Disusun oleh:
Nuryani (1484202141)
BAB II PEMBAHASAN
A. Lima aksioma piano......................................................................................
B. Term-term aritmatika dalam makna biasa ……………………………………
C. Matematika dipandang sebagai cabang logika............................................
D. Kontribusi matematika dalam sains empiris …………………………………......
A. Kesimpulan…………………….…………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas bimbingan-Nya
akhirnya penyusun dapat mewujudkan makalah Hakikat Dan Sejarah Matematika tentang "Sifat
kebenaran matematika II" dengan sebaik-baiknya. Makalah ini akan dimanfaatkan oleh para
mahasiswa dalam pendalaman materi di mata kuliah Hakikat Dan Sejarah Matematika.
Penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas kelompok yang dipercayakan kepada
kami untuk menyusun dan menyampaikan materi tentang Sifat Kebenaran Matematika II.
Dengan berpegangan bahwa "tidak ada gading yang tidak retak" maka dengan
kerendahan hati segala pandangan dan saran sangat kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak atas bantuan yang telah
diberikan, hingga tulisan ini dapat diselesaikan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu terstruktur yang terorganisasikan. Hal ini karena matematika
dimulai dari unsur yang tidak didefinisikan, kemudian unsur yang didefinisikan ke aksioma /
postulat dan akhirnya pada teorema. Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis,
terstruktur, logis, dan sistimatis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep
yang paling kompleks. Oleh karena itu untuk mempelajari matematika, konsep sebelumnya yang
menjadi prasyarat, harus benar-benar dikuasai agar dapat memahami topik atau konsep
selanjutnya.
PEMBAHASAN
Aksioma Peano adalah sebuah contoh sistem aritmetika postulatsional. Aksioma Peano
sangat mengagumkan. Perangkat aksioma ini terdiri dari 5 postulat dengan definisi rekursif
(maju atau mundur) bilanganbilangan alam, misalnya 4 = 3´ = (2´ )´ = ((1´ )´ )´ = (((0´ )´ )
´ )´ ,. Atau 0´ = 1, 1´ = 2, 2´ = 3, dst. P4 membatasi bahwa setelah bilangan 0 tidak dapat
mundur lagi. Dengan menambahkan definisi jumlah D1(a), (b) dan definisi kali D2(a) dan
(b), maka dapat dibuktikan sifatsifat operasi assosiatif, komutatif, dan distributif
untuk kedua operasi yang didefinisikan. Dengan mendefinisikan bilangan positif, negatif,
rasional, dan kompleks dengan caracara yang sesuai hanya dengan mengambil termterm
primitif yang termuat dalam aksioma, semua sistem bilangan memenuhi aksioma.
Demikian pula fungsi aljabar seperti fungsi kontinu, limit, kalkulus dsb. Dengan hasil ini
maka dikatakan bahwa aksioma Peano merupakan basis matematika.
Aksioma Peano memuat tiga term tak didefinisikan: ’0′, ‘bilangan’, dan ‘pengikut’ dan 5
buah aksioma. Termterm tak didefinisikan dapat diberi makna biasa, dan secara
teoretis dalam takhingga cara. Tetapi makna biasa ini harus mengubah kelima aksioma
menjadi proposisiproposisi yang bernilai benar. Selanjutnya dapat diciptakan definisi kata-
kata baru dari termterm yang telah diberi makna biasa itu. Syaratnya definisi ini
harus menjadi proposisi yang bernilai benar. Dari definisi dan aksioma dalam makna biasa
akan diperoleh teoriteori melalui deduksi logis. Dengan demikian teori yang telah diperoleh
dengan makna biasa ini menjadi sistem matematika yang letak kebenarannya ada pada
definisidefinisi itu. G. Frege, Russell dan Whitehead telah secara rinci memberi makna
biasa dari termterm tak didefinisikan Peano dan membuat definisidefinisi dengan
teknik lambang logika. ‘Bilangan 2′ dalam primitif Peano adalah kosong dari arti. Bilangan
2 adalah makna ‘biasa’. Bilangan alam 2 (biasa) adalah ciri khas dari koleksi himpunan-
himpunan C terdiri dari objekobjek, yakni n(C) = 2. Bilangan 2 didefinisikan sebagai
berikut: “Terdapat objek x dan objek y sedemikian rupa sehingga (1) x C dan y C, (2) x y,
(3) Jika z C adalah sebarang anggota di C, maka z = x atau z = y” Dari definisi ini kita
dapat menyimpulkan bahwa n(C) = 2 dengan pertolongan logika.
Teori sains empiris, misalnya fisika atau psikologi, dikatakan benar sejauh teori itu
cocok dengan bukti empiris atau kenyataan luar. Matematika tidak demikian. Kebenaran
matematika tidak ada sangkut pautnya dengan bukti empiris. Kebenaran matematika
diperoleh dari makna katakata yang terkandung dalam proposisi yang bersangkutan.
Karena dalam sistem matematika diawali dengan perangkat aksioma dan teoriteori
matematika diturunkan secara logis (dengan perangkat logika yang telah ditetapkan) dari
aksioma, kebenaran matematika disebut kebenaran kondisional.
Tiga term primitif Peano adalah ’0′, ‘bilangan’, dan ‘pengikut’, dapat diinterpretasikan
dengan makna biasa dengan banyak cara. Misalnya, primitif ‘bilangan’ diartikan bilangan
alam 0, 1, 2, 3, … Primitif dalam makna biasa ini didefinisikan melalui konsepkonsep
logika (ada 4 konsep pokok). Ternyata aksiomaaksioma Peano, melalui deduksi, menjadi
proposisiproposisi. Selanjutnya jika perlu diteruskan dengan membuat definisidefinisi non-
primitif melalui prinsipprinsip logika. Dengan cara ini seluruh teori matematika dapat
dideduksi dengan menggunakan konsepkonsep logika dan jika diperlukan ditambahkan
‘aksioma pilihan’ dan ‘aksioma infinit’. Dari kenyataan ini maka timbullah pemikiran
bahwa matematika adalah cabang logika. Akibat selanjutnya ialah bahwa kebenaran
matematika terletak pada definisidefinisi itu. Inilah letak kebenaran aksioma Peano dalam
makna biasa. Berbeda dengan teori geometri, geometri dipandang sebagai studi tentang
struktur ruang fisik, maka primitifprimitifnya harus dibangun dengan mengacu pada
entitas fisik jenis tertentu. Jadi, dengan demikian kebenaran teori geometri dalam
interpretasi ini terletak pada persoalan empiris.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN