Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDALAMAN MATERI MATEMATIKA

SIFAT URUTAN

Dosen Pengampu

Nursiwi Nugraheni, S. Si., M. Pd.

Disusun oleh :

Kelompok 8

1. Layinatus Sifa (1401420210)


2. Nanda Lailatul Nafis (1401420273)
3. Novalisna Nurul Ilmi (1401420292)
4. Sabila Shaishatul J. (1401420298)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sifat Urutan” dengan tepat
waktu.
Makalah Sifat Urutan ini disusun guna memenuhi tugas dari Ibu Nursiwi
Nugraheni, S. Si., M. Pd Pada mata kuliah Pendalaman Materi Matematika di
Universitas Negeri Semarang. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang sifat urutan matematika.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Nursiwi
Nugraheni, S. Si., M. Pd Selaku dosen mata kuliah. Tugas yang diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak sumber yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang,20 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Pengertian Sifat Urutan............................................................................................3
2.2 Aksioma Sifat Urutan...............................................................................................3
2.3 Sifat Urutan Dasar....................................................................................................5
2.4 Beberapa penggunaan Sifat Urutan..........................................................................8
2.5 Contoh soal dan penyelesaian..................................................................................9
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan............................................................................................................11
3.2 Saran......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Matematika sebagai suatu ilmu pengetahuan yang sistematis serta ditandai
dengan penalaran yang ketat (rigorous) dan terstruktur rapi. Perkembangan
matematika yang begitu cepat berimplikasi kepada keluasan cakupan keilmuan
dan pencabangannya. Cabang-cabang pokok matematika yang lazim dikenal
orang awam adalah geometri, aritmatika, aljabar, logika, analisis, statistika, dan
matematika diskrit. Setiap cabang mengenal anak – anak cabang, demikian
seterusnya, sehingga diperoleh sebuah pohon keilmuan. Salah satu cabang dalam
ilmu matematika adalah analisis. Matematika analisis atau sering disebut analisis,
merupakan cabang matematika murni yang banyak mengkaji berbagai teori
mengenai limit, deret tak hingga, fungsi analitik, derivative, serta ukuran dan
integral.

Matematika analisis dapat diaplikasikan pada berbagai cabang matematika


yang mempunyai hubungan dengan konsep nearness (ruang topologi) atau
distance (ruang metrik). Matematika analisis mengajarkan cara berfikir analitis,
sehingga dapat membantu dalam menyelesaikan masalah-masalah baru yang tidak
standar/baku. Salah satu konsep dasar untuk mengkaji bidang matematika analisis
adalah sistem bilangan Riil ℝ beserta sifat – sifatnya. Ada dua cara yang dapat
digunakan untuk mengenali system bilangan real ini, yaitu secara konstruksi dan
secara aksiomatik. Pembahasan dalam makalah ini sistem bilangan real akan
dikenali secara aksiomatik, yaitu dengan menganggap system bilangan real
memenuhi sifat-sifat tertentu yang dirumuskan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Sifat Urutan ?
2. Apa saja aksioma sifat urutan ?

1
3. Apa saja sifat urutan dasar?
4. Bagaimana penggunaan sifat urutan ?
5. Bagaimana contoh soal sifat urutan dan cara menyelesaikannya?

1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pengertian dari Sifat Urutan

2. Untuk mengetahui aksioma sifat urutan

3. Untuk mengetahui apa saja sifat urutan dasar

4. Untuk mengetahui penggunaan sifat urutan

5. Untuk mengetahui contoh soal sifat urutan dan cara


menyelesaiannya

1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah, para mahasiswa diharapkan
dapat memahami sifat urutan. Sebagai seorang calon guru, kita sepatutnya mampu
memahami sifat urutan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sifat Urutan


Himpunan bilangan real disebut sebagai lapangan terurut lengkap. Penamaan ini
diberikan karena himpunan bilangan real dengan operasi penjumlahan dan perkalian memenuhi
aksioma lapangan (sifat aljabar), sifat urutan, dan sifat kelengkapan. Dalam tulisan sebelumnya,
kita telah belajar mengenai sifat aljabar. Kali ini, kita akan belajar mengenai sifat urutan pada
himpunan bilangan real.

Secara sederhana, sifat urutan memungkinkan kita mengurutkan anggota-anggota


himpunan bilangan real. Jika kita diberikan dua bilangan real maka kita dapat menentukan
bilangan mana yang nilainya lebih dari bilangan lainnya. Sifat urutan berkaitan dengan
kepositifan dan ketaksamaan di antara bilangan-bilangan real.

