Anda di halaman 1dari 33

MATEMATIKA DISKRIT

“INDUKSI MATEMATIKA”

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Roro Galuh Pinasti (1810206027)
Silvia Rinjani (1810206028)
Syarifah Hubaba Zainah Aliyah (1820206054)

Dosen Pengampu :
Rieno Septra Nery, M.Pd.

Program Studi Pendidikan Matematika


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Fatah
PALEMBANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas


limpahan rahmat dan karunia-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas Ilmu Pendidikan Islam ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
tidak lupa selalu kita haturkan kepada junjungan Nabi Agung kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita
semua yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah
agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta.

Dengan hormat serta pertolongan-Nya, pada akhirnya kami dapat


menyelesaikan tugas kami tentang LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN
ISLAM dengan lancar. Kami pun menyadari dengan sepenuh hati bahwa
terdapat kekurangan pada tugas kami ini. Oleh sebab itu, kami sangat
menantikan kritik dan saran yang membangun dari setiap pembaca untuk
materi evaluasi kami mengenai penulisan makalah ini.

Palembang, Maret 2020

Penulis

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang............................................................................................................... 1

BAB II ISI........................................................................................................................................ 2

A. Sejarah Induksi Matematik....................................................................................... 2

B. Pengertian Induksi Matematik................................................................................ 2

C. Tahapan Induksi Matematika.................................................................................. 3

D. Proposisi Perihal Bilangan Bulat............................................................................3

E. Prinsip-Prinsip Induksi Matematika.....................................................................6

F. Bentuk Induksi secara umum................................................................................ 10

G. Penerapan Induksi Matematika Pada Kehidupan Sehari-hari.................11

H. Contoh Soal dan Pembahasan............................................................................... 15

I. Soal Latian..................................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... iii

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Induksi matematika merupakan sebuah teknik pembuktian pernyataan
yang berkaitan dengan objek diskrit yang sangat penting. Penerapan induksi
matematika di dalam matematika yang menjadi pokok bahasan utama untuk 
menjabarkan bagaimana induksi matematika dapat membuktikan sebuah
masalah matematika.
Induksi matematika merupakan metoda pembuktian yang dapat pula
digunakan dalam pembuktian kebenaran algoritma. Induksi matematika
memiliki tiga tahapan pembuktian. Tahap pertama, ialah langkah basis
dimana tahapan ini untuk membuktikan bila p(n), n = 1 benar. Tahap kedua,
merupakan tahap langkah induksi, tahapan yang membuktikan bila p(n)
benar maka p(n+1) benar. Tahapan terakhir ialah konklusi, yang
menyatakan bahwa semua p(n) adalah benar bila kedua tahapan sebelumnya
benar.
Pembuktian matematika membahas tentang strategi pembuktian. Bukti
langsung, bukti tak langsung, dan bukti kontradiksi. Proses yang digunakan
dalam melakukan proses pembuktian ialah proses majumundur, yaitu proses
yang memerlukan titik awal. 
Penerapan induksi matematika dalam pembuktian sebuah masalah
matematika memiliki empat prinsip induksi. Pertama; induksi matematika
sederhana, sebuah pembuktian dengan metode bukti langsung; induksi
matematika yang dirampatkan; induksi kuat dan induksi umum matematika.
Induksi matematika sebuah metoda pembuktian matematika yang valid.

1
BAB II
ISI

A. Sejarah Induksi Matematik


Sebuah bukti implisit dengan induksi matematika untuk urutan aritmatika
diperkenalkan dalam al-Fakhri yang ditulis oleh al-Karaji sekitar 1000
Masehi, yang menggunakannya untuk membuktikan teorema binomial dan
sifat segitiga Pascal. Selain al-Fakhri terdapat juga ilmuwan Yunani kuno
yang membuktikan induksi matematika untuk menyatakan bahwa sifat
bilangan prima yang tidak terbatas. Tidak satupun ahli matematika kuno
yang dapat membuktikan induksi matematika secara eksplisit.
Barulah pada tahun 1665 ilmuwan Prancis yang bernama Blaise Pascal
dapat membuktikannya secara eksplisit. Bukti induksi secara eksplisit dia
tuliskan dalam bukunya yang berjudul arithmétique segitiga du Traité. Pada
akhir abad ke-19 ilmu induksi matematika diperbarui kembali oleh dua
orang matematikawan yang bernama Richard Dedekind dan Guiseppe Peano.
Dedekind mengembangkan sekumpulan aksioma yang menggambarkan
bilangan bulat positif. Peano memperbaiki aksioma tersebut dan
memberikan interpretasi logis. Keseluruhan aksioma tersebut dinamakan
Postulat Peano.

B. Pengertian Induksi Matematik


Induksi matematika merupakan salah satu metode/cara pembuktian yang
absah dalam  matematik untuk membuktikan suatu  pernyataan matematika
apakah benar atau  salah. Seringkali kita hanya menerima saja pernyataan
atau argumen matematika, tanpa mengetahui kebenaran pernyataan
tersebut. Oleh karena itu kita membutuhkan suatu metode untuk
membuktikan kebenaran pernyataan matematika yang disebut induksi
matematika.
Meskipun namanya induksi matematik, namun metode ini merupakan
penalaran deduktif. Induksi matematik merupakan salah satu argumentasi
pembuktian suatu teorema atau pernyataan matematika yang semesta

2
pembicaranya kumpulan bilangan bulat atau lebih khusus himpunan
bilangan asli. Melalui induksi matematik ini kita dapat mengurangi langkah-
langkah pembuktian bahwa semua bilangan bulat termasuk ke dalam suatu
himpunan kebenaran dengan hanya sejumlah langkah terbatas.
Induksi matematik yang sesungguhnya merupakan salah satu aksioma
yang dipenuhi oleh sistem bilangan asli. Bentuk umum induksi matematik
sebagai berikut: Misalkan N adalah himpunan semua bilangan asli. Dapat

dituliskan sebagai berikut: N =  .

C. Tahapan Induksi Matematika


Induksi matematika adalah suatu metode yang digunakan untuk
memeriksa validasi suatu pernyataan yang diberikan dalam himpunan
bilangan positif atau himpunan bilangan asli. Pembuktian dengan cara ini
terdiri dari tiga langkah, yaitu:
a. Langkah Basis
Menunjukkan bahwa pernyataan itu berlaku untuk bilangan 1
b. Langkah Induksi
Menunjukkan bahwa jika pernyataan itu berlaku untuk bilangan n =
k, maka pernyataan itu juga berlaku untuk bilangan n = k + 1
c. Kesimpulan
Definisi :
Misalkan untuk setiap bilangan asli n kita mempunyai pernyataan
P(n) yang bisa benar atau salah. Misalkan,
a. P(1), benar
b. Jika untuk n = k  yaitu P(k) benar, maka untuk n = k + 1
harus kita buktikan P(k+1) benar
Sehingga P(n) benar untuk setiap bilangan asli n.

D. Proposisi Perihal Bilangan Bulat


Di dalam matematika, tidak semua kalimat berhubungan logika, hanya
kalimat yang bernilai benar atau salah saja yang digunakan dalam penalaran.
Kalimat tersebut dinamakan proposisi (preposition).

