Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH

Sifat Matematika, Kebenaran Matematika, Matematika sebagai


Alat Bagi Pemecahan Masalah

Dosen pengampu : Dr. Rochmad, M.Si.

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang


Sifat alami matematika terdiri asas deduksi-deduksi dengan prinsip-prinsip
logika (The Liang Gie, 1981). Matematika murni semata-mata terdiri atas deduksi-
deduksi dengan prinsip logika dan merupakan kumpulan pernyataan yang berbentuk
“p memuat q” dengan p dan q adalah simbol-simbol yang tak bermakna (Russel,
1951). Semua konsep matematika dapat diturunkan dari konsep-konsep logika
melalui definisi eksplisit; teorema-teorema dalam matematika yang dapat diturunkan
dari aksioma-aksioma logika hanya dengan deduksi logis (Carnap, 1964). Implikasi
dari pendapat ini adalah matematika selalu berkaitan dengan justifikasi.
Kebenaran dalam matematika berdasarkan atas kesepakatan bahasa atau
dengan perkataan lain bahasa dan aturan yang disepakati merupakan kunci untuk
menegakkan dan mengesahkan kebenaran matematika. Pada intinya kebenaran
matematika bertumpu pada kesepakatan. Dalam matematika sendiri termasuk jenis
kebenaran koherensi yaitu kebenaran yang bukan bersifat pasti tetapi kebeneran
bersifat relative dan bertumpu pada kesepakatan.
Definisi kebenaran  menurut bahasa arab adalah al-haqq yang memiliki
pengertian yang tidak sia-sia, yang bermanfaat, yang berguna bagi manusia.
Sedangkan definisi kebenaran menurut Al-Qur’an adalah
pengabdian/penghambaan diri/penyembahan/peribadatan kepada Alloh saja
seperti yang diajarkan dan dicontohkan oleh Muhammad saw “ . Inilah definisi
kebenaran menurut bimbingan wahyu (Al-Qur’an).
Aristoteles mendefinisikan kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang
diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Benar dan salah
adalah soal sesuai tidaknya apa yang dikatakan dengan kenyataan sebagaimana
adanya. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia (oleh Purwadarminta), ditemukan arti
kebenaran, yaitu: 1. Keadaan yang benar (cocok dengan hal atau keadaan
sesungguhnya); 2. Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada, betul demikian
halnya); 3. kejujuran, ketulusan hati; 4. Selalu izin, perkenanan; 5. Jalan kebetulan.
Selaras dengan Poedjawiyatna (1987:16) yang mengatakan bahwa persesuaian antara

2
pengatahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan itu
harus yang dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah
pengetahuan obyektif. 
Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai
kebenaran. Problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya
epistemologi. Telaah kebenaran secara epistemologi membawa orang kepada suatu
kesimpulan bahwa ada tiga jenis kebenaran, yaitu kebenaran epistemologis,
kebenaran ontologis, dan kebenaran semantis. Kebenaran epistemologis adalah
kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia. Kebenaran dalam arti
ontologis adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala
sesuatu yang ada atau diadakan. Sedangkan kebenaran dalam arti semantis adalah
kebenaran yang terdapat serta melekat dalam tutur kata dan bahasa. Namun, dalam
makalah ini penulis membatasi makna “kebenaran” pada kekhususan makna
“kebenaran keilmuan (ilmiah)”.
Matematika memiliki hungungan yang erat dengan kehidupan sosial dan
politik dalam setiap periode peradaban manusia, dan matematika merupakan alat
yang digunakan dalam kehidupan manusia setiap hari (Court, 2006). Matematika
adalah alat pikiran, bahasa ilmu, tata cara pengetahuan, dan penyimpulan deduktif.
Matematika di samping merupakan alat yang berfungsi sebagai bahasa (Leonhardy,
1962). Matamatika murni berkenaan dengan penemuan dan pemantapan implikasi
dari aksioma tentang konsep-konsep matematika untuk membuktikan teorema,
sedangkan matematika terapan berkaitan dengan ide-ide dan problem-problem untuk
penelitian berkenaan dengan alam atau dunia nyata.

B.  Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini adalah:
1) Sifat matematika
2) Pengertian kebenaran dan tingkatannya
3) Teori-teori kebenaran menurut filsafat
4) Matematika dalam filsafat kebenaran
5) Matematika sebagai alat pemecahan masalah

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sifat Matematika
Menurut aliran logisisme, sifat alami matematika terdiri asas deduksi-
deduksi dengan prinsip-prinsip logika (The Liang Gie, 1981). Matematika murni
semata-mata terdiri atas deduksi-deduksi dengan prinsip logika dan merupakan
kumpulan pernyataan yang berbentuk “p memuat q” dengan p dan q adalah simbol-
simbol yang tak bermakna (Russel, 1951). Semua konsep matematika dapat
diturunkan dari konsep-konsep logika melalui definisi eksplisit; teorema-teorema
dalam matematika yang dapat diturunkan dari aksioma-aksioma logika hanya
dengan deduksi logis (Carnap, 1964). Implikasi dari pendapat ini adalah
matematika selalu berkaitan dengan justifikasi.
Dalam matematika, konsep-konsep yang dinyatakan dalam bentuk rumusan
yang disebut definisi (mathematical definition). Definisi adalah hasil kesepakatan
sosial para matematikawan yang di buat dengan hanya menggunakan konsep yang
tak terdifinisi dan atau konsep yang telah didifinisikan sebelumnya. Konsep yang
tak terdefinisi didalam geometri misalnya adalah titik, garis, bidang dan
ruang.Sedangkan Definisi misalnya adalah definisi Sinar. Di dalam geometri kita
mengenal sinar, dan definisi sinar adalah himpunan titik-titik yang merupakan
gabungan suatu titik tetap dan titik-titik yang sepihak terhadap titik tetap itu. Pada
dasarnya tidak ada definisi salah, definisi dikategorikan atas “desinisi yang baik”
dan “definisi yang tidak baik”.

Contoh definisi yaitu dua himpunan A dan B dikatakan sama bila


keduananya memuat unsur yang sama. Dengan kata lain untuk setiap unsur X
anggota himpunan A maka X juga merupakan himpunan B dan juga sebaliknya
untuk setiap unsur Y anggota himpunan B maka Y juga merupakan anggota
himpunan A.Definisi yang menyatakanbahwa persegi adalah segi empat yang
semua sisinya sama panjang, semua sudutnya sama dan siku-siku, dan kedua
diagonalnya berpotongan tegak lurus dan saling membagi sama besar adalah
definisi yang tidak produktif. Definisi tersebut hanya menghasilkan sedikit teorema,
sehingga sangat mengurangi keindahan matematika.

4
Konsep epistemologis matematika adalah teori Euclidean , yaitu teori yang
meletakan aksioma-aksioma di puncak sistem dan merupakan self evident trust
(Wittgenstein, 1978). Pengertian aksioma berasal dari Bahasa Yunani “Axioma”
yang berarti dianggap berharga atau juga sesuai atau terbukti dengan sendirinya.
Diantara para filsuf Yunani, suatu aksioma merupakan suatu pernyataan yang bisa
dilihat kebenarannya tanpa perlu adanya bukti. Aksioma dalam matematika itu bukan
berarti proposisi yang terbukti dengan sendirinya. Melainkan sebagai titik awal dari
sebuah sistem logika, misalnya nama lain dari teorema adalah postulat. Suatu
aksioma merupakan basis dari sitem logika formal yang bersama-sama dengan aturan
inferensi mendefinisikan logika. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aksioma adalah
pendapat yang dijadikan pedoman dasar serta merupakan dalil pemula, sehingga
kebenarannya tidak perlu untuk dibuktikan lagi. Contoh aksioma seperti garis
merupakan himpunan titik-titik yang memuat paling sedikit dua titik dan dua titik
yang berlainan termuat didalam tepat satu garis. Syarat-syarat aksioma yaitu:
1. Konsisten (taat asas)
2. Independen
3. Lengkap
4. ekonomis
Teorema adalah suatu pernyataan yang diturunkan dari pernyataan–
pernyataan yang sebelumnya telah diterima kebenarannya. Teorma merupakan suatu
informasi matematika yang dituangkan sebagai suatu prinsip. Kadang kadang
teorema dinyatakan dalam bentuk rumus atau formula. Teorema matematika
merupakan hasil penarikan deduktif dari suatu himpunan aksioma (Kline, 1985).
Karena teorema metupakan hasil penarikan deduktif, maka kebenaran teorema harus
dibuktikan secara deduktif. Sehingga dapat dikatakan bahwa teorema adalah sebuah
pernyataan, sering dinyatakan dalam bahasa alami, yang dapat dibuktikan atas
dasar asumsi yang dinyatakan secara eksplisit ataupun yang sebelumnya disetujui.
Pernyataan proposisi yang diikuti dengan bukti yang sedikit atau tidak ada sama
sekali dari sebuah teorema atau definisi lain.Contoh: Teorema Pythagoras
menyatakan hubungan ketiga sisi segitika siku-siku, Teorema Langrange menyatakan
hubungan grup hingga dengan subgrup-nya.

5
Kline (1960) menyatakan bahwa matematika merupakan cara berpikir
yangpostulation, artinya berpikir berlandaskan postulat atau aksioma. Suherman
(2003) menyatakan bahwa matematika adalah disiplin pemikiran dan prosedur
pengolahan logika, baik secara kuantitatif maupun kualitatif .Kurikulum (2006)
menyatakan bahwa matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, memiliki peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
mempromosikan kekuatan pikiran manusia.Devlin (2000) menyatakan bahwa
matematika adalah pengetahuan tentang pola, maka musik dan tarian adalah seni
tentang pola. Pola dan struktur adalah bagian penting untuk sains dan seni. Otak
manusia menyukai pola, baik dengan cara mencari pola atau membuat pola. Hardy
(1992: 84) menyatakan bahwa “A mathematician, like a painter or a poet, is a maker
of patterns. If his patterns are more permanent than theirs, it is because they are
made with ideas”. Meskipun sukar untuk menentukan definisi yang tepat utnuk
matematika, namun pada dasarnya terdapat sifat-sifat yang mudah dikenali pada
matematika yaitu (1) merupakan abstraksi dari dunia nyata (2) menggunakan bahasa
simbol (3) menganut pola piker deduktif. Metode matematika melalui proses
penetapan definisi suatu konsep. Selanjutnya konsep-konsep yang telah didefinisikan
menjadi dasar dalam penalaran. Konklusi diurunkan dari sejumlah definisi dan
aksioma dengan menggunakan logika yang sangat teliti dan tepat. Metode
matematika ini juga disebut metode aksiomatik atau hipotetik dedukatif, sehingga
sering dikatakan bahwa matematika bersifat deduktif aksiomatik. Sifat deduktif
aksomatik ini sejalan dengan pendapat Ernest bahwa matematika bersifat Formal
dan rasional.
Berdasarkan pendapat Hilbert, Kilne, dan Hudojo dalam Suyitno (2016:78)
suatu sistem matematika dapat digambarkan dengan skema sederhana.