2.2 Aksioma Sifat Urutan


Sifat urutan R dibentuk dari dua pernyataan (aksioma)

1. Aksioma Bilangan Positif

Adanya subhimpunan bilangan positif P ⊂ R

yang tertutup terhadap kedua operasi pada R

Hal ini berarti untuk setiap x, y ∈ P berlaku x + y ∈ P dan x · y ∈ P.

2. Aksioma Sifat Trikotomi R

Jika a ∈ R, maka berlaku satu dari tiga hal berikut:

a ∈ P atau a = 0 atau (−a) ∈ P

Berkenaan dengan aksioma di atas, pada bagian ini akan diperkenalkan definisi
beberapa bilangan dan notasi urutan pada bilangan real.

3
Dalam Notasi Himpunan Nama Bilangan Dalam Notasi Urutan

a∈P a bilangan real positif a>0

(−a) ∈ P a bilangan real negatif a<0

a ∈ P S {0} a bilangan real taknegatif a≥0

(−a) ∈ P S {0} a bilangan real takpositif a≤0

Akibatnya, kita punya penulisan alternatif untuk sifat trikotomi, yaitu

Jika a ∈ R, maka berlaku satu dari tiga hal berikut: a > 0 atau a = 0 atau a < 0

Selanjutnya, berkaitan dengan dua bilangan, kita definisikan hal berikut.

Definisi 2.3. Misalkan a, b ∈ R.

1. Jika a − b ∈ P, maka bisa dituliskan a − b > 0 atau a > b.

2. Jika a − b ∈ P U{0}, maka bisa dituliskan a − b > 0 atau a > b.

Akibatnya, kita bisa memiliki bentuk lain sifat trikotomi berkaitan dengan dua
bilangan.

Proposisi 2.1. (Sifat Trikotomi untuk Dua Bilangan)

Untuk setiap a, b ∈ R, berlaku satu dari tiga hal berikut: a > b atau a = b atau a < b

Bukti. Karena a, b ∈ R, maka a − b ∈ R. Dan menurut sifat trikotomi, berlaku satu


dari tiga:

a − b ∈ P atau a − b = 0 atau (−(a − b)) ∈ P

Hal ini ekivalen dengan

a − b > 0 atau a − b = 0 atau (−(a − b)) > 0

a − b > 0 atau a − b = 0 atau b − a > 0

4
a > b atau a = b atau a < b

2.3 Sifat Urutan Dasar


Bagian selanjutnya, merupakan sifat-sifat dasar dari urutan yang terkadang disebut

”aturan-aturan/hukum ketidaksamaan”

Lemma 2.2. (Kekekalan urutan terhadap penjumlahan dan perkalian dengan bilangan
positif)

Misalkan a, b bilangan real dengan a < b. Maka

1. a + c < b + c untuk setiap c ∈ R.

2. a · c < b · c untuk setiap c > 0.

Bukti. Misalkan a < b. Ini berarti b − a > 0 atau b − a ∈ P.

1. Perhatikan bahwa (b + c) − (a + c) = b − a. Akibatnya, (b + c) − (a + c) juga


anggota P sehingga (b + c) − (a + c) > 0. Jadi, a + c < b + c.

2. c > 0 berarti c ∈ P. Sifat ketertutupan P menyebabkan (b−a)· c ∈ P. Sedangkan (b − a)


· c = (b · c) − (a · c). Jadi, (b · c) − (a · c) ∈ P atau a · c < b · c.

Lemma 2.3. (Urutan dari identitas dan invers)

1. 0 < 1

2. Jika a > 0, maka (−a) < 0.

1
3. Jika a > 0, maka > 0
a

Bukti.

1. Andaikan tidak berlaku 0 < 1. Maka, menurut sifat trikotomi, 0 = 1 atau 0 > 1.

• Jika 0 = 1, maka untuk a 6= 0, a · 0 = a · 1 sehingga diperoleh 0 = a.

Kontradiksi dengan a 6= 0.

5
• Jika 0 > 1, maka untuk a > 0, menurut sifat kekekalan urutan, a · 0 > a · 1

sehingga diperoleh 0 > a. Kontradiksi dengan a > 0.

Jadi, pengandaian salah sehingga haruslah 0 < 1.

2. Misalkan a > 0. Ini berarti a ∈ P. Kita tahu bahwa a = −(−a).

Jadi, (−(−a)) ∈ P yang dalam notasi urutan berarti (−a) < 0.