3
Proposisi adalah kalimat deklaratif yang bernilai benar (true) atau salah
(false), tetapi tidak dapat sekaligus keduanya. Kebenaran atau kesalahan dari
sebuah kalimat tersebut nilai kebenarannya (truth value.)
Contoh proposisi :
a. 6 adalah bilangan genap (benar),
b. Soekarno adalah Presiden Indonesia pertama (benar),
c. Ibukota Provinsi Jawa Barat adalah Semarang (salah), Contoh
lainnya misal :
d. Serahkan uangmu sekarang! (bukan proposisi karena merupakan
perintah, tidak mempunyai nilai kebenaran
e. Jam berapa kereta api Argo Bromo tiba di Gambir? (bukan
proposisi karena merupakan kalimat tanya, tidak mempunyai nilai
kebenaran
Proposisi yang menyangkut bilangan bulat cukup banyak dijumpai di
dalam matematika diskrit maupun di dalam buku komputer. Proposisi
tersebut mengaitkan suatu masalah yang dihubungkan dengan bilangan
bulat. Untuk memberikan ilustrasi mengenai proposisi seperti apa yang
dimaksudkan, marilah tinjau dua contoh proposisi sederhana sebagai
berikut.
Di dalam matematika, banyak teorema yang menyatakan bahwa p(n)
benar untuk semua bilangan bulat positif n, yang dalam hal ini p(n) di sebut
juga fungsi proposisi . Contoh pertama, misalkan p(n) adalah proposisi yang
menyatakan : “Jumlah bilangan bulat positif dari 1 sampai n adalah
n(n+1)/2”. Buktikan bahwa p(n) benar!
Kalau kita coba dengan beberapa nilai nilai n, memang timbul dengan
bahwa p(n) benar. Misalnya untuk n = 5, p(5) adalah : jumlah bilangan bulat
positif dari 1 sampai 5 adalah 5(5+1)/2. Terlihat bahwa
1+2+3+4+5= 15 = 5(6)/2
Untuk nilai-nilai n yang lain kita akan dapatkan kesimpulan serupa.
Sayangnya, instansiasi seperti p(5) tidak dapat berlaku sebagai bukti bahwa
p(n) benar untuk seluruh n. kita memang sudah menunjukkan bahwa n = 5

4
berada di dalam himpunan kebenaran p(n). Tetapi, kita tahu bahwa 5
bukanlah satu-satunya bilangan bulat positif.
Karena bilangan bulat positif tidak terhingga banyaknya, kita tentu tidak
mungkin mencoba seluruhnya untuk membktikan p(n) benar. Jadi, kita tidak
dapt menggunkan pendekatan semacam ini untuk membuktikan kebenaran
pernyataan perihal bilangan bulat.
Contoh kedua, kita ingin menemukan rumus jumlah dari n buah bilangan
ganjil positif yang pertama. Misalnya untuk n = 1, 2, 3, 4, 5 kita mengamati
jumlah n bilangan ganjil positif pertama adalah
n=1→1=1
n=2→1+3=4
n=3→1+3+5=9
n = 4 → 1 + 3 + 5 + 7 = 16
n = 5 → 1 + 3 + 5 + 7 + 9 = 25
Dari nilai-nilai penjumlahan itu menduga bahwa jumlah n buah bilangan
ganjil positif pertama adalah n². Kita perlu membuktikan bahwa perkiraan
kita tersebut benar jika memang itu faktanya. Bagaimana cara
membuktikannya dengan induksi matematik?
Contoh-contoh proposisi perihal bilangan bulat yang lainnya misalnya :
a. Setiap bilangan bulat positif n(n ≥ 2) dapat dinyatakan sebagai
perkalian dari (satu atau lebih) bilangan prima.
b. Untuk semua n ≥ 1, n³ + 2n adalah kelipatan 3
c. Untuk membayar biaya pos sebesar n sen dolar (n ≥ 8) selalu
dapat digunakan hanya perangko 3 sen dan 5 sen dolar.
d. Di dalam sebuah pesta, setiap tamu berjabat tangan dengan
tamu lainnya hanya sekali. Jika ada n orang tamu maka jumlah
jabat tangan yang terjadi adalah n(n-1)/2.
e. Banyaknya himpunan bagian yang dapat dibentuk dari sebuah
himpunan yang beranggotakan n elemen adalah 2”.
Proposisi-proposisi semacam diataslah yang dapat dibuktikan dengan
induksi matematika. Mari kita pahami cara pembuktian dengan induksi
matematika, di mulai dengan prinsip induksi sederhana terlebih dahulu.

5
E. Prinsip-Prinsip Induksi Matematika
1. Prinsip Induksi Sederhana
Prinsip induksi sederhana berbunyi seperti berikut :
“Misalkan p(n) adalah proposisi perihal bilangan bulat positif
dan kita ingin membuktikan bahwa p(n) benar untuk semua
bilangan bulat positif n. untuk membuktikan proposisi ini, kita
hanya perlu menunjukkan bahwa :
i. p(1) benar, dan
ii. jika p(n) benar, maka p(n+1) juga benar untuk semua n≥
1.
Sehingga p(n) benar untuk semua bilangan bulat positif n.
Langkah 1 dinamakan basis induksi, Sedangkan langkah 2
dinamakan langkah induksi. Langkah induksi berisi asumsi (andaian)
yang menyatakan bahwa p(n) benar. Asumsi tersebut dinamakan
hipotesis induksi.
Bila kita sudah menunjukkan kedua langkah tersebut benar maka
kita sudah membuktikan bahwa p(n) benar untuk semua bilangan
bulat positif n.
Basis induksi digunakan untuk memperlihatkan bahwa pernyataan
tersebut benar bila n diganti dengan 1, yang merupakan bilangan
bulat positif terkecil. Kemudian kita harus memperlihatkan bahwa
implikasi p(n) → p(n+1) benar untuk setiap bilangan bulat positif.
Untuk membuktikan implikasi tersebut benar untuk setiap bilangan
bulat positif n, kita perlu menunjukkan bahwa p(n+1)tidak mungkin
salah bila p(n) benar. Hal ini di selesaikan dengan cara
memperlihatkan bahwa berdasarkan hipotesis p(n) benar maka
p(n+1) juga harus benar.
Perhatikan bahwa dalam induksi matematik kita tidak dapat
mengasumsikan bahwa p(n) benar untuk semua bilangan bulat positif.
Kita hanya memperlihatkan bahwa jika diasumsikan p(n) benar, maka
p(n+1) juga benar untuk setiap n posotif.

6
Fakta bahwa langkah 1 dan langkah 2 bersama-sama
memperlihatkan p(n) benar untuk semua bilangan bulat positif
adalah jelas secara intuitif.
Dari langkah (1) kita mengetahui bahwa p(1) benar.
Dari langkah (2) kita mengetahui bahwa jika p(1) benar p(2) juga
benar. Tetapi p(1) suudah ditunjukkan benar dan disini p(2) juga
harus benar.
Dari langkah (2) kita juga mengetahui bahwa jika p(2) benar maka
p(3) benar.
Karena kita sudah menunjukkan bahwa p(2) benar, maka p(3) juga
benar, dan seterusnya.
Secara intuitif kita melihat bahwa langkah 1 dan langkah 2
bersama-sama memperlihatkan bahwa p(1), p(2), …, p(n) semuanya
benar.
Pembuktian dengan induksi matematik mirip dapat kita
ilustrasikan dengan fenomena yang dikenal dengan efek domino.
Sejumlah batu domino diletakkan berdiri dengan jarak ruang yang
sama satu sama lain sepertii pada (Gambar 1) .

