Anda di halaman 1dari 4

Apa itu Logika?

Logika adalah cabang filsafat yang berasal dari kata Yunani 'logos'. Aristoteles dikenal karena
kemampuannya menjelaskan logika secara komprehensif dan penjelasannya yang
komprehensif tentang bagaimana pikiran manusia bekerja dan dapat memperoleh pengetahuan
yang benar. Filsuf Yunani kuno, seperti Parmenides, Zeno, dan Pythagoras, juga mengajukan
prinsip berpikir dan memperoleh pengetahuan. Aristoteles merujuk pada penyelidikan argumen
berdasarkan keputusan yang telah dipastikan, sedangkan Luce dan Alexander Aphrodisias
merujuk pada pengertian logika yang kita kenal sekarang. Aristoteles menyebutnya sebagai
cabang filsafat yang menjalankan prinsip, aturan, dan metode berpikir yang benar.

Dalam konteks itu, logika adalah studi tentang metode dan prinsip yang digunakan untuk
membedakan antara penalaran yang benar dan penalaran yang salah. Penalaran adalah
kegiatan pikiran yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan. Ini melibatkan proses
penarikan kesimpulan berdasarkan alasan yang baik, yang meliputi unsur-unsur, langkah-
langkah, dan prinsip-prinsip proses. Maka dari itu, logika adalah studi tentang penalaran, bukan
hanya pengetahuan, tetapi juga keterampilan. Ini membantu untuk membedakan antara
penalaran yang tepat dan penalaran yang salah, karena memberikan pengetahuan dan
keterampilan untuk menguji keakuratan penalaran secara kritis dan menghindari melakukan
bentuk yang salah.

Alur Mempelajari Logika

Term

Klasifikasi Luas dan Sifat Term Definisi

Proposisi

Kuantitas Proposisi Kualitas dan Kuantitas Kualitas Proporsi


Proporsi
Penalaran

Langsung Tak Langsung

Logika Deduktif dan Induktif


Penalaran adalah proses di mana alasan beralih dari pengetahuan yang dimiliki sebelumnya ke
pengetahuan baru. Logika deduksi dan logika induksi adalah dua kemungkinan rute yang dapat
diambil oleh proses tersebut (Hayon, 2000). Biasanya, silogisme adalah bentuk logis yang
mewakili logika deduktif. Silogisme adalah struktur argumentatif tiga proposisi. Dalam situasi ini,
proposisi pertama dan kedua berfungsi sebagai landasan penalaran, dengan proposisi ketiga
sebagai kesimpulannya. Ide-ide ini memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Oleh karena itu, tepat atau tidaknya hubungan tersebut sangat penting dalam penalaran
deduktif. Logika deduktif memiliki tiga ciri, yaitu (1) analitis, di mana kesimpulan hanya ditarik
dengan menganalisis proposisi-proposisi yang sudah ada; (2) tautologis, di mana kesimpulan
yang ditarik sesungguhnya secara implisit sudah terkandung dari premis-premisnya; (3) a priori,
dimana kesimpulan ditarik tanpa bersandar pada observasi empiris atau pengalaman indera.

Lain halnya dengan logika deduktif, logika induktif sangat bertumpu pada observasi
empiris. Oleh karena itu, pengetahuan yang dihasilkan merupakan generalisasi yang
didasarkan pada pengamatan atas kasus-kasus yang dinilai mempunyai persamaan. Dengan
begitu, logika induktif menghasilkan kesimpulan yang bentuk sintetis atau penggabungan dari
kasus-kasus yang digunakan sebagai titik tolak penalaran. Selain itu, dikarenakan titik tolak
penalarannya merupakan hasil pengamatan indera, logika induktif bersifat a posteriori. Atas
dasar itulah logika induktif memiliki tiga ciri berikut:
(1) sintetis, di mana kesimpulan ditarik dengan jalan menggabungkan kasus-kasus yang dinilai
mempunyai persamaan;
(2) general, di mana kesimpuylan yang dihasilkan selalu meliputi kasus yang lebih banyak atau
lebih umum sifatnya daripada jumlah kasus yang terhimpun sebagai titik tolak penalaran;
(3) a posteriori, di mana kesimplan didasarkan pada kasus-kasus yang teramati secara
pengalaman indera.
Atas dasar itu pula, logika induktif tidak memberikan suatu kepastian mutlak, tetapi dinilai
dengan probabilitas yang diberikan oleh premis-premis kepada kesimpulannya. Berikut secara
singkat tabel perbandingan antara logika deduktif dan logika induktif.

