat Matematika.
Prabowo, A. (2009). Aliran-Aliran Filsafat dalam Matematika. Jurnal Ilmiah
Matematika Dan Pendidikan Matematika, 1(2), 25-45.
Simangunsong, V. H. (2021). HUBUNGAN FILSAFAT PENDIDIKAN DAN
FILSAFAT MATEMATIKA DENGAN PENDIDIKAN. Sepren, 2(2),14
25.
Katminingsih, Y., & Widodo, S. (2017). Pengantar Dasar Matematika.
Susanah, M. P. Matematika dan Pendidikan Matematika. Universitas Terbuka.
II, B. (2014). A. Filsafat Matematika.

10

Anda mungkin juga menyukai