Untuk merebahkan semua batu domino, kita hanya perlu


mendorong domino 1 ke kanan. Jika domino 1 didorong ke kanan, ia
akan mendorong domino 2, domino 2 mendorong domino 3, begitu
seterusnya sehingga semua batu domino rebah ke kanan.
2. Prinsip Induksi Yang Dirapatkan
Prinsip induksi sederhana digunakan untuk membuktikan
pernyataan p (n) dimana n dimulai dari 1. Prinsip induksi yang
dirapatkan digunakan untuk membuktikan pernayataan p(n) dimana
n tidak harus dimulai dari 1 tetapi berlaku untuk semua bilangan

7
bulat positif. Misalkan p(n) adalah pernyataan. Kita akan dibuktikan
p(n) benar untuk semua bilangan bulat n ≥ n0.
Langkah induksi:
a. Basis p(n0) benar.
b. Induksi: andaikan p(n) benar untuk n > n0
c. Kesimpulan : buktikan bahwa p(n+1) benar.
Jika p(n) benar maka p ( n + 1 ) juga benaruntuk semua
bilangan bulat n ≥ n0
3. Prinsip Induksi Kuat
Menurut Rosen (2012) , induksi matematika kuat merupakan
teknik pembuktian matematika yang serupa dengan induksi
matematika biasa,  yaitu teknik untuk menetapkan kebenaran dari
urut-urutan pernyataan tentang bilangan bulat dan terdiri dari
langkah basis, langkah induktif, dan kesimpulan. Oeh karena itu,
langka basis boleh mengandung pembuktian untuk beberapa nilai
awal, dan pada langkah induktif kebenaran p(n) diasumsikan tidak
hanya satu nilai n tapi untuk semua nilai menuju k,  setelah itu
kebenaran p( k+1) terbukti.
Misalkan p( n ) merupakan  suatu pernyataan definisikan untuk
bilangan bulat n, dan misal a dan b merupakan bilangan bulat tetap
dengan a ≤ b.
Anggap dua peryataan berikut benar :
a. P (a), p (a +1),...., dan p( b) adalah benar ( langkah basis)
b. Untuk setiap bilangan bulat k ≥ b, jika p( i ) benar untuk semua
bilangan bulat i dari a menuju k, maka p( k + 1) adalah benar
( langkah induktif)
Maka peryataan untuk semua bilangan bulat n ≥ a, p( n) adalah
benar.
Anggapan bahwa p(i)  adalah benar untuk semua bilangan bulat
dan menuju k disebut hipotesis induksi. Cara lain untuk menyatakan
hipotesis induksi adalah dengan menjelaskan bahwa p (a ), p ( a + 1),
…,p (k ) semua benar.

8
Ketika menggunakan induksi kuat untuk membuktikan p(n)  benar
untuk semua Bilangan bulat positif n, hipotesis induksinya adalah
mengasumsikan bahwa p(i)  adalah benar untuk i = 1 , 2, …, k.
Artinya, hipotesis induksinya Memuat semua pernyataan k, p(1), p
( 2) ,...,p(k ).karena hal ini dapat menggunakan semua pernyataan k,
p(1), p( 2), …, p(k) untuk membuktikan p(k + 1), dibandingkan hanya
pernyataan p(k) sebagai suatu pembuktian induksi matematika,
induksi kuat merupakan teknik induksi yang lebih fleksibel.  Karena
hal ini, beberapa ahli matematika selalu menggunakan induksi kuat
dibandingkan induksi matematika, bahkan ketika pembuktian dengan
induksi matematika mudah dicari.
Induksi matematika dengan induksi kuat adalah ekuivalen. 
Artinya,masing-masing dapat ditunjuk menjadi teknik pembuktian
yang sah. secara khusus, setiap pembuktian menggunakan induksi
matematika juga dapat dianggap sebagai pembuktian dengan induksi
kuat secara hipotesis induksi pada induksi matematika merupakan
bagian dari hipotesis induksi pada induksi kuat. Artinya, Jika dapat
menyelesaikan langkah induktif pada Suatu pembuktian  yang
menggunakan induksi matematika dengan menunjukan bahwa p(k +
1) mengikuti p (k) untuk setiap bilangan bulat positif k benar, maka
mengikuti juga bahwa suatu k – 1 pernyataan p(1), p ( 2) ,...,p(k ),
karena hal ini di asumsikan bahwa tidak hanya p (k) benar, namun
melainkan juga bahwa suatu k – 1 peryataan p(1), p ( 2) ,...,p(k- 1 )
adalah benar. Oleh karena itu, sangat aneh untuk mengubah suatu
pembuktian dengan induksi kuat ke dalam suatu pembuktian dengan
prinsip matematika induksi.
Induksi kuat kadang disebut dengan prinsip kedua pada induksi
matematika atau induksi lengkap. Apabila terdapat pula induksi tidak
lengkap yang kadang disebut dengan prinsip induksi matematika. Dan
disini kami juga mempunyai penjelasan lain tentang prinsip induksi
kuat, kadang- kadang versi induksi yang lebih kuat diperlukan untuk

9
membuktikan pernyataan mengenai bilangan bulat. Versi induksi yang
lebih kuat ialah sebagai berikut:
Misalkan p(n) adalah peryataan perihal bilangan bulat dan kita
ingin membuktikan bahwa p(n) benar untuk semua bilangan bulat n
≥ n0 . Untuk membuktikan ini, kita hanya perlu menunjukan bahwa:
Langkah induksi:
a. p(n0) benar.
b. Jika p(n0 ), p¿ ¿), + 1), . . . , p(n) benar, maka p(n + 1) juga
benar untuk setiap bilangan bulat n ≥ n0
Sehingga p (n) benar untuk semua bilangan bulat n ≥ n0.
Catatlah bahwa versi induksi yang lebih kuat ini mirip dengan
induksi sederhana, kecuali bahwa pada langkah 2 kita mengambil
hipotesis induksi yang lebih kuat bahwa semua peryataan p(1), ), p
(2), …, p(n) adalah benar dari pada hipotesis yang menyatakan bahwa
p(n) benar (pada induksi sederhana). Prinsip induksi kuat
memungkinkan kita mencapai kesimpulan yang sama meskipun
memberlakukan andaikkan yang lebih banyak.