6
Pengertian
Pangkal

Kesepakatan Kesepakatan

Pengertian Aksioma
(didefinisikan) (ditetapkan)

Deduktif Deduktif

Teorema(dibuktik
an)

B. PengertianKebenaran dan Tingkatannya


Kebenaran intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari keterlibatan
ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. Kebenaran merupakan ciri asli dari ilmu itu
sendiri. Ada dua pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti nyata-nyata
terjadi, dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan (ketidakbenaran).
Persesuaian antara pengatahuan dan obyeknya itu yang disebut kebenaran. Artinya
pengetahuan itu harus yang dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi pengetahuan
benar adalah pengetahuan obyektif.
Dalam kehidupan manusia, kebenaran adalah fungsi rohaniah. Manusia di
dalam kepribadian dan kesadarannya tak mungkin hidup tanpa kebenaran.
Berdasarkan potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi :
1. Tingkatan kebenaran indera adalah tingakatan yang paling sederhana dan
pertama yang dialami manusia.
Contoh : di meja ada sepuluh buah apel.
2. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping melalui
indera, diolah pula dengan rasio.

7
Contoh : kita dapat mengetahui lamanya waktu yang di butuhkan untuk
mencapai sebuah tempat dengan jarak tertentu.
3. Tingkatan filosofis, rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah
kebenaran itu semakin tinggi nilainya.
Contoh : kita dapat memperhitungkan kontruksi sebuah bangunan di lihat dari
aspek sudut, panjang, kemiringan, tinggi dan banyaknya bahan dalam membuat
kontruksi bangunan.
4.      Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha
Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan
kepercayaan.
5. Tingkatan Rasional.
Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan yang logis; menurut pikiran
yang sehat; cocok dengan akal. Rasionalisme adalah pandangan bahwa kita
mengetahui apa yang kita pikirkan dan bahwa akal mempunyai kemampuan
untuk mengungkapkan kebenaran dengan diri sendiri, atau bahwa pengetahuan
itu diperoleh dengan cara membandingkan ide dengan ide Basman (2009: 30).
Manusia merupakan makhluk hidup yang dapat berpikir, sehingga
kemampuannya tersebut dapat menangkap ide atau prinsip tentang sesuatu
yang pada akhirnya sampai kepada kebenaran, yaitu kebenaran rasional.
Contoh: Ketika TV kita tidak berfungsi dengan baik maka dapat dipikir bahwa
dan dipastikan kalau ada komponen di dalam TV yang rusak atau sudah perlu
diganti. Pemikiran tentang ada sesuatu yang tidak beres ini merupakan suatu
hal rasional yang timbul dari fenomena TV dan dapat dipastikan pikiran
rasional ini benar.
6. Tingkatan Intuitif.
Intuitif merupakan suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan
seketika.Unsur utama bagi pengetahuan adalah kemukinan adanya sesuatu
bentuk penghayatan langsung (intuitif) Bergson dalam Muslih (2004: 68).
Pendekatan ini merupakan pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui proses
penalaran tertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak bias diramalkan.Bahwa
intuisi yang dialami oleh seseorang bersifat khas, sulit atau tidak bisa
dijelaskan, dan tidak bisa dipelajari atau ditiru oleh orang lain. Bahkan

8
seseorang yang pernah memperoleh intuisi sulit atau bahkan tidak bias
mengulang pengalaman serupa
Contoh : Seorang yang sedang menghadapi suatu masalah secara tiba-tiba
menemukan jalan pemecahan dari masalah yang dihadapi atau secara tiba-tiba
seseorang memperoleh informasi mengenai peristiwa yang akan terjadi.
Keenam tingkat kebenaran ini berbeda-beda wujud, sifat dan kualitasnya
bahkan juga proses dan cara terjadinya, disamping potensi subyek yang
menyadarinya. Potensi subyek yang dimaksud disini ialah aspek kepribadian yang
menangkap kebenarna itu. Misalnya pada tingkat kebenaran indera, potensi subyek
yang menangkapnya ialah panca indera.
Pendidikan pada umumnya dan ilmu pengetahuan pada khususnya mengemban
tugas utama untuk menemukan, mengembangkan, menjelaskan, dan menyampaikan
nilai-nilai kebenaran. Semua orang yang berhasrat untuk mencintai kebenaran,
bertindak sesuai dengan kebenaran. Kebenaran adalah suatu nilai utama di dalam
kehidupan manusia sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya
sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha
“memeluk” suatu kebenaran.
Kebenaran sebagai ruang lingkup dan obyek pikir manusia sudah lama menjadi
penyelidikan manusia. Manusia sepanjang sejarah kebudayaannya menyelidiki
secara terus menerus apakah hakekat kebenaran itu?
Jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula
untuk melaksanakan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang
kebenaran, tanpa melaksanakan kebenaran tersebut manusia akan mengalami
pertentangan batin, konflik spikologis. Menurut para ahli filsafat itu bertingkat-
tingkat bahkan tingkat-tingkat tersebut bersifat hirarkhis. Kebenaran yang satu di
bawah kebenaran yang lain tingkatan kualitasnya .

C. Teori-Teori Kebenaran Menurut Filsafat


Kebenaran dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu kebenaran epistemologis,
kebenaran ontologis dan kebenaran semantis. Kebenaran epistemologis adalah
kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia. Kebenaran ontologis
adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang

9
ada atau diadakan. Sedangkan kebenaran semantis adalah kebenaran yang terdapat
serta melekat dalam tutur kata dan bahasa. Adapun teori-teori kebenaran menurut
filsafat adalah sebagai berikut :

1. Teori Korespondensi (The Correspondence Theory of Truth)


Masalah kebenaran menurut teori ini hanyalah perbandingan antara realita
obyek (informasi, fakta, peristiwa, pendapat) dengan apa yang ditangkap oleh subjek
(ide, kesan). Jika ide atau kesan yang dihayati subjek (pribadi) sesuai dengan
kenyataan, realita, objek, maka sesuatu itu benar.
Teori korispodensi (corespondence theory of truth) menerangkan bahwa
kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti
yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dimaksud oleh
pernyataan tersebut. Contoh dari teori kebenaran ini adalah nilai kebenaran dari
pernyataan “Semarang adalah ibu kota Jawa Tengah ”. Pernyataan ini bernilai benar
karena pada kenyataannya Ibu kota Jawa Tengah adalah Semarang. Dengan
demikian ada lima unsur yang diperlukan, yaitu :
1. Statemaent (pernyataan)
2. Persesuaian (agreemant)
3. Situasi (situation)
4. Kenyataan (realitas)
5. Putusan (judgements)
Kebenaran adalah fidelity to objektive reality (kesesuaian pikiran dengan
kenyataan). Teori ini dianut oleh aliran realis yang dipelopori oleh Plato, Aristotels
dan Moore kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas,
serta oleh Berrand Russel.
Contoh :
Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespodensi ini.
Teori kebenaran menurut korespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga
pendidikan moral bagi anak-anak ialah pemahaman atas pengertian-pengertian moral
yang telah merupakan kebenaran itu. Apa yang diajarkan oleh nilai-nilai moral ini
harus diartikan sebagai dasar bagi tindakan-tindakan anak di dalam tingkah lakunya.
Artinya anak harus mewujudkan di dalam kenyataan hidup, sesuai dengan nilai-nilai

10
moral itu. Bahkan anak harus mampu mengerti hubungan antara peristiwa-peristiwa
di dalam kenyataan dengan nilai-nilai moral itu dan menilai adakah kesesuaian atau
tidak sehingga kebenaran berwujud sebagai nilai standar atau asas normatif bagi
tingkah laku. Apa yang ada di dalam subyek (ide, kesan) termasuk tingkah laku harus
dicocokkan dengan apa yang ada di luar subyek (realita, obyek, nilai-nilai) bila
sesuai maka itu benar.
Kelemahan yang didapatkan dari teori korespondensi adalah: Pertama, teori
korespondensi memberikan gambaran yang kurang tepat dan yang terlalu sederhana
mengenai bagaimana kita menentukan suatu kebenaran atau kekeliruan dari suatu
pernyataan. Bahkan seseorang dapat menolak pernyataan yang dianggap sebagai
sesuatu yang benar didasarkan dari suatu latar belakang kepercayaannya masing-
masing. Kedua, teori korespondensi bekerja dengan idea, “bahwa dalam mengukur
suatu kebenaran kita harus melihat setiap pernyataan satu-per-satu, apakah
pernyataan tersebut berhubungan dengan realitasnya atau tidak. ”Lalu bagaimana
jika kita tidak mengetahui realitasnya? Bagaimanapun terdapat kesulitan dalam
melakukan hal tersebut. Adapun yang ketiga adalah, Kelemahan teori kebenaran
korespondensi ialah munculnya kekhilafan karena kurang cermatnya penginderaan,
atau indera tidak normal lagi. Di samping itu teori kebenaran korespondensi tidak
berlaku pada objek/bidang nonempiris atau objek yang tidak dapat diinderai.
Kebenaran dalam ilmu adalah kebenaran yang sifatnya objektif, ia harus didukung
oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan dalam pembentukan objektifanya. Kebenaran
yang benar-benar lepas dari kenyataan subjek.
2. TeoriKonsistensi atau Koherensi
Teori ini merupakan suatu usaha pengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil test
dan eksperimen dianggap reliabel jika kesan-kesan yang berturut-turut dari satu
penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik
lain dalam waktu dan tempat yang lain.
Menurut teori konsistensi untuk menetapkan suatu kebenaran bukanlah
didasarkan atas hubungan subyek dengan realitas obyek. Sebab apabila didasarkan
atas hubungan subyek (ide, kesan dan comprehension-nya) dengan obyek, pastilah
ada subyektivitasnya. Oleh karena itu pemahaman subyek yang satu tentang sesuatu
realitas akan mungkin berbeda dengan apa yang di dalam pemahaman subyek lain.

11
Teori ini dipandang sebagai teori ilmiah yaitu sebagai usaha yang sering
dilakukan di dalam penelitian pendidikan khsusunya di dalam bidang pengukuran
pendidikan. Teori konsisten ini tidaklah bertentangan dengan teori korespondensi.
Kedua teori ini lebih bersifat melengkapi. Teori konsistensi adalah pendalaman dan
kelanjutan yang teliti dan teori korespondensi merupakan pernyataan dari arti
kebenaran. Teori konsistensi atau koherensi menganggap suatu pernyataan benar bila
di dalamnya tidak ada pertentangan, bersifat koheren dan konsisten dengna
pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar. Dengan demikian suatu
pernyataan dianggap benar, jika pernyataan itu dilaksanakan atas pertimbangan yang
konsisten dan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya.
Rumusan kebenaran adalah turth is a sistematis coherence dan truth is
consistency. Jika A = B dan B = C maka A = C.
Logika matematik yang deduktif memakai teori kebenaran koherensi ini.
Logika ini menjelaskan bahwa kesimpulan akan benar, jika premis-premis yang
digunakan juga benar. Teori ini digunakan oleh aliran metafisikus rasional dan
idealis. Contoh dari teori ini adalah : Premis 1 : “Bilangan genap adalah bilangan
yang habis dibagi 2” dan Premis 2 : “4 habis dibagi 2” maka kesimpulannya adalah :
“4 adalah bilangan genap”
Teori ini sudah ada sejak Pra Socrates, kemudian dikembangan oleh
Benedictus Spinoza dan George Hegel. Suatu teori dianggapbenar apabila telah
dibuktikan (klasifikasi) benar dan tahan uji. Kalau teori ini bertentangan dengan data
terbaru yang benar atau dengan teori lama yang benar, maka teori itu akan gugur atau
batal dengan sendirinya.
Kelemahan yang didapatkan dari teori koherensi adalah: Pertama, Pernyataan
yang tidak koheren (melekat satu sama lain) secara otomatis tidak tergolong kepada
suatu kebenaran, namun pernyataan yang koheren juga tidak otomatis tergolong
kepada suatu kebenaran. Misalnya saja diantara pernyataan “anakku mengacak-acak
pekerjaanku” dan “anjingku mengacak-acak pekerjaanku” adalah sesuatu yang sulit
untuk diputuskan mana yang merupakan kebenaran, jika hanya dipertimbangkan dari
teori koherensi saja. Misalnya lagi, seseorang yang berkata, “Sundel Bolong telah
mengacak-acak pekerjaan saya!”, akan dianggap salah oleh saya karena tidak
konsisten dengan kepercayaan saya. Kedua, sama halnya dalam mengecek apakah

12
setiap pernyataan berhubungan dengan realitasnya, kita juga tidak akan mampu
mengecek apakah ada koherensi diantara semua pernyataan yang benar.