Logika Formal dan Material


Dalam logika, bentuk argumentasi dan isi argumentasi dibedakan menjadi logika formal dan
logika material. Logika formal berurusan dengan proses penalaran yang menentukan benar
atau tidaknya suatu argumen, sedangkan logika material berurusan dengan proses penalaran
terkait. Argumentasi yang valid dikatakan valid jika proses penalarannya tepat dan jika
kesimpulan yang dihasilkan merupakan implikasi logis dari premis-premis tersebut. Jika tidak,
argumen tidak valid.
Logika material menitikberatkan pada benar atau tidaknya isi suatu argumen, yang ditentukan
oleh kesesuaiannya (korespondensi) dengan realitas. Suatu argumen hanya dapat dikatakan
benar jika semua proposisinya benar, artinya semua proposisi tersebut sesuai dengan
kenyataan. Jika hanya salah satu proposisi yang salah, argumen tersebut dinyatakan salah dari
segi isinya.

Term
● Perbedaan Kata dengan Term
Konsep adalah unsur pembangun pikiran. Mereka adalah gambar abstrak yang tidak mengacu
pada objek konkret tertentu dan langsung menyentuh sifat objek tersebut. Untuk
mewujudkannya, diperlukan bentuk simbolik linguistik, seperti kata. Konsep 'manusia' tidak
hanya mewakili individu yang kita kenal, tetapi juga manusia secara umum, termasuk individu
yang tidak kita kenal. Ini karena konsep yang kita miliki terkait langsung dengan sifat
kemanusiaan. Dikarenakan konsep merupakan suatu gambaran abstrak, untuk mewujudkannya
diperlukan suatu bentuk simbolik linguistik, yaitu kata. Dalam konteks ini, kata dapat dilihat
sebagai satuan konsep terkecil yang direpresentasikan melalui bahasa. Sejauh kata berfungsi
sebagai ungkapan lahiriah dari suatu konsep dalam logika, maka disebutlah sebagai term.

● Luas dan Sifat Term


Term yang mengekspresikan sebuah konsep perlu diperhatikan. Hal ini dikarenakan term-term
yang sama bisa saja menunjukkan cakupan konseptualnya berbeda. Misalnya, term ‘semua
manusia’ dan term ‘beberapa manusia’ memang sama-sama merujuk pada cakupan konseptual
yang sama, tetapi dalam luas yang berbeda. Ditinjau dari aspek luasnya, term diklasifikasikan
dalam tiga jenis, yaitu term universal, term partikular, dan term singular.

Tabel Sifat Term

Term Distributif Term Kolektif

Apabila konsep yang terkandung dalam term Apabila konsep yang terkandung dalam
tersebut dapat dikenakan kepada anggota term tersebut tidak bisa dikenakan kepada
atau individu yang tercakup di dalamnya, satu anggota atau individu yang tercakup di
demi satu tanpa terkecuali. dalamnya satu demi satu, melainkan
berkelompok sebagai keseluruhan.

● Klasifikasi
Setiap term terkait erat dengan cakupan konseptualnya. Dalam konteks itu, kita perlu
mengetahui persoalan klasifikasi. Klasifikasi merupakan suatu cara seseorang melakukan
pembagian suatu konsep ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil. Apa yang dimaksudkan
dengan klasifikasi bukanlah pembagian fisik, tetapi pembagian logis. Ada dua alasan yang
pembedaan ini. Pertama, dalam pembagian fisik, bagian-bagian yang lebih kecil tidak
mempunyai hubungan sama sekali dengan keseluruhan suatu konsep tertentu.
● Definisi
Secara etimologis, kata definisi berasal kerja definere yang dalam bahasa Latin mempunyai arti
‘membatasi atau mengurung dalam batas-batas tertentu’ (Hayon, 2000). Dalam kegiatan
akademis, definisi selalu berhubungan dengan istilah yang hendak dijelaskan. Artinya, definisi
bisa dimengerti sebagai penentuan batas konseptual bagi suatu istilah. Oleh karena itu, definisi
mempunyai dua tujuan, yaitu memberikan rumusan yang lengkap terkait dengan istilah yang
didefinisikan dan mampu memperlihatkan perbedaan antara satu istilah dan istilah yang
lainnya.

Sumber: Jati Diriku sebagai Cendekia - EMAS UI

Anda mungkin juga menyukai