F. Bentuk Induksi secara umum


Adalah mungkin membut bentuk umum metode induksi sehinga ia dapat
diterapkan tidak hanya untuk pembuktian proposisi yang menyngkut
himpunan bilangan bula positif, tetapi juga pembuktian yang menyangkut
himpunan obyek yang lbih umum. Syaratnya, himpunan oyek tersebut harus
memunyai keterurutan dan mempunyai elemen terkecil.
DEFINISI 4.1 Relasi biner “<”pada himpunan X dikatakan terurut
engan baik (atau himpunan X dikatakan terurut dengan baik dengan
“<”) bila memiliki property berikut :
(i) Diberikan x , y , z ∈ X , jika x < y dan y < z.
(ii) Diberikan x , y ∈ X. Salah satu dari kemungkinan ini benar: x <
y atau y < x atau x = y.
(iii) Jika A adalah himpunan x ≤ y untuk semua y ∈ A. Dengan kata
lain, setiap himpunan bagian tidak kosong dari X mengandung

10
“elemen terkecil”.
Himpunan bilangan riil tak negative tidak terurut dengan baik oleh relasi
“<”. Himpunan ini mempunyai property (i) dan (ii) tetapi tidak (iii). Sebagai
contoh, Himpunan semua bilangan riil yang lebih besar dari 1, yaiu
{ x|x adalah bilnganriil da x >1 }, tidak mengandung elemen terkecil.
Himpunan pasangan terurut bilangan bulat negative terurut dengan baik
oleh relasi “<”, dengan kata lain “<” didefinisikan oleh (n1 , n2 ) (n3 < n4 ) jika
dan hanya jika (n1 < n3) atau (n1 =n3 dan n2 <n4 ). Properti (i), (ii), dan (iii)
dimiliki oleh himpunan ini.
Bentuk induksi secara umum dapat dituliskan sebagai berikut :
Misalkan X terurut dengan baik oleh “<”, dan p(x) adalah pernyataan perihal
e;emen x dari X. Kita ingin membuktikan bahwa p(x) benar untuk semua
x ∈ X. Untuk membuktikan ini, kita hanya perlu menunjukan bahwa :
a. p(x ¿¿ o) ¿ benar, yang dalam hal ini x o adalah elemen terkecil
didalam X,dan
b. Jika p( y ) benar untuk y < x, maka p(x ) juga benar untuk setiap
x > x o didalam X.
Sehingga p(x ) benar untuk semua x ∈ X.

G. Penerapan Induksi Matematika Pada Kehidupan Sehari-hari


1. Penerapan induksi matematika dalam atm multi pecahan uang
a. Konsep ATM Secara Umum di Indonesia
ATM, pada umumnya, hanya memiliki satu jenis nominal uang.
Logikanya ialah sebuah ATM hanya memiliki satu cartridge uang,
yang hanya dapat diisi oleh sebuah nominal (entah itu Rp 20.000,-,
Rp 50.000,-, maupun Rp 100.000,-). Nah, pengolahan berapa jumlah
uang yang dikeluarkan tidak secara langsung dihitung dari jumlah
nominal uang yang ditarik, tapi dikonversikan dahulu, pecahan
uang yang tersedia pada cartridge harus dikeluarkan sebanyak
berapa lembar agar uang yang ingin ditarik pelanggan tercukupi 4.
Misal pelanggan ingin menarik uang sebanyak Rp 200.000,-. Maka
ada tiga kemungkinan :

11
1) Jika ATM tersebut berisi uang pecahan Rp 20.000,-, maka
cartridge penyimpan uang akan diperintahkan menghitung dan
mengeluarkan sebanyak 10 lembar.
2) Jika ATM tersebut berisi uang pecahan Rp 50.000,-, maka
cartridge penyimpanan uang akan diperintahkan menghitung
dan mengeluarkan sebanyak 4 lembar.
3) Jika ATM tersebut berisi uang pecahan Rp 100.000,-, maka
cartridge penyimpanan uang akan diperintahkan untuk
menghitung dan mengeluarkan uang sebanyak 2 lembar.
Terdapat beberapa kelemahan dalam ATM yang memiliki sistem
seperti ini, antara lain : Pelanggan ingin menarik uang yang tidak
genap (misal ingin menarik uang sebesar Rp 70.000,- ).
Pada kenyataannya, masalah ini memang sudah ditanggulangi
dengan mengeluarkan pernyataan “Mesin ini hanya mengeluarkan
uang dalam pecahan kelipatan Rp 20.000,- (atau Rp 50.000,- atau
Rp 100.000,-). Masyarakat juga telah memaklumi keadaan ini.
Namun, apakah tidak jauh lebih mudah jika dapat dilakukan
penarikan tunai dengan nominal yang tidak genap seperti itu? Apa
sebenarnya keistimewaan cara berpikir ATM Multi Pecahan Uang?
b. Induksi Matematika Dapat Diterapkan pada ATM Multi Nominal
Penerapan Induksi Matematik dalam ATM Multi Nominal yakni
dengan penggunaan Prinsip Induksi yang Dirampatkan (prinsip
pertama) pada proses penghitungan uang yang akan dikeluarkan
dari cartrige penyimpanan uang. Ada beberapa ketentuan dalam
pengambilan uang pada ATM Multi Nominal ini.
Ketentuan tersebut antara lain :
 jumlah minimal penarikan
 jumlah kelipatan penarikan dari jumlah minimalnya
 pecahan uang berapa yang ada di ATM tersebut
Jadi, bagaimana cara perhitungannya?
Ambil sebuah contoh, dalam satu ATM terdapat pecahan uang Rp
20.000,- dan Rp 50.000,-. Berapakah jumlah kelipatan penarikan

12
dengan jumlah minimal yang dapat diambil pelanggan melalui ATM
tersebut adalah Rp 40.000,-?
Penyelesaian :
1) Tunjukkan bahwa f(n0) benar (berlaku)
Basis induksi : Untuk mengeluarkan uang dengan jumlah Rp
40.000,- dapat digunakan 2 lembar uang Rp 20.000,-. f(n0) jelas
benar (berlaku) !!
2) Jika f(n) benar (berlaku) maka tunjukkan f(n+k) juga benar
(berlaku) untuk semua bilangan bulat n ≥ n0. (k ialah kelipatan
pengambilan uang di ATM)
Langkah induksi. Jika f(n) benar, yaitu untuk mengeluarkan uang
dengan jumlah Rp 40.000 dapat digunakan e lembar uang Rp
20.000,- (hipotesis induksi). Kita harus menunjukkan bahwa
f(n+k) juga benar, yaitu untuk mengeluarkan uang sebesar n+k
juga dapat menggunakan pecahan uang Rp 20.000,- dan/atau Rp
50.000,-.
Ada dua kemungkinan yang perlu diperiksa:
a) Kemungkinan pertama, misalkan tidak ada uang pecahan Rp
50.000,- yang dikeluarkan, maka uang yang dikeluarkan senilai
Rp n,- menggunakan pecahan Rp 20.000,- semuanya. Karena n ≥
Rp 40.000,-, setidaknya harus digunakan dua lembar pecahan Rp
20.000,-. Dengan mengganti dua lembar uang Rp 20.000,-
dengan selembar uang Rp 50.000, akan menjadikan uang yang
dikeluarkan ATM sebesar Rp n+k,- dengan k senilai Rp 10.000,-
b) Kemungkinan kedua, misalkan ATM mengeluarkan uang senilai
Rp n,- dengan sedikitnya satu lembar pecahan Rp 50.000,-.
Dengan mengganti satu lembar pecahan Rp 50.000,- dengan tiga
lembar uang pecahan Rp 20.000,-, akan menjadikan uang yang
dikeluarkan ATM sebesar Rp n+k,- dengan k senilai Rp 10.000,-
Dari penjelasan di atas,, dapat diketahui bahwa nilai k
(kelipatan) uang yang dapat diambil dari ATM tersebut, dengan