3. Teori Pragmatisme
Pragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal para pendidik
sebagai metode project atau metode problem solving dalam pengajaran. Mereka akan
benar hanya jika mereka berguna dan mampu memecahkan problem yang ada.
Artinya sesuatu itu benar, jika mengembalikan pribadi manusia di dalam
keseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama
pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini
manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.
Teori pragmatisme (the pragmatic theory of truth) menganggap suatu
pernyataan, teori atau dalil itu memiliki kebenaran bila memiliki kegunaan dan
manfaat bagi kehidupan manusia.Salah satu contoh teori ini dalam matematika
adalah pada trigonometri pengukuran sudut berguna untuk menentukan arah,
kemiringan bidang atau mendesain dan membuat suatu bangun ruang. Kaum
pragmatis menggunakan kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility), dapat
dikerjakan (workability) dan akibat yang memuaskan (satisfactor consequence). Oleh
karena itu, tidak ada kebenaran yang mutlak/ tetap, kebenarannya tergantung pada
manfaat dan akibatnya. Akibat/hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis adalah :
1. Sesuai dengan keinginan dan tujuan
2. Sesuai dengan teruji dengan suatu eksperimen
3. Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada)
Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari pada filosuf Amerika
tokohnya adalah Charles S. Pierce (1914-1939) dan diikuti oleh Wiliam James dan
John Dewey (1852-1859).
Wiliam James misalnya menekankan bahwa suatu ide itu benar terletak pada
konsekuensi, pada hasil tindakan yang dilakukan. Bagi Dewey konsekuensi tidaklah
terletak di dalam ide itu sendiri, malainkan dalam hubungan ide dengan
konsekuensinya setelah dilakukan. Teory Dewey bukanlah mengerti obyek secara
langsung (teori korepondensi) atau cara tak langsung melalui kesan-kesan dari pada

13
realita (teori konsistensi). Melainkan mengerti segala sesuatu melalui praktek di
dalam problem solving.
Pragmatisme memang benar untuk menegaskan karakter praktis dari
kebenaran, pengetahuan, dan kapasitas kognitif manusia. Tapi bukan berarti teori ini
merupakan teori yang terbaik dari keseluruhan teori.Kriteria pragmatisme juga
dipergunakan oleh ilmuan dalam menentukan kebenaran ilmiah dalam prespektif
waktu. Secara historis pernyataan ilmiah yang sekarang dianggap benar suatu waktu
mungkin tidak lagi demikian. Dihadapkan dengan masalah seperti ini maka ilmuan
bersifat pragmatis selama pernyataan itu fungsional dan mempunyai kegunaan maka
pernyataan itu dianggap benar, sekiranya pernyataan itu tidak lagi bersifat demikian,
disebabkan perkembangan ilmu itu sendiri yang menghasilkan pernyataan baru,
maka pernyataan itu ditinggalkan, demikian seterusnya.
4. Teori Kebenaran Performatif
Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh
pemegang otoritas tertentu. Contoh pertama mengenai penetapan 1 Syawal. Sebagian
Muslim di Indonesia mengikuti fatwa atau keputusan MUI atau pemerintah,
sedangkan sebagian yang lain mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi
tertentu. Contoh kedua adalah pada masa rezim orde lama berkuasa, PKI mendapat
tempat dan nama yang baik di masyarakat. Ketika rezim orde baru, PKI adalah partai
terlarang dan semua hal yang berhubungan atau memiliki atribut PKI tidak berhak
hidup di Indonesia. Contoh lainnya pada masa pertumbuhan ilmu, Copernicus (1473-
1543) mengajukan teori heliosentris dan bukan sebaliknya seperti yang difatwakan
gereja. Masyarakat menganggap hal yang benar adalah apa-apa yang diputuskan oleh
gereja walaupun bertentangan dengan bukti-bukti empiris.
Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran
performatif.Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin
agama, pemimpin adat, pemimpin masyarakat, dan sebagainya.Kebenaran
performatif dapat membawa kepada kehidupan sosial yang rukun, kehidupan
beragama yang tertib, adat yang stabil dan sebagainya.
Masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak terbiasa berpikir
kritis dan rasional.Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikuti
kebenaran dari pemegang otoritas.Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masih

14
sangat patuh pada adat, kebenaran ini seakan-akan kebenaran mutlak.Mereka tidak
berani melanggar keputusan pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakan rasio
untuk mencari kebenaran.

5. Teori Kebenaran Proposisi


Proposisi merupakan kalimat logika yang  mana pernyataan tentang
hubungan antara dua atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah. Ada yang
mengartikan proposisi sebagai ekspresi verbal dari putusan yang berisi pengakuan
atau penginkaran sesuatu (predikat) terhadap sesuatu yang lain (subjek) yang dapat
dinilai benar atau salah.
Unsur-unsur proposisi:
 Term subjek; hal yang tentangnya pengakuan atau pengingkaran ditujukan.
Term subjek dalam sebuah proposisi disebut subjek logis. Ada perbedaan
antara subjek logis dengan subjek dalam sebuah kalimat. Tentang subjek
logis harus ada penegasan/ pengingkaran sesuatu tentangnya.
 Term predikat; isi pengakuan atau pengingkaran.
 Kopula; menghubungkan term subjek dan term predikat

6. Teori Struktural Paradigmatik


Suatu teori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma atau
perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung
paradigma tersebut.Banyak sejarawan dan filosof sains masa kini menekankan
bahwa serangkaian fenomena atau realitas yang dipilih untuk dipelajari oleh
kelompok ilmiah tertentu ditentukan oleh pandangan tertentu tentang realitas yang
telah diterima secara apriori oleh kelompok tersebut. Pandangan apriori ini disebut
paradigma oeh Kuhn dan world view oleh Sardar.
Paradigma ialah apa yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota suatu
masyarakat sains atau dengan kata lain masyarakat sains adalah orang-orang yang
memiliki suatu paradigma bersama.Masyarakat sains bisa mencapai konsensus yang
kokoh karena adanya paradigma. Sebagai konstelasi komitmen kelompok, paradigma
merupakan nilai-nilai bersama yang bisa menjadi determinan penting dari perilaku

15
kelompok meskipun tidak semua anggota kelompok menerapkannya dengan cara
yang sama. Paradigma juga menunjukkan keanekaragaman individual dalam
penerapan nilai-nilai bersama yang bisa melayani fungsi-fungsi esensial ilmu
pengetahuan.
Paradigma berfungsi sebagai keputusanyuridiktif yang diterima dalam hukum
tak tertulis.Pengujian suatu paradigma terjadi setelah adanya kegagalan berlarut-larut
dalam memecahkan masalah yang menimbulkan krisis. Pengujian ini adalah bagian
dari kompetisi di antara dua paradigma yang bersaingan dalam memperebutkan
kesetiaan masyarakat sains.
Falsifikasi terhadap suatu paradigma akan menyebabkan suatu teori yang
telah mapan ditolak karena hasilnya negatif. Teori baru yang memenangkan
kompetisi akan mengalami verifikasi. Proses verifikasi-falsifikasi memiliki kebaikan
yang sangat mirip dengan kebenaran dan memungkinkan adanya penjelasan tentang
kesesuaian atau ketidaksesuaian antara fakta dan teori. Perubahan dari paradigma
lama ke paradigma baru adalah pengalaman konversi yang tidak dapat dipaksakan.
Adanya perdebatan antar paradigma bukan mengenai kemampuan relatif suatu
paradigma dalam memecahkan masalah, tetapi paradigma mana yang pada masa
mendatang dapat menjadi pedoman riset untuk memecahkan berbagai masalah secara
tuntas. Adanya jaringan yang kuat dari para ilmuwan sebagai peneliti konseptual,
teori, instrumen, dan metodologi merupakan sumber utama yang menghubungkan
ilmu pengetahuan dengan pemecahan berbagai masalah.

D. Kebenaran dalam Matematika


Matematika adalah ilmu yang menganut teori kebenaran sebagai
Keteguhan. Teori ini dianut oleh kaum rasionalitas seperti Leibniz, Spinoza,
Descartes, Heggel, dan lainnya. Kebenaran ditemukan dalam relasi antara
proposisi baru dengan proposisi yang sudah ada. Suatu pengetahuan, teori,
pernyataan, proposisi atau hipotesis dianggap benar kalau sejalan dengan
pengetahuan, teori, proposisi atau hipotesis lainnya, yaitu kalau proposisi itu
meneguhkan dan konsisten dengan proposisi sebelumnya yang dianggap benar.

16
Matematika dan ilmu-ilmu pasti sangat menekankan teori kebenaran ini
(Resnick, 1998).

Ada dua teori tentang kebenaran dalam matematika, yaitu teori


korespondensi dan teori koherensi. Kebenaran adalah pengakuan realitas (hal ini
dikenal sebagai teori kebenaran korespondensi) (Rand, 1982:16). Teori
kebenaran korespondensi (the correspondence theory of truth) adalah teori yang
berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi
terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju
pernyataan tersebut. Contoh, “Semua manusia akan mati,” merupakan suatu
pernyataan yang bernilai benar karena kenyataannya memang demikian. Hal ini
membawa kita kepada pandangan bahwa kebenaran terdiri dalam beberapa
bentuk korespondensi antara keyakinan dan fakta (quoted in Velasquez,
2005:446).
Teori Kebenaran Koherensi (Coherence Theory of Truth) berpandangan bahwa
suatu pernyataan dikatakan benar bila terdapat kesesuaian antara pernyatan satu
dengan pernyataan terdahulu atau lainnya dalam suatu sistem pengetahuan yang
dianggap benar (Verhaak, 1989:123). Contohnya, pengetahuan Aljabar telah
didasarkan pada pernyataan pangkal yang dianggap benar. Pernyataan yang
dianggap benar itu disebut aksioma atau postulat.
Sebagaimana pendekatan dalam aritmatik, dimana pernyataan-pernyataan
terjalin sangat teratur sehingga tiap pernyataan timbul dengan sendirinya dari
pernyataan tanpa berkontradiksi dengan pernyataan-pernyataan lainnya.
Matematika adalah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan
pembuktian berdasarkan teori koheren. Sistem matematika disusun atas beberapa
dasar pernyataan yang dianggap benar (aksioma).

