Nama: ‘Afifah
NIM:210103040255
Email: afifahafifah554@gmail.com
Abstrak
This article discusses the development of human science and logic as means of scientific writing,. The three
essences have a role in the development of human science and scientific processes. Communication is an
essential tool for humans to communicate because, without human language, they cannot communicate
well with each other. In addition to literature, humans must also use logic in communication to have
rational, logical and logical thinking. Meanwhile, to have good ideas and concepts, humans must have
excellent mathematical abilities, and the last is statistics, so humans can make inductive statements in
compiling arguments.
Keywords: logika, berpikir ilmiah, logis
PENDAHULUAN
Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan fokus pada bagaimana NOS
tercermin dalam pendidikan sains, terutama di tingkat sekolah (Rijal and Sere 2017). Perdebatan
tentang tujuan pendidikan sains – sains untuk semua, atau sains untuk ilmuwan masa depan – telah
berkembang melalui peningkatan fokus pada 'literasi sains', pemahaman logika yang sesuai bagi
orang untuk berfungsi secara efektif dalam era modern. masyarakat teknologi. negara maju, dan
khususnya di negara demokrasi yang berjuang untuk menyeimbangkan pembangunan industri
dengan pemeliharaan lingkungan. Lulusan sekolah harus dipersiapkan untuk menjadi pembaca
yang kritis, konsumen yang cerdas, dan pemilih yang berpengetahuan, yang mampu mengevaluasi
klaim dan argumen ilmiah.
Telah dikemukakan bahwa fokus pada literasi sains ini merugikan mereka yang ingin
berspesialisasi dalam sains - karena tidak termasuk banyak 'konten' tradisional dan pekerjaan
praktis, dan mengurangi basis pengetahuan bagi siswa yang menghargai sifat abstrak sains. Namun,
saya berpendapat bahwa fokus pada sains proses tidak hanya mendukung tujuan pendidikan untuk
semua, tetapi juga dapat dilihat sebagai pusat pemahaman sains bagi mereka yang ingin mengambil
kursus lanjutan. Lagi pula, kurang penting untuk mengetahui bahwa karbon memiliki massa atom
dua belas, atau bahwa ada 'ledakan' spesies baru di Kambrium, daripada memiliki gagasan tentang
bagaimana klaim semacam itu muncul dan kemudian menjadi tersebar luas. Ini tentu bukan
argumen bahwa pendidikan sains harus mengecualikan atau mengecilkan produk sains (teori,
model, hukum, dll.) melainkan harus ada keseimbangan keterlibatan dengan produk dan proses.
Artinya, sebaiknya lebih selektif terhadap produk ilmiah yang disajikan dalam IPA sekolah, tetapi
mengajarkannya dalam konteks pemahaman proses ilmiah.
Saya akan mendekati tema ini dari dua titik awal. Salah satunya berkaitan dengan
keterbatasan yang diakui dalam pemahaman logika dalam berpikir secara ilmiah. Secara khusus saya
akan mempertimbangkan sentralitas model dalam pembelajaran sains: model ada di mana-mana
dalam pengajaran sains, tetapi umumnya dapat dipahami untuk dimaksudkan sebagai representasi
realitas yang realistis, ketika banyak dari mereka memiliki perbedaan yang sangat (sebagian,
sementara, terbatas) statusnya sebagai model ilmiah atau pengajaran. Titik awal lainnya adalah
contoh cara umum berpikir tentang bidang utama sains – di mana mereka menunjukkan ide-ide
yang cacat, tidak logis, dan tidak logis; tapi cukup kreatif dengan caranya sendiri.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Neumann,
pendekatan sentral adalah pendekatan yang berfokus pada realitas sosial, makna budaya, proses
dan peristiwa interaktif, realitas menjadi alasan utama, penilaian tradisional dan transparan, teori
citra dan data situs, analisis postmortem, analisis postmodern. Peneliti dan analisis partisipatif akan
terus mengembangkan dan memperbarui penelitian kualitatif tentang konsep yang digunakan
selama atau setelah proses pengumpulan data. Selain itu, unit analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah buku, majalah, peraturan, laporan artikel, dan literatur terkait berita. Bahan-
bahan tersebut digunakan sebagai dasar analisis dalam penelitian ini.
PEMBAHASAN
Pemahaman Dasar Logika
Logika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata sifat logike, yang
berhubungan dengan kata logos yang berarti ucapan, ucapan, pemikiran, akal, dan ilmu
pengetahuan. Kata atau pikiran yang dimaksud di sini adalah pikiran yang benar dan sehat. Pikiran
yang benar dan sehat diwujudkan dalam bahasa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa logika adalah suatu
disiplin ilmu yang mempelajari pikiran agar orang yang mempelajarinya dapat berpikir dan
berbicara dengan benar. Dalam arti luas, logika adalah metode dan prinsip yang secara jelas dapat
memisahkan penalaran yang benar dan yang salah.