13
minimal jumlah pengambilan sebesar Rp 40.000,-, ialah sebesar
Rp 10.000,
Jadi kira-kira seperti itulah konsep pemikiran ATM yang memiliki
dua jenis pecahan uang. Mudah bukan? Hanya saja untuk
implementasi pada mesin penghitungnya, harus diubah dahulu dalam
suatu bahasa pemrograman baru diterapkan pada hardware yang ada
di ATM
2. Penerapan Pada Anak Tangga
Dalam penerapan kehidupan sehari-hari titik salah satunya yaitu
anak tangga. Dalam prinsip induksi kuat dapat dijelaskan bahwa
seseorang dapat mencapai semua anak tangga apabila:
a) Dapat mencapai anak tangga pertama
b) untuk bilangan bulat k, jika seseorang dapat mencapai semua
anak tangga pertama, maka seseorang tersebut mencapai anak
tangga ke (k +  1 ).
Hal ini dapat dijelaskan bahwa p(n) merupakan pernyataan bahwa
seseorang dapat mencapai anak tangga ke-n pada suatu tangga,
Dengan induksi matematika dapat diketahui bahwa p( n)   adalah
bilangan bulat positif n. Karena peryataan (i) mengatakan bahwa p (1)
adalah benar, maka langkah basisterselesaikan dan karena peryataan
(ii) mengatakan bahwa jika p(1), p( 2), …, p(k) maka p (k + 1), maka
langkah induktif terselesaikan. Berikut ini merupakan bentuk soal
beserta pembahasan mengenai anak tangga dengan induksi kuat.

H. Contoh Soal dan Pembahasan


Contoh 1
Tunjukkan bahwa untuk n ≥ 1, 1 +2 + 3 + …+ n = n (n+1) / 2 melalui
induksi matematika
Penyelesaian :
Andaikan bahwa p(n) menyatakan proposisi bahwa untuk n ≥ 1, jumlah n
bilangan bulat positif pertama adalah n (n+1) /2 , yaitu 1 + 2 + 3 + … + n =

14
n (n+1) / 2. Kita harus membktikan kebenarn proposisi ini dengan dua
langkah induksi sebagai berikut :
(i) Basis induksi : p(1) benar, karena untuk n = 1 kita peroleh
1= 1 (1+1) / 2
= 1 (2) /2
= 2/2
=1
(ii) Langkah induksi : misalka p(n) benar, yaitu mengasumsikan bahwa
1 + 2+ 3 … + n = n(n+1)/2
Adalah benar (hipotesis induksi).
Kita harus memperlihatkan bahwa p(n+1) juga benar, yaitu
1 + 2 + 3 … + n + (n + 1) = (n+1) [(n+1) + 1]/2
Untuk membuktikan ini, tunjukan bahwa
1 + 2 + 3 … + n + (n + 1) = (1 + 2 + 3 + … + n) + ( n+1 )
= [n (n+1)/2 ]+ (n + 1)
= [ (n² + n)/2 ]+ (n+ 1)
= [(n² + n)/2 ]+ [ (2n + 2)/2 ]
= (n² + 3n + 2)/2
= (n+1) (n+2)/2
= (n+1) [(n+1) + 1]/2
Karena langkah (i) dan (ii) telah di buktikan benar, maka untuk semua
bilangan bulat positif n, terbukti bahwa untuk semua n ≥ 1, 1 + 2 + 3+ … +
n = n(n+1) /2.

Contoh 2
Gunakan induksi matematika untuk membuktikan rumus
Sn = 1 + 3 + 5 + 7 + … + (2n-1)
= n2
untuk semua bilangan bulat n ≥ 1.
Pembahasan :
Induksi matematika terdiri dari dua bagian yang berbeda.

15
1. Pertama, kita harus menunjukkan bahwa rumus tersebut benar
ketika n = 1. Ketika n = 1, rumus tersebut benar, karena
S₁ = 1
=1²
2. Bagian kedua induksi matematika memiliki dua langkah. Langkah
pertama adalah menganggap bahwa rumus tersebut benar untuk
sebarang bilangan bulat k. Langkah kedua adalah menggunakan
anggapan ini untuk membuktikan bahwa rumus tersebut benar untuk
bilangan bulat selanjutnya, k + 1. Anggap bahwa rumus :
SK = 1 + 3 + 5 + 7 + … + (2k – 1)
= k²
Bernilai benar, kita harus menunjukkan bahwa rumus S k + 1 = (k + 1)²
benar.
SK+1 = 1 + 3 + 5 + 7 + … + (2k-1) + [2(k+1)-1] SK+1) = SK + ak+1
= [ 1 + 3 + 5 + 7 + … + (2k-1) + (2k+2-1)
= Sk + 2k + 1
= k2 + 2k + 1
= (k+1)2
(Kelompok suku-suku untuk membentuk Sk, Substitusi Sk dengan k2)
Dengan menggabungkan hasil pada langkah (1) dan (2), kita dapat
menyimpulkan dengan induksi matematika bahwa rumus tersebut benar
untuk semua bilangan bulat n ≥ 1
Contoh 3
Gunakan induksi matematik untuk membuktikan bahwa jumlah n buah
bilangan ganjil positif pertama adalah n².
Penyelesaian:
(i) Basis induksi : Untuk n = 1, jumlah satu buah bilangan ganjil positif
pertama adalah 12 = 1. Ini benar karena jumlah satu buah bilangan
ganjil positif pertama adalah 1.
(ii) Langkah induksi : Andaikan p(n) benar, yaitu pernyataan 1 + 3 + 5 +
… + (2n – 1) = n² adalah benar (hipotesis induksi) [catatlah bahwa
bilangan ganjil positif ke-n adalah (2n – 1)].

16
Kita harus memperlihatkan bahwa p(n +1) juga benar, yaitu
1 + 3 + 5 + … + (2n – 1) + (2n + 1) = (n + 1)².
Hal ini dapat kita tunjukkan sebagai berikut:
1 + 3 + 5 + … + (2n – 1) + (2n + 1) = [1 + 3 + 5 + … + (2n –
1)] + (2n + 1)
= n² + (2n + 1)
= n² + 2n + 1
= (n + 1)²
Karena langkah basis dan langkah induksi keduanya telah diperlihatkan
benar, maka jumlah n buah bilangan ganjil positif pertama adalah n².
Contoh 4
Untuk semua n≥1 dengan induksi matematik bahwa n3 + 2n adalah
kelipatan 3.
Penyelesaian:
(i) Basis induksi: Untuk n = 1, maka 1³ + 2(1) = 3 adalah kelipatan 3.
jadi p(1) benar.
(ii) Langkah induksi: Misalkan p(n) benar, yaitu proposisi n³ + 2n adalah
kelipatan 3
Di asumsikan benar (hipotesis induksi).
Kita harus memperlihatkan bahwa p(n + 1) juga benar, yaitu
(n + 1)³ + 2(n + 1) adalah kelipatan 3
Hal ini dapat kita tunjukkan sebagai berikut:
(n + 1)³ + 2(n + 1) = (n³ + 3n² + 3n + 1) + (2n + 2)
= (n³ + 2n) + 3n² + 3n + 3
= (n³ + 2n) + 3(n² + n + 1)
Karena (n3 + 2n) adalah kelipatan 3 (dari hipotesis induksi) dan 3(n² + n
+ 1) juga kelipatan 3, maka (n³ + 2n) + 3(n² + n + 1) adalah jumlah dua
buah bilangan kelipatan 3; sehingga (n³ + 2n) + 3(n² + n + 1) juga kelipatan
3. Jadi, untuk n≥1, n³ + 2n adalah kelipatan 3.
Karena langkah (i) dan (ii) sudah diperlihatkan benar , maka terbukti
bahwa untuk semua n≥1, n³+ 2n adalah kelipatan 3.
Contoh 5