Kebenaran matematika bukanlah kebenaran yang bersifat pasti, tetapi


kebenaran yang termasuk kebenaran koherensi, bersifat relatif, dan bertumpu
pada kesepakatan. Sifat-sifat kebenaran Matematika yaitu koherensi, bersifat
relatif, dan bertumpu pada kesepakatan.Kebenaran yang bersifat koherensi
artinya kebenaran yang didasarkan kepada kriteria koheren atau
konsistensi.Suatu proposisi benar jika proposisi itu berhubungan (koheren)

17
dengan proposisi-proposisi lain yang benar atau pernyataan tersebut bersifat
koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang
dianggap benar. Kebenaran Matematika bertumpu pada kesepakatan,
kesepakatan dalam matematika merupakan ikatan yang mengikat untuk
menghindari pembuktian yang berputar-putar baik dalam pembuktian maupun
dalam pendefinisian. Kebenaran Matematika bersifat relatif artinya tidak mutlak
atau bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu.Karena kesepakatan tidak
selalu berlandaskan pada realita dan kriterianya bukanlah ‘benar’ atau ‘salah’
maka kebenaran matematika tidak mutlak bahkan mungkin saja salah.

Contoh Kebenaran Matematika bertumpu pada kesepakatan yaitu dalam


Geometri. Geometri Euclides menyatakan Jumlah besar sudut dalam suatu
segitiga adalah sama dengan 180. Geometri Lobachevky menyatakan Jumlah
sudut setiap segitiga lebih kecil dari 180. Geometri Riemann menyatakanJumlah
besar sudut dalam suatu segitiga lebih besar dari 180.Geometri Netral
menyatakanJumlah besar sudut suatu segitiga lebih kecil atau sama dengan 180.
Walaupun perbedaan aksioma ini menimbulkan kontradiksi antar sistem
matematika namun dalam interpretasinya dalam dunia nyata tidak menimbulkan
kontradiksi karena setiap sistem memiliki penerapan yang berbeda.Geometri
Euclides untuk pengukuran yang berkaitan dengan tanah di bumi yang luasnya
relatif terbatas. Geometri Riemann berkaitan dengan seluruh bumi. Geometri
Hiperbolikdigunakan oleh Einstein dalam Teori Relatifitas sebagai aplikasi
sistem matematika alternatif dengan aturan grammar tertentu untuk
mendeskripsikan gejala-gejala.

E. Matematika DalamFilsafat Kebenaran Tentang Angka Nol


Ratusan tahun yang lalu, manusia hanya mengenal 9 lambang bilangan yakni 1,
2, 2, 3, 5, 6, 7, 8, dan 9. Kemudian, datang angka 0, sehingga jumlah lambang
bilangan menjadi 10 buah. Tidak diketahui siapa pencipta bilangan 0, bukti sejarah
hanya memperlihatkan bahwa bilangan 0 ditemukan pertama kali dalam zaman
Mesir kuno. Waktu itu bilangan nol hanya sebagai lambang. Dalam zaman modern,
angka nol digunakan tidak saja sebagai lambang, tetapi juga sebagai bilangan yang

18
turut serta dalam operasi matematika. Kini, penggunaan bilangan nol telah menyusup
jauh ke dalam sendi kehidupan manusia. Sistem berhitung tidak mungkin lagi
mengabaikan kehadiran bilangan nol, sekali pun bilangan nol itu membuat
kekacauan logika. Mari kita lihat.

1. Nol, penyebab komputer macet


Pelajaran tentang bilangan nol, dari sejak zaman dahulu sampai sekarang selalu
menimbulkan kebingungan bagi para pelajar dan mahasiswa, bahkan masyarakat
pengguna. Mengapa?Bukankah bilangan nol itu mewakili sesuatu yang tidak ada dan
yang tidak ada itu ada, yakni nol. Siapa yang tidak bingung?Tiap kali bilangan nol
muncul dalam pelajaran Matematika selalu ada ide yang aneh.Seperti ide jika sesuatu
yang ada dikalikan dengan 0 maka menjadi tidak adaa.
Aturan lain tentang nol adalah bahwa suatu bilangan jika dibagi nol tidak
didefinisikan. Maksudnya, bilangan berapa pun tidak bisa dibagi dengan nol.
Komputer yang canggih bagaimana pun akan mati mendadak jika tiba-tiba bertemu
dengan pembagi angka nol. Komputer memang diperintahkan berhenti berpikir jika
bertemu sang divisor nol.

2. Bilangan 0, Awal = Akhir


Bilangan disusun berdasarkan hierarki menurut satu garis lurus.Pada titik
awal adalah bilangan nol, kemudian bilangan 1, 2, dan seterusnya.Bilangan yang
lebih besar di sebelah kanan dan bilangan yang lebih kecil di sebelah kiri. Semakin
jauh ke kanan akan semakin besar bilangan itu. Berdasarkan derajat hierarki (dan
birokrasi bilangan), seseorang jika berjalan dari titik 0 terus-menerus menuju angka
yang lebih besar ke kanan akan sampai pada bilangan yang tidak terhingga. Tetapi,
mungkin juga orang itu sampai pada titik 0 kembali.
Lain lagi. Jika seseorang berangkat dari nol, ia tidak mungkin sampai ke bilangan 4
tanpa melewati terlebih dahulu bilangan 1, 2, dan 3.

3. Bergerak, tetapi diam


Bilangan tidak hanya terdiri atas bilangan bulat, tetapi juga ada bilangan
desimal antara lain dari 0,1; 0,01; 0,001; dan seterusnya sekuat-kuat kita bisa

19
menyebutnya sampai sedemikian kecilnya. Karena sangat kecil tidak bisa lagi
disebut atau tidak terhingga dan pada akhirnya dianggap nol saja.Tetapi, ide ini
ternyata sempat membingungkan karena jika bilangan tidak terhingga kecilnya
dianggap nol maka berarti nol adalah bilangan terkecil. .
Berdasarkan konsep bilangan desimal dan kontinu, maka garis bilangan yang
kita pakai ternyata tidak sesederhana itu karena antara dua bilangan selalu ada
bilangan ke tiga.Jika seseorang melompat dari bilangan 1 ke bilangan 2, tetapi
dengan syarat harus melompati terlebih dahulu ke bilangan desimal yang terdekat,
Bisa saja angka 1/2.Tetapi, anda tidak boleh melompati ke angka 1/2 karena masih
ada bilangan yang lebih kecil, yakni 1/4. Seterusnya selalu ada bilangan yang lebih
dekat... yakni 0,1 lalu ada 0,01, 0,001, ..., 0,000001. demikian seterusnya, sehingga
pada akhirnya bilangan yang paling dekat dengan angka 1 adalah bilangan yang
demikian kecilnya sehingga dianggap saja nol. Karena bilangan terdekat adalah nol
alias tidak ada, maka Anda tidak pernah bisa melompat ke bilangan 2.
4. 0 !=1=1 !
6 !=6.5 .4 .3 .2.1=7205 !=5.4 .3.2 .1=1204 !=4.3 .2.1=243 !=3.2.1=62 !=2.1=2

1 !=1=10 !=? Pembuktiannya


Berdasarkan definisi bahwa:
n !=n ( n−1 ) !Untuk membuktikan 1 !=1 ambil n=2 maka: 

2
n !=n ( n−1 ) !2 !=2 ( 2−1 ) !2 .1=2. 1 !2=2. 1! =1!1=1 !
2
(Terbukti bahwa 1 !=1) 
Untuk membuktikan 0 !=1 ambil n=1 maka

n !=n( n−1)!1 !=1(1−1) !1=0!


(Terbukti bahwa 0 !=1)
Dengan demikian benar bahwa 0! = 1! =1

F. Matematika sebagai Alat Pemecahan Masalah


Matematika memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan sosial dan
politik dalam setiap periode peradaban manusia, dan matematika merupakan alat
yang digunakan dalam kehidupan manusia setiap hari (Court, 2006). Matematika

20
adalah alat pikiran, bahasa ilmu, tata cara pengetahuan, dan penyimpulan
deduktif. Matematika di samping merupakan alat yang berfungsi sebagai bahasa
(Leonhardy, 1962). Matematika murni berkenaan dengan penemuan dan
pemantapan implikasi dari aksioma tentang konsep-konsep matematika untuk
membuktikan teorema, sedangkan matematika terapan berkaitan dengan ide-ide
dan problem-problem untuk penelitian berkenaan dengan alam atau dunia nyata.
Russeffendi (2006:326) mengemukakan bahwa sesuatu persoalan merupakan
masalah bagi seseorang, pertama bila persoalan itu dikenalnya atau dengan kata
lain orang tersebut belum memiliki prosedur atau algoritma tertentu untuk
menyelesaikannya.Pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar
mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak
dapat segera dicapai ( Polya, 1985). Pemecahan masalah dalam hal ini meliputi
dua aspek yaitu masalah menemukan (problem to find) dan masalah
membuktikan (problem to prove) (McGiveney dan DeFranco, 1995). Trend in
International Mathematics and Science Study (TIMSS) sebuah studi yang
diselenggarakan oleh International Association for the Evaluation of
Educational Achievement (IEA), pada tahun 2007 menempatkan siswa kelas VIII
Indonesia pada peringkat 36 dari 49 negara yang turut berpartisipasi dengan
perolehan rerata skor siswa yaitu 397, sedangkan rerata skor internasional adalah
500 (Mulis, et al., 2008). Skor yang diperoleh tersebut berada signifikan di
bawah rerata skor internasional. Kesimpulan dari laporan studi TIMSS tersebut
tidak jauh dengan PISA 2009 bahwa prestasi belajar matematika siswa terutama
kemampuan representasi dan kemampuan pemecahan masalah di Indonesia
masih rendah.
 Konsep dasar pemecahan masalah matematis yaitu:
a) Komponen suatu masalah
b) Algoritma dan heuristic
c) Masalah terdefinisi baik dan masalah tak terdefinisi baik (Jacob,
2000: 445)

 Komponen Suatu Masalah


Setiap masalah paling sedikit ada tiga komponen:

21
1) Diberikan (given), suatu informasi yang ditentukan apabila masalah
itu disajikan
2) Tujuan (goal), tujuan akhir yang ingin dicapai
3) Operasi (operation), tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapai
atau mendekati tujuan (Glass, Holyoak, & Santa, 1979; Wielkelgren,
1974; Ormrod, 1995 dalam Jacob, 2000: 445).
 Algoritma dan Heuristic
Ada masalah yang didekati dengan menggunakan suatu himpunan
operasi spesifikasi yang selalu berperan untuk solusi yang benar.
Misalnya, masalah membagi 1024 dengan 32 dapat diselesaikan dengan
menggunakan satu dari dua prosedur:
1. Menggunakan metode pembagian panjang sesuai perintah
2. Menggunakan kakulator
Jadi, prosedur khusus langkah demi langkah untuk menyelesaikan
masalah itu disebut algoritma.
Sedangkan heuristic adalah strategi penyelesaian masalah umum,
aturan menonjol (rule of thumb), dan terkaan terbaik (best
guesses) yang didasarkan pada pengalaman lain dengan masalah
serupa. Ini biasanya digunakan ketika ada masalah yang tidak
bisa diselesaikan dengan algoritma.
 Perbedaan masalah terdefinisi baik dan masalah takterdefinisi baik
(Eyseck & Keane, 1990; Frederiksen, 1984; Reitman, 1964, 1965;
Simon, 1973, 1978 dalam Ormrod, 1995: 383) yaitu untuk masalah
terdefinisi baik memiliki ciri-ciri seperti tujuan yang diberikan
dinyatakan dengan jelas dan semua informasi yang diperlukan adalah
untuk menyelesaikan masalah yang disajikan, contoh masalah terdefinisi
baik adalah masalah membagi 1024 dengan 332. Sedangkan untuk
masalah yang takterdefinisi baik memiliki ciri-ciri seperti tujuan yang
ditentukan bermakna ganda dan informasi yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah adalah kurang, contoh masalah takterdefinisi
baik adalah masalah pembatasan militer.