Di Oxford dijelaskan, logika adalah (a) ilmu penalaran; (b) sistem atau metode penalaran
tertentu (Khine 2013). Kamus juga menyebutkan bahwa istilah lengkap logika adalah logike tekhne,
yang artinya seni atau keterampilan berpikir. Logika sendiri dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
logika natural (berpikir dengan benar dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan dan
kecenderungan subjektif), logika natural (berpikir secara spontan menurut hukum yang ada), dan
logika ilmiah (bernalar secara tepat) (kentravira subjektif)
Kondisi adalah hal-hal yang harus ada agar sesuatu dapat diwujudkan, dapat dilakukan.
Untuk berpikir baik, benar, dialektis, juga diperlukan syarat-syarat tertentu (Untuk et al. 2022):
1. Mencintai kebenaran: Sikap ini merupakan dasar pemikiran yang benar karena sikap ini
selalu menggerakkan pemikir untuk mencari, menyelidiki, meningkatkan kualitas berpikir
dan menalar.
2. Mengetahui secara sadar apa yang sedang dilakukan: Aktivitas yang dilakukan adalah
aktivitas pemikiran. Seluruh aktivitas intelek kita adalah upaya dengan terus-menerus
bekerja untuk memperoleh kebenaran yang diselingi dengan pengetahuan tentang
kebenaran, tetapi hanya sebagian.
3. Mengetahui secara sadar apa yang dikatakan: Pikiran diungkapkan dengan kata-kata,
perhatian penuh dari pikiran diungkapkan dengan kata-kata yang tepat. Oleh karena itu,
kehati-hatian dalam mengungkapkan pikiran ke dalam kata-kata adalah sesuatu yang tidak
bisa ditawar-tawar lagi.
4. Lakukan pembedaan dan pengklasifikasian yang benar, jika dua hal tidak memiliki bentuk
yang sama, mereka berbeda, tetapi ada banyak kasus di mana dua atau lebih hal memiliki
bentuk yang sama, tetapi tidak identik. Di sinilah perlunya membuat perbedaan, perbedaan.
5. Cinta definisi yang sebenarnya: Penggunaan bahasa sebagai ekspresi sesuatu mungkin tidak
ditangkap seperti yang diungkapkan atau dimaksudkan. Oleh karena itu jangan ragu untuk
membuat definisi; definisi harus diburu sampai ditemukan, deskripsi adalah batas-batas
yang memperjelas batas-batas sesuatu.
6. Membuat kesimpulan yang benar.
7. Menghindari kesalahan dengan segala usaha dan tenaga, serta mampu mengenali jenis,
jenis, dan nama kesalahan, serta mengenali penyebab kegagalan berfikir (reasoning).
KESIMPULAN
Logika memiliki peran penting dan lumrah dalam kehidupan dan kehidupan manusia.
Kebiasaan ini membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai hal
yang normal, seperti bernapas dan berjalan. Padahal bahasa memiliki pengaruh yang luar biasa dan
termasuk yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Logika adalah sarana berpikir yang
sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, berpikir logis adalah berpikir
menurut kaidah berpikir.
Logika melambangkan rangkaian makna dari rangkaian pernyataan yang ingin kita
sampaikan. Logika sebagai simbol adalah "buatan", yang hanya memiliki makna setelah makna
diberikan padanya. Tanpa itu, matematika hanyalah kumpulan rumus statistik mati, yaitu kumpulan
materi informasi berupa angka atau angka. Metode statistik adalah suatu metode khusus yang perlu
ditempuh untuk mengumpulkan, menyusun, atau mengarang, menyajikan, menganalisis, dan
memberikan interpretasi terhadap kumpulan bahan informasi berupa angka-angka yang dapat
berbicara atau dapat memberikan pengertian tentang arti tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Khine, Myint Swe. 2013. Advances in Nature of Science Research: Concepts and Methodologies. Advances in
Nature of Science Research: Concepts and Methodologies. https://doi.org/10.1007/978-94-007-
2457-0.
Mahmudi, Ikhwan. 2016. “Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah: Analisis Pembelajaran Bahasa
Kontekstual.” Universitas Negeri Jakarta 4 (1): 15–33.
Rijal, Muhammad, and Idrus Sere. 2017. “Sarana Berfikir Ilmiah.” Biosel: Biology Science and
Education 6 (2): 176. https://doi.org/10.33477/bs.v6i2.170.
Setyawati, Rukni. 2017. “Bahasa Sebagai Sarana Belajar Dan Berpikir.” Publikasi Ilmiah Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 296–311.
Tinggi, Sekolah, Agama Islam, and Ypbwi Surabaya. 2016. “Jendela Logika Dalam Berfikir:
Deduksi Dan Induksi Sebagai Dasar Penalaran Ilmiah Imron Mustofa” 6.
Untuk, Diajukan, Memenuhi Tugas, U A S Pada, Mata Kuliah, Dasar Dasar, and Kata Pengantar.
2022. “MAKALAH DASAR - DASAR LOGIKA “ LOGIKA SEBAGAI SARANA
BERFIKIR ILMIAH “ PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK SEKOLAH
TINGGI ILMU ADMINISTRASI ( STIA ).”