17
Tunjukkan bahwa untuk semua bilangan bulat positif:
2º+2¹+2²+…+2n=2n+ 1-1
Jawab:
 Basis induksi:
Untuk n = 0 ⇔ 2º =2° +1= -1
1=2-1
1 =1 benar
 Hipotesa Induksi
Andaikan untuk n ≥ 0, 2º + 2¹+ 2²+…+2n=2n+ 1-1 adalah benar.
Akan dibuktikan untuk p(n+1) : 2º + 2¹+ 2²+…+2n=2n+ 1-1=2n+ ²– 1
Bukti:
2º + 2¹+ 2²+…+2n =2n+ 1 = (2n+ 1– 1) + 2n+ 1
= (2n+ 1+2n+ 1) – 1
= 2.2n+ 1– 1
=2n+ ²– 1 (terbukti)
2º + 2¹+ 2²+…+2n=2n+ 1-1, untuk semua bilangan bulat nonnegatif.
Contoh 6
Tunjukan bahwa n² ≥ 2n + 1 , untuk n≥4
Jawab:
 Basis Induksi
Untuk n = 4 ⇒ 4² ≥ 2.4 + 1
16 ≥ 9 (benar)
 Hipotesa Induksi Andaikan benar bahwa n² ≥ 2n + 1 untuk n≥4.
 Akan dibuktikan bahwa (n+1)² ≥ 2(n+1) + 1
Bukti:
(n+1)² = n² + 2n + 1 ≥ (2n + 1) + 2n + 1= (2n + 2) + 2n
= 2 (n+1) + 2n
Karena untuk n ≥ 4, 2n ≥ 1, maka 2(n+1) + 2n ≥ 2(n+1) + 1
jadi, (n+1) ≥ 2(n+1) +1(terbukti)
Contoh 7 

18
Buktikan pernyataan “Untuk membayar biaya pos sebesar n sen (n ≥ 8)
selalu dapat digunakan hanya perangko 3 sen dan perangko 5 sen” benar.
Penyelesaian:
(i) Basis induksi. Untuk membayar biaya pos 8 sen dapat digunakan 1
buah perangko 3 sen dan 1 buah perangka 5 sen saja. Ini jelas benar.
(ii) Langkah induksi. Andaikan bahwa untuk membayar biaya pos
sebesar n (n >= 8) sen dapat digunakan perangko 3 sen dan 5 sen
(hipotesis induksi). Kita harus menunjukkan bahwa untuk membayar
biaya pos sebesar n + 1 sen juga dapat menggunakan perangko 3 sen
dan perangko 5 sen. Ada dua kemungkinan yang perlu diperiksa:
(i) Kemungkinan pertama, misalkan kita membayar biaya pos
senilai n sen dengan sedikitnya satu perangko 5 sen. Dengan
mengganti satu buah perangko 5 sen dengan dua buah perangko 3
sen, akan diperoleh susunan perangko senilai n + 1 sen.
(ii) Kemungkinan kedua, jika tidak ada perangko 5 sen yang
digunakan, biaya pos senilai n sen menggunakan perangko 3 sen
semuanya. Karena n >= 8, setidaknya harus digunakan tiga buah
perangko 3 sen. Dengan mengganti tiga buah perangko 3 sen
dengan 2 buah perangko 5 sen, akan dihasilkan nilai perangko n +
1 sen.            
Karena langkah (i) dan (ii) sudah ditunjukkan benar, maka peryataan “
untuk membayar biaya pos sebesar n sen (n ≥ 8) selalu dapat digunakan
hanya perangko 3 sen dan perangko 5 sen “ terbukti benar.                             
Contoh 8
Buktikan dengan induksi matematika bahwa 3n < n ! untuk n bilangan
bulat positif yang lebih besar dari 6.
Penyelesaian:
Misalkan p(n) adalah proposisi bahwa 3n < n ! untuk bilangan bulat positif
yang lebih besar dari 6.
(i) Basis induksi : p(7) benar, karena 37 < 7! Sebab 37 = 2187 dan 7!
=5040

19
(ii) Basis induksi : misalkan bahwa p(n) benar, yaitu asumsikan bahwa
3n < n ! adalah benar. Kita harus menunjukan bahwa p(n + 1) juga
benar, yaitu 3n +1 < (n + 1) !. hal ini ditunjjukan sebagai berikut:
3n +1 < (n + 1) !
3.3n < (n + 1). n !
3n .3/ (n + 1) ¿ n !
Menurut hipotesis induksi 3n < n !, sedangkan untuk n > 6, nilai 3/ (n+1)
< 1, sehingga 3/ (n+1) akan memperkecil nilai diruad kiri persamaa. Efek
nettonya 3n 3/ (n+1) < n! Jelas benar.
Karena langkah (i) dan (ii) sudah ditunjjukan benar, maka terbukti bahwa
3n < n ! untuk bilangan bulat positif lebih besar dari 6.
Contoh 9
Buktikan dengan induksi matematika bahwa pada sebuah himpunan
beraggotakan n elemen, banyaknya himpunan bagian yang dapat dibentuk
dari himpunan tersebut adalah 2n.
Penyelesaian:
Misalkan p(n) adalah proposisi bahwa sebuah himpunan beranggotakan n
elemen, banyaknya himpunan bagian yang dapat dibentuk dari himpunan
tersebut adalah 2n.
(i) Basis induksi: p(0) benar, karena untuk n = 0 (himpunan kosong )
himpunan kosong hanya mempunyai 20 = 1 himpunan bagian,
yaitu himpunan kosong sendiri.
(ii) Langkah induksi: andaikan bahwa p(n) adalah benar, yaitu
asumsikan “ banyaknya himpunan bagian dari suatu himpunan
yang beranggotakan n elemen adalah 2n“ adalah benar. Kita harus
menunjukan bahwa p (n = 1) benar, yaitu himpunan bagian dari
himpunan yang beranggotakan n + 1 elemen adalah 2n+ 1. Hal ini
ditunjukkan sebagai berikut. Misalkan elemen ke-n + 1 adalah a.
Tinjau masing- masing dari 2n buah himpunan bagian yang sudah
terbentuk. Untuk setiap himpunan bagian, buatlah himpunan baru
yang anggotannya adalah seluruh anggota himpunan bagian