22
 Tipe-Tipe Masalah Matematis
Staf MPSP (Mathematical Problem Solving Project) mengklasifikasikan
masalah dalam empat dimensi:
1) Susunan dan struktur matematis (mathematical setting and structure)
2) Kompleksitas matematis (mathematical complexity)
3) Konten matematis (mathematical content)
4) Strategi yang dapat diaplikasikan (strategies applicable)
Sedangkan Kulm (1979) mengklasifikasikan masalah matematis atas empat
kategori utama variabel tugas:
1) Konten matematis (mathematical content)
2) Konteks nonmatematis (nonmathematical context)
3) Struktur matematis (mathematical structure)
4) Variabel proses heuristic (heuristic process variabel)
 Dimensi-Dimensi Kompleksitas Masalah Matematis
Dimensi-dimensi kompleksitas masalah matematis meliputi:
1) Kompleksitas pernyataan masalah
2) Kompleksitas pemfokusan proses
3) Kompleksitas proses solusi
4) Kompleksitas evaluasi dan generalisasi (Lesh & Landau, 1983: 234)
 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemecahan Masalah Matematis
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah matematis yaitu:
1) Latar belakang matematis
2) Pengalaman sebelumnya dengan masalah serupa
3) Kemampuan membaca
4) Ketekunan
5) Toleransi untuk kemenduaan
6) Kemampuan keruangan, umur, dan seks
Langkah-langkah penyelesaian masalah polya (Nurdiana, 2009: 1) ada
empat yaitu:

23
1. Memahami masalah, yaitu memahami apa yang dinyatakan dan
diketahui dalam permasalahan.
2. Merencanakan penyelesaian, yaitu merumuskan masalah serta
menyusun ulang masalah.
3. Melalukan perhitungan, yaitu melakukan perhitungan untuk
menyelesaikan masalah sesuai dengan langkah sebelumya.
4. Memeriksa kembali proses dan hasil, yaitu mengecek langkah-
langkah yang sudah dilakukan.

Langkah1:Memahami Masalah

Langkahinisangatmenentukankesuksesanmemperolehsolusimasalah.
Langkah ini melibatkan pendalaman situasi masalah, melakukan pemilahan
fakta-fakta, menentukan hubungan di antara fakta-fakta, dan membuat
formulasi pertanyaan masalah.Setiapmasalahyang
tertulis,bahkanyangpalingmudahsekalipunharus dibacaberulang-ulang.
Informasiyang terdapat dalammasalahperludipelajaridengan
seksama.Biasanyasiswaharusmenyatakankembalimasalahdalambahasanyasen
diri. Membayangkansituasimasalahdalam
pikiranjugasangatmembantuuntukmemahami strukturmasalah.
Perhatikan contoh berikut.
KetikamelihatPakSastroberolahragalaripagi,Ismailmembuatteka-teki
untukteman-temannya. “JikabilanganumurPakSastrodibagidengan2,
makaakandiperolehsisa1”,katanya. “Kemudian,jikabilanganumurPak
Sastrodibagidengan3,4,atau5, jugaakandiperolehsisa1,berapakah umur Pak
Sastro”?

Fakta-faktayang ada pada masalah di atas adalah sebagai berikut.

Pertama,ketikaumurPakSastrodibagi2,3,4,atau5,semuanyasisa1. Ituartinya
jikaumurPakSastrodikurangisatu,makaadakelipatanpersekutuan2,3,4,dan5.
Kedua,PakSastrodapatberlari,artinyabeliaubelumterlalutua.LazimnyaumurP

24
ak Sastrotidaklebihdari80tahun.
Pertanyaanyangdapatdiformulasikanantaralain adalah berapa kelipatan 2, 3,
4, dan 5 yang hasilnya tidak lebih dari 80?

Langkah2: Membuatrencana pemecahan masalah

Langkah ini perlu dilakukan dengan percaya diri ketika masalah sudah
dapat
dipahami.Rencanasolusidibangundenganmempertimbangkanstrukturmasala
hdan pertanyaanyangharus
dijawab.Jikamasalahtersebutadalahmasalahrutindengan tugas menulis
kalimat matematika terbuka, maka perlu dilakukan penerjemahan
masalahmenjadibahasa matematika.
Sebagaicontohmarikitacermatimasalahteka-tekidariIsmailtentangumurPak
Sastro. Langkah pemecahanmasalahyangdapatdilakukanberdasarkanfakta-
fakta tersebutadalahmencari bilangankelipatanpersekutuandari2,3,4,dan5.
Hasil
pencariantersebutkemudianditambahdengan1.Terakhir,pilihsatuataulebihya
ng palingmungkin,
dalamartiyangsesuaidenganfaktamasalah,yaituyangnilainya kurangdari80.
Langkah3: Melaksanakan rencana pemecahan masalah

Untukmencarisolusiyangtepat,rencanayangsudahdibuatdalamlangkah2harus
dilaksanakandenganhati-
hati.Untukmemulai,kadangkitaperlumembuatestimasi
solusi.Diagram,tabel,atau urutandibangunsecaraseksamasehinggasipemecah
masalah tidak akan bingung. Labeldipakai jika perlu. Jika solusi
memerlukan komputasi,kebanyakanindividuakanmenghitung dengan
menggunakankalkulatordaripada
menghitungdenganmenggunakankertasdanpensil. Hal ini juga
dapatmengurangikekhawatiranyang sering terjadi dalam pemecahan
masalah. Jika muncul ketidakkonsistenan ketika melaksanakan rencana,

25
proses harus ditelaah ulang untuk mencari sumber kesulitannya.
Sebagaicontoh,padateka-
tekiIsmailtentangumurPakSastro,kelipatanpersekutuan dari2,3,4,
dan5adalah60,120,180,dst. Jikakelipatan-kelipatanpersekutuan tersebut
masing-masing ditambah 1 maka menjadi 61, 121, 181, dst. Di antara
bilangan-bilangan tersebut,yangnilainyakurangdari80adalah61.
Berarti,umurPak Sastro adalah 61 tahun.

Langkah4: Melihat(mengecek)kebelakang

Selamalangkahiniberlangsung,solusimasalahharusdipertimbangkan.Perhitun
gan
harusdicekkembali.Melakukanpengecekankebelakangakanmelibatkanpenent
uan ketepatanperhitungan
dengancaramenghitungulang.Jikakitamembuatestimasi atau perkiraan, maka
bandingkan dengan hasilnya. Hasil pemecahan harus tetap
cocokdenganakarmasalahmeskipunkelihatantidakberalasan.Bagianpentingd
ari
langkahiniadalahmembuatperluasanmasalahyangmelibatkanpencarianaltern
atif pemecahan masalah.
Sebagaicontoh,padateka-tekiIsmailtentangumurPakSastro,untukmeyakinkan
kebenaranjawabannya,perludilakukanpengecekkanterhadapnilai61.
Bilangan61,
jikadibagi2akansisa1,jikadibagi3jugaakansisa1,jikadibagi4jugaakansisa1,
jika dibagi 5 juga akan sisa 1. Berarti, solusinya sudah benar.
Hardi Suyitno (2016: 83) dengan mengadaptasi pendapat Skemp
menunjukkan prosedur penerapan matematika untuk memecahkan masalah
dunia nyata melalui skema berikut.

DUNIA NYATA DUNIA MODEL

Masalah Konkrit Model Matematika

26
Konfirmasi Abstraksi

Manipulasi dan Operasi


Jawaban Masalah Jawaban Model
Penafsiran

Berdasarkan gambar diatas pemecahan masalah dunia menggunakan


matematika melalui tahap-tahap memahami masalah dunia menggunakan
matematika melalui tahap-tahap memahami masalah di bidang yang
bersangkutan, menyusun model matematika, menyelesaikan model matematika (
mencari jawaban model), dan menafsirkan jawaban model menjadi jawaban atas
masalah yang nyata.
Adapun strategi pemecahan masalah yang sering digunakan orang
menurut Krismanto dan Mujiyono yaitu:
1. Membuat diagram
Strategi ini terkait dengan pembuatan gambar corat-coret untuk
mempermudah memahami masalahnya dan mempermudah mendapatkan
gambaran umum penyelesainnya.
2. Mencoba pada soal yang lebih sederhana
Strategi ini berkait dengan penggunaan contoh khusus tertentu pada masalah
tersebut agar lebih mudah dipelajari, sehingga gambaran umum penyelesaian
yang sebenarnya dapat ditemukan.
3. Membuat table
Strategi ini digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan atau jalan
pikiran kita sehingga segala sesuatunya tidak dibayangkan hanya oleh otak
yang kemampuannya terbatas.
4. Menemukan pola
Strategi ini terkait dengan pencarian keteraturan-keteraturan. Keteraturan-
keteraturan tersebut akan memudahkan kita menemukan penyelesainnya.
5. Memecah tujuan
Strategi ini terkait dengan pemecahan tujuan umum yang hendak kita capai
atau beberapa tujuan bagian.
6. Memperhitungkan setiap kemungkinan

27
Strategi ini terkait dengan penggunaan aturan-aturan yang dibuat sendiri oleh
pelaku selama proses pemecahan masalah sehingga tidak aka nada alternatife
yang terabaikan.
7. Berpikir logis
Strategi ini berkaitan dengan penggunaan penalaran maupun penarikan
kesimpulan yang sah atau valid dari berbagai informasi atau data yang ada.
8. Bergerak dari belakang
Dengan strategi ini kita mulai dengan menganalisis bagaimana cara
mendapatkan tujuan yang dicapai.
9. Mengabaikan hal yang tidak mungkin
Dari berbagai alternatif yang ada, alternative yang sudah jelas-jelas tidak
mungkin akan diabaikan sehingga perhatian dapat tercurah untuk hal-hal
yang bisa dan mungkin saja.
10. Mencoba-coba
Strategi ini biasanya digunakan untuk mendapatkan gambaran umum
pemecahan masalahnya dengan mencoba-coba yang diketahui.
Perhatikan contoh berikut:
1) Contoh berikut merupakan ilustrasi penerapan matematika yang tidak
kontekstual dan menimbulkan sesuatu yang di luar dugaan. Dalam logika,
konjungsi bersifat komutatif ( p ⋀ q=q ⋀ p ¿.Pernyataan “Virginah menikah
lalu melahirkan”, secara logika dapat ditulis “Virginah menikah dan
Virginahlah yang melahirkan”. Jika “Virginah menikah” diberi simbol “p”
dan “Virginah melahirkan” diberi symbol “q”, maka Virginah menikah lalu
melahirkan diberi symbol “ p ⋀ q”. Karena konjungsi bersifat komutatif, maka
p ⋀ q=q ⋀ p. Ini berarti bahwa nilai kebenaran “Virginah menikah dan
Virginah melahirkan” sama dengan “Virginah melahirkan dan Virginah
menikah”.Konklusinya adalah “Virginah menikah lalu melahirkan” sama
dengan “Virginah melahirkan lalu menikah”.Kata simbah, “Bener ning ora
bener iku mbebayani”.
2) Sebuah bus kota berangkat dari terminal dengan sejumlah penumpang.
Sampai di halte pertama turun tiga orang penumpang dan tidak ada yang naik.

