DASAR-DASAR LOGIKA
Disusun Oleh:
M. Andre Wijaya
NPM. 0420007
Dosen Pengampu: Dulaimi Djalili, S.IP.,M.SI
A. Sejarah Logika
Keberadaan logika dimulai sejak tahun 624 SM- 548 SM oleh seorang filsuf
dari Yunani yang bernama Thales. Ia mengatakan bahwa air adalah sebuah prinsip
atau asas utama dari alam semesta. Saat itu, Thales telah mengemukakan gagasan
mengenai logika induktif. Kemudian ia Aristoteles mengenalkan logika sebagai ilmu
yang kemudian disebuar sebagai logica scientica. Ia lalu menarik kesimpulan bahwa
air merupakan prinsip alam semester dengan alas an bahwa air adalah jiwa segala
sesuatu. Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta yang menurut
Aristoteles disimpulkan dari:
P: Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
Q: Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
R: Air jugalah uap
S: Air jugalah es
Pada masa ini, logika yang diperkenalkan adalah logika analitika yang secara
khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari pernyataan yang benar
serta. Inrti dari logika Aristotekes adalah silogisme. Setelah permulaan pengetahuan
logika diawali oleh Aristoteles, beberapa filsuf dari beberapa Negara turut
memberikan pendapatnya setelah membaca beberapa buku dari Aristoteles. Setelah
ratusan tahun berlalu puncak kejayaan logika simbolik adalah terbitnya Principia
Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead
(1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970) pada tahun 1910-
1913. Setelah itu, logika simbolik dilanjutkan oleh beberapa ilmuwan seperti Ludwig
Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel (1906-1978),
dan lain-lain.
PEMBELAJARAN 5
Bahasa terdiri dari susunan kalimat atomik pernyataan sederhdana dan ash.
Penyataan ini terdiri dari simbol atau nama-nama sederhana yang langsung
berhubungan dengan objek. Peran utama bahasa adalah memberikan gambaran
tentang realitas. Selain itu, bahasa adalah gambaran ataupun mode pada situasi yang
dapat kita alami sendiri secara langsung.
Menurut Wittgenstein, berbicara merupakan pola tingkah laku tertentu dalam
situasi tertentu. Hal tersebut membuktikan bahwa sebuah pikiran pada dasarnya tidak
dapat dipisahkan dari bahasa. Bahasa tidak sekedar berfungsi memberikan informasi,
tetapi juga memiliki makna ganda seperti memerintahkan, mengatur, mengarahkan
dan sebagainya.Variasi bahasa itu disebut sebagai fakta.
PEMBELAJARAN 8
a. principium indentitatis
b. principium contradictionis
c. principium exclusi tertii
d. principoium rationis sufficientis.
PEMBELAJARAN 10
C. Jenis-Jenis Term
Term terdiri dari 5 jenis yaitu:
a. Term Konkret (Concrete Term)
b. Term Abstrak (Abstract Term)
c. Term Tunggal (Singular Term)
d. Term Kolektif (Collective Term)
e. Term Umum
PEMBELAJARAN 11
A. Hakikat Penalaran
Penalaran adalah sebuah proses mental di mana kita (melalui akal budi) bergerak
dari apa yang telah kita ketahui menuju ke pengetahuan yang barn (hal yang belum kita
ketahui). Bila kita memahami hakikat sesuatu, maka pada saat itu Pula kita
membentuk gagasan tentang sesuatu tersebut. Setelah gagasan-gagasan terbentuk,
akal budi kita selanjutnya memperbandingkan antara gagasan yang satu dan gagasan
yang lainnya. Pembandingan ini akan membimbing kita untuk mengetahui apakah
kedua gagasan yang diperbandingkan tersebut cocok atau tidak cocok satu sama lain.
Dengan cara semacam inilah akal budi, kita membentuk sebuah putusan. Pada saat
kita menyatakan putusan melalui kata-kata atau bahasa, inilah saatnya kita
membentuk proposisi.
Selanjutnya, penyimpulan dapat diartikan sebagai sebuah proses mental di
mana kita bergerak dari satu proposisi atau lebih menuju ke proposisi lain yang
mempunyai hubungan dengan proposisi yang sebelumnya. Ini merupakan proses
penggabungan sejumlah proposisi baru, yaitu konklusi, dapat diturunkan darinya.
B. Jenis Penyimpulan
a. Penyimpulan Langsung
Penyimpulan langsung adalah penyimpulan di mana kita secara langsung dan
begitu saja menarik sebuah kesimpulan dari sebuah premis atau satu-satunya premis
yang ada.
b. Penyimpulan tidak langsung
Penyimpulan tidak langsung adalah proses penyimpulan di mana kita menarik
sebuah kesimpulan melalui dua premis atau lebih yang dipersatukan. Penyimpulan
ini merupakan proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas dasar
penggabungan proposisi-proposisi yang lama. Pada model ini, penyimpulan dibagi
menjadi dua yaitu model penyimpulan deduksi dan induksi.
PEMBELAJARAN 12
A. Azas Pemikiran
Azas merupakan sesuatu yang mendahului atau dapat diartikan sebagai titik
pangkal dari sesuatu yang muncul dan dimengerti. Azas pemikiran adalah
pengetahuan dari mana pengetahuan yang lain tergantung dan dapat dimengerti. Azas
pemikiran dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Azas Primer
Azas ini mendahului azas-azas lainnya. Azas ini juga tidak ter gantung
pada azas-azas yang lain. Azas primer berlaku untuk segala sesuatu yang
ada, termasuk logika. Azas ini mencakup azas identitas (principium
identitatis), azas kontradiksi (principium contradictionis), azas-
penyisihan-kemungkinan-yang ketiga (principium tertii exclusi) dan azas-
alasan-yang mencukupi (principium rationis sufficientis).
b. Azas Sekunder
Azas-azas ini merupakan pengkhususan dari azas-azas primer tadi.
Azas-azas ini dapat dipandang dari sudut isinya dan dari sudut luas nya.
Terdapat tiga jenis azas sekunder yaitu zas kesesuaian (principium
convenientiae), azas dikatakan tentang semua (principium dictum de
omni) dan azas tidak dikatakan tentang mana pun juga ( principium
dictum de nullo).
Dapat diketahui bahwa azas-azas tersebut tidak mempunyai konsekuensi
yang menyentuh baik penyimpulan pada umumnya maupun pemyimpulan
modal. Penyimpulan pada umumnya adalah penyimpulan yang sesuai dengan
penyimpulan yang lurus dan kesimpulan itu sendiri. Sedangkan penyimpulan
modal adalah dimana premis yang mutlak juga menghasilkan kesimpulan yang
mutlak. Tetapi kesimpulan yang mutlak dapat berasal dari premis-premis yang
mutlak atau yang 'kebetulan’. Premis yang dapat menghasilkan kesimpulan yang
benar atau salah; mustahil