20
tersebut ditambah dengan tambahan satu elemen a, karena ada 2n
buah himpunan bagian semula, maka juga akan terdapat 2n
himpunan bagian tambahan . jumlah himpunan bagian seluruhnya
adalah 2n +2n=2. 2n=2n+1.
Karena langkah (i) dan (ii) sudah diperlihatkan benar, maka terbukti
banyaknya himpunan bagian yang dapat dibentuk dari sebuah himpunan
beranggotakan n elemen adalah 2n .
Contoh 10
Anggaplah seseorang dapat mencapai anak tangga pertama dan kedua
pada suatu tangga tak terbatas, dan seseorang tersebut tahu bahwa jika
seseorang dapat mencapai suatu anak tangga maka seseorang tersebut dapat
mencapai 2 anak tangga cutnya, Dapatkah hal tersebut dibuktikan bahwa
seseorang dapat mencapai Setiap anak tangga menggunakan prinsip induksi
matematika? Dapatkah hal tersebut dibuktikan bahwa seseorang dapat
mencapai Setiap anak tangga menggunakan prinsip induksi kuat?
Pembahasan
Dengan menggunakan prinsip induksi matematika, maka langkah-langkah
untuk menghasilkan suatu pembuktian yaitu:
1) Langkah basis: Seseorang dapat mencapai anak tangga pertama.
2) Langkah induktif: Hipotesis induktifnya ialah sebuah pernyataan
bahwa seseorang dapat mencapai anak tangga ke-k pada sebuah
tangga. untuk melengkapi langkah induktif, diperlukan menunjukkan
Bahwa hal tersebut diasumsikan pada hipotesis induktif untuk
bilangan positif k jika diasumsikan bahwa seseorang dapat mencapai
anak tangga ke-k pada sebuah tangga, maka dapat ditunjukkan bahwa
seseorang dapat mencapai anak tangga ke- (k+1) Pada sebuah tangga
titik oleh karena itu, tidak ada langkah yang jelas untuk melengkapi
langkah induktif ini karena tidak diketahui dari informasi yang
didapat bahwa seseorang dapat mencapai anak tangga ke-k (k + 
1)dari anak tangga ke-k. Dalam hal ini hanya dapat diketahui bahwa
jika seseorang mencapai suatu anak tangga seseorang dapat mencapai
2 anak tangga Lebih tinggi.

21
Dengan menggunakan prinsip induksi kuat maka langkah-langkah untuk
menghasilkan suatu pembuktian yaitu:
1) Langkah basis: Seseorang dapat mencapai anak tangga pertama
2) langkah induktif: Hipotesis induktif menyatakan bahwa seseorang
dapat mencapai masing-masing anak tangga pertama. untuk
menyelesaikan langkah induktif, perlu ditunjukkan bahwa jika hal
tersebut diasumsikan bahwa hipotesis induktif adalah benar, artinya
jika seseorang dapat mencapai masing-masing k anak tangga pertama,
maka seseorang dapat mencapai anak tangga ke- (k + 1). Telah
diketahui bahwa seseorang dapat mencapai anak tangga kedua. Hal
tersebut dapat melengkapi langkah induktif dengan mecatat bahwa
sepanjang k ≥ 2, seorang dapat mencapai anak tangga ke- (k + 1+
dari anak tangga ke- (k-) karena diketahui seseorang dapat
memanjatdua anak tangga dari suatu tangga yang dicapainya, dan
karena k – 1 ≤ k, dengan hipotesis induktif seseorang dapat mencapai
anak tangga ke-( k - 1). Hal ini langkah induktif sudah lengkap dan
pembuktian dengan prinsip induksi kuat terselesaikan.
Contoh 11
Didefinisikan sebuah barisan U 0 , U 1,U 2,.... dengan U 0 =0, U 1=4 , U k =
6 U K−1 =5 U K−2 untuk semua bilangan bulat k ≥ 2, untuk masing-masing
bilangan bulat n ≥ 0, suku ke-n dari barisan tersebut memiliki nilai yang
sama dengan rumus 5n – 1. Dengan kata lain, dikatakan bahwa semua suku
pada barisan itu menuhi persamaan U n=¿ 5 ¿ – 1. Buktikan peryataan terebut
n

benar?
Pembahasan
Cara menggunakan prinsip induksi kuat untuk menunjukkan bahwa setiap
suku pada suatu barisan memenuhi persamaan tersebut maka basis harus
ditunjukkan bahwa suhu kedua pertama memenuhi persamaan tersebut. hal
ini sangat penting karena Sesuai dengan definisi barisan bahwa untuk
menghitung suku selanjutnya diperlukan dua suku sebelumnya yang telah
diketahui.Jadi, jika langkah basis hanya menunjukkan suku pertama yang

22
memenuhi persamaan tersebut, maka tidak mungkin menggunakan
menggunakan langkah induktif untuk menyimpulkan bahwa suku kedua
memenuhi persamaan tersebut. Anggaplah pada langkah induktif dipilih
sembarang bilangan positif k ≥ 1, semua suku pada barisan U 0 hingga U k
memenuhi persamaan yang diberikan dan selanjutnya dapat disimpulkan
bahwa U k +1 juga harus memuhi persamaan tersebut.
Misalkan sebuah barisan U 0 , U 1,U 2,.... dengan U 0 =0, U 1=4 , U k = 6 U K−1 =
5 U K−2 untuk semua bilangan bulat k ≥ 2, dan misalkan sebuah properti p(n)
merupakan suatu rumus U n = 5n – 1. Dibuktikan untuk semua bilangan bulat
positif n ≥ 0, p(n) adalah benar.
1) Langkah basis: untuk membuktikan p(0) dan p(1), harus ditunjukkan
bahwa p(0) =U 0 = 5o - 1. Namun, berdasarkan definisi pada U 0 , U 1,U 2
,.... bahwa U 0 =0, U 1=4 , karena p(0) = U 0 = 5o - 1 = 1 – 1 = 0 dan p(1)
=U 1 = 51 – 1 = 5 -1 =4, maka nilai pada U 0 dan U 1 sesuai dengan nilai
pada rumus yang diberikan.
2) Langkah deduktif : Misalkan kmerupakan bilangan bulat dengan k ≥ 1
dan anggap bahwa hipotesis induktifnya U i =5i -1 untuk semua
bilangan bulat i dengan 0 ≤ i ≤ k. Harus dibuktikan bahwa p( k+ 1) =
U k +1 = 5k +1 – 1. Namun karena k ≥ 1, didapat bahwa k+ 1 ≥ 2.
Sehingga
U k +1 = 6 U k - 5 U k−1
= 6( 5k -1 ) – 5 (5k−1 – 1)
= 6.5k – 6 - 5k + 5
= ( 6- 1) 5k – 1
= 5. 5k – 1
= 5k ∓ 1 – 1
Karena langkah basis dan langkah induktif telah dibuktikan dan
menghasilkan benar, dapat disimpulkan bahwa peryataan yang diberikan
tersebut adalah benar.
Contoh 12