28
Menjelang sampai di halte kedua, terdapat tujuh orang penumpang.
Berapakah banyaknya penumpang pada waktu bus meninggalkan terminal?
Langkah pertama adalah melakukan proses abstraksi dengan hanya
memperhatkan kuantitas, sehingga diperoleh model matematika x-
3=7, x…? Variabel x mewakili banyaknya penumpang yang naik di
terminal.
Setelah diperoleh model matematika, langkah berikutnya adalah
melakukan operasi dan manipulasi berdasarkan hukum atau sifat yang
berlaku. Poses operasi dan manipulasi terlihat pada uraian berikut. x-
3= 7, (x-3) + 3= 7+3 (memanipulasi pernyataan yang makna dan
nilainya sama yaitu kedua ruas ditambah dengan bilangan yang sama),
x= 10 (melakukan operasi sifat yang berlaku).
Diperoleh jawaban model, yaitu 10. Penafsiran: penumpang yang
naik di terminal adalah 10 orang. Penafsiran tidak sesuai apabila
jawabannya seperti banyaknya penumpang yang naik di halte ada 10
orang, banyaknya penumpang yang turun di halte ada 10 orang,
lamanya perjalanan dari terminal 10 menit, dsb.
Peranan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah adalah dapat diperoleh
kemampuan-kemampuan meliputi :
1. Menggunakan algoritma,
Yang termasuk kedalam kemampuan ini antara lain adalah melakukan operasi
hitung, operasi himpunan, dan operasi lainya. Juga menghitung ukuran tendensi
sentral dari data yang banyak dengan cara manual.

2. Melakukan manipulasi secara matematika,


Yang termasuk kedalam kemampuan ini antara lain adalah menggunakan sifat-sifat
atau rumus-rumus atau prinsip-prinsip atau teorema-teorema kedalam pernyataan
matematika
3. Mengorganisasikan data
Kemampuan ini antara lain meliputi : mengorganisasikan data atau informasi,
misalnya membedakan atau menyebutkan apa yang diketahui dari suatu soal atau
masalah dari apa yang ditanyakan.

29
4. Memanfatkan simbol, tabel, grafik, dan membuatnya
Kemampuan ini antara lain meliputi : menggunakan simbol, tabel, grafik untuk
menunjukan suatu perubahan atau kecenderungan dan membuatnya.
5. Mengenal dan menemukan pola,
Kemampuan ini antara lain meliputi : mengenal pola susunan bilangan dan pola
bangun geometri.
6. Menarik kesimpulan
Kemampuan ini antara lain meliputi : kemampuan menarik kesimpulan dari suatu
hasil hitungan atau pembuktian suatu rumus.
7. Membuat kalimat atau model matematika,
Kemampuan ini antara lain meliputi : kemampuan secara sederhana dari
fonemenadalam kehidupan sehari-hari kedalam model matematika atau sebaliknya
dengan model ini diharapkan akan mempermudah penyelesaianya.
8. Membuat interpretasi bangun geometri,
Kemampuan ini antara lain meliputi : kemampuan menyatakan bagian-bagian dari
bangun geometri dasar maupun ruang dan memahami posisi dari bagian.
9. Memahami pengukuran dan satuanya,
Kemampuan ini antara lain meliputi ; kemampuan memilih satuan ukuran yang tepat,
estimasi, mengubah satuan ukuran ke satuan lainnya.
10. Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam matematika, seperti tabel
matematika, kalkulator, dan komputer.
Sementara itu dalam tujuan umum pendidikan matematika (Depdiknas)
menyebutkan berbagai peranan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah
ditekankan pada kemampuan untuk memiliki:
1.Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam
memecahkan masalah matematika, pelajaran lain, ataupun masalah yang berkaitan
dengan kehidupan nyata.
2.Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi
3.Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat dialih
gunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis, berpikir logis, berpikir
sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin dalam memandang dan
menyelesaikan suatu masalah.Kemampuan-kemampuan di atas berguna bagi

30
seseorang untuk berpikir ilmiah dalam pendidikan dan berguna untuk hidup dalam
masyarakat, termasuk bekal dalam dunia kerja.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sifat alami matematika terdiri asas deduksi-deduksi dengan prinsip-prinsip
logika.konsep-konsep yang dinyatakan dalam bentuk rumusan yang disebut definisi.
Teorema adalah suatu pernyataan yang diturunkan dari pernyataan–pernyataan yang
sebelumnya telah diterima kebenarannya.
Kebenaran itu sangat ditentukan oleh potensi subyek kemudian pula tingkatan
validitas. Kebenaran ditentukan oleh potensi subyek yang berperanan di dalam
penghayatan atas sesuatu itu. Kebenaran itu adalah perwujudan dari pemahaman
(comprehension) subjek tentang sesuatu terutama yang bersumber dari sesuatu yang
diluar subyek itu realita, perisitwa, nilai-nilai (norma dan hukum) yang bersifat
umum.
Matematika memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan sosial dan politik
dalam setiap periode peradaban manusia, dan matematika merupakan alat yang
digunakan dalam kehidupan manusia setiap hari. Matematika adalah alat pikiran,
bahasa ilmu, tata cara pengetahuan, dan penyimpulan deduktif. Matematika di
samping merupakan alat yang berfungsi sebagai bahasa.
B.      Saran
Dari makalah ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua umumnya
kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk datangnya dari kami.
Dan kami sadar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih banyak
kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harapkan saran dan kritiknya yang bersifat
membangun, untuk kebaikan semuanya.

31
Daftar Pustaka

Abdussakir. 2017. Strategi Internalisasi Nilai Budaya Dalam Pembelajaran


Matematika. Jurnal Matematika. Vol.1. No.1. Hh: 103-104.
Annisah. Peran Matematika Sebagai Alat Berpikir. Tersedia pada

http://annisahspd.wordpress.com/2009/12/02/peran-matematika-sebagai-alat-
berpikir/, diakses pada 2 Desember 2013

Devlin, K. 2000. The Maths gene. London: Weidenfeld and Nicolson.


Effendi, L. A. 2012. Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan
Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpresentasi Dan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan.
Vol. 13. No. 2. Hh: 2-3.
Hardy, G. H. 1992. The Mathematiciawan’s Apology. Cambridge: Cambridge
University Press.
Jacob, C. 2015. Matematika Sebagai Pemecahan Masalah. Jurnal Penelitian
Pendidikan. Vol. 10. No. 3. Hh: 5-7.
Krismanto, A., & Mujiyono, 1995 Kharisma: Lembar Kerja Siswa, jilid 1a. Klaten:
SSAP.
Mullis, I., Martin, M.O. dan Foy, P. 2008. TIMSS 2007 International Mathematics
Reports. Chesnut Hills: Boston College.
Malalak, Efrizal. Kedudukan Bahasa, Matematika, dan Statistika dalam

Perkembangan Ilmu.Tersedia pada


http://efrizalmalalak.blogspot.com/2012/04/filsafat-ilmu-kedudukan-
bahasa.html, diakses pada 2 Desember 2013.

Mawardi, Imam. Kebenaran dalam Perspektif Filsafat Ilmu. 2008


Suriasumantri, Jujun S. 1990. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta :

Pustaka Sinar Harapan.

32
Russeffendi, E.T. 2006. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CSBA.
Bandung: Tarsito.
Suyitno, Hardi. Filsafat Matematika. 2014
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. 1992. Filsafat Ilmu. Yogyakarta:
Liberti.
yukberhitung.weebly.com
eprints.uny.ac.id
http://mathematikaok.blogspot.com/2016/01/istilah-istilah-dama-matematika-
teorema.html
http://myinfomath.blogspot.com/2014/12/apa-pengertian-dari-aksioma-definisi-
postulat-teorema.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Teorema
http://evanaabilaa.blogspot.com/2016/09/postulat-aksioma-definisi-teorema.html
http://sahatfp.blogspot.com/2013/03/tugas-2pengertian-aksioma-dan-teorema.html
https://www.gurupendidikan.co.id/17-pengertian-matematika-menurut-para-ahli-
beserta-bidangnya/
http://pendidikan.co.id
file:///D:/SEMESTER%206/filsafat/bismillah%20%20MAKALAH%20Mata
%20Kuliah%20%20%20FILSAFAT%20ILMU%20TEORI
%20KEBENARAN.htmfile:///D:/SEMESTER%206/filsafat/amburadol%20blog
%20%20makalah%20filsafat%20%27kebenaran%27.htm
http://bettand90.blogspot.com/2013/06/logika-
kebenaran.htmlhttp://rakrianmujahid.blogspot.com/2012/02/makalah-filsafat-ilmu-
teori-kebenaran.html
http://prof-d-l-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-64129-Filsafat%20Ilmu-Teori
%20kebenaran.html
https://rendikwidiyanto.wordpress.com/2012/11/07/kebenaran-spiritual-dan-
kebenaran-matematika/

33
Rangkuman
Sifat Matematika
Kline (1960) menyatakan bahwa matematika merupakan cara berpikir
yangpostulation, artinya berpikir berlandaskan postulat atau aksioma. Metode
matematika melalui proses penetapan definisi suatu konsep. Selanjutnya konsep-
konsep yang telah didefinisikan menjadi dasar dalam penalaran. Konklusi diurunkan
dari sejumlah definisi dan aksioma dengan menggunakan logika yang sangat teliti
dan tepat. Metode matematika ini juga disebut metode aksiomatik atau hipotetik
dedukatif, sehingga sering dikatakan bahwa matematika bersifat deduktif aksiomatik.
Sifat deduktif aksomatik ini sejalan dengan pendapat Ernest bahwa matematika
bersifat Formal dan rasional.

Kebenaran Matematika
Kebenaran matematika bukanlah kebenaran yang bersifat pasti, tetapi
kebenaran yang termasuk kebenaran koherensi, bersifat relatif, dan bertumpu pada
kesepakatan. Sifat-sifat kebenaran Matematika yaitu koherensi, bersifat relatif, dan
bertumpu pada kesepakatan. Kebenaran yang bersifat koherensi artinya kebenaran
yang didasarkan kepada kriteria koheren atau konsistensi.Suatu proposisi benar jika
proposisi itu berhubungan (koheren) dengan proposisi-proposisi lain yang benar atau
pernyataan tersebut bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan
sebelumnya yang dianggap benar. Kebenaran Matematika bertumpu pada
kesepakatan, kesepakatan dalam matematika merupakan ikatan yang mengikat untuk
menghindari pembuktian yang berputar-putar baik dalam pembuktian maupun dalam
pendefinisian. Kebenaran Matematika bersifat relatif artinya tidak mutlak atau bisa
berubah sesuai dengan perkembangan ilmu.Karena kesepakatan tidak selalu
berlandaskan pada realita dan kriterianya bukanlah ‘benar’ atau ‘salah’ maka
kebenaran matematika tidak mutlak bahkan mungkin saja salah.