1
3. Misalkan a > 0. Andaikan tidak berlaku < 0.
a

1 1
Maka, menurut sifat trikotomi, = 0 atau < 0.
a a

1 1
• Jika = 0, maka · a = 0 · a sehingga diperoleh 1 = 0.
a a

Kontradiksi dengan 0 < 1.

1 1
• Jika < 0, maka · a < 0 · a sehingga diperoleh 1 < 0.
a a

Kontradiksi dengan 0 < 1.

1
Jadi, pengandaian salah sehingga haruslah > 0.
a

Lemma 2.4. (Kuadrat bilangan real)

Untuk setiap x ∈ R, x² > 0.

Bukti.

Misalkan x ∈ R.

Maka menurut sifat trikotomi: x ∈ P atau x = 0 atau (−x) ∈ P

• Jika x ∈ P, maka x · x = x² ∈ P sehingga diperoleh x² > 0.

• Jika x = 0, maka x² = x · x = 0 · 0 = 0.

6
• Jika (−x) ∈ P, maka (−x) · (−x) = x² ∈ P sehingga diperoleh x²> 0.

Jadi, untuk setiap x ∈ R, x² > 0.

Lemma 2.5. (Faktor perkalian dari bilangan positif/negatif)

1. Jika a · b > 0, maka a, b > 0 atau a, b < 0.

2. Jika a · b < 0, maka a > 0, b < 0 atau a < 0, b > 0.

Bukti.

1. Misalkan a·b > 0. Maka a, b 6= 0 (karena jika a = 0 atau b = 0 maka a·b = 0·b = 0
atau a · b = a · 0 = 0. Kontradiksi dengan a · b > 0). a 6= 0 berarti a > 0 atau a < 0.

1 1 1
Jika a > 0, maka > 0. Akibatnya, · (a · b) > · 0 = 0. Sedangkan
a a a

1 1
· (a · b) = ( · a)· b = 1 · b = b sehingga diperoleh b > 0.
a a

1 1
Jika a < 0, maka (−a) > 0 sehingga > 0. Akibatnya, · (a · b) >
(−a) (−a)

1 1 1
· 0 = 0. Sedangkan · (a · b) = · a· b = −1 · b = −b sehingga diperoleh (−b) > 0
(−a) (−a) (−a)
atau b < 0.

Jadi, a, b > 0 atau a, b < 0.

2. Misalkan a·b < 0. Maka a, b 6= 0 (karena jika a = 0 atau b = 0 maka a·b = 0·b = 0
atau a · b = a · 0 = 0. Kontradiksi dengan a · b < 0). a 6= 0 berarti a > 0 atau a < 0.

Jika a > 0, maka   > 0. Akibatnya,   · (a · b) <  · 0 = 0. Sedangkan

  · (a · b) = (  · a) · b = 1 · b = b sehingga diperoleh b < 0.

7
Jika a < 0, maka (−a) > 0 sehingga > 0. Akibatnya, · (a · b) < · 0 = 0.
Sedangkan

· (a · b) = ( · a)· b = −1 · b = −b sehingga

diperoleh (−b) < 0 atau b > 0.

Jadi, a > 0, b < 0 atau a < 0, b > 0.

Lemma berikut akan banyak digunakan dalam pembuktian pada bagian selanjutnya.

Lemma 2.6. (Bilangan taknegatif yang lebih kecil dari semua bilangan positif Jika 0
≤a < ε untuk setiap ε > 0, maka a = 0.

Bukti.

Misalkan 0 ≤ a < ε untuk setiap ε > 0.

Andaikan a > 0.

1 1 1
Jika kedua ruas dikali dengan , maka diperoleh a · > 0 ·
2 2 2

a
sehingga > 0.
2

a a a a a
Selanjutnya, jika kedua ruas ditambah , maka diperoleh + > 0 + atau a > .
2 2 2 2 2

Kontradiksi dengan a < ε untuk setiap ε > 0

Jadi, pengandaian salah. Haruslah a = 0.

2.4 Beberapa penggunaan Sifat Urutan


Beberapa Penggunaan Sifat Urutan

Dari sifat urutan R banyak dimunculkan ketaksamaan-ketaksamaan. Beberapa yang


sangat terkenal akan diperlihatkan pada bagian berikut.

8
1. Ketaksamaan AM-GM

Ketaksamaan AM-GM (Arithmetic Mean-Geometric Mean) berbentuk :

a+b
≥ √ ab
2

untuk setiap a, b ∈ R.

