Makalah pertama
Berpikir Filosofis adalah memberikan penjelasan tentang dunia, tentang manusia, tentang segala
sesuatu, termasuk tentang bagaimana cara manusia mengetahui.
1. Perumusan masalah
2. Merumuskan hipotesis
3. Pengujian hipotesis
4. Penarikan kesimpulan
Pengertian ontologi
Ontologi adalah kajian filsafat yang tentang hakikat dari yang ada, yang akan ada, eksistensi atau
realitas sebagai dasar kategori dari yang ada beserta hubungannya.
Pengertian Epistemologi
Epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas tentang hakikat pengetahuan
manusia (Kaelan, 2005)
1. Etika
Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah
moral
2. Estetika
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan
Makalah 2
Filsafat Matematika
A. Hakikat Matematika
Matematika adalah salah satu pengetahuan tertua yang terbentuk dari penelitian bilangan dan
ruang. Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan tidak merupakan
cabang dari ilmu pengetahuan alam.
G. Simbol Matematika
model atau symbol matematika sesungguhnya kosong dari arti. Ia akan bermakna sesuatu
bila kita mengaitkannya dengan konteks tertentu. Secara umum, hal ini pula yang
membedakan symbol matematika dengan symbol bukan matematika.
H. Aksioma dan Tata Permainan Bahasa Matematika
Konsep matematika bersifat abstrak, dapat dibentuk dari konsep-konsep sebelumnya,
berfungsi membantu untuk memahami sesuatu, berperan mengkomunikasikan pengertian,
menjelaskan sesuatu dan merupakan suatu metode. Konsep matematika termuat dalam
definisi, aksioma, dan bukti.
Makalah 3
C. Sifat Matematika
Matematika murni semata-mata terdiri atas deduksi-deduksi dengan prinsip logika dan
merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan yang berbentuk “P memuat Q” dengan P dan Q
adalah symbol-simbol yang tak bermakna (Russell, 1951). Semua konsep Matematika dapat
diturunkan dari konsep-konsep logika melalui defnisi ekspisit dan teorema dalam
Matematika dapat diturunkan dari aksioma-aksioma logika hanya dengan deduksi logis
(Carnap, 1964). Matematika selalu berkaitan dengan justifkasi.
D. Kebenaran Matematika
Kebenaran Matematika berdasarkan atas kesepakatan bahasa. Dengan kata lain, bahasa dan
aturan yang disepakati merupakan kunci untuk menegakkan dan mengesahkan kebenaran
Matematika
MAKALAH 4
A. ARTI FILSAFAT
Falsafah (Arab)
Philosophy (Inggris)
Philosophie (Jerman, Belanda, Perancis)
Philosophia (Latin, Yunani)
philein = mencintai
sophia = kebijaksanaan
B. METODE FILSAFAT
Cara berpikir secara reflektif (mendalam), inclusive (secara luas), synoptic (secara garis
besar), comprehensif (menyeluruh)
C. Istilah matematika berasal dari kata Yunani "mathein" atau "manthenein" yang artinya
"mempelajari". Patut diduga bahwa kedua kata itu erat hubungannya dengan kata Sansekerta
"medha" atau "widya" yang artinya "kepandaian", "ketahuan" atau "intelegensia" (Andai
Hakim Nasution, 1978; 12).
D. Matematika sebagai subjek kajian dimulai pada abad ke enam SM.
Pythagoras membuat istilah “mathematics” dari bahasa Yunani “mathema” yang berarti
“materi pelajaran”
Bangsa Yunani memberi sumbangan antara lain berpikir deduktif dan keketatan dalam
pembuktian.
Cina dengan nilai tempat (Joseph, 1991),
Budaya Hindu-Arab memberi sumbangan sistem lambang bilangan dan aturan operasi
bilangan yang dibawa oleh budaya Islam ke budaya Barat (Kaplan, 1999). Budaya Islam
membangun dan mengembangkan matematika sehingga dikenal di Eropa.
MAKALAH 5
Istilah “bahasa” adalah padanan dari kata “lingua” (Bahasa latin) yang memiliki arti “Bahasa,lidah”,
berpadanan dengan “language” dalam Bahasa inggris.
MAKALAH 6
Suatu bukti harus dengan mudah dan jelas dilihat dan dimengerti
(Wittgenstein,1978). Bukti juga harus bersifat tegas dalam arti didasarkan atas konsep,
pengertian, atau proposisi-proposisi yang telah dijamin kebenarannya. Bukti tidak boleh
meragukan, sebab keraguan akan merusak bukti dan akan berakibat berkurangnya keyakinan
matematis. Bukti dalam matematika harus jelas, logis, mudah dilihat, serta dapat ditulis
kembali sehingga bukti membawa kepada kepastian matematis. Bukti berperan juga sebagai
pemandu atau pembawa pengalaman-pengalaman ke dalam aturan-aturanyang jelas dalam
suatu system matematika.
Proposisi matematika ditentukan oleh apa yang menjadi bagian dari suatu system
matematika yang dapat digunakan untuk membuktikan proposisi matematika yang
diragukan. Bukti-bukti dikonstruksi untuk memantapkan suatu system aksiomatika baru
(Shanker, 1987). Agar suatu proposisi matematika menjadi bermakna, proposisi matematika
harus menjadi bagian dari suatu system bukti matematika dengan aturan yang digunakan
dalam system ini. Hal ini sesuai dengan konsepsi Wittgenstein tentang suatu kalimat dari
bahasa alamiah yang memiliki makna dari tata permainan bahasa yang digunakan. Apabila
suatu “proposisi” tidak memiliki bukti, maka tidak boleh atau tidak benar “proposisi” itu
disebut suatu proposisi
Bukti matematik suatu proposisi berupa serangkaian proposisi yang dihubungkan dengan
pengertian, aksioma, aturan ,atau proposisi yang telah dibuktikan dengan hukum-hukum
penarikan yang bersifat logis.