23
Bilangan bulat positif disebut Prima jika dan hanya jika bilangan bulat
tersebut habis dibagi dengan 1 dan dirinya sendiri titik kita ingin
membuktikan bahwa setiap bilangan bulat positif n(n  ≥ 2) dapat
dinyatakan sebagai perkalian dari (satu atau lebih )Bilangan prima. buktikan
dengan prinsip induksi kuat:
 Penyelesaian:
Misalkan p(n) adalah proposisi bahwa setiap bilangan bulat positif n (n
≥2) Dapat dinyatakan sebagai perkalian dari ( satu atau lebih) bilangan
prima .
(i) Basis induksi: p(2) benar karena 2 sendiri adalah bilangan prima dan
disini 2 dapat dinyatakan sebagai perkalian dari satu buah bilangan
prima, yaitu dirinya sendiri.
(ii) Langkah induksi titik misalkan P(n) benar yaitu diasumsikan bahwa
bilangan 2, 3,..., n dapat dinyatakan sebagai perkalian (satu atau
lebih) bilangan prima (hipotesis induksi). kita perlu menunjukkan
bahwa p(n + 1) benar yaitu n + 1 juga dapat dinyatakan sebagai
perkalian bilangan prima. hal ini ditunjukkan sebagai berikut: jika n
+ 1 sendiri bilangan prima maka jelas ia dapat dinyatakan sebagai
perkalian satu atau lebih bilangan prima. jika n + 1 bukan bilangan
prima, Maka terdapat bilangan bulat positif a yang membagi habis n
+ 1 tanpa sisa. dengan kata lain:
(n +1)/ a = b atau (n + 1)= ab
Yang dalam hal ini,2 ≤ a ≤ b ≤ n.Menurut hipotesis induksi, a dan b dapat
dinyatakan sebagai perkalian satu atau lebih bilangan prima. ini berarti n + 1
jelas dapat dinyatakan sebagai perkalian bilangan prima maka n + 1 = ab
Karena langkah (i) dan (ii)  sudah ditunjukkan benar, maka terbukti
bahwa setiap bilangan bulat positif n (n ≥2) dapat dinyatakan sebagai
perkalian dari (satu atau lebih) bilangan prima. catatlah bahwa pernyataan
di atas lebih tepat dibuktikan dengan prinsip induksi kuat daripada dengan
prinsip induksi sederhana.kita tahu bahwa a dan b keduanya ≤ n, karena itu
untuk dapat menerapkan hipotesis induksi terhadap keduanya, kita perlu
mengetahui bahwa tiap bilangan bulat positif 2, 3,...,n dapat dinyatakan

24
sebagai perkalian bilangan prima. mengandaikan bahwa hendaknya
dinyatakan sebagai perkalian bilangan prima saja tidaklah cukup.
Contoh 13
Diketahui n3 + (n+1)3 + (n+2)3  habis dibagi 9  dan n bilangan Asli
Pembuktian:
n³ + (n+1)³ + (n+2)³ habis dibagi 9 untuk n bulat positif.
Berarti n paling kecil = 1
untuk n = 1, maka
1³ + 2³ + 3³ = 1 + 8 + 27 = 36 <== habis dibagi 9
Misalkan benar untuk n = k
Maka benar bahwa
k³ + (k+1)³ + (k+2)³ habis dibagi 9
Hendak dibuktikan bahwa benar untuk n= k+1 yaitu hendak dibuktikan
bahwa
(k+1)³ + (k+2)³ + (k+3)³ habis dibagi 9
(k+3)³ = k³ + 3k².3 + 3k.3² + 3³
=k³ + 9k² + 27k + 27
jadi
(k+1)³ + (k+2)³ + (k+3)³= (k+1)³ + (k+2)³ + k³ + 9k² + 27k + 27
atur ulang urutannya
= k³ + (k+1)³ + (k+2)³ + 9k² + 27k + 27
Tetapi k³ + (k+1)³ + (k+2)³ habis dibagi 9 dan masing-masing suku dari
9k² + 27k + 27 juga habis dibagi 9.
Jadi terbukti bahwa (k+1)³ + (k+2)³ + (k+3)³ habis dibagi 9.

Contoh 14
Buktikan dengan induksi matematika bahwa
n(n+1)
Pn:1+2+3+⋯+n=n(n+1)2Pn:1+2+3+⋯+n=
2

25
Bernilai benar untuk setiap n bilangan asli.
Penyelesaian :
Basis Induksi
Diberikan
n(n+1)
Pn:1+2+3+⋯+n=n(n+1)2Pn:1+2+3+⋯+n=
2
Ambil n=1, diperoleh
1(1+1)
P1 :1=
2
Persamaan diatas bernilai benar, sehingga untuk n=1, pernyataan yang
akan dibuktikan diatas BENAR. Basis induksi selesai.
Langkah Induksi :
Misalkan
k (k +1)
Pk :1+ 2+ 3+…+ k=
2
Asumsikan pernyatan diatas bernilai benar. Akan ditunjukan bahwa Pk +1
juga benar.
Sekarang perhatikan bahwa
(k +1)(k + 2)
Pk +1 :1+2+3+…+ k + ( k +1 )=
2
Dalam hal ini, akan ditunjukan bahwa ruas kiri sama dengan ruas kanan
sebagai berikut.
k (k+ 1) 2( k +1)
1+2+3+…+k+(k+1) = +
2 2
(k + 1)(k +2)
=
2
Dari sini, disimpulkan bahwa kebenaran Pk mengimplikasikan kebenaran
Pk +1sehingga berdasarkan prinsip induksi Matematis, pernyataan Pnbenar
untuk n ∈ N .

Contoh 15
Buktikan bahwa 2 + 4 + 6 + 2n = n2 +n

26
Untuk n bilangan asli.
Penyelesaian :
Basis Induksi :
Misalkan
Pn :2+ 4+ 6+…+ 2n=n2 +n
Ambil n =1, iperoleh
P1 : 2=12+ 1
Persamaan diatas bernilai benar, sehingga untuk n = 1, pernyataan yang
akan dibuktikan diatas BENAR. Basis induksi selesai.
Langkah Induksi :
Misalkan
2
Pk :2+4 +6+…+ 2 k=k + k
Asumsikan pernyataan diatas bernilai benar. Akan ditunjukkan bahwa
Pk +1 juga benar.
Sekarang, perhatikan bahwa
Pk +1 :2+ 4+6+ …+2 k +2 ( k +1 )=( k +1 )2+(k +1)
Dalam hal ini, akan ditunjukkan bahwa ruas kiri sama dengan ruas kanan.
2+ 4+6+ …+2 k +2 ( k +! )=( K 2 +k ) + ( 2k + 2 )
¿ ( K 2 +2 k +1 ) + ( k+ 1 )
¿( k +1)2 +(k +1)
Dari sini, disimpulkan bahwa kebenaran Pk mengimplikasikan bahwa
kebenaran Pk +1 Sehingga Berdasarkan Prinsip Induksi Matematis, Pernyataan
Pn benar untuk n ∈ N .

27
I. Soal Latian
1. Buktikan dengan Induksi matematika bahwa
n
1 n
∑ ( 2k −1)(2 =
k +1) 2 n+1
k =1

Berlaku untuk setiap n bilangan asli.


2. Tunjukkan bahwa dalam barisan geometri berlaku
a (r n−1)
Sn= , r >1 , n ≥1 , n ∈ N
r −1
Dengan r adalah rasio barisan.
3. Buktikan dengan menggunakan induksi matematika bahwa
13 +33 +53 +…+ (2 n−1 )3=n2 (2 n2 −1)
Untuk setiap n bilangan asli
4. Buktikan dengan induksi mtematika bahwa
1 1 1 n
+ + …+ =
1.2 2.3 n ( n+1 ) n+ 1
5. Buktikan dengan induksi matematika bahwa
n
k ( 2n−1 ) . 3n +1+ 3
∑ k .3 = 4
k =1

Berlaku untuk setiap n bilangan asli.

28
DAFTAR PUSTAKA
Munir, Rinaldi. 2006. Buku Teks Ilmu Komputer Matematika Diskrit.
Bandung: Informatika.

Rosen, KH. 2012. Discrate Mathematicsand Its Applications. Edisi ke-7.


New York: Mc. Graw-Hill

http://adrahma2.blogspot.com/2013/04/penerapan-induksi-
matematik.html

iii

Anda mungkin juga menyukai