Anda di halaman 1dari 4

Ikhtisar Filsafat Ilmu

Logika

A. Definisi Logika
Istilah logika berasal dari bahasa Yunani yaitu logos yang berarti ucapan,basa,kata, pengertian ,
akal budi, ilmu (Poespoprodjo, 1985: 2). Dalam buku Introduction to Logic karya Irving M. Copi,
logika didefinisikan sebagai suatu studi tentang metode-metode dan prinsip-prinsip yang
digunakan dalam membedakan penalaran yang tepat dan tidak tepat. Dengan menekankan
pengetahuan tentang metode dan prinsip, definisi ini mau menggarisbawahi pengertian logika
semata-mata sebagai ilmu. Logika tidak hanya merupakan suatu ilmu (science), tetapi juga suatu
seni (art). Dalam arti lain logika tidak hanya sebuah pengetahuan melainkan juga soal
kemampuam dan keterampilan yang berkaitan erat satu sama lain.
B. Jenis Logika
Jenis logika dikelompokkan berdasarkan aspek atau sudut pandang diantaranya ialah
a. Sumber : Menurut sumber ada 2 jenis logika yaitu
1. Logika alamiah yang sudah dimiliki tiap individu manusia sejak lahir. Dengan arti
lain logika ini mendasarkan diri pada akal sehat manusia yang mampu berpikir dan
bertindak. Dalam menghadapi masalah, manusia dituntut untuk memiliki
pengetahuan yang memadai mengenai hukum,cara-cara,metode-metode dan
sebagainya.
2. Logika Ilmiah adalah jenis logika yang mampu membekali manusia dengan prinsip-
prinsip,norma-norma,teknik tertentu yang apabila dipatuhi secara sungguh maka
ketepatan dalam proses penalaran beserta keabsahan kesimpulan dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Sejarah Perkembangan
1. Logika klasik merupakan ciptaan Aristoteles (384-322 SM). Dia adalah orang yang
pertama kali melakukan pemikiran sistemastis tentang logika,oleh karena itu logika
ciptaanya disebut juga dengan logika aristoteles atau logika tradisional. Namun pada
saat itu bukan istilah logika yang digunakan melainkan istilah analitika dan
dialektika. Bagi Aristoteles logika bukanlah suatu ilmu di antara ilmu-ilmu
melainkan alat untuk mempraktekkan ilmu pengetahuan. Sampai pertengahan abada
ke-19 pembicaraan mengenai logika tetap tidak bergeseer dari apa yang sudah
ditetapkan.
2. Logika modern mulai tampak ketika beberapa ahli Matematika Inggris seperti A. De
Morgan (1806-1871) & George Boole (1815-1864) mencoba prinsip matematika
kedalam logika klasik. Dengan menggunakan lambang non bahasa dan lambang
matematis, mereka berhasil merintis lahirnya logika modern atau logika
simbolis/logika matematis.
c. Benuk dan isi argumen
1. Logika formal adalah bentuk penalaran yang menjadi pusat penyeledikan. Hal ini
merupakan persoalan yang menyangkut proses penalaran seperti penalaran yang tepat
maka hasil kesimpulannya juga tepat
2. Logika Material berurusan dengan benar tidaknya proposisi yang membentuk suatu
argumen. Argumen hanya dapat dikatakan benar dari segi isi, bila semua
proposisinya benar dan sesuai dengan pernyataan.
d. Proses penyimpulan
1. Logika deduktif secara khusus memperhatikan penalaran deduktif yang dimana akal
budi bertolak dari pengetahuan lama yang bersifat umum menuju suatu pengetahuan
baru yang bersifat khusus. Dalam hal ini disebut juga denan Silogisme yang berarti
argumen yang terdiri dari 3 proposisi atau pernyataan.
2. Logika induktif secara khusus juga berurusan dengan penalaran induktif yang dimana
akal budi justru beranjak dari pengetahuan lama mengenai sejumlah kasus yang
bersifat khusus,individual menuju penyimpulan baru yang bersifat umum.
C. Kaidah-kaidah Berpikir tepat dan logis.
a. Term dan kata : Term adalah kata atau kelompok kata yang merupakan ungkapan lahiriah
dari pengertian yang merupakan ekspresi verbal dari pengertian-pengertian kata tersebut.
Klarifikasi term dibagi secara berikut:
1. Berdasarkan jumlah kata : Term Tunggal dan Term Majemuk.
2. Berdasarkan luas : Term singular,Term partikular dan Term universal.
3. Berdasarkan sifat : Term distributif dan Term kolektif.
4. Serta berdasarkan penggunaan arti : Univok, Ekuivok, & Analog.
b. Definisi: Definisi berasal dari bahasa Latin definire yang berarti membatasi atau mengurung
dalam batas-batas tertentu. Dlam arti lain definisi adalah penentuan batas pengertian bagi
sebuah istilah yang sedapat mungkin dilakukan secara singkat,tepat,jelas,padan dan lengkap.
Ada aturan-aturan definisi antara lain:
1. Definiens harus dapat dibolak-balikkan dengan definiendum.
2. Definiendum tidak boleh masuk ke dalam definiens.
3. Definiens harus sungguh-sungguh menjelaskan.
4. Definiens harus bersifat paralel dengan defeniendum.
5. Definiens tidak boleh berbentuk negatif, sejauh masih dapat dirumuskan secara afirmatif.
c. Proposisi : Proposisi pernyataan yang di dalamnya manusia mengakui atau mengingkari
sesuatu tentang sesuatu yang lain. Unsur-unsur proposisi antara lain: 1) Term subjek, 2) Term
predikat, 3) Kopula (Penghubung antara term subjek dan term predikat). Dalam logika sebuah
kalimat hanya dapat disebut proposisi bila memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mengandung term subjek dan predikat yang dihubungkan dalam sebuah pernyataan.
2. Mengandung sifat pengakuan atau pengingkaran
3. Mengandung nilai benar atau salah.
4. Lalu ada Klasifikasi Proposi Kategoris:

Kuantitas proposisi yang berisi: Proposisi singular,proposisi partikular dan proposisi


universal. Kualitas proposisi yang berisi : Proposisi afirmatif dan proposisi negatif.Serta Luas
term Predikat yang menentukan kuantitas dalam suatu proposisi

d. Penyimpulan deduktif dan Silogisme.


Pertama ada Penalaran langsung yang lazim digunakan dalam melakukan konversi
(Pengungkapan) kembali makna yang terkandung dalam sebuah proposisi dengan cara
menukarkan tempat term subjek dengan predikatnya tanpa mengubah kualitas proposisi
tersebut. Agar kesimpulannya sama (ekuivalen) dengan premisnya, maka diperhatikan hukum
pokok bunyinya.
Kedua adalah Penalaran tidak langsung atau silogisme. Hal ini karena sifat pengakuan dan
pengingkaran term predikan tentang term subjek.
1. Silogisme Kategoris Standar adalah bentuk logis argumen deduktif yang terdiri dari dua
premis dan satu kesimpulan, yang semuanya merupakan proposisi-proposisi kategoris.
Jika dalam bentuk standar jika semua proposisi yang terkandung di dalamnya merupakan
proposisi kategori standar. Term Predikat disebut “Term Mayor” dan Term Subjek
disebut “Term Minor”.
2. Sifat Formal Argumen Silogistis merupakan bentuk argumen yang sahih tanpa
memperhatikan isi-nya (Silogisme dengan bentuk Semua M adalah P, Semua S adalah M
Jadi, semua S adalah P).
D. Kesesatan Berfikir
Kesesatan berfikir terbagi menjadi 2 yaitu: Kesesatan Formal (Kesesatan yang dilakukan karena
bentuk (forma) penalaran yang tidak tepat atau sahih karena pelanggaran silogisme). Sebaliknya
Kesesatan Material (Kesesatan yang terutama menyangkut isi materi penalaran karena faktor
bahasa dan karena tidak adanya hubungan logis atau relevansi antara premis dan kesimpulannya).
Salah satu kesesatan dalam bahasa adalah amfiboli karena kekeliruan penempatan suatu kata atau
term dalam sebuah ungkapan sehingga makna ungkapan itu menjadi bercabang. Lali ada
kesesatan relevasi yang terbagi menjadi: 1) Argumentum Ad Hominem (Mengacu pada
orangnya), 2) Argumentum Ad Populum (Mengacu pada kepentingan rakyat atau orang banyak),
3) Argumentum Ad Verecundiam (Mengacu kepada pribadi orang yang menyampaikan gagasan),
4) Ignoratio Elenchi (Kesimpulan yang sebenarnya tidak memiliki relevansi dengan premisnya).

Anda mungkin juga menyukai