Matematika Sebagai Alat Bagi Pemecahan Masalah


Matematika memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan sosial dan
politik dalam setiap periode peradaban manusia, dan matematika merupakan alat

34
yang digunakan dalam kehidupan manusia setiap hari (Court, 2006). Matematika
adalah alat pikiran, bahasa ilmu, tata cara pengetahuan, dan penyimpulan deduktif.
Matematika di samping merupakan alat yang berfungsi sebagai bahasa (Leonhardy,
1962). Matematika murni berkenaan dengan penemuan dan pemantapan implikasi
dari aksioma tentang konsep-konsep matematika untuk membuktikan teorema,
sedangkan matematika terapan berkaitan dengan ide-ide dan problem-problem untuk
penelitian berkenaan dengan alam atau dunia nyata.
Hardi Suyitno (2016: 83) dengan mengadaptasi pendapat Skemp
menunjukkan prosedur penerapan matematika untuk memecahkan masalah
dunia nyata melalui skema berikut.

DUNIA NYATA DUNIA MODEL

Masalah Konkrit Model Matematika


Konfirmasi Abstraksi

Manipulasi dan Operasi


Jawaban Masalah Jawaban Model
Penafsiran

Berdasarkan gambar diatas pemecahan masalah dunia menggunakan


matematika melalui tahap-tahap memahami masalah dunia menggunakan
matematika melalui tahap-tahap memahami masalah di bidang yang
bersangkutan, menyusun model matematika, menyelesaikan model matematika (
mencari jawaban model), dan menafsirkan jawaban model menjadi jawaban atas
masalah yang nyata.
Perhatikan contoh berikut ini:
1. Sebuah bus kota berangkat dari terminal dengan sejumlah penumpang.
Sampai di halte pertama turun tiga orang penumpang dan tidak ada yang
naik. Menjelang sampai di halte kedua, terdapat tujuh orang penumpang.
Berapakah banyaknya penumpang pada waktu bus meninggalkan
terminal?
Langkah pertama adalah melakukan proses abstraksi dengan hanya
memperhatkan kuantitas, sehingga diperoleh model matematika x-

35
3=7, x…? Variabel x mewakili banyaknya penumpang yang naik di
terminal.
Setelah diperoleh model matematika, langkah berikutnya adalah
melakukan operasi dan manipulasi berdasarkan hukum atau sifat yang
berlaku. Poses operasi dan manipulasi terlihat pada uraian berikut. x-
3= 7, (x-3) + 3= 7+3 (memanipulasi pernyataan yang makna dan
nilainya sama yaitu kedua ruas ditambah dengan bilangan yang sama),
x= 10 (melakukan operasi sifat yang berlaku).
Diperoleh jawaban model, yaitu 10. Penafsiran: penumpang yang
naik di terminal adalah 10 orang. Penafsiran tidak sesuai apabila
jawabannya seperti banyaknya penumpang yang naik di halte ada 10
orang, banyaknya penumpang yang turun di halte ada 10 orang,
lamanya perjalanan dari terminal 10 menit, dsb.

Soal Uraian
1. Bagaimana sifat matematika menurut aliran logisisme? Jelaskan!
2. Apa yang dimaksud“definisi” menurut pendapat para matematikawan dan
berikan contohnya?
3. Bagaimana konsep epistemologis matematika berdasarkan teori Euclidean?
4. Apa yang dimaksud dengan teorema menurut Kline dan berikan contohnya?
5. Apa yang dimaksud dengan matematika menurut Suherman dan kurikulum
2006?
6. Sebutkan dan Jelaskan Teori Kebenaran menurut Filsafat!
7. Apa definisi Kebenaran Matematika?
8. Sebutkan dan Jelaskan Teori Kebenaran Matematika?
9. Sebutkan dan Jelaskan Contoh Kebenaran Matematika bertumpu pada
kesepakatan!
10. Sebutkan dan Jelaskan sifat-sifat Kebenaran Matematika!
11. Apa definisi matematika menurut Leonhardy 1962?
12. Bagaimana hubungan matematika dengan kehidupan sosial dan politik?

36
13. Gambarkan skema prosedur matematika dalam menyelesaikan masalah di
dunia nyata menurut Hardi Suyitno?
14. Jelaskan skema prosedur matematika dalam menyelesaikan masalah di dunia
nyata menurut Hardi Suyitno?
15. Berikanlah contoh beserta penyelesaiannya tentang penggunaan matematika
dalam menyelesaikan masalah di dunia nyata?

Kunci jawaban
1. Menurut aliran logisisme, sifat alami matematika terdiri asas deduksi-
deduksi dengan prinsip-prinsip logika (The Liang Gie, 1981).Matematika
murni semata-mata terdiri atas deduksi-deduksi dengan prinsip logika dan
merupakan kumpulan pernyataan yang berbentuk “p memuat q” dengan p
dan q adalah simbol-simbol yang tak bermakna (Russel, 1951). Semua
konsep matematika dapat diturunkan dari konsep-konsep logika melalui
definisi eksplisit; teorema-teorema dalam matematika yang dapat
diturunkan dari aksioma-aksioma logika hanya dengan deduksi logis
(Carnap, 1964).
2. Definisi adalah hasil kesepakatan sosial para matematikawan yang di buat
dengan hanya menggunakan konsep yang tak terdifinisi dan atau konsep
yang telah didifinisikan sebelumnya. Contoh definisi yaitu dua himpunan
A dan B dikatakan sama bila keduananya memuat unsur yang sama.
Dengan kata lain untuk setiap unsur X anggota himpunan A maka X juga
merupakan himpunan B dan juga sebaliknya untuk setiap unsur Y
anggota himpunan B maka Y juga merupakan anggota himpunan
A.Definisi yang menyatakanbahwa persegi adalah segi empat yang semua
sisinya sama panjang, semua sudutnya sama dan siku-siku, dan kedua
diagonalnya berpotongan tegak lurus dan saling membagi sama besar
adalah definisi yang tidak produktif.

37
3. Konsep epistemologis matematika adalah teori Euclidean , yaitu teori
yang meletakan aksioma-aksioma di puncak sistem dan merupakan self
evident trust (Wittgenstein, 1978).
4. Teorema matematika merupakan hasil penarikan deduktif dari suatu
himpunan aksioma (Kline, 1985).Contoh: Teorema Pythagoras
menyatakan hubungan ketiga sisi segitika siku-siku, Teorema Langrange
menyatakan hubungan grup hingga dengan subgrup-nya.
5. Suherman (2003)) menyatakan bahwa matematika adalah disiplin
pemikiran dan prosedur pengolahan logika, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif.Kurikulum (2006) menyatakan bahwa matematika
adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,
memiliki peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mempromosikan
kekuatan pikiran manusia.

6. Teori Kebenaran menurutt Filsafat


a.Teori Korespondensi
Teori korispodensi (corespondence theory of truth) menerangkan bahwa
kebenaran atau sesuatu keadaan benar itu terbukti benar bila ada
kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat
dengan objek yang dimaksud oleh pernyataan tersebut. Contoh dari teori
kebenaran ini adalah nilai kebenaran dari pernyataan “Semarang adalah
ibu kota Jawa Tengah ”. Pernyataan ini bernilai benar karena pada
kenyataannya Ibu kota Jawa Tengah adalah Semarang.
b.Teori Konsistensi atau Koherensi
Teori konsistensi adalah pendalaman dan kelanjutan yang teliti dan teori
korespondensi merupakan pernyataan dari arti kebenaran. Teori
konsistensi atau koherensi menganggap suatu pernyataan benar bila di
dalamnya tidak ada pertentangan, bersifat koheren dan konsisten dengna
pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar. Dengan demikian
suatu pernyataan dianggap benar, jika pernyataan itu dilaksanakan atas
pertimbangan yang konsisten dan pertimbangan lain yang telah diterima
kebenarannya.

38
c. Teori Pragmatisme
Teori pragmatisme (the pragmatic theory of truth) menganggap suatu
pernyataan, teori atau dalil itu memiliki kebenaran bila memiliki
kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia.Salah satu contoh teori ini
dalam matematika adalah pada trigonometri pengukuran sudut berguna
untuk menentukan arah, kemiringan bidang atau mendesain dan membuat
suatu bangun ruang. Kaum pragmatis menggunakan kriteria
kebenarannya dengan kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability)
dan akibat yang memuaskan (satisfactor consequence). Oleh karena itu,
tidak ada kebenaran yang mutlak/ tetap, kebenarannya tergantung pada
manfaat dan akibatnya.
d.Teori Kebenaran Performatif
Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan
oleh pemegang otoritas tertentu. Pemegang otoritas yang menjadi rujukan
bisa pemerintah, pemimpin agama, pemimpin adat, pemimpin
masyarakat, dan sebagainya.Kebenaran performatif dapat membawa
kepada kehidupan sosial yang rukun, kehidupan beragama yang tertib,
adat yang stabil dan sebagainya.
e.Teori Kebenaran Proposisi
Proposisi merupakan kalimat logika yang  mana pernyataan tentang
hubungan antara dua atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau
salah. Ada yang mengartikan proposisi sebagai ekspresi verbal dari
putusan yang berisi pengakuan atau penginkaran sesuatu (predikat)
terhadap sesuatu yang lain (subjek) yang dapat dinilai benar atau salah.
f.Teori Struktural Paradigmatik
Suatu teori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada
paradigma atau perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang
mengakui atau mendukung paradigma tersebut. Banyak sejarawan dan
filosof sains masa kini menekankan bahwa serangkaian fenomena atau
realitas yang dipilih untuk dipelajari oleh kelompok ilmiah tertentu
ditentukan oleh pandangan tertentu tentang realitas yang telah diterima

39
secara apriori oleh kelompok tersebut. Pandangan apriori ini disebut
paradigma oeh Kuhn dan world view oleh Sardar.
Paradigma ialah apa yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota
suatu masyarakat sains atau dengan kata lain masyarakat sains adalah
orang-orang yang memiliki suatu paradigma bersama. Masyarakat sains
bisa mencapai konsensus yang kokoh karena adanya paradigma. Sebagai
konstelasi komitmen kelompok, paradigma merupakan nilai-nilai bersama
yang bisa menjadi determinan penting dari perilaku kelompok meskipun
tidak semua anggota kelompok menerapkannya dengan cara yang sama.
Paradigma juga menunjukkan keanekaragaman individual dalam
penerapan nilai-nilai bersama yang bisa melayani fungsi-fungsi esensial
ilmu pengetahuan.
7. Kebenaran matematika bukanlah kebenaran yang bersifat pasti, tetapi
kebenaran yang termasuk kebenaran koherensi, bersifat relatif, dan
bertumpu pada kesepakatan.
8. Ada dua teori tentang kebenaran dalam matematika, yaitu teori
korespondensi dan teori koherensi. Kebenaran adalah pengakuan realitas
(hal ini dikenal sebagai teori kebenaran korespondensi) (Rand, 1982:16).
Teori kebenaran korespondensi (the correspondence theory of truth)
adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah
benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di
alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Contoh, “Semua
manusia akan mati,” merupakan suatu pernyataan yang bernilai benar
karena kenyataannya memang demikian. Hal ini membawa kita kepada
pandangan bahwa kebenaran terdiri dalam beberapa bentuk
korespondensi antara keyakinan dan fakta (quoted in Velasquez,
2005:446).
Teori Kebenaran Koherensi (Coherence Theory of Truth) berpandangan
bahwa suatu pernyataan dikatakan benar bila terdapat kesesuaian antara
pernyatan satu dengan pernyataan terdahulu atau lainnya dalam suatu
sistem pengetahuan yang dianggap benar (Verhaak, 1989:123).
Contohnya, pengetahuan Aljabar telah didasarkan pada pernyataan