Ketaksamaan ini berasal dari kenyataan bahwa (√ a −√ b)² ≥ 0. Selanjutnya, diperoleh

a+b
a – 2 √ ab + b ≥ 0. Akibatnya, diperoleh a + b ≥ 2 √ abatau ≥
2

2. Ketaksamaan Bernoulli

Ketaksamaan Bernoulli berbentuk

(1 + a)n ≥ 1 + na

untuk setiap n ∈ N dan a > −1

Kektaksamaan ini bisa ditunjukkan dengan induksi matematika. Jelas bahwa untuk

n = 1, (1 + a)1 = 1 + a = 1 + 1a. Sekarang, andaikan untuk n = k berlaku

(1 + a)k > 1 + ka, maka

(1 + a)k+1 = (1 + a)k (1 + a) > (1 + ka)(1 + a) = 1 + (k + 1)a + ka2 > 1 + (k + 1)a

2.5 Contoh soal dan penyelesaian


1. Buktikan bahwa

(a) Relasi ”<” bersifat transitif.

Misalkan a, b, c sebarang bilangan real. Jika a < b dan b < c, maka a < c.

(b) Relasi ”6” bersifat antisimetri.

Misalkan a, b sebarang bilangan real. Jika a 6 b dan b 6 a, maka a = b.

Jawab.

9
(a) Misalkan a < b dan b < c. Hal ini berarti b − a ∈ P dan c − b ∈ P.

Ketertutupan P menyebabkan (b − a) + (c − b) = c − a ∈ P. Jadi, a < c.

(b) Misalkan a ≤ b dan b ≤ a. Ini berarti a − b, b − a ∈ P U{0}.

Jika a−b dan b−a ∈ P U{0}, maka menurut definisi himpunan kita peroleh

(a − b ∈ P atau a − b = 0) dan (b − a ∈ P atau b − a = 0)

Hal ini ekivalen dengan

(a − b ∈ P atau a = b) dan (b − a ∈ P atau a = b)

(a − b ∈ P dan b − a ∈ P) atau a = b

Karena b − a = −(a − b), maka pernyataan terakhir ekivalen dengan

(a − b ∈ P dan −(a − b) ∈ P) atau a = b

Sifat trikotomi tidak memungkinkan a − b dan −(a − b) ∈ P.

Jadi, haruslah yang berlaku a = b.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa:

 Sifat urutan memungkinkan kita mengurutkan anggota-anggota himpunan bilangan real.


Jika kita diberikan dua bilangan real maka kita dapat menentukan bilangan mana yang
nilainya lebih dari bilangan lainnya. Sifat urutan berkaitan dengan kepositifan dan
ketaksamaan di antara bilangan-bilangan real
 Sifat-sifat urutan yaitu:
A. Trikotomi
Yaitu jika x dan y bilangan-bilangan real maka pasti berlaku salah satu di antara yang
berikut:
x < y atau x = y atau x > y
B. Transitif
Yaitu jika x < y dan y < z maka x < z
C. Penambahan
x < y ⇔x + z < y + z
D. Perkalian
Jika z positif maka x < y ⇔xz < yz,
Jika z negatif maka x < y ⇔xz > yz

Relasi urutan ≤(dibaca “kurang dari atau sama dengan”) didefinisikan dengan: x ≤
y jika dan hanya jika y – x positif atau nol.Sifat-sifat ini adalah:1) Transitif: jika x ≤ y
dan y ≤ z maka x ≤ z.2) Penambahan: x ≤y ⇔x + z ≤y + z3) Perkalian:Jika z positif maka
x ≤y ⇔xz ≤ yzJika z negatif maka x ≤y ⇔xz ≥ yz

11
3.2 Saran
Saran dari penyusun yaitu bagi para pembaca dan rekan-rekan yang lain hendaknya
lebih giat dalam mempelajari alternatif pemecahan masalah matematika yang mungkin dapat
digunakan ketika mengajar di SD kelak, terutama yang berhubungan dengan Sifat Urutan.
Jadikanlah makalah ini sebagi sarana yang dapat mendorong para mahasiswa berfikir aktif dan
kreatif serta untuk menumbuhkan semangat dalam belajar.

12
DAFTAR PUSTAKA
Darmawijaya, Soeparna. (2006). Pengantar Analisis Real. UGM. Yogyakarta.

http://www.math.unsyiah.ac.id/ridha/images/matdas/pres-2.pdf

https://teknik.uma.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/35.pdf

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwiDnIOGh7rvAhU56nMBHQ7wCyo
QFjAAegQIAxAD&url=http%3A%2F%2Fdina_indarti.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads
%2Ffiles%2F31874%2FSISTEM%2BBILANGAN
%2BREAL.pdf&usg=AOvVaw2arUcDxo8DGomOO1FcO7cl

13

Anda mungkin juga menyukai