40
pangkal yang dianggap benar. Pernyataan yang dianggap benar itu disebut
aksioma atau postulat.
Sebagaimana pendekatan dalam aritmatik, dimana pernyataan-pernyataan
terjalin sangat teratur sehingga tiap pernyataan timbul dengan sendirinya
dari pernyataan tanpa berkontradiksi dengan pernyataan-pernyataan
lainnya.
9. Contoh Kebenaran Matematika bertumpu pada kesepakatan yaitu dalam
Geometri. Geometri Euclides menyatakan Jumlah besar sudut dalam
suatu segitiga adalah sama dengan 180. Geometri Lobachevky
menyatakan Jumlah sudut setiap segitiga lebih kecil dari 180. Geometri
Riemann menyatakanJumlah besar sudut dalam suatu segitiga lebih besar
dari 180.Geometri Netral menyatakanJumlah besar sudut suatu segitiga
lebih kecil atau sama dengan 180.Walaupun perbedaan aksioma ini
menimbulkan kontradiksi antar sistem matematika namun dalam
interpretasinya dalam dunia nyata tidak menimbulkan kontradiksi karena
setiap sistem memiliki penerapan yang berbeda.Geometri Euclides untuk
pengukuran yang berkaitan dengan tanah di bumi yang luasnya relatif
terbatas. Geometri Riemann berkaitan dengan seluruh bumi. Geometri
Hiperbolikdigunakan oleh Einstein dalam Teori Relatifitas sebagai
aplikasi sistem matematika alternatif dengan aturan grammar tertentu
untuk mendeskripsikan gejala-gejala.
10. Sifat-sifat kebenaran Matematika yaitu koherensi, bersifat relatif, dan
bertumpu pada kesepakatan. Kebenaran yang bersifat koherensi artinya
kebenaran yang didasarkan kepada kriteria koheren atau konsistensi.
Suatu proposisi benar jika proposisi itu berhubungan (koheren) dengan
proposisi-proposisi lain yang benar atau pernyataan tersebut bersifat
koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang
dianggap benar. Kebenaran Matematika bertumpu pada kesepakatan,
kesepakatan dalam matematika merupakan ikatan yang mengikat untuk
menghindari pembuktian yang berputar-putar baik dalam pembuktian
maupun dalam pendefinisian. Kebenaran Matematika bersifat relatif
artinya tidak mutlak atau bisa berubah sesuai dengan perkembangan

41
ilmu.Karena kesepakatan tidak selalu berlandaskan pada realita dan
kriterianya bukanlah ‘benar’ atau ‘salah’ maka kebenaran matematika
tidak mutlak bahkan mungkin saja salah.
11. Matematika adalah alat pikiran, bahasa ilmu, tata cara pengetahuan, dan
penyimpulan deduktif. Matematika di samping merupakan alat yang
berfungsi sebagai bahasa (Leonhardy, 1962).
12. Matematika memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan sosial dan
politik dalam setiap periode peradaban manusia, dan matematika
merupakan alat yang digunakan dalam kehidupan manusia setiap hari
(Court, 2006).
Matematika murni berkenaan dengan penemuan dan pemantapan
implikasi dari aksioma tentang konsep-konsep matematika untuk
membuktikan teorema, sedangkan matematika terapan berkaitan dengan
ide-ide dan problem-problem untuk penelitian berkenaan dengan alam
atau dunia nyata.
13. Hardi Suyitno (2016: 83) dengan mengadaptasi pendapat Skemp
menunjukkan prosedur penerapan matematika untuk memecahkan
masalah dunia nyata melalui skema berikut.

DUNIA NYATA DUNIA MODEL

Masalah Konkrit Model Matematika


Konfirmasi Abstraksi

Manipulasi dan Operasi


Jawaban Masalah Jawaban Model
Penafsiran

14. Berdasarkan gambar diatas pemecahan masalah dunia menggunakan


matematika melalui tahap-tahap memahami masalah dunia menggunakan
matematika melalui tahap-tahap memahami masalah di bidang yang

42
bersangkutan, menyusun model matematika, menyelesaikan model
matematika ( mencari jawaban model), dan menafsirkan jawaban model
menjadi jawaban atas masalah yang nyata.
15. Sebuah bus kota berangkat dari terminal dengan sejumlah penumpang.
Sampai di halte pertama turun tiga orang penumpang dan tidak ada yang
naik. Menjelang sampai di halte kedua, terdapat tujuh orang penumpang.
Berapakah banyaknya penumpang pada waktu bus meninggalkan
terminal?
Langkah pertama adalah melakukan proses abstraksi dengan hanya
memperhatkan kuantitas, sehingga diperoleh model matematika x-
3=7, x…? Variabel x mewakili banyaknya penumpang yang naik di
terminal.
Setelah diperoleh model matematika, langkah berikutnya adalah
melakukan operasi dan manipulasi berdasarkan hukum atau sifat yang
berlaku. Poses operasi dan manipulasi terlihat pada uraian berikut. x-
3= 7, (x-3) + 3= 7+3 (memanipulasi pernyataan yang makna dan
nilainya sama yaitu kedua ruas ditambah dengan bilangan yang sama),
x= 10 (melakukan operasi sifat yang berlaku).
Diperoleh jawaban model, yaitu 10. Penafsiran: penumpang yang
naik di terminal adalah 10 orang. Penafsiran tidak sesuai apabila
jawabannya seperti banyaknya penumpang yang naik di halte ada 10
orang, banyaknya penumpang yang turun di halte ada 10 orang,
lamanya perjalanan dari terminal 10 menit, dsb.

43
Soal Pilihan Ganda

1. Dalam matematika, hasil kesepakatan sosial para matematikawan yang di


buat dengan hanya menggunakan konsep yang tak terdifinisi dan atau konsep
yang telah didifinisikan sebelumnya...
a. Teorema
b. Definisi
c. Deduksi
d. Lemma
e. Postulat
(Hal.4)

2. Berikut ini merupakan syarat-syarat aksioma, kecuali...


a. Konsisten
b. Ekonomis
c. Lengkap
d. Sebanding
e. Independen
(Hal. 5)

3. Dalam mencari kebenaran terdapat beberapa teori kebenaran, yaitu...


a. Teori Korespondensi, Teori Koherensi, Teori pragmatisme, Teori
Performatif, Teori Proposisi, Teori Struktural Paradigmatik
b. Teori Koherensi, Teori pragmatisme, Teori Performatif, Teori Proposisi,
Teori Konsistensi, Teori Korespondensi
c. Teori Korespondensi , Teori pragmatisme, Teori Performatif, Teori
Proposisi, Teori Empiris, Teori Koherensi
d. Teori pragmatisme, Teori Performatif, Teori Proposisi, Teori Empiris,
Teori Intuitif, Teori Koherensi

44
e. Teori Koherensi, Teori skeptisme, Teori Performatif, Teori Proposisi,
Teori Konsistensi, Teori Korespondensi
(Hal. 9)

4. Teori yang merupakan suatu usaha atas pengujian suatu kebenaran adalah
teori...
a. Teori Korespondensi
b. Teori Koherensi
c. Teori Performatif
d. Teori Proposisi
e. Teori Empiris
(Hal. 11)

5. Suatu hal yang merupakan ciri asli suatu ilmu itu sendiri disebut...
a. Kebenaran
b. Filsafat
c. Korespondensi
d. Proposisi
e. Performatif
(Hal. 7)

6. Berdasarkan potensi subjek, kebenaran memiliki beberapa tingkatan.


Tingkatan di mana suatu kebenaran sudah sesuai akal sehat dan menurut
pertimbangan yang logis disebut...
a. Intuitif
b. Religius
c. Ilmiah
d. Filosofis
e. Rasional
(Hal. 7)

45
7. Di bawah ini yang bukan merupakan tipe masalah matematis menurut MPSP
adalah...
a. Susunan dan struktur matematis
b. Kompleksitas matematis
c. Variabel proses heuristik
d. Konten matematis
e. Strategi yang dapat diaplikasikan
(Hal. 21)

8. Sifat alami matematika terdiri dari asas deduksi-deduksi dengan prinsip-


prinsip logika menurut aliran...
a. Platonisisme
b. Intuitisionisme
c. Falibilisme
d. Logisisme
e. Aristoteles
(Hal. 4)

9. Suatu pernyataan yang bisa dilihat kebenarannya tanpa perlu adanya bukti
disebut...
a. Aksioma
b. Teorema
c. Definisi
d. Pernyataan
e. Deduksi
(Hal. 5)
10. Konsep epistemologis matematika adalah...
a. Teori Eucledian
b. Teori Thales
c. Intuisionisme
d. Platonisime
e. Teori Archimedes

46
(Hal. 5)

11. “Memberikan gambaran yang kurang tepat dan yang terlalu sederhana
mengenai bagaimana kita menentukan suatu kebenaran atau kekeliruan dari
suatu pernyataan” merupakan kelemahan dari teori...
a. Koherensi
b. Korespondensi
c. Pragmatif
d. Proposisi
e. Performatif
(Hal. 10)

12. Langkah-langkah penyelesaian maslah polya adalah sebagai berikut,


kecuali...
a. Memahami masalah
b. Melakukan perhitungan
c. Memeriksa kembali proses dan hasil
d. Merencanakan penyelesaian
e. Melakukan penalaran deduktif
(Hal. 22)

13. Teori yang meletakan aksioma-aksioma di puncak sistem dan merupakan self
evident trust merupakan teori...
a. Teori Archimedes
b. Teori Euclidean
c. Teori Demokritos
d. Teori Plato
e. Teori Pythagoras
(Hal. 5)

14. Berikut ini yang merupakan tingkatan kebenaran adalah...

47
a. Tingkatan logis, tingkatan filosofi, tingkatan intuitif, tingkatan rasional,
tingkatan kebenaran indera, tingkatan religius
b. Tingkatan ilmiah, tingkatan filosofi, tingkatan intuitif, tingkatan rasional,
tingkatan mistis, tingkatan aktual
c. Tingkatan skeptis, tingkatan filosofi, tingkatan intuitif, tingkatan rasional,
tingkatan kebenaran indera, tingkatan religius
d. Tingkatan ilmiah, tingkatan filosofi, tingkatan intuitif, tingkatan rasional,
tingkatan kebenaran indera, tingkatan religius
e. Tingkatan ilmiah, tingkatan filosofi, tingkatan intuitif, tingkatan rasional,
tingkatan kebenaran indera, logis
(Hal. 7)

15. Teorema-teorema dalam matematika yang dapat diturunkan dari aksioma-


aksioma logika hanya dengan...
a. Induksi Matematika
b. Hipotetik postulat
c. Deduksi logis
d. Metode spekulatif
e. Pragmatisme
(Hal. 4)

48
Kunci Jawaban

1. b. Definisi
2. d. Sebanding
3. a. Teori Korespondensi, Teori Koherensi, Teori pragmatisme, Teori
Performatif, Teori Proposisi, Teori Struktural Paradigmatik
4. b. Teori Koherensi
5. a. Kebenaran
6. e. Rasional
7. c. Variabel proses heuristik
8. d. Logisisme
9. a. Aksioma
10. a. Teori Euclidean
11. b. Korespondensi
12. e. Melakukan penalaran deduktif
13. b. Teori Euclidean
14. d. Tingkatan ilmiah, tingkatan filosofi, tingkatan intuitif, tingkatan rasional,
tingkatan kebenaran indera, tingkatan religius
15. c. Deduksi logis

49

Anda mungkin juga menyukai